Kian Pengaruh Pijat Terhadap Nyeri Kepala Pada Pasien HD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN TERAPI ALTERNATIF MASSAGE KAKI TERHADAP PENURUNAN NYERI KEPALA DI RUANG HEMODIALISA RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA TAHUN 2018



KARYA ILMIAH AKHIR NERS



DI AJUKAN OLEH: RAHMAYANTI, S.Kep NIM 17.111. 0241.200.57



PROGRAMSTUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018



Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease dengan Terapi Alternatif Massage Kaki terhadap Penurunan Nyeri Kepala di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018



KARYA ILMIAH AKHIR NERS



DI AJUKAN OLEH: RAHMAYANTI, S.Kep NIM 17.111. 0241.200.57



PROGRAMSTUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018



i



ii



iii



iv



MOTO “Barang siapa yang menghafal sepuluh ayat dari permulaan surah Al-Khafi, maka terpelihara dari (gangguan) Dajjal. Begitu pula minta perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal setelah tasyahud akhir” (Al-Khafi: Muslim: 1/556)



v



Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease dengan Terapi Alternatif Massage Kaki terhadap Penurunan Nyeri Kepala di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018 Rahmayanti1, Ramdhany Ismahmudi2 INTISARI Latar belakang : Gagal ginjal adalah kegagalan fungsi ginjal untuk memepertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolism (toksik uremik) di dalam darah. Penyakit ginjal kronik stadium V adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali dilakukan terapi pengganti (hemodialisis). Efek dari hemodialisis adalah headache intradialysis, gangguan nyeri musculoskeletal berupa nyeri sendi, nyeri punggung dan kram otot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemberian intervensi massage kaki dalam menurunkan nyeri kepala (headache intradialysis). Hal ini terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami. Tujuan : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk menganalisis intervensi massage kaki terhadap penurunan nyeri kepala pada pasien Chronic Kidney Diease. Metode : Penelitian ini menggunakan skala nyeri menurut Bourbanis. Hasil : Dalam penelitian ini menggunakan pain scale menurut Bourbanis.. Pada tanggal 29 Juni 2018 didapatkan hasil skala nyeri 6 (nyeri sedang). Setelah dilakukan massage kaki selama 3 hari dan di eveluasi pada tanggal 6 Juni 2018 hasil skala nyeri 0 (Tidak Nyeri). Kesimpulan: Analisis terapi ini menunjukkan adanya penurunan skala nyeri yang signifikan saat diberikan intervensi inovasi massage kaki



Kata kunci : gagal ginjal Kronik, massage kaki



1 2



Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda Tahun 2018 Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda



vi



Analysis of the Clinical Practice of Nursing on Patients of Chronic Kidney Disease with Alternative Therapies Feet Massage Against the Decrease of Pain in the Head Hemodialisa the Provincial Hospital Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Year 2018 1



Rahmayanti , Ramdhany Ismahmudi



2



ABSTRACT



Background: renal failure is the failure of kidney function for memepertahankan metabolism and balance of fluids and electrolytes due to progressive destruction of kidney structure with the manifestation of the buildup of the rest of the metabolism (toxic Diathesis) in blood. Chronic kidney disease stage V is the level of kidney failure that can lead to death unless done replacement therapies (hemodialysis). The effect of hemodialysis is headache pain disorders musculoskeletal intradialysis, in the form of joint pain, back pain and muscle cramps. This research was conducted to find out the giving foot massage interventions in lowering the head pain (headache intradialysis). This happens because massage stimulates body removing compound endorphin which is a natural pain reliever. Purpose: The final Scientific work of Ners (KIA-N) aims to analyse the intervention massage foot decline pain in the head on patient Chronic Kidney Dieases Methods: in this study using a pain scale according to Bourbanis The result: on June 29, 2018-scale results obtained 6 pain (pain being). After a foot massage for 3 days and in eveluasi on 6 June 2018 results soreness scale 0 (No Pain). Conclusions: analyze this therapy showed a significant decrease in pain scale when given a foot massage innovation interventions



Key words: Chronic renal failure, feet massage



1 2



Students of Nursing Profesi Ners of Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda Lectyrer of Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda



vii



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan KIAN ini, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada baginda Rosulullah Muhammad SAW. Terwujudnya KIAN ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. Bambang Setiaji selaku ketua Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 2. Bapak dr. H. Rachim Dinata Marsidi, Sp. B, FINAC, sebagai direktur RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 3. Kepada Ns. Dwi Rahma Fitriani M. Kep selaku ketua program studi S1 keperawatan dan selaku pembimbing akademik saya. 4. Ns. Ramdhany Ismahmudi S.Kep, M.PH sebagai pembimbing saya, terimakasih untuk segala kesabaran dan bimbingannya, yang telah meluangkan waktu melakukan bimbingan dari awal hinggal akhir proses penyusunan KIAN ini. 5. Ns. Suwanto.M.Adm.Kes selaku penguji 1 yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam penyusunan KIAN ini.



viii



6. Ns. Faried Rahman Hidayat. S.Kep., M.Kes selaku penguji 2 yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam penyusunan KIAN ini. 7. Kepada kedua orang tua H. Basruni S.Pd dan Hj. Masi’ah S.Pd. M.Pd yang terus memberikan doa, dukungan dan motivasi yang tak ternilai harganya mulai kecil hingga saat ini dan tidak kenal lelah selalu memberi, mengasihi, dan bekerja panas hujan untuk mancari uang demi kebutuhan anaknya. Kepada saudara-saudara saya Taudi Afiat, S.Pd dan Fery Anti Astuti, S.Pd yang telah memberikan dukungan baik materi maupun bukan materi. 8. Kepada teman-teman seperjuangan Lili Rianti, S.Kep, Heri Sandi, S.Kep, Tamri, S.Kep, Ilham Afandy S.Kep, Maria Tusoliha, S.Kep dan Yunia Audia, S.Kep yang saya cintai. 9. Kepada teman-teman seperjuangan penyusunan KIAN Riki, Widya dan Wanda. Terimakasih atas waktu dan kebersamaannya. 10. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan dikelompok 1 dan kelompok elektif yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebersamaan, persahabatan dan pengertian yang kita jalin selama ini, semoga hal itu dapat kita pertahankan sampai akhir hayat kita. Semoga segala bantuan yang tak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-



ix



perbaikan ke depan. Penulis berharap semoga KIAN ini dapat bermanfaat dan menjadi karya yang memberi dampak positif buat kita semua, Amin Ya Rabbal’Alamiin.



Samarinda, 28 juli 2018



Rahmayanti, S.Kep



x



DAFTAR ISI Halaman Sampul Halaman Judul .............................................................................................



i



Surat Pernyataan Keaslian Penelitian ..........................................................



ii



Lembar Persetujuan .....................................................................................



iii



Lembar Pengesahan .....................................................................................



iv



Motto....... .....................................................................................................



v



Intisari....... ...................................................................................................



vi



Abstrack...... .................................................................................................



vii



Kata Pengantar .............................................................................................



viii



Daftar Isi .....................................................................................................



xi



Daftar Tabel .................................................................................................



xiii



Daftar Gambar .............................................................................................



xiv



LAMPIRAN ................................................................................................



xv



BAB I PENDAHULUAN ......................................................................



1



A. Latar Belakang .................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ............................................................................



3



C. Tujuan Penelitian .............................................................................



4



D. Manfaat Penelitian ...........................................................................



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................



7



A. Anatomi dan Fisiologi......................................................................



7



B. Konsep Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) ...........................



9



xi



C. Konsep Asuhan Keperawatan ..........................................................



22



D. Terapi Inovasi Massage Kaki ..........................................................



45



E. Nyeri ................................................................................................



52



BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................



65



A. Pengkajian Kasus .............................................................................



65



B. Masalah Keperawatan ......................................................................



74



C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................



74



D. Intervensi Keperawatan ...................................................................



76



E. Intervensi Inovasi .............................................................................



78



F. Implementasi Keperawatan ..............................................................



79



G. Evaluasi Keperawatan ......................................................................



86



H. Evaluasi Inovasi Massage Kaki .......................................................



90



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................



92



A. Profil Lahan Praktik .........................................................................



92



B. Analisis Masalah Keperawatan dengen Konsep CKD.....................



94



C. Analisis Intervensi dengan Konsep Penelitan Terkait .....................



100



D. Alternatif Pemecah yang Dapat Dilakukan ......................................



102



BAB V PENUTUP ..................................................................................



105



A. Kesimpulan ......................................................................................



105



B. Saran ................................................................................................



106



Daftar Pustaka Lampiran xii



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Batasan Stadium CKD ..............................................................



10



Tabel 2.2 Noc dan Nic ..............................................................................



30



Tabel 2.3 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis ............................................



57



Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Bulan Juli 2018 ......................



73



Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Bulan Juni 2018 .....................



74



Tabel 3.3 Analisis Masalah Keperawatan .................................................



74



Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan .............................................................



76



Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan .......................................................



79



Tabel 3.6 Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi ................................



85



Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan ...............................................................



86



xiii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Secara Umum ..............................................



7



Gambar 2.2 Skema Pathways Keperaawatan CKD .................................



15



Gambar 2.3 Tahap Massage Kaki 1 ..........................................................



50



Gambar 2.4 Tahap Massage Kaki 2 ..........................................................



51



Gambar 2.5 Tahap Massage Kaki 3 ..........................................................



51



Gambar 2.6 Tahap Massage Kaki 4 ..........................................................



51



Gambar 2.7 Skala Nyeri Menurut Bourbanis............................................



57



Gambar 2.8 Skala Nyeri VAS (Visual Analog Scale)...............................



58



Gambar 2.9 Skala Nyeri Numerik.............................................................



59



Gambar 2.10 Skala Nyeri Wong Baker Faces ..........................................



59



xiv



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 : Biodata Peneliti Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 : Data Demografi Respoden Lampiran 5 : Skala Nyeri Menurut Bourbanis Lampiran 6



: Instruksi Kerja Prosedur Pemberian Terapi Massage Kaki



Lampiran 7 : Dokumentasi



xv



1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan dan elektrolit mengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia (Brunner dan Suddarth, 2014). Prevelensi pasien CKD menurut data dari WHO dari 42 Negara pada tahun 2011 sebesar 0.096%, di Amerika Serikat 1,924%. Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry (IRR, 2013) suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) bahwa terjadi peningkatan prevalensi klien CKD pertahun di Indonesia sebesar 0.2% dan di Kalimantan Timur sebesar 0.1%. Berdasarkan data Indonesia Renal Registry (2012) jumlah pasien baru HD di Indonesia terus meningkat dari tahun per tahun, tetapi pasien yng kemudian masih aktif pada tahunnya masih sedikit, pada tahun 2012 pasien baru berjumlah 19.621 orang tetapi pasien yang aktif berjumlah 9.161 orang. Sedangkan jumlah tindakan HD pada tahun 2012 di wilayah Kalimantan berjumlah 18.846 tindakan. Data administrasi di ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda berjumlah 250 pasien. Terapi hemodialysis (HD) merupakan salah satu tindakan pada manajemen pasien CKD. HD bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita gagal ginjal. Hemodialisis adalah suatu proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan selaput



2



membrane semi permeabel (dialyzer), yang berfungsi seperti nefron sehingga dapat mengeuarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangna cairan dan elektrolit pada gagal ginjal (Hayani, 2014). Selama tindakan HD sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala, mual dan muntah (Sukandar, 2006). Pasien yang menjalani HD mengalami gejala komplikasi seperti nyeri yang berdampak terhadap kualitas hidup bahkan dapat menimbulkan kematian (Septiwi, 2013). Sedangkan menurut Baradero (2008) kecepatan Under Frequency Relay (UFR) yang tinggi, penarikan cairan dan elektrolit yang besar, lamanya dialysis, tidak efektifnya dialysis dan tingginya ultrafiltrasi juga dapat menyebabkan terjadinya headache intradialysis. Gangguan nyeri musculoskeletal berupa nyeri sendi, nyeri punggung dan kram otot berkaitan dengan gangguan mineral dan tulang akibat CKD dapat mempengaruhi tingginya kadar hormone paratiroid (Sabbatini, 2003). Pada beberapa penelitian terdapat manajemen untuk mengatasi nyeri dapat diterapkan secaran non farmakologis. Pendekatan secara non farmakologis tanpa penggunaan obat-obatan seperti relaksasi, masase, akupresur, akupuntur, kompres panas atau dingin dan aromaterapi, sedangkan secara farmakologis melalui penggunaan obat-obatan. Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman, sederhana dan tidak menimbulkan efek merugikan dibandingkan metode farmakologi yang berpotensi mempunyai efek yang merugikan (Mander, 2004 dalam Yenny 2017). Peraturan



Mentri



HK.02.02/MENKES/148/2010



Kesehatan tentang



izin



Republik



Indonesia



Penyelenggaraan



Praktik



Nomor Perawat,



3



menyebutkan dalam ayat 3 yaitu Praktik Keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat serta pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. Selain itu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 menyebutkan bahwa pengobatan komplementer merupakan pengobatan yang meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Berdasarakan peraturan yang sudah disebutkan diatas dapat diketahui bahwa terapi komplementer sudah menjadi bagian dari pelayanan kesehatan. Salah satu terapi komplementer adalah terapi massase. Terapi massase adalah suatu tehnik yang menggunakan tekanan pada jaringan lunak, biasanya otot atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi (Maryunani 2010 dalam Riska 2016). Salah satu metode massage adalah effleurage yang dilakukan pada daerah kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer dan efeknya memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner, W.A 2005 dalam Sutanto 2010). Cara massase bisa dilakukan dengan bantuan penolong persalinan atau keluarga yang mendampingi selama nyeri berlangsung (Tamsuri A, 2007). Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk memaparkan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Chronic Kidney Disease Dengan Terapi Alternatif Massage Kaki Terhadap Penurunan Nyeri Kepala Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018



4



B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalan karya tulis ini adalah “Bagaimanakah Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Chronic Kidney Disease Dengan Terapi Alternatif Massage kaki Terhadap Penurunan Nyeri Kepala Di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018”? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap kasus kelolaan pada pasien chronic kidney disease dengan terapi alternatif massage kaki terhadap penurunan nyeri di ruang hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis kasus kelolaan pada pasien dengan diagnosis medis Chronic Kidney Disease b. Menganalisis intervensi terapi komplementer alternatif massage kaki yang diterapkan secara kontinyu pada pasien kelolaan dengan diagnose Chronic Kidney Disease. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Aplikatif a. Terapi alternative ini bisa memberikan manfaat selama proses HD, pasien tidak mengalami komplikasi intradialisis agar penarikan cairan yang diharapkan dari



5



tindakan HD bisa tercapai pada pasien yang menjalani terapi HD di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda b. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk mengurangi memburuknya keluhan dan komplikasi pasien CKD dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya tindakan mandiri sebagai seorang perawat. c. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada bidang tenaga kesehatan mengenai perawatan tenaga kesehatan dalam mendukung praktek klinis keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease dengan Terapi Massase Kaki Terhadap Penurunan Nyeri Di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 2. Manfaat Keilmuan a. Bagi Penulis Menambah wacana pengetahuan dan keterampilan penulis tentang terapi massase terhadap komplikasi intradialisis sehingga dapat diterapkan dan memberikan manfaat pada pasien lain dengan kasus yang sama atau kasus dan keluhan yang berbeda pada pasien yang menjalani terapi HD di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. b. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat menjadikan terapi ini sebagai instruksi kerja prosedur keperawatan dalam menberikan asuhan selama pasien menjalani HD.



6



c. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Samarinda Hasil KIA-N ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau pedoman bagi mahasiswa/mahasiswi untuk menambah wawasan dan keterampilan demi perkembangan ilmu profesi keperawatan dalam memberikan intervensi mandiri perawat.



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Anatomi dan Fisiologi 1. Ginjal a. Anatomi



Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Secara Umum Sumber: (Granovsky, 2011) Ginjal merupakan suatu organ yang terletak di retroperitoneal pada dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).



8



Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring yang disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011). 2.



Fisiologis Ginjal Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urine melalui sistem pengumpulan urine (Price & Wilson, 2012). Menurut (Sherwood, 2011), ginjal memiliki fungsi yaitu: a.



Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh



b.



Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri



c.



Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh



d.



Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh



e.



Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan



9



Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah menjadi urine. Urine lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urine akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila



orang



tersebut



merasakan



keinginan



berkemih



dan



keadaan



memungkinkan, maka urine yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011). Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urine, yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan diekskresi (Sherwood, 2011). B. Konsep Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) 1. Pengertian Chronic Kidney Disease adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia (Brunner dan Suddarth, 2014).



10



CKD adalah kerusakan ginjal >3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa disertai penurunan LFG, LFG3 bulan, dapat disertai atau tanpa disertai kerusakan ginjal (Witjaksono, et al, 2008). Menurut Barandero (2008) CKD terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini irreversible. Eksaserasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan hipertensi yang berlangsung terusmenerus mengakibatkan oembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif. 2. Klasifikasi Tabel 2.1 Batasan dan Stadium CKD Stadium



LFG



Fungsi Ginjal Keterangan



(ml/m/1,73m2) Stadium 1



> 90



>90%



Kerusakan minimal dengan LFG normal



Stadium 2



60-89



60-89%



Kerusakan ringan dengan nilai LFG belum mengganggu



Stadium 3



30-59



30-59%



Kerusakan sedang, masih bisa di pertahankan



Stadium 4



15-29



15-29%



Kerusakan berat, membahayakan



Stadium 5



2 detik, Hb : 7.8 g/dL, Injeksi Hemapo 3000 unit/1mL 2x/minggu A: Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan teratasi sebagian Indicator Skala awal Skala akhir



87



1. Perfusi jaringan: perifer a. Pengisian kapiler perifer b. Muka pucat



1



2



1



1



P: Lanjutkan intervensi 3.1-3.7 S: Ny. S mengatakan terasa gatal disekitar area CDL berkurang Dx4



O: Pasien tenang, Leukosit 7.29 10^3/µL TD: 140/90 mmHg, N: 88 x/I RR: 21 x/I, T: 36.9 ◦C A: Masalah risiko infeksi teratasi sebagian Indicator Skala awal 1. Kontrol risiko: proses infeksi a. Mencari informasi 3 terkait b. mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas 3 sehari-hari c. mencuci tangan 3



Selasa 3 juli 2018



Dx1



P: Pertahankan intervensi 4.1-4.7 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang skala nyeri 2 O: pasien tenang N: 88 x/i A: Masalah nyeri akut teratasi Indicator Skala awal 1. Pain Level a. Melaporkan nyeri berkurang 4 b. Melaporkan rasa nyaman 4 c. Mampu menggunakan 4 teknik non farmakologis P: Pertahankan intervensi 1.1-1.6 S: Ny. S kaki bengkak berkurang



Skala akhir



1



1 1



Skala akhir



2 2 2



88



Dx2



O: BB pre HD 40kg, pos HD 39 kg Ureum: 267.9 mg/dL, Kreatinin: 9.0 mg/dL A: Masalah kelebihan volume cairan teratasi Indicator Skala awal Skala akhir 1. Electrolye dan Acid/Base Balance a. Melaporkan nyeri 4 5 berkurang



P: Pertahankan intervensi 2.1-2.5 S: Ny. S mengatakan kepala pusing berkurang



Dx3



O: Wajah pucat, TD: 150/80 mmHg, N: 88x/I, RR: 21x/I suhu : 36.9 ◦C akral hangat, konjungtiva anemis, CRT > 2 detik, Hb : 9.3 g/dL, Injeksi Hemapo 3000 unit/1mL 2x/minggu A: Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan teratasi sebagian Indicator Skala awal Skala akhir 1. Perfusi jaringan: perifer a. Pengisian kapiler perifer 1 3 b. Muka pucat 1 1 P: Lanjutkan intervensi 3.1-3.7 S: Ny. S mengatakan terasa gatal disekitar area CDL berkurang



Dx4



O: Pasien tenang, Leukosit 7.29 10^3/µL TD: 140/90 mmHg, N: 88 x/I RR: 21 x/I, T: 36.9 ◦C



A: Masalah risiko infeksi teratasi sebagian Indicator Skala awal 1. Kontrol risiko: proses infeksi a. Mencari informasi 3 terkait b. mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas 3 sehari-hari



Skala akhir



1



1



89



c. mencuci tangan



3



1



P: Pertahankan intervensi 4.1-4.7 S: Ny. S kaki bengkak berkurang Jum’at 6 juli 2018



Dx2



O: BB pre HD 40kg, pos HD 39 kg. A: Masalah kelebihan volume cairan teratasi Indicator Skala awal 1. Electrolye dan Acid/Base Balance a. Melaporkan nyeri 4 berkurang



Skala akhir



5



P: Pertahankan intervensi 2.1-2.5 S: Ny. S mengatakan kepala pusing berkurang Dx3



O: Wajah pucat, TD: 140/90 mmHg, N: 88x/I, RR: 21x/I suhu : 36.9 ◦C akral hangat, konjungtiva anemis, CRT > 2 detik, Injeksi Hemapo 3000 unit/1mL 2x/minggu A: Masalah ketidak efektifan perfusi jaringan teratasi sebagian Indicator Skala awal Skala akhir 1. Perfusi jaringan: perifer a. Pengisian kapiler perifer 1 3 b. Muka pucat 1 1 P: Lanjutkan intervensi 3.1-3.7 S: Ny. S mengatakan terasa gatal disekitar area CDL berkurang



Dx4



O: Pasien tenang, Leukosit 7.29 10^3/µL TD: 140/90 mmHg, N: 88 x/I



90



RR: 21 x/I, T: 36.9 ◦C A: Masalah risiko infeksi teratasi sebagian Indicator Skala awal 1. Kontrol risiko: proses infeksi a. Mencari informasi 3 terkait b. mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas 3 sehari-hari c. mencuci tangan 3



Skala akhir



1



1 1



P: Pertahankan intervensi 4.1-4.7



H. Evaluasi Inovasi Massage Kaki Pada pertemuan ke-1 pada hari jum’at, tanggal 26 juni 2018 pasien mengeluh nyeri kepala selama hemodialisis berlangsung. Setelah dilakukan pengkajian secara detail,



klien



kadang-kadang mengalami



nyeri kepala



semenjak



hemodialisis berlangsung. Biasanya klien menangani nyeri kepala hanya dibawa bersandar setengah duduk/semifowler. Kemudian menyaranan pasien untuk diberikan terapi massase kaki terhadap penurunan nyeri. Pasien pun bersedia dan antusias ingin melakukan terapi massase kaki. Pada pertemuan ke-2 pada hari selasa, tanggal 29 Juni 2018, sebelum melakukan tindakan pasien terlebih dahulu diberikan kuesioner Pain Scale menurut Bourbanis untuk mengetahui seberapa besar masalah nyeri yang dirasakan. Kemudian pasien diberikan posisi semifowler lalu diberikan pijatan dengan manipulasi pokok massase effleurage selama ±10 menit. Setelah



91



dilakukan terapi ini, pasien diberikan kuesioner lagi untuk menilai skala nyeri yang dirasakan. Pasien mengatakan nyeri kepala berkurang. Selanjutnya pada pertemuan ke-3 pada hari jum’at 3 juli 2018 dengan proses yang sama pasien mengatakan bahwa massase kaki dapat menurunkan nyeri kepala. Pasien pun sudah mempraktikan sendiri dirumah. Pasien mengatakan terapi ini bermanfaat untuk dirinya sendiri yang sedang mengalami penyakit dengan diagnosis gagal ginjal kronik stadium akhir yang sering merasakan nyeri kepala selama proses hemodialisis. Pada pertemuan ke-4 pada hari selasa 6 juli 2018 tidak dilakukan massase kaki karena pasien tidak ada mengeluh nyeri kepala, dengan terapi implementasi inovasi massase kaki yang dilakukan kepada Ny.S, didapatkan hasil penurunan skala nyeri. Bahwa terapi ini dapa menurunkan rasa nyeri yang dirasakan pasien.



92



BAB IV ANALISA SITUASI A. Profil Lahan Praktik 1. Profil Rumah Sakit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda terletak di jalan Palang Merah Indonesia, Kecamatan Samarinda Ulu. RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagai Top referral dan sebagai rumah sakit kelas A satu-satunya di Kalimantan Timur terhitung sejak bulan Januari 2014. RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah rumah sakit milik pemerintah provinsi Kalimantan timur dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan timur, selain itu RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda saat ini sebagai wahana pendidikan berbagai institusi pendidikan baik pemerintah maupun swasta juga bekerja sama dengan perguruan tinggi kesehatan yang ada di Kalimantan Timur baik itu institusi keperawatan (S1 Keperawatan, Profesi Ners, DIV Keperawatan, dan DIII Keperawatan) maupun Institusi Kebidanan (DIV Kebidanan dan DIII Keperawatan). Adapun misi dan visi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda adalah: Visi



: Menjadi Rumah Sakit Dengan Pelayanan Bertaraf International



Misi



: meningkatkan askes dan kualitas pelayanan berstandar internasioanl



serta mengembangkan Rumah Sakit sebagai pusat penelitian, sedangkan motto dan tujuan RSUD Abdul Wahab Sjahranie yaitu motto: BHAKTI “Bersih



93



Harmonis Aman Kualitas Tertib Informatif” dan tujuan terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,



meningkatkan



kemampuan



etika



dan



profesionalisme



dan



terealisasinya ssarana-prasarana yang nyaman dan modern. Falsafah RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah menjunjung tingkat harkat dan martabat manusia dalam pelayanan kesehatan pendidikan dan penelitian (Profil RSUD AWS, 2017). Adapun lingkungan pelayanan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda meliputi instalasi gawat darurat, pelayanan rawat jalan di poliklinik spesialis dan pelayanan one day service, pelayanan rawat inap di ruang perawatan terdiri dari IRNA A (ruang mawar, cempaka, anggrek, melati dan ruang bayi), IRNA B (ruang flamboyan, seruni, dahlia, tulip, dan ruang angsoka), IRNA C (ruang teratai I, teratai II, teratai III dan ruang teratai IV) serta ruang IPI ( ruang ICU, ICCU, PICU, dan ruang NICU), dilengkapi juga dengan pelayanan penunjang berupa instalasi bedah sentral, laboratorium, radiologi, apotek, stroke center dan ruang hemodialisa (Profil RSUD AWS, 2017). 2. Profil Ruang Hemodialisa Ruang Hemodialisa merupakan unit dari Staf Medis Fungsional (SMF) Penyakit Dalam di RSUD A.W Sjahranie Samarinda. Ruang ini memiliki fasilitas 38 tempat tidur pasien dan 38 mesin hemodialisa. Pada saat ini jumlah pasien yang menjalani hemodialis pada bulan Juli 2017 yang menggunakan jaminan BPJS mecapai 250 orang yang terbagi menjadi dua waktu pelaksanaan hemodialisa pada pagi dan sore. Jadwal hemodialisa diatur dua kali dalam satu



94



minggu terdiri dari 3 waktu yaitu jadwal senin/kamis, selasa/jum’at, rabu/sabtu. Pelaksanaan hemodialisa di pagi hari di mulai dari jam 06.00-11.00 WITA dan siang pada pukul 11.00-17.00 WITA serta malam 17.00-20.00 WITA (berlaku pada hari senin dan kamis). Waktu kerja karyawan di Ruang Hemodialisa diatur dalam dua shif yakni shif pagi dan shif sore. Keryawan Ruang Hemodialisa berjumlah 32 orang terdiri dari dokter penanggung jawab (dr. kuntjoro Yakti, Sp.Pd), dokter ruangan (dr. Sizigia Hascarini), Kepala Ruangan (H. Mulyono, STT), 21 perawat yang sudah tersertifikasi, 1 orang tenaga Administrasi, 3 orang teknisi, 1 orang POS dan 3 orang CS. Ruangan Hemodialisa terbagi dalam beberapa ruangan: ruang pelayanan atau tindakan hemodialisa, ruang istirahat, ruang rapat, ruang dokter penanggung jawab, ruang administrasi, ruang CAPD, 1 gudang alkes dan satu gudang BHP, 3 tolilet (2 toilet untuk karyawan dan 1 toilet pasien dan penunggu), musholla dan nurse station. B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep CKD (Cronic Kidney Disease) dan Hemodialisa Kasus kelolaan utama dalam karya ilmiah ini adalah pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD). CKD adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia (Bruner dan Suddarth, 2014).



95



Ny. S menderita CKD ± 1 tahun lalu dan Ny. S rutin menjalani terapi HD sejak bulan Februari 2018. Awalnya Ny. S hanya mengeluh mual, muntah dan sering pusing dikarenakan HB darah yang rendah. Anemia terjadi karena produksi eritrosit terganggu (sekresi eritopoietinn ginjal berkurang). Pasien mengeluh pusing. HD merupakan salah satu tindakan pada manajemen pasien CKD. HD adalah salah satu terapi pengganti ginjal buatan dengan tujuan untuk eliminasi sisa-sisa metabolism (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen darah dan dialisat melalui selaput membrane semipermeable yang berperan sebagai ginjal buatan (Sukandar, 2014). Pada Ny. S dari hasil pengkajian data didapatkan masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis, kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisma regulasi, ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi hemoglobin, dan risiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan infansif. 1. Nyeri akut Nyeri akut menjadi masalah utama pada kasus ini. Data subyektif yang didapat adalah Ny. S sering mengeluh nyeri kepala pada saat proses HD berlangsung. Pada saat datang ke rumah sakit untuk menjalani terapi HD, Ny. S ada keluhan tetapi pada saat proses HD berlangsung. Pada saat datang kerumah sakit untuk menjalani terapi HD, Ny. S sering mengeluh nyeri kepala, kepala rasa cenat-cenut sampai ke tengkuk dan tengkuk terasa berat, skala nyeri 6. Data obyektif yang didapat untuk menegakkan diagnose ini adalah pasien meringis



96



menahan nyeri sambil memegangi kepala dan tengkuk, dan memijat-mijat kepala dan tengkuk. TD: 140/80 mmHg, BB pre HD 39 kilo, BB saat ini bertambah 1 kg. Keluhan sakit kepala sering ditemukan selama HD, sebabnya tidak diketahui, mungking berhubungan dengan dialisat asetat atau disequilibrium syndrome (Sukandar, 2006) sedangkan menurut Baradero (2008) penarikan cairan dan elektrolit yang besar, lamanya dialisis, tidak efektifnya dialisis dan tingginya ultrafiltrasi juga dapat menyebabkan terjadinya heafache intradialysis. Menurut Antoniazzi 2007, dalam Nekada, 2015, pathogenesis headache intradialysis belum diketahui dengan pasti. Walaupun demikian hipertensi selama HD bisa menjadi faktor risiko. Hal ini tampak pada tekanan darah pasien yang cenderung tinggi yaitu 170/90 mmHg dan tekana darah masih bisa meningkat pada saat proses HD berlangsung (intradialysis), BB pasien juga bertambah 1 kg dan lama menjalani HD 4 jam sehingga menyebabkan penarikan cairan yang tinggi. Relaksasi dapat digunakan untuk mengobati migraine, mengatasi hipertensi, insomnia sakit kepala dan kecemasan. Jika teknik relaksasi diterapkan dengan baik maka tubuh akan bisa dikontrol sehingga tingkat ketegangan oto yang terjadi tidak melebihi ambang batas (Goldberg, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2016) dengan judul pengaruh terapi pijat terhadap pengurangan nyeri persalinan kala 1



97



fase aktif pada ibu bersalin (studi kasus di kota Bandung) terapi ini terbukti dapat menurunkan nyeri dengan p-value