KMB 1 Lanjutan Putri Gang. Pembuluh Darah Perifer-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER



Dosen pembimbing : Devi Novita Damanik, S.Kep, Ns, M.Kep Di susun Oleh : Putri Patrilia



AKADEMI KEPERAWATAN MALAHAYATI MEDAN TA 2021/2022



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah ungkapan yang perlu di panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpah rahmat, kasih sayang dan pertolongan nya sehingga makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMBULUH DARAH PRIFER ini dapat terselesaikan sebagaimana yang di harapkan. Shalawat dan taslim kepada Rasulullah SAW. Keluarga dan pengikutnya hingga hari kiamat. Adalah bagian mahasiswa memahami serta menginterpresikan mengenai asuhan keperawatan pada berbagai penyakit khusus nya asuhan keperawatan pada pasien gangguan pembuluh darah prifer oleh karena itu penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung kita. Dengan segala kerendahan hati penyusun menyampaikan bahwa makalah masih banyak kekurangan sehingga di perlukan kritik dan saran yang sifat nya membangun guna penyempurnaan makalah ini namun terlepas dari kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya



Medan, 28 Maret 2021 Putri Patrilia



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang ............................................................................. 2. Tujuan ......................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi ....................................................................................... B. Etiologi ........................................................................................ C. Patofisiologi................................................................................. D. Factor Resiko ............................................................................... E. Manisfestasi klinis ....................................................................... F. Komplikasi ................................................................................... G. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. H. Penatalaksanaan medis .............................................................. BAB III KASUS 1) ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian ................................................................................... b. Riwayat kesehatan ...................................................................... c. Pemeriksaan fisik ........................................................................ d. Analisa data ................................................................................. e. Diagnosa keperawatan ............................................................... f. Rencana asuhan keperawatan dan catatan keperawatan ......... BAB IV PENUTUP KESIMPULAN .................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN 1) Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi ekstremitas bawah. Arteri yang terlibat adalah arteri aorto-iliaka, arteri femoralis dan polipeptia, arteri tibialis dan peroneal. Penyakit arteri perifer (PAP) terjadi pada 8 – 12 juta penduduk Amerika dan semakin meningkat seiring bertambahnya usia karena terjadi kelemahan pada pembuluh darah sehingga lebih mudah untuk terjadi aterosklerosis. Di Amerika Serikat terdapat 34.3% individu usia diatas 40 tahun dan 14.5% diatas 70 tahun yang terkena PAP. Studi epidemiologi menunjukkan prevalensi PAP berkisar 1,6 – 12% (Norgren, 2007) Pasien dengan PAP memiliki resiko tinggi mengalami infark miokard, stroke iskemik hingga kematian. Kebanyakan pasien dengan PAP (>50%) tidak merasakan gejala apapun sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa PAP. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh American College of Cardiology Foundation/ American Heart Assosiation (ACCF/AHA) sebagai alat diagnosis utama PAP dengan menggunakan pemeriksaan Ankle Brachial Index (Thendria, 2014) Penyakit Arteri Perifer secara umum merupakan kumpulan kelainan yang menghambat aliran darah ke ekstremitas baik atas maupun bawah, kebanyakan akibat aterosklerosis. Gejala utama dari PAP ekstemitas bawah, klaudikasio intermitten, cenderung menghambat aktivitas pasien, menimbukan



Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ketergantungan terhadap orang lain, menurunkan kualitas hidup pasien tersebut. Prevalensinya bervariasi tergantung umur, namun jumlahnya lebih tinggi pada kelompok usia diatas 40 tahun (15-20%). Kebanyakan pasien PAP (80%) adalah perokok maupun bekas perokok. Di Indonesia prevalensinya pada pasien DM mencapai 44%. Data rekam medis Pusat Jantung Harapan Kita (PJNKHK) menunjukkan jumlah pasien PAP ekstremitas bawah sebanyak 119 pasien selama Januari 2011 hingga Agustus 2012. (Elfi, 2012) Penyakit arteri perifer bukanlah penyakit statis, progresi dari intermittent claudication ke terjadinya nyeri saat istirahat atau gangren bisa terjadi. Ini memungkinkan bahwa pasien dengan PAP bisa menderita angina untuk membuktikan bahwa pasien menunjukkan memiliki aterosklerosis pada arteri koroner. Resiko ini meningkat saat prevalensi PAP meningkat. Beberapa penelitian di Timur Tengah, prevalensi dan pengaruh PJK dan PAP di daerah Timur Tengah juga menunjukkan adanya hubungan antara PJK dan PAP yaitu berdasarkan data dari 64 rumah sakit di daerah Timur Tengah, 6705 pasien yang terdiagnosis PJK termasuk Angina Tidak Stabil dan Infark Miokard Akut Elevasi segmen ST (IMAEST) dan Infark Miokard Akut tanpa Elevasi segmen ST (IMANEST), 177 pasien terdiagnosis PAP (Al-Thani, 2011) 2) Tujuan ➢ Tujuan umum Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dengan ateroklerosis. ➢ Tujuan khusus a. Memahami definisi dari ateroklerosis b. Mengetahui etiologi ateroklerosis c. Memahami klasifikasi ateroklerosis d. Memahami patofisiologi dari ateroklerosis



BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.(www.medicastore.com) Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002). Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997) Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika



terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum. Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.



B. Etiologi Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan selsel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.



Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Ada 8 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu: 1. kadar kolesterol darah - ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang disebut kolesterol jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut kolesterol baik). 2. Tekanan darah tinggi - tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg selama periode waktu. 3. Merokok - ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah, meningkatkan kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah - merokok juga tidak memungkinkan oksigen yang cukup untuk mencapai jaringan tubuh. 4. Resistensi insulin - Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan darah gula ke dalam sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan benar. 5. Diabetes - ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi karena tubuh tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan benar. 6. Kegemukan atau obesitas - kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot, tulang, lemak, dan / atau air - obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.



7. Kurangnya aktivitas fisik - kurangnya aktivitas dapat memperburuk faktor risiko lain untuk aterosklerosis. 8. Umur - sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45, sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55. 9. Riwayat keluarga penyakit jantung dini - risiko aterosklerosis meningkat jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor risiko, itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan / atau mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.



C. Patofisiologi Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan kasus, secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen secara cukup dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan pada kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun, membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh darah terbatas, tidak hanya dapat merusak jantung, tapi juga



membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui sistem sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien dan harus bekerja walaupun dengan keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu, penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-paru, ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh mempercayakan kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan yang menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal sebagai plak aterosklerotik. Arterosklerosismerupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori telah dikemukakan. Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling dalam arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol, fibrin, platelet, sampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri. Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan patogenesis aterosklerosis pembuluh koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut: •



Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan garis lemak.







Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.







Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.







Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.







Perubahan degeneratif dinding arteria.



Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vascular untuk memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak sampai proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemia dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas terhadap dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial



derived relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endothelial derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut: ▪



Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque







Perdarahan pada plak ateroma







Pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit







Embolisasi thrombus atau fragmen plak







Spasme arteria koronaria



Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara lain adalah: o Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah o Tekanan darah yang tinggi o Tembakau o Diabetes Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang menghasilkan pembentukannya dari sel.



D.



Factor Resiko



1. Yang tidak dapat diubah ✓ Usia ✓ Jenis kelamin ✓ Riwayat keluarga ✓ Ras 2) Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu: a. Mayor ✓ Peningkatan lipid serum ✓ Hipertensi ✓ Merokok ✓ Gangguan toleransi glukosa ✓ Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori b. Minor



✓ Gaya hidup yang kurang bergerak ✓ Stress psikologik ✓ Tipe kepribadian E. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagiantubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak. F.



Pemeriksaan Diagnostik



Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis yaitu dengan cara: 1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan, 2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena , 3. skening ultrasonik duplex, 4. CT scan di daerah yang terkena, 5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena, 6. IVUS (intravascular ultrasound).



G. Komplikasi o Kurangnya asupan darah dapat menimbulkan infeksi atau luka di tungkai, terutama di jari kaki yang tidak kunjung sembuh. Kondisi ini dapat memburuk dan menyebabkan kematian jaringan atau gangrene, sehingga harus diamputasi. o Critical limb ischemia Penyakit ini terjadi ketika luka atau infeksi berkembang dan menyebabkan kematian jaringan, terkadang memerlukan amputasi anggota tubuh yang terkena.



o Stroke dan serangan jantung Penumpukan timbunan lemak tidak terbatas pada kaki Anda saja, penumpukan tersebut bisa terjadi pada arteri yang menyuplai darah ke jantung dan otak yang dapat menyembabkan stroke dan serangan jantung.



H. Penatalaksanaan Medis Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau antikoagulan. Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.



BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN a). PENGKAJIAN ▪



Identitas Klien



Nama



: Tn. S



Umur



: 34 Thun



Jenis Kelamin



: laki laki



Agama



: Islam



Suku / Bangsa



: Indonesia



Alamat



: Jln Kagelen, Lk II Tebing Tinggi



Status Perkawinan



: Menikah



No.Rekam Medik



: 0559876



Tanggal Masuk RS



: 17 september 2019



Tanggal Pengkajian



: 17 september 2019



Diagnosa Medis



: gangguan pembuluh prifer







Identitas Penanggung Jawab



Nama



: Ny. R



Umur



: 32 Tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Suku / Bangsa



: Indonesia



Alamat



: Jln Kagelen, Lk II Tebing Tinggi



Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



Hubungan dengan klien



: Istri



b). RIWAYAT KESEHATAN a.keluhan utama pasien mengatakan nyeri dada, lemas dan letih b Riwayat Kesehatan Dahulu Tidak ada masalah kesehatan terdahulu c. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit pembuluh prifer e. Riwayat Psikologi Klien mengatakan sudah bisa menerima keadaannya dan keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien f. Riwayat Sosial Klien bersikap baik dan dapat bekerjasama dengan perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya g. Riwayat Spritual Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan penyakitnya



c). PEMERIKSAAN FISIK •



Tingkat kesadaran







Vital sign



: compos mentis



- TD



: 140/90 mmHg



- RR



: 30 x / menit



- Nadi



: 115 x / menit



- Temperatur



: 36 0 c







Kepala



a.bentuk



: bulat



b. ubun-ubun



:-



c.kulit kepala



: Bersih tidak ada benjolan







rambut



Keadaan rambut berwarna hitam, bergelombang, dan keadaan bersih •



Wajah



Terlihat pucat, dan tampak meringis •



Mata



Bentuk



: Bulat



Konjungtiva dan sklera



: merah muda







hidung Bentuk simetris, tidak ada nyeri dan tekan, dan tidak terdapat benjolan







telinga



Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, maupun benjolan •



mulut dan faring



Bentuk mulut simetris, bibir kering dan pucat,gigi putih dan tidak merata. •



leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan







Pemeriksaan integumen Terlihat pucat, dan terasa dingin







Pemeriksaan thoraks/dada



Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, terasa nyeri di bagian dada •



Pemeriksaan Abdomen



Datar tidak ada asites, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak teraba adanya pembesaran hati/limpa •



Pemeriksaan musculoskleta/ekstremitas



Bentuk simetris, ekskremitas atas dapat digerakkan, tampak terpasang infus RL ditangan sebelah kiri dengan jumlah tetesan 20 tpm Ekstremitas bawah tampak normal dan dapat di gerakkan .



d). ANALISA DATA



Nama klien



: Tn. S



No. Reg



: 0559876



Umur



: 34 Tahun



Diagnosa



: gangguan pembuluh prifer



Ruang rawat



: PH Atas



Alamat



: Jln Kagelen, Lk II Tebing



NO 1 DS :



Atero / arteriosklerosis •



Gangguan perfusi jaringan perifer



Pasien mengatakan sakit pada dada bagian kiri







Pasien mengatakan



Sirkulasi terganggu



badanya lemas dan letih •



DO : Ekstremitas/perifer







Konjungtiva anemis







Sesak







Kulit dan membran mukosa



Sirkulasi perifer terganggu



pucat •



Akral dingin







Sianosis



Denyut nadi terganggu



TTV :



2







TD : 130/70 mmHg







SB : 36,8 ˚C







RR : 22 x/ menit







N : 84 x/ menit



DS :



Gangguan perfusi jaringan perifer



Sirkulasi terganggu •



Pasien mengatakan nyeri di bagian dada seperti ditusuk



Nyeri akut



tusuk



Otak



P( propokatif ) : nyeri timbul secara tiba tiba dibagian dada



Stroke



Q( quality ) : pasien mengatakan nyeri terasa



Suplai O2 dan nutrisi terganggu



seperti tertusuk dibagian dada kiri R ( radiation ) : pasien



Kulit dingin, pucat / sianosis



mengatakan nyeri terasa pada bagian dada ( eksremitas atas ) S ( serverity ) : pasien



Penumpukan metabolit otot dan asam laktat



mengatakan sakit yang dirasakan menganggu aktivitas nya, skala nyeri : 9



Nyeri / kram otot



T ( time ) : nyeri timbul tiba tiba pada saat digerakkan berlangsung 4-8 menit saat nyeri muncul



Nyeri akut



DO : TTV :



3







TD : 130 / 70 mmHg







RR : 22 x/ menit







N : 84 x/ menit







SB : 36, 8˚ C







Sianosis







Skala nyeri : 6







Ekspresi wajah meringis



DS :



Risiko infeksi •



Pasien mengatakan sakit diarea dada



DO :



Rencana pembedahan







Sianosis







Akral hangat







Diaforesis TTV :







TD : 130/70 mmHg







SB : 36,8˚ C







RR : 22 x/ menit







N : 84 x/ menit







Konjungtiva anemis







Terpasang cairan infus



Post op



Luka operasi



Nyeri



Risiko infeksi



kristaloid 0,9 % 4



DS :



Rencana pembedahan •



Risiko kerusakan integritas kulit



Pasien mengatakan adanya rasa sakit setelah post op







Pasien mengatakan takut



Post op



jika ada robekan setalah post op Luka operasi



DO : •



Gelisah







Lemas







Sesak napas



Risiko kerusakan integritas kulit



TTV :



5







TD : 130/70 mmHg







SB : 36,8 C







RR : 22 x/ menit







N : 84 x/ menit



DS :



Rencana pembedahan •



Pasien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini







Pre op



Pasien mengatakan apakah dirinya akan sembuh Prosedur tindakan yang



DO : •



Berkeringat



kompleks



Ansietas







Lemas Kecemasan skala :







HARS : 1 ( ringan )







CRP : 5 mg/ L ( < 5 mg / L )



Ansietas



TTV :



6







TD : 130/70 mmHg







SB : 36,8 C







RR : 22 x/ menit







N : 84 x/ menit



DS :



Modifikasi gaya hidup •



Kurang pengetahuan



Pasien mengeluh bingung tentang penyakitnya saat ini



Kurang informasi



DO : •



Pasien banyak bertanya , tampak bingung dan gelisah







Kurang pengetahuan



Pasien baru mengerti ketika dielaskan tentang penyuluhan tampak mengangguk – ngangguk



e.) Diagnosa



1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi terganggu ditandai dengan Pasien mengatakan sakit pada dada bagian kiri , Pasien mengatakan badanya lemas dan letih, Konjungtiva anemis, Sesak , Kulit dan membran mukosa pucat, Akral dingin , Sianosis , TTV : TD : 130/70 mmHg,SB : 36,8 ˚C, RR : 22 x/ menit, N : 84 x/ menit 2. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan metabolit otot dan asam laktat ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri di bagian dada seperti ditusuk tusuk, P(propokatif ) : nyeri timbul secara tiba tiba dibagian dada, Q(quality ) : pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk dibagian dada kiri ,R(radiation) : pasien mengatakan nyeri terasa pada bagian dada ( eksremitas atas ), S(severity) : pasien mengatakan



sakit yang dirasakan menganggu aktivitas nya, skala nyeri : 9, T( time) : nyeri timbul tiba tiba pada saat digerakkan berlangsung 4-8 menit saat nyeri muncul, TTV : TD : 130 / 70 mmHg , RR : 22 x/ menit, N : 84 x/ menit, SB : 36, 8˚ C, Sianosis , Skala nyeri : 9 , Ekspresi wajah meringis 3. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi



ditandai dengan Pasien mengatakan lemas, Pasien



mengatakan sakit diarea dada, Sianosis, Diaforesis, TTV : TD : 130/70 mmHg, SB : 36,8˚ C, RR : 22 x/ menit, N : 84 x/ menit, Konjungtiva anemis, terpasang cairan infus kristaloid 0,9 4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post op ditandai dengan Pasien mengatakan adanya rasa sakit setelah post op, Pasien mengatakan takut jika ada robekan setalah post op, Gelisah, Lemas, Sesak napas, TTV : TD : 130/70 mmHg, SB : 36,8 C, RR : 22 x/ menit, N : 84 x/ menit 5. Asietas berhungan dengan pre op ditandai dengan Pasien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, Pasien mengatakan apakah dirinya akan sembuh ,Berkeringat ,Lemas , Kecemasan skala : HARS : 1 ( ringan ),CRP : 5 mg/ L ( < 5 mg / L ), TTV : TD : 130/70 mmHg, SB : 36,8 C, RR : 22 x/ menit, N : 84 x/ menit 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan modifikasi gaya hidup ditandai dengan



Pasien mengeluh



bingung tentang penyakitnya saat ini ,Pasien banyak bertanya , tampak bingung dan gelisah, Pasien baru mengerti ketika dielaskan tentang penyuluhan tampak mengangguk – ngangguk



f.) Rencana asuhan keperawatan dan catatan keperawatan Diagnosa Intervensi Nyeri akut Mandiri :



Rasional Mandiri :



Implementasi Mandiri :



Evaluasi S:



berhubungan dengan



1. Kaji TTV



penumpukan



Pasien mengatakan sesak napas berkurang



-



Sesak napas berkurang Skala nyeri : 5 TTV : TD : 120 / 80 mmHg RR : 20x/ menit N : 70X / menit



1. Mengkaji TTV



pasien untuk



pasien



metabolit otot



mengetahui



TD : 130 / 70



dan



tanda – tanda



mmHg



laktat ditandai



vital pasien agar



RR : 22 x/ menit



dengan Pasien



memudahkan



N : 84 x/ menit



mengatakan



timkes



SB : 36, 8˚ C



nyeri di bagian



melakukan



asam



pasien



1. Mengkaji TTV



-



O:



-



dada



seperti



tindakan



SB : 35, 5 ˚ C A:



ditusuk tusuk,



-



Masalah teratasi sebagian



-



Intervensi dilanjutkan



P(propokatif ) : nyeri



timbul



P:



secara tiba tiba dibagian dada, Q(quality



)



:



2. Atur posisi



2. Mengatur posisi



2. Mengatur posisi



pasien



pasien



pasien



pasien senyaman



mengatakan



senyaman



senyaman



mungkin,misalnya



nyeri



mungkin



mungkin untuk



berikan posisisemi



relaksasi



fowler



terasa



seperti tertusuk dibagian dada kiri



3. Ajarkan



,R(radiation)



:



3. Mengajarkan



3. Mengajarkan



teknik



teknik



teknik manajemen



pasien



manajemen



manajemen



nyeri seperti



mengatakan



nyeri



nyeri untuk



teknik relaksasi



nyeri



terasa



mengurangi rasa



napas dalam



pada



bagian



nyeri



dengan



dada



(



melakukan tarik



eksremitas atas



napas sebanyak 3



), S(severity) :



kali dan



pasien



menghembuskan



mengatakan



nya sebanyak 3



sakit



kali



yang



dirasakan menganggu aktivitas



nya,



skala nyeri : 9,



4. Berikan



4. Berikan aktivitas



4. Berikan aktivitas



T( time) : nyeri



lingkungan



yang



yang



timbul tiba tiba



istirahat dan



meningkatkan



meningkatkan



pada



batasi



kebutuhan



kebutuhan



digerakkan



aktivitas



oksigen



oksigen



berlangsung 4-



pasien



miokardia,



miokardia,



misalnya: kerja,



misalnya: kerja,



saat



8 menit saat



nyeri



muncul,



makan banyak,



makan banyak,



TTV : TD : 130 /



hal ini dapat



hal ini dapat



70 mmHg , RR :



menimbulkan



menimbulkan



22 x/ menit, N



nyeri dada



nyeri dada



: 84 x/ menit, SB : 36, 8˚ C, Sianosis , Skala nyeri



:



9,



Ekspresi wajah meringis



5. Anjurkan



5. Penghentian



5. Menganjurkan



pasien



aktivitas



penghentian



berespon



menurunkan



aktivitas



tepat



kebutuhan



menurunkan



terhadap



oksigen dan



kebutuhan



angina,



kerja jantung



oksigen dan kerja



misalnya :



dan sering



jantung dan sering



istirahat dan



menghentikan



menghentikan



minum obat



angina



angina



anti angina



Kolaborasi : •



Beri obat



Kolaborasi : •



Memberi obat



Kolaborasi : •



Memberikan obat



sesuai



sesuai indikasi



teofilin dan



indikasi,



untuk



aminofilin



seperti



membantu



1tablet/ 8 jam (



teofilin dan



mengurangi



rentang = 6 – 12



aminofilin



sesak napas dan



jam )



nyeri







Beri







Memberi obat







Memberikan



vasodilator (



ini untuk



vasodilator (



nitrogllierin)



meningkatkan



nitrogllierin ) 1



miokardia (



kapsul



pasodilator )



Penkes :



✓ Beri healt



Penkes :



✓ Untuk



Penkes :



✓ Memberikan



education



meningkatkan



health education



kepada



pengetahuan



kepada



keluarga



dan pemahaman



keluarganya



tentang



pasien dan



mengenai



pengertian,



keluarga



pengertian,



penanganan,



penanganan,



pencengaha



pencengahan dan



n dan terapi



terapi yang



yang



diberikan tentang



diberikan



nyeri



tentang nyeri



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah kondisi di mana aliran darah ke tungkai tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri). Dampaknya, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan. Penyakit arteri perifer terkadang tidak menimbulkan gejala dan berkembang secara perlahan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit arteri perifer bisa memburuk hingga menimbulkan kematian jaringan, dan berisiko untuk diamputasi. Penyakit ini dipicu oleh berbagai kondisi akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, cara paling efektif untuk mencegah penyakit arteri perifer adalah menjalankan gaya hidup sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga.



DAFTAR PUSTAKA Aryanti EA. PJK 2012. Available from: http://pt.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/penyakit-jantungkoroner-pjk?nomobile=true.



Choices N. Preventing deep vein thrombosis United Kingdom: NHS Choices; 2016 [cited 2016]. Available from: http://www.nhs.uk/Conditions/Deep-vein-thrombosis/Pages/Prevention.aspx.



Forum NAT. Thrombosis North America: North America Thrombosis forum; 2012. Available from: http://www.natfonline.org/patients/what-is-thrombosis/risk-factors/.