Klasifikasi Kemampuan Lahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN “KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN”



Disusun Oleh: Kelompok: A/2 Adjuan Sudjana Berti Genia Dwi S Winona Nafatu Fahmi Ayu Nilansari Rizka Suciana Rani Daris Ida Nurlaila Fetri Maharani S Chika Novira Z Salsabila Azzahra Jalu Pubiansyah R Anadhea Melinda Nada Farihah Renata Nindya Savira Gani Arista Maulana Ayu Viska Nuraul C



(175040107111031) (175040101111060) (175040101111069) (175040101111078) (175040101111092) (175040101111120) (175040101111137) (175040101111141) (175040107111047) (175040107111055) (175040107111064) (175040107111065) (175040107111066) (175040107111078) (175040107111082)



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG



2019



Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Faktor Pembatas Kelerengan Kepekaan Erosi Tingkat Erosi Kedalaman Tanah Tekstur Atas Tekstur Bawah Permeabilitas Drainase Kerikil/Batuan Bahaya Banjir Garam/Salinitas Kelas Sub Kelas Kesimpulan 



Titik A2.1 D (IV) KE3 (II) e2 (III) k2 (IV) t2 (IV) t2 (IV) P3 (IV) d2 (II) b0 (II) O0 (I) g0 (I) IV IVe



Titik A2.2 D (IV) KE3 (II) e2 (III) k0 (I) t4 (IV) t2 (IV) P3 (IV) d1 (I) b0 (II) O0 (I) g0 (I) IV IVe



Titik A2.3 C (III) KE2 (I) e2 (III) k2 (IV) t2 (IV) t2 (IV) P3 (IV) d1 (I) b0 (II) O0 (I) g0 (I) IV IVw



Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas, didapatkan hasil bahwa pada titik A2.1 termasuk dalam kelas IV dan memiliki faktor pembatas kelerengan yaitu dengan sub kelas erosi (e).







Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas, didapatkan hasil bahwa pada titik A2.2 termasuk dalam kelas IV dan memiliki faktor pembatas kelerengan yaitu dengan sub kelas erosi (e).







Berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan lahan diatas, didapatkan hasil bahwa pada titik A2.3 termasuk dalam kelas IV dan memiliki faktor pembatas kelerengan yaitu dengan sub kelas kelebihan air (w).



A. Rekomendasi Tanaman dan Evaluasi 1) Titik A2.1 Dari hasil yang telah diketahui bahwa tanah di titik 2.1 memiliki kelas kemampuan lahan IV yang dimana punya faktor pembatas e (lereng dan erosi) Rekomendasi vegetasi yang bisa ditanaman didaerah tersebut yaitu tanaman semusim, namun perlu bekerja/usaha yang lebih keras atau butuh konservasi tanah yangg intensif dikarenakan faktor pembatas tadi. Sebab hambatan dan ancaman kelas IV lebih besar dari kelas III. Walaupun masih termasuk ke dalam divisi lahan yang sesuai untuk bercocok tanam tanaman semusim. Namun rekomendasi vegetasi pada lahan tersebut disarankan dengan menanam vegetasi permanen seperti hutan rakyat atau agroforestri untuk mencegah



terjadinya erosi dan mengurangi daya rusak air terhadap tanah, serta bisa juga dengan menerapkan teknik teras individu.



2) Titik A2.2 1. Pisang a. Ketinggian berada pada kelas S1 dengan ketinggian pada titik 2.2 yaitu 751,52 mdpl b. Drainase berada pada S2 karena pada titik 2.2 memiliki drainase agak baik. c. Tekstur atas berada pada kelas S3 yaitu agak kasar dan tekstur bawah berada pada kelas S1 dengan tekstur agak halus serta pada titik 2.2 memiliki kedalaman tanah >75 cm yang masuk pada kelas S1. d. Bahaya erosi masuk pada kelas S3 dengan nilai lereng pada titik 2.2 sebesar 19% e. Tidak terdapat batuan pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 2. Pepaya a. Drainase pada titik 2.2 agak baik dan masuk kedalam kelas S1 b. Tekstur atas berada pada kelas S3 yaitu agak kasar dan tekstur bawah berada pada kelas S1 dengan tekstur agak halus serta pada titik 2.2 memiliki kedalaman tanah >100 cm yang masuk pada kelas S1. c. Bahaya erosi masuk pada kelas S3 dengan nilai lereng pada titik 2.2 sebesar 19% d. Tidak terdapat bahaya banjir pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 e. Tidak terdapat batuan pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 3. Apel a. Drainase pada titik 2.2 agak baik dan masuk kedalam kelas S1 b. Tekstur atas berada pada kelas S3 yaitu agak kasar dan tekstur bawah berada pada kelas S1 dengan tekstur agak halus serta pada titik 2.2 memiliki kedalaman tanah >100 cm yang masuk pada kelas S1. c. Bahaya erosi masuk pada kelas S3 dengan nilai lereng pada titik 2.2 sebesar 19% d. Tidak terdapat bahaya banjir pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 e. Tidak terdapat batuan pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 4. Kopi Arabika a. Ketinggian berada pada kelas S2 dengan ketinggian pada titik 2.2 yaitu 751,52 mdpl b. Drainase berada pada S2 karena pada titik 2.2 memiliki drainase agak baik c. Tekstur atas berada pada kelas S3 yaitu agak kasar dan tekstur bawah berada pada kelas S1 dengan tekstur agak halus serta pada titik 2.2 memiliki kedalaman tanah >100 cm yang masuk pada kelas S1.



d. Bahaya erosi masuk pada kelas S3 dengan nilai lereng pada titik 2.2 sebesar 19% e. Tidak terdapat batuan pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 f. Tidak terdapat bahaya banjir pada titik 2.2 sehingga masuk pada kelas S1 Nilai lereng pada titik 2.2 menjadi faktor pembatas, namun masih pada kelas S3 atau sesuai. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir adanya erosi yang disebabkan oleh nilai lereng yang berada pada kelas S3 dapat dilakukan dengan pembuatan terasering. 3) Titik A2.3 1. Apel a. Drainase pada titik 2.3 baik dan masuk kedalam kelas S1 b. Tekstur atas dan tekstur bawah berada pada kelas S1 yaitu agak halus serta pada titik 2.2 memiliki kedalaman tanah 50 cm yang masuk pada kelas S3. c. Bahaya erosi masuk pada kelas ringan-sedang atau kelas S2 dengan nilai lereng pada titik 2.3 sebesar 9% d. Tidak terdapat bahaya banjir pada titik 2.3 sehingga masuk pada kelas S1 e. Tidak terdapat batuan pada titik 2.3 sehingga masuk pada kelas S1 5. Kopi Arabika a. Drainase berada pada S1 karena pada titik 2.3 memiliki drainase baik. b. Tekstur atas dan tekstur bawah berada pada kelas S1 yaitu agak halus c. Bahaya erosi masuk pada kelas S2 dengan nilai lereng pada titik 2.3 sebesar 9% d. Tidak terdapat batuan pada titik 2.3 sehingga masuk pada kelas S1 e. Tidak terdapat bahaya banjir pada titik 2.3 sehingga masuk pada kelas S1 Pada titik 2.3 yang menjadi faktor pembatas ialah permeabilitas, namun masih pada kelas S3 atau sesuai. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir adanya kelebihan air yang disebabkan oleh permeabilitas yang tergolong sedang dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik pada tanah, bisa seperti penambahan pupuk organik. B. Rangkuman Kelas Kemampuan Lahan 



Kelas I



Penggunaaan lahan pada kelas ini dapat digunakan sebagai penggunaan lahan pertanian, padang pengembalaan hutan dan cagar alam. Tanah-tanah dalam kelas I ini umumnya bertopografi datar-agak datar, bahaya erosi termasuk ringan. Tanah umumnya memilki kedalaman sefktif yang dalam, berdreinase baik dan mudah diolah. Kapasitas menahan air baik, kesuburan tanah cukup tinggi atau sangat



tanggab terhadap pemupukan. Kapasitas menahan ar bak, kesuburan tanah cukup tinggi, atau sangat tahan terhadap pemupukan. Tanah kelas I ni aman dari bahaya banjir. Suatu tanah dapat dimasukkan kedalam kelas I jka memliki topografi yang hampir datar, daerah perakaran dalam, permeabilitas dan kapasitas menahan air yang bak, serta mudah diolah. Beberapa dari tanah ni perlu perbaikan terlebh dahulu, seperti perataan, pencucan garam larut atau penurunan muka air tanah secara musiman. Jika kendala adalah garam, permukaan air tanah, bahaya banjir atau bahaya erosi terjadi maka kendala termasuk kendala permanen sehingga tidak dapat dimasukkan kedalam kelas I. 



Kelas II Tanah dalam kelas II memiliki beberapa kendala yang mengurangi pilihan



penggunaannya atau memerlukan praktik tindakan konservasi yang sedang. Tanah tanah dalam kelas ini membutuhkan pengelolaan tanah secara hati hati. Tanah tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam. Penghambat yang ada dalam kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari pengaruh berikut: (1) lereng landai, (2) kepekaan erosi atau bahaya erosi sedang atau telah mengalami erosi sedang, (3) kedalamaan efektif tanah agak dalam, (4) struktur tanah dan kemampuan tanah untuk diolah agak kurang baik, (5) salinitas ringan sampai sedang atau terdapat garam natrium yang mudah diatasi, (6) kadang kadang mengalami luapan air (banjir) yang merusak, (7) kelebihan air yang ada dapat diatasi dengan drainase tetapi air tetap ada sebagai pembatas yang tingkatannya sedang dan (8) keadaaan iklim agak kurang sesuai bagi tanaman. Tanah tanah dalam kelas ini mungkin memerlukan sistem penanaman konservasi khusus atau metode pengolahan tanah jika akan digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah. Misalnya, tanah yang dalam dengan lereng landai dan memilih bahaya erosi sedang, jika digunakan untuk tanaman semusim mungkin memerlukan salah satu atau kombinasi tindakan tindakan berikut: teras, penanaman dalam bidang bidang tekstur (stripcropping), pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan rumput dan tanaman legum, mulsa, pemupukan dan pengapuran.







Kelas III Lahan kelas III dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan



tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa. Hambatan yang terdapat pada lahan kelas III adalah terbatasnya waktu penggunaan dan waktu pengolahan, pilihan jenis tanaman bagi tanaman semusim atau kombinasi dari ketiganya. Dimana hal tersebut disebabkan oleh salah satu atau beberapa sifat lahan berikut : 1. 2. 3. 4. 5.



Lereng yang agak curam Peka terhadap erupsi atau telah mengalami erosi yang berat Seringkali mengalami banjir yang merusak tanaman Lapisan bawah tanah yang berpermeabilitas lambat Kedalaman tanah dangkal di atas batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapu (fragipan) atau lapisan lempung



6. 7. 8. 9.



padat (claypan) yang membatasi perakaran dan simpanan air Terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase Kapasitas menahan air rendah Salinitas atau kandungan natrium sedang Hambatan iklim yang agak besar.



Pada peta kemampuan lahan, lahan kelas III biasanya diberi warna merah. Di beberapa daerah beririgasi, beberapa tanah kelas III memiliki penggunaan yang terbatas karena muka air tanah dangkal, permeabilitas rendah, dan adanya bahaya akumulasi garam atau sodik. 



Kelas IV Tanah dalam kelas ini mempunyai kendala yang sangat berat sehingga



membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati. Jika digunakan untuk tanaman semusim, tanah ini memerlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipertahankan. Tanah kelas IV mungkin hanya cocok untuk dua atau tiga macam tanaman pertanian atau tanaman yang memiliki produksi rendah. Tanah dalam kelas ini dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. Terdapat beberapa kendala yang disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor berikut :



a. b. c. d. e. f. g. h. i.



lereng curam sangat peka terhadap erosi telah mengalami erosi masa lalu yang parah tanah dangkal kapasitas menahan air rendah sering tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman kelebihan air bebas dan bahaya genangan setelah drainase salinitas atau kandungan natrium yang tinggi keadaan iklim yang cukup merugikan







Kelas V Lahan



kelas



V



hanya



sesuai



untuk



tanaman



rumput,



padang



penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam dikarenakan tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Pada peta kemampuan lahan, biasanya lahan kelas III biasanya diberi warna hijau tua. Ciri-ciri lahan kelas V pada kelas kemampuan lahan ialah sebagai berikut: 1. Tanah-tanah yang terletak di dasar lembah yang sering dilanda banjir sehingga sulit digunakan untuk penanaman tanaman semusim secara normal. 2. Berbatu-batu (lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup kerikil atau batuan). 3. Tanah hampir datar tetapi klim yang kurang sesuai untuk berproduksi secara normal. 4. Tanah-tanah rawa yang tidak memungkinkan didrainase untuk tanaman semusim, akan tetapi dapat ditanami rumput atau tanaman pohon dengan pengelolaan yang tepat. 5. Mempunyai kombinasi hambatan tersebut. 



Kelas VI Penggunaan tanah-tanah pada kelas VI hanya terbatas untuk padang



rumput, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam karena tanah-tanah pada kelas VI mempunyai penghambat diantaranya:



a. Lereng curam b. Bahaya erosi berat c. Telah tererosi berat d. Berbatu e. Zona perakaran dangkal f. Kelebihan air atau kebanjiran g. Kapasitas menahan air rendah h. Salinitas atau kandungan Na tinggi i. Iklim tidak mendukung Jika tanah pada kelas VI berada di lereng yang agak curam akan digunakan sebagai penggembalaan atau hutan produksi maka harus dikelola dengan baik. 



Kelas VII Tanah dalam kelas VII tidak sesuai digunakan untuk lahan pertanian dan



hanya sesuai digunakan untuk padang rumput, hutan produksi dan suaka alam. Tanah-tanah pada kelas VII memiliki beberapa penghambat seperti lereng sangat curam, mengalami erosi sangat berat, memiliki tanah yang dangkal, berbatu, tanah selalu tergenang, kandungan garam dan Na tinggi, iklim yang tidak mendukung, serta pembatas lain yang menyebabkan tanah pada kelas VII tidak sesuai untuk pertanian. 



Kelas VIII Tanah dalam kelas VIII memiliki pembatas yang menghalangi penggunaan



tanah ini untuk produksi tanaman secara komersial dan membatasi penggunaanya hanya untuk pariwisata dan suka alam. Pembatas yang ada sulit atau tidak dapat diperbaiki akibat dari satu atau lebih sifat berikut: (1) erosi dan bahaya erosi sangat berat, (2) iklim sangat tidak mendukung, (3) tanah selalu basah, (4) sangat berbatu, (5) kapasitas menahan air sangat rendah, dan (6) salinitas dan kandungan Na tinggi. Contoh lahan kelas VIII yaitu tanah yang telah rusak dan sangat terdegradasi, tanah dengan singkapan batuan, pantai berpasir dan lahan-lahan hampir gundul lainnya.



DAFTAR PUSTAKA Balitjestro Litbang Pertanian. 2014. Panduan Budidaya Tanaman Jeruk. Balitbangtan-Kementrian Pertanian. Ritung, S., K. Nugroho, A. Mulyani, dan E. Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian 9Edisi Revoso). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 168 hal.