Komponen Sistem Stomatognasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMPONEN SISTEM STOMATOGNASI Menurut Marzouk dan Simonton (1985), sistem stomatognatik merupakan kesatuan organ yang memiliki fungsi berkaitan satu sama lain. Organ-organ tersebut terdiri dari mandibula, maxilla, TMJ, struktur gigi, dan struktur pendukung lain seperti otot mastikasi, otot wajah, serta otot kepala dan leher. Sistem stomatognatik dibagi menjadi dua komponen besar yaitu mukosa oral dan gigi serta struktur pendukung (Andriyani, 2008). a. Mukosa oral Mukosa oral dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Lining mukosa, yang merupakan mukosa lembut, lentur dan non keratin. Lining mukosa tidak digunakan dalam proses pengunyahan oleh karena itu memiliki sedikit atrisi. Lining mukosa terdiri dari: bibir, palatum mole, pipi, permukaan ventral lidah, dan dasar mulut. 2) Masticatory mukosa, mengandung keratin, indikasi adanya atrisi yang terjadi selama pengunyahan. Masticatory mukosa terdiri dari: gingiva dan perlekatan epitel, attached gingiva, epitel junctional, papilla interdental, palatum durum. 3) Specialized mukosa, yang berfungsi dalam proses pengunyahan. Yang termasuk specialized mukosa yaitu ada papillae. Papillae dibagi menjadi empat yaitu: papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla sirkumvalata, dan papilla foliate. Kelainan pada mukosa oral diantaranya terdiri dari: 1) Lesi leukoplakia, lesi yang terjadi pada rongga mulut yang sering disebut lesi pre cancer karena sering mengalami perluasan. Lesi ini ditandai dengan berwarna putih dan terdapat pada membran mukosa serta sulit untuk dihilangkan. 2) Oral Lichrn Planus (OLP), penyakit yang pada umumnya dijumpai hanya mempengaruhi lapisan epitelium squamosal berlapis yang ditandai dengan adanya lesi kecil, berwarna putih, panjang seperti tali dan bertambah banyak. Fungsi dari mukosa oral adalah: 1) Membantu proses pengunyahan dan penelanan



2) Fungsi digestif (kelenjar saliva) alfa amylase yang menghidrolisa makanan menjadi maltose 3) Informasi rasa 4) Respon terhadap suhu, raba, sakit 5) Melindungi jaringan yang lebih dalam



b. Gigi dan struktur pendukung Sistem mekanisme gigi diawali dengan makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melewati rongga mulut. Oleh karena itu, proses pencernaan makanan secara mekanik dan kimiawi sudah dimulai pada bagian ini. Proses rongga mulut yang berperan dalam proses pencernaan yakni: 1) Gigi, gigi terdiri dari gigi insisiv yang berfungsi untuk memotong makanan, gigi taring yang berfungsi untuk merobek makanan, premolar dan molar yang berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus dan kecil. 2) Lidah, sebagian besar terdiri atas otot. Pada permukaan atas lidah terdapat ribuan tonjolan yang disebut papillae, serta terdapat rangkaian kompleks saraf yang membentuk indra pengecap dan peraba 3) Kelenjar ludah, menghasilkan saliva atau lidah. Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah mayor dan kelenjar ludah minor. Pada kelenjar ludah mayor dibagi menjadi tiga yaitu: parotitis, submandibular, dan sublingual. Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan, membasahi dan melumasi makanan sehingga mudah untuk ditelan, dan melindungi selaput mulut terhadap asam basa dan panas. 4) Jaringan pendukung terdiri dari membran periodontal, gingiva, tulang alveolar, dan sementum. TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula berartikulasi dengan kranium. Artikulasi tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial. TMJ terbentuk dari kondilus mandibular yang terletak pada fosa mandibula tulang temporal. Kedua tulang dipisahkan dari artikulasi langsung oleh lempeng sendi. TMJ diklasifikasikan sebagai sendi kompound. Ada dua gerakan utama pada sendi TMJ ( Gambar 2 ) , yaitu (Suhantini, 2011) :



a.



Gerak rotasi Rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis. Berdasarkan porosnya dibagi atas : horisontal, frontal/ vertikal, dan sagital.



b.



Gerak meluncur atau translasi Translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama. Di dalam sistim pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama



Andriyani, A., 2008, Aspek Fisiologis Pengnyahan dan Penelanan pada Sistem Stomatognasi,Fakultas Kedokteran Gigi Universita Sumatra Utara,Medan. Suhartini, 2011, Fisiologi Pengunyahan Pada Sistem Stogmatognasi, Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 8 (3), Hal. 122-126. GLANDULA SALIVARIUS Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan sekresi saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin, dan pahit), dan psikis (bau, emosi, dan stress). Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari (Amerogen, 1988). 1. Kelenjar Saliva Mayor Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang– pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjarkelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing–masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda–beda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%) (Amerogen, 1988).



a. Kelenjar Parotis Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya. Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter. Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas. Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini. Kelenjar ini mensekresikan cairan yang bersifat serous (Amerogen, 1988). b. Kelenjar Submandibularis Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas. Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini. Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid. Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan yang bersifat serous dan mukus (Amerogen, 1988). c. Kelenjar Sublingual Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya. Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah. Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya. Kelenjar ini mensekresikan cairan yang bersifat mukus (Amerogen, 1988).. 2. Kelenjar Saliva Minor Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga



mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukus kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu pada pencernaan ptyalin. a. Kelenjar Glossopalatinal Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle. b. Kelenjar Labial Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus. c. Kelenjar Bukal Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial. d. Kelenjar Palatinal Kelenjar ini ditemui di sepertiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat. e. Kelenjar Lingual Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu: 1) Kelenjar anterior lingual Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah. 2) Kelenjar lingual Van Ebner Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata. 3) Kelenjar posterior lingual Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil. MUSKULUS Menurut Suhartini (2011), otot- otot utama yang terlibat langsung dalam pengunyahan yaitu: 1. Muskulus masseter 2. muskulus temporalis 3. muskulus pterygoideus lateralis 4. muskulus pterygoideus medialis



Menurut Suhartini (2011), otot-otot tambahan yang juga mendukung proses pengunyahan yaitu 1. muskulus mylohyoideus 2. muskulus digastrikus 3. muskulus geniohyoideus 4. muskulus stylohioideus 5. muskulus infrahyoideus 6. muskulus buksinator



DAFTAR PUSTAKA Amerogen, A.V, 1988, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Suhartini, 2011, Fisiologi Pengunyahan pada Sistem Stomatoganti, JKG Unej, Vol. 8(3):122126.