KLMPK 1 (Biopsikologi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOPSIKOLOGI Penglihatan dari Sudut Pandang Biopsikologi



OLEH



AYU HIJRIYAH BATIS J. D. TAOPAN



(1707020043) (1807020045)



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA



2021 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan, berkat rahmat dan karunianya penyusunan makalah yang bertema “Penglihatan dari Sudut Pandang Psikologi” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Banyak kendala yang saya jumpai dalam penyususnan makalah ini, namun berkat dukungan dan masukan dari berbagai pihak, saya dapat menyelesaikan makalah ini. saya menyadari segala keterbatasan, dengan kelebihan dan kekurangan dalam penyusunannya, saya berharap bisa dimaklumi. Demikian makalah ini saya buat dengan sebaik mungkin. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan wacana dan menambah informasi bagi pembaca sekalian. Amin



Kupang, Oktober 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. A. Latar Belakang .......................................................................................................... B. Rumusan Masalah..................................................................................................... C. Tujuan Penulisan....................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 1. 2. 3. 4. 5.



Apa saja struktur anatomi mata? Apa itu sistem visual? Bagaimana sistem kerja sistem visual? Apa saja jenis kelainan dari sistem visual? Apa hubungan antara penglihatan dengan biopsikologi?



BAB III PENUTUP ................................................................................................................ Kesimpulan ............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biopsikologi adalah salah satu cabang ilmu yang didalamnya membahas mengenai tingkah laku manusia yang berdasarkan pada proses-proses biologis. Ilmu biologi sendiri sudah ada sejak lama, dan masuk ke dalam ilmu neuroscientific sejak abad 20, dan teori fenomena psikologis yang kompleks seperti persepsi, emosi, pemikiran dan ingatan diproduksi dari aktivitas otak. Dalam perkembangannya, biopsikologi dapat mengarah pada keanekaragaman kajian secara spesifik yang selanjutnya dapat mngerucut pada enam divisi utama, yaitu: 1. Physiological Psychology (Psikologi fisiologis/psikologi faal) 2. Psychopharmacology (Psikofarmakologi) 3. Neuropsychology (Neuropsikologi) 4. Psychophysiology (Psikofisiologi) 5. Cognitive Neuroscience (neurosains kognitif). Dalam pembahasannya pun, salah satu yang menjadi pembahasannya adalah mengenai sistem visual atau penglihatan. Sistem visual adalah bagian dari sistem saraf pusat yang letaknya ada di bagian tubuh atas manusia yaitu kepala. Alat utama dari sistem ini adalah mata, yang mana dapat diartikan sebagai suatu indra penglihatan. Mata memiliki peran dan fungsi untuk mendeteksi serta memproses cahaya yang tampak untuk membangun sebuah representatsi dari lingkungan sekitarnya. Dalam pembahasan kali ini tidak hanya membahas mengenai apa itu sistem visual atau penglihatan, tetapi juga akan membahas mengenai apa saja bagian-bagian dari sitem visual, cara kerja sistem visual, dan pengaruhnya dengan biopsikologi. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja struktur anatomi mata? 2. Apa itu sistem visual? 3. Bagaimana sistem kerja sistem visual? 4. Apa saja jenis kelainan dari sistem visual? 5. Apa hubungan antara penglihatan dengan biopsikologi? C. Tujuan Agar lebih mengetahui mengenai struktur anatomi mata, apa itu sitem visual beserta beberapa kelainannya, dan juga hubungannya dengan biopsikologi.



BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Anatomi Manusia Mata sebagai organ penglihatan memiliki beberapa struktur anatomis, berupa rongga orbita, kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, bola mata dan otot penggerak bola mata. 1. Rongga orbita. Adalah rongga yang berisi bola mata dengan berbentuk piramid yang terdapat tujuh tulang yang membentuk dinding orbita, yaitu lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri dari tulang maksila, bersamasama tulang palatinum dan zigomatikus. 2. Kelopak mata. Kelopak mata atau palpebrae merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata terdiri atas beberapa bagian, yaitu: 1. Kulit yang tipis pada bagian depan dan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. 2. Konjungtiva, yaitu membran tipis dan halus yang menutupi permukaan dalam setiap kelopak mata dan berefleksi pada bola mata, tempatnya menutupi bagian depan dari kornea. 3. Bulu mata, yaitu rambut pendek yang melengkung dan menonjol dari margo palpebrae. 4. Musculus orbicularis oculi, yaitu otot sirkular tipis yang yang mengelilingi mata, merupakan bagian dari kelopak mata dan bagian dari wajah. 5. Musculus levator palpebrae superior merupakan otot pembuka kelopak mata atas. 6. Alis mata yang dibentuk oleh jaringan lemak, serat musculus orbicularis oculi dan rambut yang terletak pada arcus superciliaris, penonjolan pada os frontale.



3. Sistem lakrimal. Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian, yaitu sistem produksi dan sistem ekskresi. Sistem produksi berupa kelenjar lakrimalis, sedangkan sistem ekskresi terdiri atas duktus lakrimalis, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimalis terletak pada sudut luar dan atas orbita, terletak pada cekungan dalam orbita bagian os frontale. Kelenjar ini tersusun dari sel-sel penyekresi dan bermuara melalui beberapa saluran ke dalam sakus konjungtiva pada sudut superolateral. 4. Konjungtiva. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata bagian belakang. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1. Konjungtiva



tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. 2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya. 3. Konjungtiva fornices atau forniks yaitu konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya, sehingga bola mata mudah bergerak.



5. Bola mata. Bola mata berbentuk hampir bulat, agak pipih dari atas ke bawah yang terletak dalam bantalan lemak, pada bagian depan dilindungi oleh kelopak mata dan di tempat lain dilindungi oleh tulang orbita. Bola mata terdiri dari iris, pupil, lensa, otot-otot siliria, bin spot, fovea, retina, kornea , sraf optic. B. Sistem visual Stimulus visual masuk ke dalam mata karena ada cahaya yang dipantulkan. Cahaya didefinisikan sebagai gelombang energy elektromagnetik yang panjangnya antara 380-760 nanometer. panjang gelombang tersebut penting untuk sistem visual manusia dapat merespons. Terdapat panjang gelombang yang tidak mampu dilihat oleh manusia yaitu gelombang inframerah dan ultraviolet. Dua unsur penting yang terdapat dalam cahaya adalah panjang gelombang dan intensitasnya. Panjang gelombang (wavelength) berperan dalam mempersepsikan warna (color) sedangkan intensitas berperan dalammempersepsikan gelap-terang (brightness). Cahaya dengan intensitas sama namun berbeda panjang gelombangnya, akan memiliki brightness yang berbeda. Semakin besar panjang gelombang maka semakin rendah frekuensi cahaya, maka warna merah memiliki energi lebih rendah daripada warna ungu. C. Cara Kerja Sistem Visual Dalam melaksanakan fungsinya sebagai indera penglihatan, mata memiliki dua sistem, yaitu sistem pembentukan citra dan sistem transduksi citra ke impuls listrik. Sistem pembentukan citra melibatkan organ kornea, lensa dan pupil. Sedangkan sistem transduksi citra ke impuls listrik melibatkan retina dan jarak visual yang menghubungkan antara organ mata dengan bagian-bagian yang ada di otak. 1. Sistem Pembentukan Citra



Cahaya yang masuk ke dalam mata akan melalui kornea sebagai bagian transparan yang berada pada permukaan depan mata. Setelah cahaya masuk melalui kornea, cahaya akan dibiaskan ke arah dalam untuk memulai membentuk citra. Dalam hal ini lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya dari obyek ke dalam retina. Oleh karena itu, bentuk lensa dapat berubah- ubah sesuai dengan jarak obyek yang akan difokuskan oleh lensa. Perubahan bentuk lensa ini dikendalikan oleh muskulus



siliaris yang berada di dalam korpus siliaris. Selain kornea dan lensa, organ mata yang juga turut serta dalam proses pembentukan citra adalah pupil. Ukuran pupil akan selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi cahaya. Perubahan ukuran pupil ini diatur oleh kontraksi serat-serat otot dilator radialis dan konstriktor sirkularis di iris. 2. Sistem transduksi citra ke impuls listrik Sistem transduksi citra ini terjadi pada retina. Di dalam retina, cahaya yang masuk ke dalam mata akan melewati neuron-neuron yang berada pada permukaan retina, sebelum merangsang sel-sel yang sensitif terhadap cahaya. Retina memiliki dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang ditemukan pada semua bagian retina, kecuali fovea. Bagian retina yang paling banyak mengandung sel batang adalah bagian perifer dari retina, dimana terdapat sekitar 300 atau lebih sel-sel batang yang mengisi setiap sel ganglion. Akibatnya, sel batang lebih sensitif dibandingkan sel kerucut. Akan tetapi, oleh karena pada bagian perifer retina hanya terdapat sedikit reseptor, maka konsekuensinya sel batang lebih mampu mendeteksi cahaya redup, sehingga ia berfungsi pada saat kondisi gelap. Jika sel batang sebagian besar terdapat pada bagian perifer dan tidak terdapat pada fovea, maka sel kerucut justeru lebih banyak terdapat pada fovea, walaupun juga ditemukan pada seluruh bagian retina yang lain. Setiap sel kerucut mengandung satu dari tiga pigmen terpisah yang masing-masingdari ketiganya dipucatkan oleh cahaya yang berbeda. Pola yang berbeda dari respon-respon sel kerucut ini memungkinkan warna yang berbeda dapat dibedakan. Sebagai konsekuensi dari keberadaan sel kerucut dalam fovea, dimana pada fovea lebih banyak mengandung reseptor, maka sel kerucut memiliki ketajaman yang jauh lebih tinggi dibanding sel batang. Itulah sebabnya, sel kerucut lebih mampu mendeteksi cahaya yang lebih terang. Dengan demikian sel kerucut bekerja pada cahaya dengan intensitas yang lebih tinggi atau pada saat kondisi terang. D. Jenis Kelainan Sistem Visual 1. Prospagnosia Adalah gangguan rekognisi visual yang menyebabkan kesulitan dalam mengenali wajah (agnosia). Agnosia adalah ketidakmampuan dalam mengenali. Visual agnosia adalah agnosia spesifik pada stimuli visual. Pasien agnosia visual sering melihat bagian wajah campur aduk antara dagu, mulut, hidung, mata dan tidak melihat wajah secara keseluruhan yang utuh. Mereka juga sering tidak mengenali dirinya sendiri saat bercermin di depan kaca. 2. Strabismus



Yaitu deviasi posisi sebuah mata relatif terhadap mata yang lain. Strabismus (mata juling) dapat terjadi akibat ketidak mampuan congenital untuk menggunakan kedua mata secara bersama-sama. Kelainan ini disebut strabismus non paralitik yang dapat di atasi dengan menutup mata yang dapat memfiksasi obyek. Sedangkan strabismus paralitik dapat terjadi pada usia dewasa, akibat dari adanya paralisis dari satu atau lebih otot yang mengontrol gerakan mata. 3. Miopia Yaitu ketidak mampuan mata untuk melakukan akomodasi yang adekuat terhadap obyek yang jauh. Miopia ini terjadi karena pemanjangan bola mata pada masa pertumbuhan. Kelainan ini dapat bersifat genetik maupun kesalahan dalam menggunakan mata, dan dapat ditolong dengan menggunakan lensa cekung. 4. Skotoma dan Komplesi Skotoma Adalah kerusakan pada korteks visual primer. Skotoma merupakan daerah buta yang ada di daerah yang berhubungan dengan medan visual kontralateral kedua bola mata. Terkadang, noda buta dapat melebar dan menutup sebagian besar medan penglihatan. Tes untuk mendeteksi skotoma adalah tes perimetri (Pinel, 2009). Banyak pasien dengan skotoma ekstensif tidak menyadarinya. Masih sedikitnya kesadaran akan bagian yang dilihat disebut Komplesi. 5. Blindsight Blindsight adalah fenomena yang terjadi pada pasien skotoma. Blindsight adalah kemampuan merespons stimuli visual dalam skotomanya meskipun memiliki kesadaran yang disadari terhadap stimuli tersebut. Contohnya adalah ketika pasien merasa dapat menjangkau dan memegang benda dalam skotomanya, padahal ia sama sekali tidak dapat melihatnya. E. Hubungan Sistem Visual (Penglihatan) dengan Biopsikologi Selain sebagai informasi awal yang dibutuhkan otak untuk bertindak, rangsangan visual ternyata juga dapat mempengaruhi psikologis manusia. Rangsangan visual yang sampai ke otak 25 bagian oksipitalis akan diintegrasikan ke bagian otak lainnya yang berperan dalam pengaturan emosi, yaitu sistem limbik. Selain itu terdapat beberapa ilusi optis yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia yang dimana bisa bersifat fisiologis dan kognitif. Dari kedua ilusi optis tersebut tentunya dapat mempengaruhi pandangan manusia. 1. Ilusi fisiologis.



Ilusi fisiologis adalah kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Hal ini dapat terjadi ketika otak mendapatkan sebuah rangsangan tertentu secara berlebihan.



2. Ilusi kognitif.



Ilusi ini terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu yang berasal dari luar. Ilusi ini terbagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks, dan ilusi fiksional. ➢ Ilusi ambigu. Yaitu ketika gambar atau objek bisa di tafsirkan secara berlainan. ➢ Ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang, atau sifat lurus lengkung. ➢ Ilusi paradox. Ilusi paradoks adalah ilusi yang terjadi karena objek yang tidak mungkin. ➢ Ilusi fiksional. Yaitu sebuah persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi masing-masing orang. Biasanya disebabkan oleh halusinogen atau orang yang mengalami halusinasi.



BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan Mata atau indra penglihatan adalah alat utama dari sistem visual. Untuk melihat, system penglihatan kita membutuhkan cahaya, mata, dan otak. Proses penglihatan dimulai dari cahaya yang mengenai benda lalu masuk ke mata lalu diterima oleh retina. Sensor-sensor yang terdapat di retina mengirimkan sinyal dari gambar benda ke otak melalui sel saraf penglihatan. System visual tidak menghantarkan gambar-gambar visual dengan lengkap ke korteks. Ia membawa informasi-informasi penting saja seperti lokasi, gerakan, kontras brightness dan kontras warna. Selain sebagai informasi awal yang dibutuhkan otak untuk bertindak, rangsangan visual ternyata juga dapat mempengaruhi psikologis manusia dan berperan untuk mengatur emosi manusia.



DAFTAR PUSTAKA http://harlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/3950/Buku+Biopsikologi+1.pdf https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/324fe1a8d52df97741b9b3c55a9a51da.p df http://digilib.uinsgd.ac.id/309/4/4_bab1.pdf http://repository.maranatha.edu/8403/3/1032018_Chapter1.pdf