Kista Bartholini [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Deni
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia



eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini



2



yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini. Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada wanita



pascamenopause



dapat



berkembang



menjadi



kanker.



Beberapa



penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanitatahun).Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam



hidup



mereka.



Jadi,



hal



ini



adalah



masalah



yang



perlu



dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Definisi Kista bartholini adalah suatu pembesaran berisi cairan yang terjadi akibat sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang dihasilkan tidak dapat disekresi. Kista dapat berkembang pada kelenjar itu sendiri atau pada duktus bartholini (Amiruddin, 2004) 2.2. Anatomi Fisiologi Kelenjar Bartholin Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kirakira 2 cm yangterbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi. seperti pada gambar dibawah ini :



4



Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina. kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita. 2.3. Etiologi Infeksi



kelenjar



bartholini



terjadi



oleh



infeksi gonokokus, pada



bartholinitis kelenjar ini akan membesar, merah, dam nyeri kemudian isinya akan menjadi nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan tersebut maka dapat terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan oleh kelenjar dan terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan menbentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk orgasme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonoreserta. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari



5



duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kalenjar (Setyadeng, 2010). 2.4. Patofisiologi Kista bartholini terjadi karena adanya sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang dihasilkan tidak dapat disekresi. Sumbatan dapat disebabkan oleh mucus yang mengental, infeksi, trauma atau gangguan congenital.



Jika terjadi



infeksi pada



kista



bartholini



maka



kista



ini



berubah menjadi abses yang ukurannya dapat meningkat setiap hari dan terasa nyeri (Amiruddin, 2004)



6



2.5. Manifestasi Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa disertai nyeri. Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut: 



Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral.



7







Dispareunia







Nyeri pada waktu berjalan dan duduk







Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge



( sangat mungkin menandakan adanya ruptur spontan dari abses) . 2.6. Diagnosis 



Anamnesis







Pemeriksaan fisik



2.7. Penatalaksanaan Pengobatan kista Bartholin bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase. a.Tindakan Operatif Beberapa prosedur yang dapat digunakan: 1)



Insisi dan Drainase



8



Meskipun



insisi



dan



drainase



merupakan



prosedur



yang



cepat



dan



mudahdilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada pasien, namun prosedur iniharus diperhatikan karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses.Ada studiyang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini.



2)



Kateter Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an. Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin. Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan saline



3)



Marsupialisasi Alternatif pengobatans elain penempatan Wordcatheter adalah marsupialisasi dari kista Bartholin . Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses akut. Gambar 8. Marsupialisasi Kista Bartholin (kiri) Suatu incisi vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa sekiar; (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular dengan jahitan interrupted



9



Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat incisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring.Incisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista. Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin



setelah prosedur



marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %.



4)



Eksisi (Bartholinectomy) Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif. Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk



10



linear yangmemanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan incisikulit agar tidak mengenai dinding kista.Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum. Gambar 8. Diseksi Kista Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan diligasi dengan benangchromic atau benang delayed absorbable 3-0.



Gambar 9. Ligasi Pembuluh Darah Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri, pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan luka. b.Pengobatan Medikamentosa Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia. Idealnya,



11



antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase. Beberapa antibiotikyang digunakan dalam pengobatan abses bartholin: 1.Ceftriaxone Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad spectrum terhadap bakteri gram-negatif, efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri grampositif, dan efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin-binding protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single dose .



2. Ciprofloxacin Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan antibiotik tipe bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh sebab itu akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri. Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari



3. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara berikatan dengan 30S dan50S subunit ribosom dari bakteri. Diindikasikan untuk Ctra chomatis. Dosisyang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari



12



4. Azitromisin Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedangyang disebabkan oleh beberapa strain organisme. Alternatif monoterapi untukC trachohomatis. Dosisyang dianjurkan: 1 g PO 1x



BAB 3 KESIMPULAN Kista bartholin adalah kista yang terbentuk akibat tersumbatnya orificium atau saluran bartholin yang menyebabkan terjadinya akumulasi dan tumpat. Kista bartholin dapat menjadi abses bila disertai infeksi kuman gonokok ataupun klamidia. Penatalaksanaan kista bartholin dapat didrainasi, pasang kateter, di insisi dan dikeluarkan isinya (marsupialisasi) ataupun dengan eksisi.



13



DAFTAR PUSTAKA



1.



Prawiroharjo s, Wiknjosatro H, Ilmu Kandungan Ginekologi , 2nd ed. Jakarta: KDT : 2009



2.



Linda J. Heffner. Danny J. At Glance : Sistem reproduksi 2nd edition .Jakarta: EMS; 1997



3.



Wilopo, S. A. 2010, Kesehatan Perempuan Prioritas Agenda Pembangunan Kesehatan di Abad ke 21. Yogyakarta, Pusat Kesehatan Reproduksi



4.



Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009.



14



5.



http://obgynunair.wordpress.com/tour-of-duty/ginek-akut/



6.



http://www.scribd.com/doc/43731478/LapKas-Kista-Bartholin-CtinedrNandono



STATUS ORANG SAKIT SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RS. HAJI MEDAN



15



I.                



IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. AN Umur : 38 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Suku : Mandailing Alamat : Jl. Kapt M. Jamil LBS No 56 Identitas suami Nama Suami : Tn. CN Umur : 40 Tahun Agama : Islam Pekerjaan : PNS Suku : Mandailing Alamat : Jl. Kapt M. Jamil LBS No 56 Tanggal masuk : 13-09-2015 Pukul : 14.23 WIB No. Rekam medis : 23.84.20



ANAMNESA Ny. AN, 38 Tahun ,P4A1, Mandailing, Islam, SMA , IRT i/d Tn.CN. 40 th, Mandailing, Islam, SMA, PNS, datang ke RS Haji Medan



pada tanggal 13



September 2015 pukul 14.23 WIB. KU



: Ada benjolan pada kemaluan



Telaah : Hal ini dialami Os sejak 6 bulan yang lalu. Os mengeluhkan adanya rasa nyeri pada daerah kemaluan. Riwayat keluar darah diluar siklus (+), riwayat nyeri saat berhubungan (+), BAB/BAK: +/+ normal.



RPT



: DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)



RPO



: (-)



16



Riwayat Menstruasi:     



Menarche Siklus Lamanya Banyaknya Dysmenorhea



: 13 tahun : 27 hari : 5 - 7 hari : 2-3 pembalut/hari : (-)



Riwayat kehamilan dan Persalinan : P4A1 1. Laki-laki, 3400 gram, PSP, dokter, RS, sehat 2. Laki-laki, 3200 gram, PSP, dokter, RS, sehat 3. Perempuan, 2800 gram, PSP, dokter, RS, sehat 4. Keguguran 5. Laki-laki, 3200 gram, PSP, dokter, RS, sehat



Keputihan:     



Jumlah : (-) Warna : (-) Bau : (-) Konsistensi : (-) Gatal (pruritus vulvae) : (-)



Riwayat perkawinan:



17



      



Usia : 20 tahun Lamanya : 18 tahun Kemandulan : (-) Libido : sedang Frekuensi coitus: 2 kali/minggu Dispareunia : (-) KB :-



Gizi dan kebiasaan :     



Nafsu makan : sedang Perobahan BB : kurus Merokok : (-) Alkohol : (-) Obat yang dimasukan kedalam vagina : (-)



Penyakit-penyakit yang pernah diderita :        



TB Peny.jantung/pem.darah Peny.endokrin Hypertensi Peny.hati Peny.ginjal Peny.kelamin DM



Pengobatan penyinaran : Tidak dilakukan pemeriksaan Riwayat operasi : (-) II.



PEMERIKSAAN FISIK



Status Present :



: (-) :(-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-)



suami : 22 tahun



18







Sens



: Composmentis



Anemis : -







TD



: 120 / 70 mmHg



Ikterik







HR



: 80 x / i



Syanosis : -







RR



: 24 x / i



Dypsnoe : -







T



: 36,5 oC



Oedem



 



TB BB



: 155 cm : 55 cm



:-



:-



Pemeriksaan lokal: 



Kepala : normal







Leher o Kelenjar thyroidea : DBN o Kelenjar-kelenjar leher : DBN o Tekanan vena central : DBN Thorax o cor :bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur(-) o Pulmo :suara pernafasan vesikuler,ronki (-), wheezing (-) o Mammae : Membesar : (-) Hyperpigmentasi : (-) Colostrums : (-) Sekret : (-) Tumor-tumor : (-) Tegang : (-) Perut : o Membesar : (-) o Simetris/asimetris :











Soepel : Defense musculaire: Hepar : tidak teraba



19



Lien : tidak teraba Shifting dullness: Meteorismus : Ascites : Peristaltic usus : (+) Normal  Abdomen



: Soepel, Peristaltic (-)



 P/V



: (-)



 BAB



: (+)



 BAK



: (+)



 Flatus



: (+)



Status Generalisata     



Kepala Mata Abdomen Genitalia Extremitas



: normochepali :anemis (-), ikterik ( -) : soepel, peristaltic (+) : DBN : Superior : DBN : Inferior : DBN



20



Status Ginekologis 



Inspeksi



 



6 x 5 cm, ostium vagina terdorong ke arah kiri, kesan kista bartholini. Palpasi : Pada rabaan teraba massa, tanda nyeri tekan (+) mobile V.T :  Uterus Antefleksi permukaan rata, lunak dan tidak



: Tampak benjolan warna merah pada bibir kemaluan kanan



  



dapat digerakkan. Adneksa kanan dan kiri DBN, tidak teraba massa. Cavum douglas menonjol Teraba massa pada dinding vagina dan mobile.



Pemeriksaan Penunjang 



Darah rutin



Hasil pemeriksaan penunjang (tanggal 14 September 2015)               



Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit LED MCV MCH MCHC Eosinofil Basofil N. Stab N. seg Limfosit Monosit



: 10,7 g/dl : 31,1 % : 10.700 : 222.000/ul : 3,6 x 106/mcL : 10 mm/jam : 86,9 fL : 29,8 pg : 34,4 % :1% :0% :0% : 81 % : 13 % :5%



Tanggal 15 September 2015



(12-16) (36-47) (5000 – 10000 ) (150.000-450.000) (3,5 – 5,0) (0-20) (80 – 96) (27 – 31) (30 – 34) (1 – 3) (0 – 1) (2 – 6) (53 – 75) (20 – 45) (4 – 8)



21



              



USG



Hemoglobin Hematokrit Leukosit Eritrosit Trombosit LED MCV MCH MCHC Eosinofil Basofil N. Stab N. seg Limfosit Monosit



TAS



: 12,8 g/dl : 35,6 % : 6.200 : 4,1 x 106/mcL : 244.000/ul : 23 mm/jam : 87,5 fL : 31,4 pg : 35,9 % :2% :0% :0% : 67 % : 27 % :4%



(12-16) (36-47) (5000 – 10000 ) (3,5 – 5,0) (150.000-450.000) (0-20) (80 – 96) (27 – 31) (30 – 34) (1 – 3) (0 – 1) (2 – 6) (53 – 75) (20 – 45) (4 – 8)



: Tidak dilakukan pemeriksaan



BNO/IVP



: Tidak dilakukan pemeriksaan



Diagnosa



: Kista Bartholin



Rencana



: Oprasi tindakan exterpasi 14 – 09 - 2015, pukul 10.00 WIB



1. 2.



Laporan Oprasi tindakan exterpasi 14 – 09 - 2015, pukul 10.00 WIB Spinal anastesi, aseptic, antiseptic, posisi Litotomi, ditutup duk steril. Evaluasi vulva, tampak massa kistik ukuran 6 x 5 cm, kenyal, hiperemis pada labia kanan.



22



3.



Dilakukan ekstirpasi kista bartholini, insisi pada mukosa labia sepanjang 5



4. 5.



cm, kapsul dikupas hingga kista terekstirpasi utuh -> jaringan di PA Kontrol perdarahan dengan cauter dan klem jaringan ikat Perdarahan terkontrol, luka tertutup dengan simple hecting. Os dipindahkan dari RR dalam keadaan sadar dan lemah



Terapi :  IVFD RL 30 gtt/i  Inj . Vicilin 1 gr/8 jam  Inj . Ketorolac 30 mg/8jam  Inj . Ranitidin 5 mg/8jam R/ Cek Hb 2 jam post op Follow up tanggal 15-09-2015, pukul 06.00 WIB S



: nyeri luka oprasi



O



:     



SL



:Compos mentis :120/70 mmHg :80x/i :20x/i :36,6 ºC



Anemis Ikterik Dyspnoe Sianosis Oedem



:      



A



Sens TD HR RR T



Abdomen L/O P/V BAK BAB Flatus



:soepel, peristaltik (+) :Tertutup perba, nyeri (+) :(-) :(+) :(-) :(+)



: Post extirpasi a/i kista bartholin + H2



: (-) : (-) : (-) : (-) : (-)



23



Th/



: -



Profenid supp 2/ 8jam Obat oral : Na. Diclofenac 50 3x1 Cefadroxil 500 mg 3x1 Antasida syr 3x1



Follow up tanggal 16 -09-2015, jam 06.00 WIB S



:-



O



:     



SL



Sens TD HR RR T



: Compos mentis :120/80 mmHg :80x/i :20x/i :36,6 ºC



Anemis Ikterik Dyspnoe Sianosis Oedem



:      



Abdomen L/O P/V BAK BAB Flatus



:soepel, peristaltik (+) :Tertutup perban :(-) :(+) :(-) :(+)



A : Post extirpasi a/i kista bartholin + H3 Th/



: 



Cefadroxil 2 x 1







As. Mefenamat 2 x 1



: (-) : (-) : (-) : (-) : (-)



24







Grahabion 2 x 1



Follow up tanggal 17 -09-2015, jam 06.00 WIB S



:-



O



:     



SL



Sens TD HR RR T



: Compos mentis : 120/80 mmHg : 80x/i : 20x/i : 36,6 ºC



Anemis Ikterik Dyspnoe Sianosis Oedem



:      



A



Abdomen L/O P/V BAK BAB Flatus



: soepel, peristaltik (+) : Tertutup perban, kesan kering : (-) : (+) : (-) : (+)



: Post extirpasi a/i kista bartholin + H4



Th/



: 



Cefadroxil 2 x 1







As. Mefenamat 2 x 1







Grahabion 2 x 1



: (-) : (-) : (-) : (-) : (-)



25



Follow up tanggal 18 - 09 - 2015, jam 06.00 WIB S



:-



O



:     



SL



Th/



: Compos mentis : 120/80 mmHg : 80x/i : 20x/i : 36,6 ºC



Anemis Ikterik Dyspnoe Sianosis Oedem



:      



A



Sens TD HR RR T



Abdomen L/O P/V BAK BAB Flatus



: soepel, peristaltik (+) : Tertutup perban kesan kering : (-) : (+) : (-) : (+)



: P ost extirpasi a/i kista bartholin + H5



:



: (-) : (-) : (-) : (-) : (-)



26







Cefadroxil 2 x 1







As. Mefenamat 2 x 1







Grahabion 2 x 1



Tanggal 18/09/2015 pasien diperbolehkan pulang dan berobat jalan.