Klasifikasi Resin Komposit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.4.



Klasifikasi Resin Komposit



Klasifikasi resin komposit berdasarkan bahan activator-inisiator: 1.



Resin yang diatifkan secara kimia Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya activator amin tersier (N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas, dan polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.



2.



Resin yang diakifkan dengan sinar Sinar tampak digunakan untuk mengaktifkan polimerisasi dari resin komposit. Komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan bahan yang diaktifkan secara kimia. Komposit gigi mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal dalam suatu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul fotoinisiator dan activator amin, terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan. Fotoinisiator



yang umum digunakan adalah champoroquinone, yang memiliki



penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region dari spectrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2% berat. Juga ada sejumlah akselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan cchamproroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% berat, yang ada dalam pasta. Klasifikasi resin berdasarkan ukuran rata-rata bahan pengisi partikel utama. 1.



Komposit Tradisional Komposit tradisional juga disebut komposit konvensional atau komposit berbahan pengisi makro karena ukuran partikel bahan pengisi relative besar. Karena bahan-bahan ini bukanlah bahan yang biasa digunakan lagi, istilah konvensional harus diganti dengan tradisional. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Meskipun ukuran rata-rat partikel 8-12 µm, partikel sebesar 50 µm mungkin juga ada. Banyaknya bahan pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65%



volume. Partikel pengisi terpapar, beberapa cukup besar, dikelilingin oleh sejumlah besar matriks resin. 2.



Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil Komposit berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam komposit tradisional. Rata-rata ukuran bahan pengisi komposit berukuran 1-5 µm, tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80% berat dan 60-65% volume) dibandingkan dengan komposit tradisional. Ini khususnya berlaku untuk bahan yang dirancang bagi restorasi posterior. Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Matriks resin dari bahan ini serupa dengan komposit berbahan pengisi mikro dan tradisional. Bahan pengisi utama terdiri atas partikel tumbuk dilapisi silane. Silica koloidal umumnya ditambahkan dalam jumlah sekitar 5% berat untuk menyesuaikan kekentalan pasta.



3.



Komposit Berbahan Pengisi Mikro Dalam usaha mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silica koloidal sebagai bahan pengisi anorganik. Partikel individu berukuran 0,04 µm. Konsep komposit dengan bahan pengisi mikro mendukung pengikatan resin dengan bantuan bahan pengisi, sehingga komposit ini menunjukkan suatu permukaan yang halus serupa denan yang diperoleh dari tambalan resin akrilik langsung tanpa bahan pengisi. Partikel silica koloidal yang kecil ini cenderung menggumpal. Selama pengadukan, sebagian penggumpalan pecah. Secara tidak sengaja, penggumpalan membentuk ukuran sebesar 0,04-0,4 µm. Amatlah ideal bila bahan pengisi silica koloidal ini dapat ditambahkan dalam jumlah besar secara langsung terhadap matriks resin. Namun, ini adalah tidak mungkin, karena



besarnya areas permukaan yang harus dibasahi oleh matriks resin dapat menyebabkan penebalan yang tidak semestinya meskipun dengan penambahan bahan pengisi yang amat sedikit. Meskipun beberapa pendekatan dapat digunakan untuk meningkatkan muatan bahan pengisi, masing-masing mengorbankan konsep ideal dari suatu resin yang diisi dengan hamburan silica koloidal. Salah satu pendekatan adalah melelehkan silica koloidal sehingga diperoleh partikel sebesar sepersepuluh micron. Penggumpalan yang lebih besar ini menyebabkan penurunan area permukaan, memungkinkan lebih banyak bahan pengisi menyatu dengan tanpa terlalu banyak mempengaruhi daya aliran bahan (reologi). 4.



Komposit Hibrid Katagori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit partikel kecil sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil tersebut. Komposit hybrid dipandang sebagai bahan yang memiliki estetika setara dengan komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi anterior. Seperti yang terlihat dari namanya, ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit hybrid. Kebanyakan bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silica koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan, yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 75-80% berat. Kaca mempunyai ukuran partikel rata-rata 0,6-1 µm. Pada distribusi yang tipikal, 75% dari partikel yang dihaluskan lebih kecil dari 1,0 µm. Silika koloidal membentuk 10-20% berat dari seluruh kandungan bahan pengisi. Dalam keadaan ini, bahan pengisi mikro juga berpengaruh nyata pada sifat bahan. Partikel pengisi yang lebih kecil, begitu juga sejumlah besar bahan pengisi mikro, akan meningkatkan daerah permukaan. Jadi, seluruh muatan pengisi tidak sebanyak muatan pengisi pada beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil. 1.5.



Keuntungan dan kerugian Resin Komposit 1) Kelebihan Resin Komposit  Daya tahan 3,3 – 16 tahun (Crim, ‘91)



 Pengantar panas yang buruk  Tidak menimbulkan arus galvanis  Biokompatibel. Ditinjau darisegi iriyasi pulpa komposit lebih baik dari semen silikat maupun akrilik tanpa bahan pengisis  Pembuangan jaringan sehat tidak banyak  Estetik memuaskan



 Mempunyai ekspansi termis lebih kecil dari pada unfilled resin  Kebanyakan komposir adalah radiopak 2) Kekurangan Resin Komposit  Mengkerut (kontraksi) saat reaksi polimerisasi volume menyusut 2,6 – 7 % akibatnya adalah:  Timbul celah / gap antara tumpatan & jaringan gigi sehingga pada tumpatan terjadi kebocoran mikro secara klinis terlihat perubahan warna dan timbul rasa sakit (sensitif) setelah penumpatan  Tepi tumpatan akan retak & terlepas dari dinding email sehingga timbul celah mikro dengan akibat :  mudah menimbulkan kepekaan  perubahan warna  invasi bakteri  karies sekunder  Koefisien muai resin komposit 6 kali lebih. besar dari jaringan gigi (Craig ’96) pada perubahan suhu resin komposit akan mengembang atau menyusut dalam proporsi lebih besar daripada jaringan gigi.  Mekipun memiliki estetis yang sangant baik pada mulanya, bahan ini dapat berubah warna setelah pemakaian yang lama. Juga adanya penumpukan plak dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna.  Pada kebanyakan komposit sukar mendapatkan hasil permukaan yang halus dengan memakai teknik aberasi dan pemolesan. Juga terjadi aberasi pada saat pemakaian sehingga membuat permukaan restorasi menjadi kasar. 1.6. Indikasi dan Kotraindikasi Resin Komposit Menurut ADA (american dental associaton), Indikasi Resin Komposit adalah :



1) Resin preventive pada pit dan fisur Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin preventive)



adalah untuk



menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur, seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat



mudah terserang karies, karena sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi (Yoga, 1997). 2) Lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi konservatif  Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email  Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika    



mempertimbangkan segi estetik Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan mahkota  Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang melemah  Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal.



(Summit dkk, 2001) 3) Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor estetika suatu restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan. Resin komposit merupakan material restorasi yang paling pesat perkembangannya dibandingkan material restorasi sewarna gigi lainnya, seperti : silikat, resin akrilik dan semen ionomer kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin komposit seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut dalam cairan mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikromekanis. 4) Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Menurut ADA(American Dental Assosiciaton) kontraindikasi dari Resin Komposit adalah: 1) Tekanan oklusal yang besar Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai kekuatan menahan



tekanan



oklusi



lebih



rendah



dibandingkan



amalgam.



Tumpatan



menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism. 2) Tempat atau area yang diisolasi Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan



bahan restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva atau darah. 3) Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit. Reaksi alergi yang dilaporkan akibat penggunaan bahan resin komposit sangat sedikit. Sensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan bahan resin komposit jarang ditemui. Namun, perlekatan monomer resin pada beberapa individu dapat menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi berupa dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer yang tidak bereaksi.