Klenteng Sanggar Agung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Klenteng Sanggar Agung



Klenteng Sanggar Agung NRP dan Nama Penulis 1 (font Times New Roman, 12, 1 spasi) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah memahami tentang Klenteng Sanggar Agung. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini menjelaskan mengenai fenomena sosial ekonomi disekitar dengan cara menitik beratkan pada studi pustaka. Dari hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa Klenteng Sanggar Agung didirikan oleh keluarga Soetiadji Yudho. Klenteng ini pertama kali diresmikan pada tahun 1999 dan saat itu bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Tujuan dibangunnya klenteng ini menurut pendirinya adalah untuk membawa semangat spiritual umat Tridharma sekaligus sebagai sebuah ikon Kota Surabaya. Fungsi utama dari Klenteng Sanggar Agung tentunya sebagai tempat ibadah khusus untuk umat Tridharma seperti agama Khonghucu, Budha dan Taoisme. Karena arsitekturnya yang unik membuat tempat ini juga menjadi tempat pariwisata dan banyak wisatawan. Kata kunci: Wisata Religi, Klenteng Sanggar Agung, Wisata Surabaya PENDAHULUAN Pariwisata menjadi salah satu sektor yang mulai diperhitungkan atau diperhatikan di Indonesia. Dari sumber daya alam yang ada, pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi yang sangat layak untuk dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pengembangan pariwisata ikut berperan dalam pergerakan perekonomian dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti semakin terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan baik masyarakat itu sendiri maupun negara khususnya Pemerintah Daerah. Suparlan (1981: 87) menyatakan bahwa religi (keagamaan) sebagai sistem kebudayaan. Wisata religi yang dimaksud lebih mengarah pada wisata ziarah (wisata keagamaan) untuk mengunjungi makam/kubur (Ruslan, 2007: 6). Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sangat banyak sekali tempat-tempat pariwisata yang bagus yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan provinsi yang lain. Kota Surabaya sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi-potensi pariwisata yang cukup banyak yang dapat dikembangkan lebih serius, salah satu objek wisata yang sedang dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya yang bekerjasama dengan Badan Pengelola Klenteng Sanggar Agung. Klenteng Sanggar Agung adalah salah satu klenteng di Surabaya yang mempunyai bentuk atap unik dengan design khas Jawa yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah namun juga sebagai pariwisata, bahkan pengelola Klenteng Sanggar Agung sengaja menyiapkan jalur khusus bagi pengunjung yang bertujuan untuk wisata agar tidak mengganggu pengunjung lain



1



Klenteng Sanggar Agung



yang beribadah. Di sana ada patung Dewi Kwan Im yang mempunyai tinggi sekitar 18 meter yang berada di sisi timur klenteng. Pada penelitian sebelumnya telah ada penelitian tentang peranan pemerintah Kota Surabaya dalam mengembangkan wisata religi oleh Puspita pada tahun 2011 tentang objek wisata religi dan potensi-potensi yang ada di Kota Surabaya. Atas dasar itulah peneliti menjadikan Klenteng Sanggar Agung menjadi objek penelitian yang merupakan salah satu tempat wisata religi di Kota Surabaya. Peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut; (1) Bagaimanakah Sejarah singkat Klenteng Sanggar Agung?; dan (2) Apa saja fungsi Klenteng Sanggar Agung? Penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip metode kualitatif. Dalam hal ini merujuk pada pendapat Creswell (dalam Ratna, 2011;333) yang mendefinisikan metode kualitatif merupakan metode untuk memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial kemanusiaan. Selain itu, metode kualitatif dengan menggunakan sebuah hipotesis secara implisit dalam keseluruhan penelitian, analisis banyak dilakukan menggunakan kata-kata, dan pertanyaan terbuka sehingga secara keseluruhan disebut sebagai cara penyajian informal. KAJIAN PUSTAKA 1. Klenteng Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia klenteng merupakan bangunan tempat memuja (berdoa, bersembahyang) dan melakukan acara keagamaan bagi penganut konghucu. Klenteng mengajarkan tiga ajaran yang disebut Tri Dharma ( San jiao 三 教 atau dalam dialek Hokkian biasa disebut dengan Sam Kau), terdiri dari Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme. 2. Sejarah Sejarah adalah suatu studi yang telah dialami manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam pada aspek peristiwa sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang disusun dalam cerita sejarah (I Gede Widja, 1989: 9). Selain itu, menurut Kartodirjo (1982;12) Sejarah adalah gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu. Dari beberapa pengertian sejarah di atas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian atau peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi pada masa lalu. TEMUAN DAN ANALISIS 1. Sejarah Singkat Klenteng Sanggar Agung. Pengembangan tempat ini sudah berkembang pesat, yang semula tempat ini adalah tempat beribadah, namun saat ini sudah berubah menjadi tempat wisata yang memiliki ciri khasnya sendiri. Klenteng Sanggar Agung didirikan oleh



2



Klenteng Sanggar Agung



keluarga Soetiadji Yudho. Menurut Gildas (2016) Soetiadji Yudho merupakan pemilik kawasan wisata keluarga dan sport center di Kenjeran Park Surabaya. Keluarga Soetiadji Yudho membangun beberapa tempat tersebut tidak diperuntukkan hanya untuk golongan tertentu. Itu merupakan wujud komitmennya untuk melestarikan budaya Tionghoa dan nusantara. Klenteng ini pertama kali diresmikan pada tahun 1999 dan saat itu bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Tujuan dibangunnya klenteng ini menurut pendirinya adalah untuk membawa semangat spiritual umat Tridharma sekaligus sebagai sebuah ikon Kota Surabaya. Dua tahun berikutnya patung raksaksa Kwan Im dibangun. Pembangunan kelenteng ini dilakukan di area dengan luas sekitar 4000 meter persegi. Klenteng ini dibangunan dengan arsitektur Bali yang dikombinasikan dengan budaya Jawa. Klenteng Sanggar Agung dibangun dengan sengaja membawa image rumah tradisional Indonesia agar tak terjebak pada gaya klenteng, vihara, atau kuil kebanyakan. Meskipun begitu, tradisi kuil China masih tampak di Sanggar Agung. (Badan Pembangunan Infrastruktur Wilayah, 2016).



Gambar 1. Informasi Klenteng Sanggar Agung. Sumber Gambar: Direktori Pariwisata Indonesia Yang cukup unik dari Kelenteng ini adalah pintu masuk yang menyerupai bentuk pura tempat ibadah umat hindu. Kemudian pada sisi kanan bagian depan kelenteng terdapat relief kayu yang mengisahkan Sang Buddha Gautama sewaktu masih anak-anak beserta ibu kandungnya serta relief tentang kehidupannya. Pada bagian ruangan sanggar terdapat altar utama dengan patung Buddha berlatar belakang dinding dengan relief Buddha berwarna emas. Sedangkan pada bagian altar utama terdapat beberapa arca Sang Buddha dan Dewa lainnya. Pada ruangan lain terdapat altar dengan ukuran lebih kecil dengan arca dewa. Pada halaman belakang terdapat sepasang patung naga dengan motif ukiran yang menghiasi pintunya. Bagian belakang klenteng merupakan bagian yang paling indah, dimana terdapat patung Dewi Kwan Im Pouw Sat dan empat pelindungnya. Ada juga 2 patung naga di setiap sisi patung dewi Kwan Im dengan panjang masing-masing 6 meter. Sedangkan patung Kwan Im sendiri memiliki tinggi sekitar 20 meter dan tampak indah layaknya karya seni. 2. Fungsi Klenteng Sanggar Agung.



3



Klenteng Sanggar Agung



Fungsi utama dari Klenteng Sanggar Agung tentunya sebagai tempat ibadah khusus untuk umat Tridharma seperti agama Khonghucu, Budha dan Taoisme. Berlokasi di tepi laut membuat klenteng ini sering menjadi tempat rujukan bagi keluarga yang hendak nyekar leluhur mereka. Terutama yang telah dikremasi. Uniknya untuk mengurus klenteng ini juga terdapat karyawan dari umat beragama lain seperti dari umat Islam dan Kristen. Karena arsitekturnya yang unik membuat tempat ini juga menjadi tempat pariwisata dan banyak wisatawan yang berfoto di Patung Kwan Im maupun di daerah sekitaran klenteng. Tentu ini bukan suatu hal yang mengherankan, mengingat patung ini sangat unik. Klenteng Sanggar Agung menyajikan berbagai macam fasilitas. Seperti area bermain Kya-kya Playground dan Waterpark yang semakin melengkapi area permainan disana. Namun yang berbeda sekaligus menarik dari Pantai ini adalah Stupa Maha Brahma atau patung Buddha empat wajah dan juga patung Dewi Kwan Im yang merupakan tempat peribadatan bagi umat Buddha sekaligus menjadi tempat wisata menarik bagi pengunjung lainnya. Klenteng Sanggar Agung kini menjadi sebuah obyek wisata di kawasan pantai Kenjeran di Surabaya (ibid). Keberadaan Sanggar Agung menjadi lebih menarik karena lokasi klenteng ini terletak tepi laut dan jika Anda berdiri di bawah gerbang raksasa dengan patung-patungnya yang indah dan artistik itu, kita bisa menyaksikan panorama indahnya Pantai kenjeran dengan latar belakang Jembatan Suramadu di kejauhan (Jatmiko, 2018). KESIMPULAN Klenteng Sanggar Agung didirikan oleh keluarga Soetiadji Yudho. Klenteng ini pertama kali diresmikan pada tahun 1999 dan saat itu bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Tujuan dibangunnya klenteng ini menurut pendirinya adalah untuk membawa semangat spiritual umat Tridharma sekaligus sebagai sebuah ikon Kota Surabaya. Fungsi utama dari Klenteng Sanggar Agung tentunya sebagai tempat ibadah khusus untuk umat Tridharma seperti agama Khonghucu, Budha dan Taoisme. Karena arsitekturnya yang unik membuat tempat ini juga menjadi tempat pariwisata dan banyak wisatawan. Saran 1. Pembangunan sarana dan prasarana didalam menunjang kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan lebih memperbaiki sarana dan prasarana terlebih di dalam sarana transportasi umum agar setiap pengunjung yang bertujuan untuk beribadah maupun berwisata dapat merasakan kenyamanan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pembangunan Infrastruktur Wilayah. (2016). Sinergi. Jakarta: Penerbit Kemetrian PUPR.



4



Klenteng Sanggar Agung



Gildas, Tito. (2016). Sky Dome Gedung Langitnya Surabaya, Liputan 6, url;https://surabaya.liputan6.com/read/4027401/sky-dome-gedung-langitnyasurabaya Hasibuan, M. (2007). Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara. Jatmiko, Priyo. (2018). Tempat Wisata di Surabaya: Volume 1. Surabaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kartodirjo, Sartono. (1982). Pemikiran dan perkembangan historiografi Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia. Ratna, I Nyoman Kutha. (2011). Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Ruslan, A. (2007). Ziarah Wali Spiritual Sepanjang Masa. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Timur Suparlan, Parsudi. (1981/82). “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama: Agama sebagai Sasaran Penelitian Antropologi”, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia (Indonesian Journal of Cultural Studies), Juni jilid X nomor 1. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Widja, I Gede. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 



5