Klorin Bebas Dan Total Klorin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling Pengambilan sampel pada praktikum klorin bebas dan total klorin kali ini dilakukan di sumur depan Laboratorium Lingkungan, jurusan Teknik lingkungan, Universitas Andalas. Sampel diambil pada hari Rabu, 29 April 2015 pukul 11.30 WIB. Titik koordinat pengambilan sampel yaitu 00o54’47,05” Lintang Selatan dan 100o27’50,54” Bujur Timur dengan elevasi 282 meter di atas permukaan laut. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel cerah. Pengambilan sampel menggunakan alat Vertical Water Sampler, dilakukan di satu titik, hal ini dikarenakan lebar saluran kecil. Kondisi air sumur cukup jernih. 2.2 Teori 2.2.1 Umum Klorin merupakan suatu senyawa yang beracun dan berbahaya bagi biota perairan, terutama derivatnya seperti asam hipoklorin dan kloramin (HOCl dan NH 2Cl). Kloramin terbentuk dari hasil reaksi antara klorin dengan ammonia yang terdapat dalam air laut yang pada kadar tertentu dapat menyebabkan kematian pada ikan (Edward, 2000). Klorin merupakan bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelenturan. Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksi dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu membubuhkan bakteria dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan (Laksono, 2009). 2.2.2 Karakteristik Senyawa Klorin Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Klor atau turunannya di perairan berasal dari limbah



industri yang menggunakan klor, misalnya sebagai desinfektan atau pelarut yang di buang ke perairan (Enjarlis, 2000). Klorin pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem Scheele, pada tahun 1774 dengan meneteskan sedikit larutan asam klorida (HCl) pada lempeng mangan oksida (MnO 2) yang menghasilkan gas berwarna kuning kehijauan. Reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut (Enjarlis, 2000): 4HCl(ag) + MnO2(s)



Cl2(g) + MnCl2(ag) + 2H2O(l)



Saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas tersebut. Pada tahun 1810 Sir Humprey Davy, seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas kuning



kehijauan



pada



percobaan



Scheele



adalah



sebuah



unsur



dan



menamakannya chlorine, yang berarti khloros dalam bahasa Yunani atau hijau. Menurut Scott (1994), klorin dalam suhu kamar berbentuk gas halogen (Golongan VII), bersifat sangat reaktif dan merupakan jenis oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur lain. Pada suhu -34oC, klorin berbentuk cair dan pada suhu -103oC berbentuk padatan kristal kekuningan (Hasan, 2006). Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah relatif jauh lebih besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya. Klorin dalam bentuk garam (misal NaCl) merupakan bentuk paling aman, sedangkan dalam bentuk gas, klorin dapat diperoleh dengan mengekstraksi larutan garam NaCl dengan cara elektrolisis (Hasan, 2006). 2.2.3 Manfaat Klorin Adapun manfaat dari klorin antara lain (Putranto, 2009): 1. Klorin dalam bentuk asam klorida (HCl) dapat digunakan pada industri logam sebagai bahan baku ekstraksi; 2. Fungsi klorin dalam natium klorida (NaCl) digunakan sebagai garam dapur; 3. Manfaat klorin dalam amonium klorida (NH 4Cl) digunakan sebagai bahan pengisi baterai.



2.2.4 Dampak Klorin terhadap Kesehatan



Klorin terurai ketika dicampurkan dengan air. Klorin mungkin juga dilepaskan dari air kemudian masuk ke udara dalam kondisi tertentu. Karena sifatnya yang reaktif, klorin tidak akan lama tinggal di tanah atau di dalam air. Tanaman dan hewan juga diketahui tidak mengakumulasi klorin dalam tubuhnya. Namun, studi laboratorium menunjukkan bahwa paparan berulang-ulang klorin dari udara dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, darah, jantung dan sistem pernapasan hewan (Hasan, 2006). Dampak yang ditimbulkan oleh klor bagi kesehatan diantaranya adalah (Rosyidi, 2010): 1. Konsentrasi 0,2-0,4 ppm dapat mengganggu indera pembau dalam beberapa waktu; 2. Konsentrasi 1-3 ppm menyebabkan iritasi membran mukosa, tetapi mampu ditoleransi kurang lebih satu jam; 3. Konsentrasi Kesehatan 5-15 ppm menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan; 4. Konsentrasi 30 ppm menyebakan sakit dada, sulit bernapas, muntah dan batuk; 5. Konsentrasi 40-60 ppm, bersifat racun dan dapat menyebakan pneumonitis and pulmonary edema; 6. Konsentrasi 430 ppm, menyebabkan letal lebih dari 30 menit; 7. Konsentrsi 1000 ppm, berdampak fatal dalam waktu beberapa menit seperti kematian. 2.2.5 Pengolahan Kadar Klorin dalam Air Salah satu cara mengurangi kadar klorin dalam air adalah dengan menggunakan Granulated activated carbon (GAC) atau butiran karbon aktif sebagai filter air dapat mengurangi kadar klorin dalam air yang akan kita pakai. Filter air dari arang ini efektif untuk mengurangi rasa dan bau dari air. Kita juga dapat sekalian membuat saringan air sederhana yang menggunakan arang sebagai salah satu bahan untuk saringan atau anda dapat juga menggunakan salah satu dari berbagai teknik penyaringan air sederhana untuk mendapatkan air minum. Tetapi cara terbaik adalah tidak menggunakan klorin untuk desinfeksi air minum dan sebagai gantinya dapat digunakan cara sederhana untuk melakukan desinfeksi pada air minum (Hasan, 2006).



Menentukan kadar klorin dalam air buangan dapat dilakukan dengan salah satu metode yaitu metode ampermetrik karena subjek yang akan diuji pada metode ini tidak akan mengalami peribahan warna, kekeruhan, zat besi, kandungan mangan atau kadar nitrogen. Metode lain yang dapat digunakan yaitu metode DPD, metode ini akan mempengaruhi konsentrasi tinggi dari monoklorin dengan segera setelah dilakukan penambahan reagen (Greenberg, 1992). 2.2.6 Metode Kolorimetri Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna. Metode kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Metode Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan aplikasi yang dibuat pada keadaan yang sama dengan menggunakan tabung Nessler atau kolorimeter Dubosque. Metode ini sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam air minum. Pada metode kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan dua larutan yang mengandung



zat



yang



sama



pada



kolom



dengan



kemampuan aerometer penampang yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar atau alat visualisasi (Greenberg, 1992).



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan



No



Volume (ml)



KlorinBebas (mg/l)



Total Klorin (mg/l)



1.



Blanko



5



0



0



2.



Sampel



5