KLP.5 - Makalah Filsafat Pendidikan Ipa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN IPA



FILSAFAT IPA DAN PENGEMBANGAN IPA MENGHADAPI ABAD 21 Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Muhlis, M. Si.



Oleh Kelompok V : A.A. Ayu Diah Kusumadewi



NIM



I2E021001



M. Akhyar Roysidi



NIM



I2E021006



Ulfah Nurkhaeroni



NIM



I2E021012



PROGRAM STUDI MPIPA PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM 2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Filsafat IPA dan Pengembangan IPA Menghadapi Abad 21”. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan kita semua selaku ummatnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun selain untuk menyelesaikan tugas kelompok, juga disusun untuk memberikan informasi kepada pembacanya tentang apa itu filsafat IPA dan bagaimana filsafat IPA menghadapi abad 21. Materi penyusunan makalah ini diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan lain-lain yang kami tau semuanya itu jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukkan guna untuk perbaikan pada tugas atau makalah pada waktu berikutnya. Demikian makalah ini kami buat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. aamiin



Mataram, September 2021 Penyusun,Kelompok 4



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................................



2



DAFTAR ISI.......................................................................................................................



3



BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................



4



A. Latar Belakang........................................................................................................



4



B. Rumusan Masalah...................................................................................................



6



C. Tujuan.....................................................................................................................



6



BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................



7



A. Filsafat IPA.............................................................................................................



7



B. Pengembangan IPA Abad 21..................................................................................



9



BAB III PENUTUP............................................................................................................



14



Kesimpulan...................................................................................................................



14



DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................



15



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan merupakan persepsi subyek (manusia) atas objek (riil dan gaib) atau fakta. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan alam yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Filsafat IPA mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan alam secara rasional. Filsafat IPA merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian, dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran IPA. Filsafat ilmu pengetahuan disebut juga kritik ilmu, dikarenakan historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi dalam mengkritik dogma-dogma dan tahayul. Dalam membangun filsafat IPA, jika IPA dikaji dari ketiga aspek yaitu ontologi, epistemology, dan aksiologi, maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok, dan kenyataan yang benar. Dalam membangun filsafat IPA, perlu menelusuri dari aspek Ontologi yaitu eksistensi (keberadaan) dan esensi (keberartian) ilmu-ilmu IPA. Dari aspek Epistemologi yaitu metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran IPA. Dan dari aspek Aksiologi yaitu manfaat dari IPA. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling mengeritik, mendukung, dan bertumpu untuk mendekati kebenaran. Filsafat IPA akan selalu senantiasa memperhatikan dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan. Dinamika ilmu yaitu dengan aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta yang ada, dengan prediksi dan juga hasil, dengan adanya aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi. Metode ilmiah yaitu dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan. Ciri ilmu pengetahuan yaitu perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu. Perkembangan kebudayaan dalam beberapa abad terakhir ini begitu cepat, di samping karena bertambahnya penduduk, pengaruh utama justru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, 4



dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yangberkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya. Berbagai macam upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Salah satunya ialah pengembangan kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu penerapan kurikulum 2013 ialah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam secara terintegrasi. Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata “science” atau dapat didefinisikan menjadi sains. Pada dasarnya penyebutan nama IPA sebenarnya sudah mengandung keterpaduan didalamnya. Hal ini dikarenakan objek, gejala, dan persoalan IPA pada hakikatnya holistik. Artinya dalam menghadapi objek, gejala dan persoalan IPA perlu ditinjau dari berbagai dimensi bidang seperti aspek fisik, khemis, biologi, teknologi kesehatan dan aspek lainnya. Koballa dan Chiappetta (2010 : 105) mendefinisikan IPA menjadi “as a way of thinking, as a way of investigating dan a body of knowledge” serta interaksi dengan teknologi dan masyarakat. Berdasarkan objek, gejala dan persoalan IPA serta teori hakikat IPA maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA sudah terdapat keterpaduan dan harus disampaikan secara terintegrasi. Pada abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age). Dalam era ini, semua alternative yang berupaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Pendidikan sains saat ini diarahkan untuk mempersiapkan siswa agar sukses hidup di abad 21. Kemajuan ilmu dipicu oleh lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan suatu piranti, kemajuan sains dan teknologi terutama dalam bidang cognitive science, bio-molecular, information technology dan nano-science kemudian menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang mencirikan abad ke-21. Salah satu ciri yang paling menonjol pada abad ke-21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Dalam ketatnya tantangan yang dihadapi masyarakat, maka dibutuhkan perubahan paradigm dalam sistem pendidikan yang dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menghadapi setiap aspek kehidupan global (Soh, Arsad & Osman, 2010). Dari berbagai studi tentang konsep dan karakteristik pendidikan abad 21, tak pelak menjadi tuntutan sekaligus tantangan besar bagi para guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. 5



Guru mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju harus mengimbangi tuntutan abad 21. Penyediaan pendidikan sains yang berkualitas akan berdampak pada ketercapaian pembangunan suatu negara. Pendidikan sains bergantung pada pembelajaran yang digunakan di setiap negara. Melalui pendidikan sains, siswa dapat terlibat pada dampak sains dalam kehidupan sehari – hari dan peran siswa dalam masyarakat. Dengan menerapkan konsep sains



dalam



pendidikan



sains,



siswa



Indonesia



diharapkan



mampu



menyelesaikanpermasalahan di kehidupan nyata pada era abad 21 ini. B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan filsafat IPA? 2. Bagaimana pengembangan IPA dalam menghadapi abad 21? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian filsafat IPA. 2. Untuk menganalisis pengembangan IPA dalam menghadapi abad 21.



6



BAB II PEMBAHASAN



A. Filsafat IPA Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang terdiri dari kata philos yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmat. Fisafat secara harfiah memiliki makna kecintaan terhadap suatu kebijaksanaan. Filsafat merupakan hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh terhadap kebenaran sesungguhnya. Filsafat berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal sehat mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab asal dan hukumnya. Filsafat merupakan teori yang mendasari alam metafisika dan epistemologi yang merupakan cabang-cabang ilmu filsafat. Beberapa pendapat tentang filsafat menurut para ahli antara lain John Dewey yang mengatakan bahwa filsafat merupakan pengungkapan usaha dan perjuangan manusia secara terus menerus, untuk melakukan penyesuaian berbagai tradisi, sehingga hasilnya akan dapat membentuk budi pekerti yang memiliki cita-cita politik serta kecenderungan ilmiah baru yang tidak sejalan dengan wewenang yang telah diakui. Disisi lain Plato juga berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mendapatkan pencapaian akan kebenaran yang sebenarnya. Aristoteles juga menyebutkan bahwa filsafat merupakan suatu ilmu yang berisi kebenaran. Unsur- unsur kebenaran meliputi ekonomi, metafisika, estetika,retorik, politik, dan logika. Filsafat juga mempelajari sebab dan asas segala sesuatu. Sedangkan Emmanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu: metafisika, etika,agama, dan anthropologi. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains sebagai salah satu ilmu yang berkembang dari filsafat ilmu, merupakan ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Pengertian sains menurut beberapa ahli antara lain : (1) Menurut Amien ( Windari; 2013) , IPA sebagai bidang ilmu ilmiah dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti 7



fisika, kimia dan biologi, (2).Menurut Wahyana (Windiantari; 2012), IPA merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang tersususun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam .Perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi juga adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Robert M. Diamond (1989) yang dimana pengembangan program dalam konteks pengembangan kurikulum itu akan berkenaan pada dua hal, yaitu pengembangan suatu bidang studi, mata kuliah, mata pelajaran (course), dan pengembangan kurikulum pendidikan secara menyeluruh (curriculum). Keduanya (course dan curriculum) memiliki kontribusi untuk saling berhubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantungan (Hamalik, 2007). Filsafat IPA mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan alam secara rasional. Filsafat IPA merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian, dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran IPA. Filsafat ilmu pengetahuan disebut juga kritik ilmu, dikarenakan historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi dalam mengkritik dogma-dogma dan tahayul. Dalam membangun filsafat IPA, jika IPA dikaji dari ketiga aspek yaitu ontologi, epistemology, dan aksiologi, maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok, dan kenyataan yang benar. Dalam membangun filsafat IPA, perlu menelusuri dari aspek Ontologi yaitu eksistensi (keberadaan) dan esensi (keberartian) ilmu-ilmu IPA. Dari aspek Epistemologi yaitu metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran IPA. Dan dari aspek Aksiologi yaitu manfaat dari IPA. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling mengeritik, mendukung, dan bertumpu untuk mendekati kebenaran. Filsafat IPA akan selalu senantiasa memperhatikan dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan. Dinamika ilmu yaitu dengan aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta yang ada, dengan prediksi dan juga hasil, dengan adanya aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi. Metode ilmiah yaitu dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan. Ciri ilmu pengetahuan yaitu perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu.



8



B. Pengembangan IPA Abad 21 Era abad 21 menjadikan perkembangan dunia semakin cepat dan kompleks. Perubahan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat modern. Abad 21 juga dapat dikatakan sebagai sebuah abad yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan (Soh, Arsyad & Osman, 2010). Abad ke 21 adalah abad yang penuh harapan dan juga ancaman. Penuh pengharapan, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dibandingkan dengan empat abad sebelumnya, sehingga manusia dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan tidak sekedar fungsinya, tetapi sudah dikemas dalam bentuk pelayanan yang lebih baik, diwarnai dengan sentuhan seni, memilki rasa peradaban super modern, dan keunikan (Abidin, 2014). Pengembangan abad ke 21 membawa perubahan. Keterampilan abad ke 21 ini dapat dicapai dengan melakukan perubahan kualitas pembelajaran menjadi student center. Pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik memunculkan sikap luwes, kreatif, dan proaktif serta terampil dalam memecahkan masalah, bijaksana dalam membuat keputusan, berfikir kreatif, suka bermusyawarah, dapat mengkomunikasikan gagasan secara efektif, dan mampu bekerja secara efisien baik secara individu maupun dalam kelompok. Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Pada era globalisasi saat ini, semua dapat menjadi lebih mudah dan praktis. Terdapat tujuh jenis keterampilan hidup yang dibutuhkan di abad 21 yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kolaborasi dan kepemimpinan, ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, inisiatif dan berjiwa entrepeneur, mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi. (Wayan Redhana, 2019) Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK (Teknologi Informasi Komunikasi). (Darmawan, 2020). Kecakapan dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan 9



berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global. Masing-masing kecakapan tersebut sebagai berikut. 1. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri,memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset penting terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. Hal itu memerlukan komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga komitmen untuk mengatasi sikap egosentris dan sosiosentris bawaan (Paul and Elder, 2006:xviii). Berpikir kritis menurut Beyer (1985) yaitu berpikir kritis adalah kemampuan menentukan kredibilitas suatu sumber, membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, membedakan fakta dari penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, dan mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. 2. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills) Komunikasi merupakan suatu proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan lain sebagainya. Raymond Ross (1996) yang mengatakan bahwa“Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”. Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut. a. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy). b. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan. c. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai dengan konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.



10



d. Selain



itu



dalam



komunikasi



lisan



diperlukan



juga



sikap



untuk



dapat



mendengarkan,menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan. e. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku. f. Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi-bahasa. 3. Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation) Creativity is “the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.” Guilford (1976) mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral. Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut. a. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan. b. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. c. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan juga praktikal. d. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran yang terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual. e. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran. f. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki. g. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. 4. Kolaborasi (Collaboration) Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan. Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut. a. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok. 11



b. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. c. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda. d. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ketatnya tantangan yang dihadapi masyarakat, maka dibutuhkan perubahan paradigma dalam sistem pendidikan yang dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menghadapi setiap aspek kehidupan global (Soh, Arsad & Osman, 2010). Dari berbagai studi tentang konsep dan karakteristik pendidikan abad 21, tak pelak menjadi tuntutan sekaligus tantangan besar bagi para guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Guru mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju harus mengimbangi tuntutan abad 21. Penyediaan pendidikan sains yang berkualitas akan berdampak pada ketercapaian pembangunan suatu negara. Pendidikan sains bergantung pada pembelajaran yang digunakan di setiap negara. Melalui pendidikan sains, siswa dapat terlibat pada dampak sains dalam kehidupan sehari-hari dan peran siswa dalam masyarakat. Dengan menerapkan konsep sains dalam pendidikan sains, siswa Indonesia diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan di kehidupan nyata pada era abad 21 ini. Peserta didik yang memiliki pengetahuan untuk memahami fakta ilmiah serta hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat, dan mampu menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata disebut dengan masyarakat berliterasi sains. Literasi sains merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan di abad 21 diantara 16 keterampilan yang diidentifikasi oleh World Economic Forum. Mengingat pentingnya literasi sains maka mendidik masyarakat agar memiliki literasi sains merupakan tujuan utama dalam setiap reformasi pendidikan sains. Literasi sains memandang pentingnya keterampilan berpikir dan bertindak yang melibatkan penguasaan berpikir dan menggunakan cara berpikir saintifik dalam mengenal dan menyikapi isu-isu sosial. Literasi sains penting bagi siswa untuk memahami lingkungan, kesehatan, ekonomi, social modern, dan teknologi. Oleh karena itu, pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa agar dapat mencapai literasi sains yang tinggi atau baik sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat dan dapat bersaing dengan Negara lain. Literasi sains sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Namun, sejak dua dekade terakhir, literasi sains menjadi topik utama dalam setiap 12



pembicaraan mengenai tujuan pendidikan sains di sekolah. Literatur dalam bidang pendidikan sains juga menunjukkan bahwa literasi sains semakin diterima dan dinilai oleh para pendidik sebagai hasil belajar yang diharapkan (Pratiwi,dkk., 2019). Seorang pendidik dalam mengembangkan literasi sains peserta didiknya untuk meningkatkan: 1) pengetahuan dan penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2) kosa kata lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu pengetahuan dan, 3) hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya literasi sains dalam pembelajaran, siswa-siswi diharapkan memiliki kemampuan yang harus dimiliki yaitu: a) memiliki kemampuan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat di era digital, b) kemampuan mencari atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu yang berhubungan dengan pengalaman sehari-hari, c) memiliki kemampuan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. d) dapat melakukan percakapan sosial yang melibatkan kemampuan dalam membaca dalam mengerti artikel tentang Ilmu pengetahuan; e) dapat mengindentifikasi masalah-masalah ilmiah dan teknologi informasi; f) memiliki kemampuan dalam mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang dipergunakan; g)dapat menarik kesimpulan dan argument serta memiliki kapasitas mengevaluasi argument berdasarkan bukti (Kusuma,2016). Dalam pengembangan pembelajaran IPA menghadapi abad 21, ada beberapa model pembelajaran yang paling paling tepat digunakan seperti : (a) Discovery learning (penemuan) (b) Inquiry learning (penyelidikan) (c) Problem basic learning (berbasis masalah) (d) Project basic learning (berbasis masalah) (e) Production based training/production based education training, dan (f) Teaching factory atau pembelajaran berbasis industry. Selain model pembelajaran, dalam pelaksanaannya guru juga harus memperkaya dan mengembangkan : (a) Literasi tentang sains (b) Perangkat pembelajaran (c) Media pembelajaran (d) kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill dan (e) Instrument penilaian. Kemudian untuk mendukung keberlangsungan pendidikan, model dan strategi serta perangkat pembelajaran, pemerintah juga mempunyai andil sangat besar, sehingga perlu : (1) mempercepat pemerataan fasilitas TIK pembelajaran diseluruh daerah tanpa terkecuali (2) membangun perpustakaan, menyediakan buku belajar baik fiksi maupun non fiksi untuk mendorong budaya literasi siswa (3) menyediakan alat peraga sebagai visualisasi materi ajar guna mendukung pembelajaran tanpa teknologi (Muryo Setyo, 2019). 13



BAB III PENUTUP Kesimpulan A. Filsafat IPA merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian, dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran IPA. B. Terdapat tujuh jenis keterampilan hidup yang dibutuhkan di abad 21 yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kolaborasi dan kepemimpinan, ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, inisiatif dan berjiwa entrepeneur, mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi. C. Dalam pengembangan IPA menghadapi abad 21, guru hendaknya menggunakan beberapa model pembelajaran IPA, memperkaya dan mengembangkan : (a) Literasi tentang sains (b) Perangkat pembelajaran (c) Media pembelajaran (d) kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill dan (e) Instrument penilaian serta harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik.



14



DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama. Darmawan, I. P. A. (2020). Estetika Panca Suaradalam Upacara Yadnya di Bali. Jñānasiddhânta: Jurnal Teologi Hindu, 2(1), 61-70. Darmawan, I. P. A., & Krishna, I. B. W. (2020). Konsep Ketuhanan Dalam Suara Gamelan Menurut Lontar Aji Ghurnnita. Genta Hredaya, 3(1). Diamond, Robert M. (1989). Designing and Improving Courses and Curricula in Higher Education. San Francisco: Jossey Bass, Inc. Publisher Hamalik, Oemar. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kusuma A, Yani. (2016). Literasi Sains Dalam Pembelajaran IPA. E-journal Universitas Wiralodra, VII (3B). Pratiwi, S. N., Cari, C., & Aminah, N. S. (2019). Pembelajaran IPA abad 21 dengan literasi sains siswa. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 9(1), 34-42. Pribadi, Beni. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Soh, T., Arsad, N., & Osman, K. (2010). The relationship of 21st century skills on students’ attitude and perception towards physics. Procedia Social and Behavioral Sciences, 7(C), 546–554 Wayan, Redhana. (2019) Mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran kimia. Universitas Yogyakarta



15