Komplementer Guided Imagery [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fahmi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GUIDED IMAGERY Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Terapi Komplementer” Dosen Pengajar : Delli Yuliana Rahmat, M.Kep Drs. H. Ahmad Faozi. A.Mk., M.Si



Disusun oleh: Kelompok 2 Ai Siti Aisyah



1902430



Bunga Amalia S



1902398



Destien Endah S



1902387



Friska Maya O



1902428



Fujiawati Srihastuti M



1902425



Iqbal Jamilludin I



1902404



Moch. Novan A.P



1902435



Pitria Desi



1902402



Resa Amesti



1902403



Salma Fauziyah K



1902421



Sisma Nurhayati



1902423



Tuti Wulansari



1902406



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS DI SUMEDANG 2021



KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Guided Imagery” ini penulis susun secara maksimal dengan harapan bisa memberikan manfaat lebih, baik bagi mahasiswa prodi keperawatan maupun masyarakat umum. Kemudian penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan secara maksimal, terutama kepada ibu Delli Yuliana Rahmat, M.Kep dan bapak Drs. H. Ahmad Faozi. A.Mk., M.Si selaku dosen mata kuliah Terapi Komplementer. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada kekurangan, baik dari segi penulisan maupun penyusunan kalimat. Penulis harap sekiranya para pembaca sekalian dapat memberikan kritik dan saran kepada penulis yang bersifat membangun demi kemajuan kita bersama.



Sumedang, Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2 1.3 Tujuan..............................................................................................................................2 BAB II.......................................................................................................................................3 PEMBAHASAN.......................................................................................................................3 2.1 Definisi Guided Imagery..................................................................................................3 2.2 Tujuan Guided Imagery...................................................................................................3 2.3 Manfaat Guided Imagery.................................................................................................4 2.4 Fisiologi Guided Imagery................................................................................................5 2.5 Perkembangan Guided Imagery.......................................................................................6 2.6 Mekanisme Guided Imagery............................................................................................8 2.7 Penerapan Guided Imagery..............................................................................................9 BAB III....................................................................................................................................12 PENUTUP...............................................................................................................................12 3.1. Simpulan.......................................................................................................................12 3.2. Saran..............................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkemabangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi sorotan banyak Negara, pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan Negara lainnya (Synder & Lindquis, 2009). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat diberbagai tempat pelayanan kesehatan. Tidak sedikit klien menanyakan tentang terapi komplementer atau alternative pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternative. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak adanya kepuasan pada klien. Penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat juga bisa berperan sebagai kunsultan untuk klien dalam memilih alternative yang sesuai ataupun memberikan terapi secara langsung. Penyebab permasalahan kesehatan bukan hanya fisik namun bisa berupa psikologis, yaitu pikiran negative dalam menghadapi penyakit. Salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengubah bayang-bayang negative pada pikiran



ialah dengan teknik guided



imagery. Imagery merupakan kemampuan manusia untuk mengolah dunia internal dan eksternal tanpa menggunakan bahasa. Setiap orang tanpa mereka sadari banyak yang telah memperaktekan imagery. Jika imajinasi yang dilakukan individu sepertinya bekerja secara tidak disadari, maka guided imagery berusaha mengarahkan imajinasi secara sengaja untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan (Snyder & Lindquist, 2009) dalam perkembangannya, beberapa penelitian telah dikembangkan untuk mengetahui manfaat dari terapi komplementer guided imagery dalam bidang keperawatan.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa maslah sebagai berikut; 1. Apa saja definisi Guided Imagery menurut para ahli? 2. Apa saja tujuan guided imagery 3. apa saja manfaat Guided Imagery? 4. Apa saja fisiologi Guided Imagery? 5. bagaimana perkembangan Guided Imagery? 6. Bagaimana cara mekanisme Guided Imagery? 7. Bagaimana penerapan dan latihan Guided Imagery?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi Guided Imagery menurut para ahli 2. Untuk mengetahui tujuan guided imagery 3. Untuk mengetahui manfaat Guided Imagery 4. Untuk mengetahui fisiologi Guided Imagery 5. Untuk mengetahui perkembangan Guided Imagery 6. Untuk mengetahui mekanisme Guided Imagery 7. Untuk mengetahui penerapan dan latihan Guided Imagery



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Guided Imagery  Menurut Para Ahli : a. Snyder & Lindquis,2009 Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra. Saat berimajinasi individu dapat membayangkan melihat sesuatu, mendengar, merasakan, mencium, dan atau menyentuh sesuatu. b. Kaplan & Sadock, 2010 Terapi Guided Imagery merupakan metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan perasaaan relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi. c. Patricia dalam Kalsum, 2012 Terapi guided imagery adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stress. 



Guided imagery merupakan teknik untuk membimbing dan mengarahkan orang kepada imajinasi menyenangkan menggunakan audio visual kinestetik. Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang untuk memikirkan hal hal positif. Imajinasi ini bersifat individu dimana individu yang menciptakan gambaran mental dirinya sendiri banyak teknik-teknik berimajinasia dan melibatkan imajinasi visual, tetapi teknik ini hanya menggunakan indra pengecap, penciuman dan pendengaran. Guided imageri ini membawa klien kea rah hal hal yang positif yaitu nyaman dan menyenangkan. Pada penggunaan guided imagery ini tidak memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu, oleh karena itu, klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan hati klien. Dan guided imagery ini membawa klien kea rah relaksasi. Agar klien lebih tenang dalam mengkhayal tersebut.



2.2 Tujuan Guided Imagery Tujuan dari menerapkan guided imagery ialah (Mehme, 2010):



1. Memelihara kesehatan atau mencapai keadaan rileks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. 2. Mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma. 3. Mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang menyertai stres. 4. Menggali pengalaman pasien depresi. 2.3 Manfaat Guided Imagery Manfaat guided imagery Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien ke arah relaksasi. Tujuan dari teknik guided imagery ini adalah menimbulkan respon psikofisiologis yang sangat kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009 dalam Novarenta, 2013). Manfaat dari guided imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres, dan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Novarenta, 2013). Penggunaan guided imagery tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan sangat menyenangkan (Brannon & Freist, 2000 dalam Novarenta, 2013). Banyak sekali manfaat yang didapat dari menerapkan prosedur guided imagery, berikut ini manfaat dari guided imagery menurut Townsend (1977): 1. Mengurangi stress dan kecemasan 2. Mengurangi nyeri 3. Mengurangi efek samping 4. Mengurangi tekanan darah tinggi 5. Mengurangi level gula darah (diabetes) 6. Mengurangi alergi dan gejala gangguan pernapasan 7. Mengurangi sakit kepala 8. Mengurangi biaya rumah sakit 9. Meningkatkan penyembuhan luka dan tulang Guided imagery dapat membangkitkan perubahan neurohormonal dalam tubuh yang menyerupai perubahan yang terjadi ketika sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi (Hart, 2008). Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keadaan relaksasi psikologis dan fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang menyembuhkan ke seluruh tubuh



(Jacobson, 2006).. Guided imagery juga membantu dalam pengobatan; seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. Selain itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi nyeri luka bakar, sakit kepala migrain dan nyeri pasca operasi (Brannon & Feist, 2000). 2.4 Fisiologi Guided Imagery Relaksasi guided imagery merupakan suatu teknik relaksasi yang menuntut seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Di talamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran tersebut. Kemudian hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses menjadi memori. Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh/akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi (Guyton & Hall, 1997). Guyton & Hall (1997) menjelaskan bahwa Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur sistem limbic seseorang dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Berlandaskan pada informasi ini, amigdala dianggap membantu menentukan pola respon perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang mengirim rangsangan ke wilayah sentralnya sehingga terbentuk pola respons perilaku yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima. Menurut Simon (2003) pada relaksasi guided imagery, corteks visual otak yang memproses imajinasi mempunyai hubungan yang kuat dengan sistem syaraf otonom,



yang mengontrol gerakan involunter diantaranya: nadi, pernapasan dan respon fisik terhadap stres dan membantu mengeluarkan hormon endorpin (substansi ini dapat menimbulkan efek analgesik yang sebanding dengan yang ditimbulkan morphin dalam dosis 10-50 mg/kg) sehingga terjadi proses relaksasi dan kecemasan menurun. Dengan diberikannya relaksasi guided imagery maka pasien mendapatkan gambaran atau imajinasi yang akan menciptakan perasaan tenang dan damai dalam benak pikiran pasien. Hal tersebut sesuai dengan tujuan utama dari relaksasi guided imagery yaitu menurunkan kecemasan. 2.5 Perkembangan Guided Imagery Guided imagery merupakan suatu jenis terapi komplementer yang telah digunakan selama berabad-abad sebagai terapi medis. Bukti menunjukkan bahwa Biksu Tibet mulai menggunakan meditasi pada awal abad ke-13, dengan membayangkan Budha menyembuhkan penyakitnya. Kepercayaan lainnya menyatakan bahwa guided imagery telah digunakan lebih lama sebelumnya, yaitu sejak jaman Yunani kuno dan Romawi. Guided imagery merupakan tradisi kuno yang berakar dari banyak budaya pada masa awal kehidupan manusia. Pada masa Mesir awal, Cina, Hindu, Yahudi, Budha dan Kristen telah menggunakan guided imagery dalam beberapa mode, biasanya sebagai alat penyembuhan spiritual dan fisik. Terapi guided imagery telah berkembang dari masa ke masa, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Masa Agama Kristen Katolik Roma dan Ortodoks Timur mengakui bahwa Yohanes Kasianus sebagai orang suci. Yohanes Kasianus membangun biara ala Mesir di Perancis, dimana ia mengajarkan bentuk mistisisme yang berakar pada imaginasi Tuhan. Menurut ajarannya, para pengikutnya mencapai penyatuan dengan Tuhan yaitu dengan mengisi hati yang murni dengan gambar Kristus. 2. Abad Ke-20 Sigmund Freud, Carl Jung, dan psikiatris dari Italia yaitu Roberto Assagioli telah banyak mengembangkan teknik guided imagery dalam bidang kedokteran modern. Dalam latar belakang penulisan paper “The Ego and The Id” yang dipublikasikan pada tahun 1923, Freud mengatakan bahwa sangat mungkin untuk suatu proses pemikiran



menjadi nyata melalui bayangan yang divisualisasikan, dimana banyak orang memandang hal ini sebagai metode “berfikir dalam gambar”. Di tahun 1940-an ditemukan teknik psikodrama Jacob Moreno, yang juga dapat dikategorikan dalam guided imagery, yaitu membuat seseorang berkonsentrasi dalam suatu terapi unik yang dapat diartikan sebagai metode membayangkan diri sendiri secara langsung. Di tahun 1969, seorang psikiatris Jerman bernama Hanscarl Leuner menjelaskan penelitiannya tentang bentuk visualisasi, guided alternative imagery, yang disampaikan pada perkuliahan di Princeton University. Leuner sekarang dikenal sebagai bapak guided imagery modern. Di tahun 1976, konsep terapi imagery semakin popular bersamaan dengan munculnya buku “Getting Well Again”, dimana dalam buku tersebut menceritakan pengalaman dari Carl dan Stephanie Simonton dimana mereka merawat pasien kanker dengan menggunakan imagery dan bentuk terapi yang bervariasi lainnya. Di dalam buku tersebut, mereka menampilkan apa yang mereka sebut sebagai “kepribadian kanker” dan bagaimana reaksi stres dapat mempercepat perkembangan penyakit kanker. Menurut Simonton, kesadaran diri dan pengalaman yang positif memberikan andil besar untuk bertahan dalam penyakit kanker, dan mereka juga menerangkan teknik untuk belajar melakukan relaksasi, mengelola nyeri dan mengembangkan perilaku yang positif melalui visualisasi. Pada awal tahun 1980-an sampai 1990-an, banyak ahli imagery mengajarkan seseorang untuk benar-benar memvisualisasikan apa yang terjadi pada tubuh mereka, yang mana hal ini sangat berbeda dari guided imagery yang digunakan saat ini. Pasien diminta memvisualisasikan sel darah putih mereka menaklukkan sel kanker sebagai PacMan yang memakan kanker atau memvisualisasikan tumor yang menyusut. Sayangnya tidak semua orang mudah untuk memvisualisasikan semacam ini, yang akhirnya imagery mengalami perkembangan dengan melibatkan semua indera, yang memungkinkan untuk membayangkan emosi, bau, rasa, suara, dan perasaan. 3. Masa Sekarang Di abad 21, guided imagery telah diterima sebagai suatu bagian yang penting dan valid dari sistem perawatan kesehatan. Pada awalnya, terapi ini dikategorikan dalam pengobatan alternatif, tetapi saat ini rumah sakit, universitas, pemerintah, para peneliti dan dokter sangat mendukung teknik guided imagery sebagai alat terapi untuk mencegah dan mengurangi nyeri yang sangat efektif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa



imagery dapat mengubah aktivitas kekebalan tubuh pada tingkat sel, seperti meditasi dan hipnotis. Berbagai bentuk terapi guided imagery telah banyak ditemukan, antara lain oleh para praktisi kesehatan alternatif berikut ini: 1. Jeanne Achterberg Di tahun 1985, Achterberg menerbitkan buku Imagery in Healing. Dalam buku yang populer tersebut menerangkan tentang sistematik penggunaan guided imgagery dan memberikan dampak yang positif pada perjalanan penyakit dan dpat membantu pasien mengatasi rasa sakit. 2. Leslie Davenport Di dalam bukunya “Healing and Transformation through Self-Guided Imagery”, Davenport membahas tentang tantric yoga, yaitu sebuah kegiatan yang biasa dilakukan oleh orang Budha dan Hindu, dimana mendorong pengikutnya untuk membayangkan suatu visualisasi yang sacral dengan mempercayai bahwa Tuhan berbicara dengan manusia melalui imagery. 3. Dr. Martin Rossman Rossman menerbitkan buku berjudul “Guided Imagery for Self-Healing: An Essential Resource”, buku ini menjelaskan bahwa bangsa Yunani kuno menggunakan guided imagery dalam budaya mereka dan melihat imaginasi diumpamakan sebagai suatu organ, seperti hati atau jantung. Pemikir Yahudi juga merasakan hubungan antara visualisasi dan kesehatan. Guru-guru pada masa Yahudi awal mendorong penggunaan kavanab, suatu bentuk kesadaran dimana praktisi focus pada gambar untuk penyembuhan yang diinginkan. 4. Helen Bonny Bonny mengembangkan suatu terapi yang disebut dengan Bony Method of Guided Imagery and Music (GIM), suatu terapi yang menjadikan musik sebagai sebuah elemen penting. Metode ini terus berkembang dan telah banyak digunakan untuk mengobati individu atau kelompok dalam perawatan kesehatannya. Metode ini terbukti efektif digunakan untuk mengurangi gangguan fisik, emosional, dan kecanduan yang berkaitan dengan stres.



2.6 Mekanisme Guided Imagery Mekanisme atau cara kerja guided imagery belum diketahui secara pasti tetapi teori



menyatakan



bahwa



relaksasi



dan



imajinasi



positif



melemahkan



psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres. Respon stress dipicu ketika situasi atau peristiwa (nyata atau tidak) mengancam fisik atau kesejahteraan emosional atau tuntunan dari sebuah situasi melebihi kemampuan seseorang, sehingga dengan imajinasi diharapkan dapat merubah situasi stres dari respon negatif yaitu ketakutan dan kecemasan menjadi gambaran positif yaitu penyembuhan dan kesejahteraan (Dossey, 1995 dalam Snyder, 2006). Respon emosional terhadap situasi, memicu sistem limbik dan perubahan sinyal fisiologis pada sistem saraf perifer dan otonom yang mengakibatkan melawan stres (Snyder, 2006). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stress (Hart, 2008). Guided imagery yang merupakan teknik relaksasi sehingga dapat melemahkan psikoneuroimunologi yang mempengaruhi respon stres. Ini berkaitan dengan teori gate control yang menyatakan bahwa “hanya satu impuls yang dapat berjalan sampai sumsum tulang ke otak dalam satu waktu” dan jika impuls ini diisi dengan pikiran lain maka sensasi rasa sakit maupun kecemasan tidak dapat dikirim ke otak oleh karena itu rasa sakit ataupun cemas akan berkurang” (Mariyam, 2011). Menggunakan guided



imagery akan



mengurangi kecemasan, karena guided imagery



merupakan sebuah pengalihan.Perbedaan yang signifikan juga dikarenakan guided imagerydapat mempengaruhi semua kontrol fisiologis dalam tubuh termasuk pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah. Guided imagerytelah terbukti dapat menurunkan kecemasan dan nyeri pada pasien yang dilakukan pembedahan, hal ini dibuktikan oleh



kurangnya



penggunaan obat-obatan. Guided



imagerydapat



mempengaruhi



keseimbangan tubuh dengan cara fokus pada pikiran, menurunkan simpatis dan meningkatkan sistem neurokimia saraf parasimpatis (Forward, 2015). 2.7 Penerapan Guided Imagery Teknik guided imagery ini dimulai dengan proses relaksasi seperti pada umumnya. Pasien diminta secara perlahan-lahan menutup matanya dan diminta fokus pada napas, lalu dorong klien untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memberi bayangan yang dapat membuat damai serta menenangkan pikiran (Rahmayati, 2010



dalam Patasik et al, 2013). Kozier & Erb (2009) dalam Novarenta (2013) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam melakukan guided imagery ialah : 1) Persiapan Dibutuhkan lingkungan yang nyaman dan tenang, dimana lingkungan ini harus bebas dari segala bentuk distraksi. Lingkungan yang bebas dari distraksi diperlukan oleh klien untuk memokuskan imajinasi. Selain itu klien juga harus tahu rasional dan keuntungan teknik imajinasi terbimbing. Klien merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus memahami apa yang dilakukan serta hasil akhir yang diharapkan. Lalu memberikan kebebasan pada klien untuk memposisikan diri dengan nyaman. 2) Relaksasi Pada tahap ini bisa dilakukan dengan memanggil nama klien.. Berbicara dengan jelas. Atur nada suara yang tenang dan netral. Mintalah klien untuk menarik nafas dalam dan perlahan untuk relaksasi. Dorong klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Bantulah klien merinci gambaran dari bayangannya. Kemudian doronglah klien untuk menggunakan semua ideranya dalam menjelaskan bayangan dan lingkungan bayangan tersebut. 3) Menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya Arahkan klien mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena akan memungkinkan klien memodifikasi imajinasinya. Respon negatif dapat diarahkan kembali untuk memberikan hasil akhir yang lebih positif. Berikan umpan balik kepada klien secara berkelanjutan dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketentraman. Setelah itu, membawa klien keluar dari bayangan. Diskusikanlah perasaan klien mengenai pengalamannya tersebut, identifikasilah halhal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya motivasi klien untuk mempraktikkan teknik ini secara mandiri. 



SOP Guided Imagery Berikut ini adalah standar operasional prosedur dari pelaksanaan guided imagery (Grocke&Moe, 2015): 1) Bina hubungan saling percaya. 2) Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu dan peran perawat sebagai pembimbing 3) Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien. 4) Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.



5) Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien. 6) Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengan suara yang lembut. 7) Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi. 8) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap. 9) Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit klien dan daerah ini akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut sebagai background yang membantu. 10) Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan pada latihan selanjutnya dengan menggunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat perubahan pernyataan klien.



BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan Guided Imagery merupakan teknik untuk membimbing dan mengarahkan orang kepada imajinasi menyenangkan menggunakan audio visual kinestetik. Guided Imagery ini membawa klien kearah hal-hal yang positif yaitu nyaman dan menyenangkan. Tujuan dari teknik guided imagery ini adalah menimbulkan respon psikofisiologis yang sangat kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009 dalam Novarenta, 2013). Manfaat dari guided imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres, dan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Novarenta, 2013). Langkah-langkah dalam melakukan guided imagery ialah: 1) Persiapan; 2) Relaksasi; dan 3) Menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya (Kozier & Erb, 2009 dalam Novarenta, 2013). 3.2. Saran Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca dapat memahami dan menambah wawasan mengenai Terapi Komplementer Guided Imagery. Dan mengharapkan tenaga kesehatan agar dapat melakukan Guided Imagery sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) demi keamanan dan kenyamanan klien.



DAFTAR PUSTAKA Synder, M., & Linquist, R. (2009). Complementary/ alternative therapies in nursing. 5th ed. New York: Springer. Apdila, J, N. (2016). PENGARUH TERAPI GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT



STRES



PADA



MAHASISWA



TINGKAT



AKHIR



DALAM



MENYELESAIKAN SKRIPSI. Grocke, D. & Moe, (2015). Guided imagery & Music (GIM) and Music Imagery Methods for Individual and Group Therapy. London: Jessica Kingsley Publisher. Kozier B. & Erb G., (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC. Novarenta, Affan, (2013). Guided Imagery untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Vol. 1 No.2. Nurjanah, U. Andromeda. & Rizki, B, M. (2018). Relaksasi Guided Imagery Untuk Menurunkan Kecemasan Bertanding Pada Atlet Pencak Silat. INTUISI Jurnal Psikologi Ilmiah, 10 (1), hlm. 50-58. Affan Novarenta. (2017). Guided imagery untuk mengurangi nyeri pada saat menstruasi,jurnal ilmiah psikologi terapan, ISSN: 2301-8267 Vol. 01, No.02. JIHAN NISA AFDILA. (2016). Pegaruh terapi guided imagery, ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA diakses pada tanggal 24 maret 2021. Legi, J., Sulaeman, S., & Purwanti, N. (2019). Pengaruh Storytelling dan GuidedImagery terhadap Tingkat Perubahan Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan Tindakan Invasif. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 145-156. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.496. Novarenta, A. (2013). GUIDED IMAGERY untuk mengurangi rasa nyeri saat menstrurasi. Jurnal ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 01, No. 02, Agustus 2013. Kaplan & Sadock. (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Klinis, Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Asara Publisher.