Komunikasi Lintas Budaya KOREA SELATAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK ANALISIS BUDAYA KOREA SELATAN



Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Dosen: Dr. Ir. Yuni Dahlia Yosepha Mogot, M.Si., CPR



Oleh: Fadhiil Syabana – 41819134 Siva Sabila – 41819135 Nyimas Nabilah Zachwa – 41819150 Yemima Philo Shopia – 41819153 Rabiur Rahman - 41819160 IK4



PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2021



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 1 BAB I ...................................................................................................................................................... 2 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 2 1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 4 1.3 TUJUAN PENELITIAN............................................................................................................. 4 BAB II .................................................................................................................................................... 5 2.1 Tentang Korea Selatan ............................................................................................................... 5 2.2 Aktivitas Komunikasi ................................................................................................................. 6 2.3 Budaya dan Identitas Etnik ....................................................................................................... 6 2.4 Interaksi Simbolik dan Kontruksi Sosial .................................................................................. 7 BAB III................................................................................................................................................... 9 3.1 Budaya Yang Terdapat Di Korea Selatan ................................................................................ 9 3.2 Perkembangan Budaya Korea Selatan ................................................................................... 36 3.3 Komunikasi Verbal dan NonVerbal Dalam Kehidupan Sehari-hari ................................... 38 3.4 Hambatan Yang Terjadi Dalam Komunikasi Lintas Budaya .............................................. 40 BAB IV ................................................................................................................................................. 42 4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 42 4.2 Saran .......................................................................................................................................... 43



1



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan cara seseorang untuk menyampaikan ide atau gagasannya pada orang lain. Komunikasi dipandang sebagai penghubung dari satu orang kepada orang lain atau juga dari satu budaya dengan budaya lain. Hal ini pula yang akan membuat seseorang akan dimengerti dan dipahami sehingga menimbulkan adanya persamaan persepsi dan pemikiran seseorang. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sepintas, komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda. Komunikasi adalah proses interaksi antara dua individu atau lebih, sedangkan kebudayaan yaitu cara bertingkah laku suatu komunitas masyarakat yang berkesinambungan (Anugrah, 2008:32). Namun demikian, komunikasi dan kebudayaan eksistensinya saling berkaitan. Komunikasi dapat menjadi alat penyebar nilai dan budaya suatu masyarakat sehingga dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. Begitupun sebaliknya, kebudayaan menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam cara berinteraksi atau berkomunikasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, akan tetapi bagaimana memperhatikan atau pun menafsirkan pesan. Seluruh pembendaharaan perilaku manusia sangat bergantung pada budaya tempat manusia itu dibesarkan. Setiap individu memiliki budaya yang berbeda sesuai dengan latar belakang, asal usul, dan lingkungannya. Budaya tersebut dapat membentuk pola fikir, sikap, nilai, dan bahkan sebuah kepribadian. Oleh karena itu, bukan hal mudah dalam melakukan



2



proses komunikasi antarbudaya, dimana manusia dituntut untuk saling memahami antara satu sama lain agar terjadinya komunikasi yang efektif pada proses penyampaian pesan. Komunikasi ini terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah penyandian pesan, di mana dalam situasi komunikasi sutu pesan disandi dalam satu budaya dan harus disandi dengan budaya lain. Dapat dikatakan juga bahwa komunikasi antarbudaya merupakan proses pertukaran makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa. Pada dasarnya, komunikasi antarbudaya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktifitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya budaya



bersangkutan,



apa



yang



layak



dikomunikasikan,



bagaimana



cara



mengkomunikasikannya, kapan mengkomunikasikannya (Mulyana, 2004: xi). Dengan adanya perbedaan budaya seperti ini dapat menjadi salah satu rintangan besar bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial atau berkomunikasi. Terkadang manusia sulit menyadari bahwa apa yang ada di kebiasaan budaya sendiri belum tentu ada di kebiasaan budaya lain, sehingga manusia cenderung menghakimi nilai, adat istiadat, perilaku atau aspek-aspek kebudayaan lain menggunakan kelompok adat istiadat sendiri yang menjadi standar penilaian Seperti yang kita diketahui, Korea Selatan selalu punya daya tarik tersendiri dan kekhasan budaya Korea Selatan tidak ada samanya. Seiring berjalannya waktu kebudayaan tradisional di Korea Selatan berkembang menjadi lebih modern. Tetapi walaupun demikian masyarakat Korea Selatan masih melakukan tradisi yang sudah biasa mereka lakukan. Dengan keberagaman kebudayaan di Korea Selatan menjadikan sebuah keunikan dalam melakukaan komunikasi lintas budaya, seperti upacara adat, ritual keagamaan, mitos dan lain-lain. Hal itu menjadikan suatu daya Tarik tersendiri bagi kita yang akan membahas mengenai kebudayaan yang sangat beragam di negara ginseng ini.



3



1.2 RUMUSAN MASALAH Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana budaya yang ada di Korea Selatan, selain itu juga komunikasi yang terjadi di sana. Secara khusus, rumusan masalah penelitian ini meliputi: 1. Budaya apa saja yang terdapat di Korea Selatan? 2. Bagaimana perkembangan budaya Korea Selatan? 3. Komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat Korea Selatan dalam seharihari? Baik verbal mapun non-verbal. 4. Hambatan apa saja yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi lintas budaya 2. Mengetahui budaya apa saja yang terdapat di Korea Selatan 3. Mengetahui perkembangan budaya Korea Selatan? 4. Mengetahui komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat Korea Selatan dalam sehari-hari (Baik verbal mapun non-verbal). 5. Mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mulyana (2004: 34) menyatakan, teori-teori dapat menuntun peneliti untuk memahami kondisi penelitian di lapangan. Seperangkat teori yang digunakan peneliti kualitatif dapat dijadikan arahan, acuan dan pedoman bagi peneliti guna menangkap gejala dan fenomena yang terjadi secara spesifik dan fokus. 2.1 Tentang Korea Selatan Korea merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Timur Laut. Negara Korea dalam sejarahnya merupakan negara yang sangat penting, karena Semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar yaitu Jepang, Cina, dan Rusia. Korea merupakan negara yang menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar terutama dengan kepulauan Jepang yang letaknya dekat dengan Semenanjung Korea (Seung-Yoon & Mohtar, 2003:1). Nama lain Korea adalah Choson yang lebih dikenal oleh negara barat sebagai “negeri ketenangan pagi” berasal dari Dinasti Yi yang memerintah tahun 13921910 (Ririn Darini, 2008:1). Korea terletak pada sebuah semenanjung dengan luas sekitar 8.500 mil persegi yang terhampar dari bagian timur laut Benua Asia. Munculnya bangsa Korea dapat dijelaskan berdasarkan asal-usul, kebudayaan, klasifikasi menurut waktu maupun kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah Korea. Suku bangsa Korea berasal dari Bangsa Nomad yang bermigrasi dari barat laut daratan Cina menuju Semenanjung Korea. Populasi dasar Korea dibangun oleh migrans-migrans kecil berturut-turut dari Asia Timur Laut selama periode lebih dari 50 tahun (Ririn Darini, 2008:2). Korea atau sewaktu bersatunya dikenal sebagai Choson, negeri yang dijuluki Land Of Morning Calmmemiliki kebudayaan yang tak ternilai harganya. Sebut saja contohnya adalah Kuil Bulguksa, Observatorium tertua di dunia-Ch‟omsongdae, hingga Tugu Ssanggyong. Itu baru kebudayaan berwujud fisik belum lagi kebudayaan yang bersifat imaterial atau dengan kata lain kebudayaan ideal. Karena memang kebudayaan tidak hanya yang kelihatan wujudnya tapi juga, ada yang wujudnya tidak terlihat secara kasat mata namun sebenarnya ada, inilah yang disebut kebudayaan ideal atau kebudayaan gagasan. Kebudayaan ideal Korea, sebenarnya kebanyakan hanya kebudayaan ideal turunan. Contohnya adalah ajaran Kong-Hu-Chu yang melekat erat dalam kehidupan sosial dan etos kerja orang Korea tentu saja bukan kebudayaan ideal asli Korea, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kong-Hu-Cu adalah kebudayaan ideal dari Cina dengan penggagasnya adalah Konfusius, seorang filsuf Cina. Kebudayaan ideal asli Korea, seperti 5



Hwangdo (Jalan Ksatria). Hwangdo mengajarkan bahwa orang Korea harus memiliki integritas dan disiplin yang tinggi. Hwangdo pada dahulu kala tadinya hanya untuk bangsawan tapi, sekarang semua orang Korea mengaplikasikannya. 2.2 Aktivitas Komunikasi Hymes, sebagaimana dikutip Kuswarno (2008: 42) menyatakan aktivitas komunikasi adalah “aktivitas yang khas atau kompleks, yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula, sehingga proses komunikasi dalam Etnografi Komunikasi, adalah peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang”. Merujuk pada kutipan tersebut, aktivitas komunikasi yang dimaksud dalam makalah ini adalah komunikasi sehari-hari masyarakat Korea Selatan. Baik itu kebiasaan masyarakat, adat istiadat atau pun tradisi yang mereka lakukan secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Komunikasi dapat menjadi rumit di Korea Selatan karena mereka tidak suka mengatakan 'tidak'. Mengatakan “tidak” dianggap etiket yang buruk. Menolak dalam negara Korea Selatan harus dengan cara yang halus. Postur tubuh yang baik dan bahasa tubuh yang positif sangat bermanfaat dalam komunikasi. Kesabaran dan kesopanan harus dipertahankan. Serta tidak menggunakan bahasa tubuh yang berlebihan atau terbuka. 2.3 Budaya dan Identitas Etnik Porter dan Samovar (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2005:



18)



secara



formal



mendefinisikan budaya sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Identitas Etnik menurut Liliweri (2003: 72) adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri (khas) sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang diketahui batasbatasnya tatkala dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain. Hal ini berarti pula bahwa bila kita ingin mengetahui dan menetapkan identitas budaya seseorang, maka tidak sekedar ditentukan dari karakteristik atau ciri-ciri fisik/biologis semata, tetapi perlu juga mengkaji identitas kebudayaan sekelompok orang melalui tatanan pola berpikir (cara dan orientasi berpikir), perasaan (cara merasa, orientasi perasaan), dan cara bertindak (motivasi atau orientasi tindakan) orang tersebut. Ketika mendengarkan negara Korea Selatan, banyak dari kita yang langsung membayangkan industri hiburan yang mendunia serta destinasi wisata yang selalu menjadi 6



incaran para traveller. Namun, Korea Selatan lebih dari itu. Seperti yang diketahui, negeri ginseng ini selalu punya daya tarik tersendiri dan kekhasan budaya Korea Selatan tidak ada samanya. Budaya kontemporer Korea Selatan sendiri berkembang dari budaya tradisional Korea yang biasa pada suku nomaden Korea awal. Hingga kini, dengan industrialisasi, urbanisasi dan westernisasi di Korea Selatan, khususnya Seoul faktor tersebut telah membawa banyak perubahan pada gaya hidup orang Korea. Tanpa mengesampingkan budaya sendiri, berikut beberapa keunikan budaya Korea Selatan dengan adat dan sejarah dulu yang masih kental dan masih tetap ada sampai saat ini seperti mengkonsumsi Kimchi (Kimchi merupakan irisan sayur kubis yang difermentasi dan dipadukan dengan saus cabai merah), pakaian Hanbok (Hanbok adalah pakaian tradisional masyarakat Korea), Hanok (Hanok adalah sebutan untuk rumah tradisional Korea Selatan), dan Boryeong Mud (atau disebut Festival Lumpur sudah ada sejak tahun 1998. Festival ini diadakan setiap bulan Juli dan berjalan selama dua minggu). 2.4 Interaksi Simbolik dan Kontruksi Sosial Teori interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki iindividu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Menurut Herbert Blumer, terdapat tiga asumsi dari teori ini: a. Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. b. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. c. Makna dimodifikasi melalui interpretasi. Sedangkan menurut La Rossan, asumsi dalam teori ini adalah: a. Interaksi antar individu dapat mengembangkan konsep diri seseorang. b. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku seseoang. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah sebuah aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain yang menjadi partner interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu 7



medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi nasional dan kekuatan sosial. Kemudian, perspektif konstruksi sosial berusaha melihat bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Selatan dikonsturksikan secara subjektif.



8



BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Budaya Yang Terdapat Di Korea Selatan a) Peribahasa Kridalaksana (1993:169) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan peribahasa adalah Kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun temurun, digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasehat, pengajaran atau pedoman hidup. Lukman Ali (1995:755) menjelaskan bahwa yang disebut peribahasa adalah kalimat ringkas yang berisi perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau tingkah laku. Menurut Yang Jisun (2003), peribahasa adalah 속담에는 처세의 교훈이 있고, 세태에 대한 풍자와 경계가 있으며, 언중들의 신념과 인생관이 담겨져 있다 (Peribahasa memiliki pelajaran tentang kebijaksanaan, sindiran dan batas-batas kebijaksanaan, dan keyakinan dalam hidup dan kehidupan) Oleh karena itu, melalui peribahasa, kita dapat melihat pikiran, pikiran, dan gaya hidup orang pada waktu itu. Baik para orangtua di Korea maupun Indonesia menggunakan peribahasa sebagai cara untuk menasihati atau melarang anak-anak mereka agar tidak melakukan sesuatu yang tidak baik. Mereka mengharapkan anak mereka dapat mengerti tentang makna “ajaran hidup” melalui apa yang mereka sampaikan melalui peribahasa. Di Asia, kebudayaan Korea Selatan memiliki magnet tersendiri. Nilai-nilai budaya masyarakat Korea yang diwujudkan dalam tindakan sehari-hari juga turut mengantarkan Negeri Ginseng ini menjadi salah satu negara yang diperhitungkan secara global. Berikut pribahasa atau pepatah-pepatah atau ungkapan yang ada di dalam masyarakat Korea. Beberapa pribahasa tersebut yang mempunyai arti atau makna yang sama dengan pribahasa atau pepatah Indonesia. 1. 우물 안 개구리 (Umul an gaeguri) Arti: Katak dalam sumur. Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Katak dibawah tempurung. Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, menyindir orang yang picik pengetahuan, yang tidak bersedia menerima kemajuan, yang mendabik-dabik dada, berbangga dengan sekelumit yang dia ada.



9



2. 원숭이도 나무에서 떨어진다 (Wonsungido namueso torojinda) Arti: Ada masanya monyet juga jatuh dari pohon. Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh juga. Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, tidak ada orang yang sempurna, Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan/kejahatan/kegagalan. 3. 실패는 성공의 어머니 (Siphaeneun sȏnggonge ȏmȏni) Arti: Kegagalan adalah ibu dari keberhasilan Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Kegagalan adalah awal dari keberhasilan Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Kegagalan merupakan awal dari sebuah kesuksesan 4. 빈수레가 요란하다 (Binsurega yoranhada) Arti: Gerobak kosong suaranya berisik Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Tong kosong nyaring bunyinya Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu 5. 불 난데부부채질 한다 (Bul nandebubuchaejil handa) Arti: Mengipasi api yang muncul Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Membuat situasi menjadi semakin buruk 6. 작은 고추가 맵다 (Jageun kochuga maepta) Arti: Cabai kecil itu pedas Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Kecil-kecil cabai rawit Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Tampaknya kecil tetapi cerdik (pemberani, membahayakan) 7. 시작이 반이다 (Sijagi banida)



10



Arti: Memulai seseuatu merupakan setengah langkah dari suatu usaha Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Memulai sesuatu hal merupakan hal yang sangat penting 8. 이 없으면 잇옴으로 살지 (I ȏpseumyȏn isomeuro salji) Arti: Jika tidak puya gigi, gunakan gusimu Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Tak ada rotan akarpun jadi Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Gunakan sesuatu yang ada dan sudah tersedia 9. 개처에서 용났다 (Gaechȏesȏ yongnatta) Arti: Naga keluar dari arus air Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Orang dengan latar belakang miskin menjadi orang yang sukses 10. 털어서 먼지 안 나는 사람 없다 (Thȏrȏsȏ mȏnji an naneun saram ȏpta) Arti: Tidak ada orang yang tidak berdebu karena dibersihkan Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Tiada gading yang tak retak Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Tidak ada orang yang sempurna 11. 아니땐굴뚝에 연기날까? (Anittaengulttuge yȏngi nalkka?) Arti: Apakah asap akan keluar dari cerobong jika tidak api? Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Tidak ada asap jika tidak ada api Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Muculnya suatu kejadian/masalah pasti ada penyebabnya 12. 남의 떡이 커보인다 (Nameui ttȏgi khȏboinda) Arti: Teok (kue beras) orang lain terliat lebih besar Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Rumput tetangga terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Apa yang dimiliki oleh orang lain, 11



biasanya terlihat lebih indah (lebih baik) dari apa yang kita miliki 13. 뜻이 있는 곳에 길이 있다 (Teusi inneun gose kiri itta) Arti: Dimana ada kemauan disitu ada jalan Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Dimana ada kemauan disitu ada jalan Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Seseorang yang mempunyai niat dan mau berusaha, pasti ada kemudahan jika ada kesulitan yang menghadang 14. 달도 차면 기운다 (Taldo chamyȏn kiunda) Arti: Bulan penuhpun menyusut/memudar Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Ada pasang surut dalam setiap arus Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Dalam hidup selalu ada pasang surut 15. 뚝배기 보다 장맛이 좋다 (Ttukpaegi boda jangmasi cotta) Arti: Saus lebih enak daripada mangkuknya Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Jangan melihat buku dari sampulnya Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Jangan menilai sesuai dari apa yang terlihat 16. 독 안에든쥐 (Dok anedeuncwi) Arti: Tikus yang diracun Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Dalam keadaan yang sangat buruk yang tidak mungkin keluar darinya 17. 짚신도 짝이있다 (Jipsindo cagiitta) Arti: Bahkan sepatu jeramipun memiliki pasangan Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Setiap orang punya jodoh masingmasing 18. 떡줄놈은 생각도 않는데 김칫국 먼저 마신다 (Ttȏkculnomeun saenggakdo



12



anhneunde kimchitkuk mȏnjȏ masinda) Arti: : Orang yang punya teok (kue beras)pun tidak berpikir akan memberikan, tapi sudah makan dibersihkan Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Menghitung ayam sebelum menetas Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Mengandalkan sesuatu yang belum pasti 19. 고래 싸움에 새우등 터진다 (Korae ssaume saeudeung thȏjinda) Arti: Punggung udang terpukul dalam perkelahian paus Peribahasa



ini



memiliki



kesamaan



makna,



Orang



kecil



(tidak



punya



kekuatan/kuasa) menjadi korban dalam perkelahian orang besar (kuat/berkuasa) 20. 천리 길도 한걸음부터 (Chȏlli kildo han-gȏreumbuthȏ) Arti: Jalan sejauh 400 km pun dimulai dari satu langkah Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Sesulit apapun suatu hal harus dimulai terlebih dahulu agar selesai 21. 콩 심은데 콩 나고 팥 심은데 팥 난다 (Khong simeunde khong nago phat simeunde phat nanda) Arti: Menanam kacang keluar kacang, menanam kacang merah keluar kacang merah Persamaan peribahasa dalam bahasa Indonesia yaitu: Menuai apa yang ditabur Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Mendapatkan hasil sesuai dengan yang dikerjakan 22. 발 없는 말이 처리 간다 (Bal ȏmneun mari chȏrl kanda) Arti: Kata yang tidak punya kaki pergi sejauh 400 km Peribahasa ini memiliki kesamaan makna, Rumor menyebar dengan cepat b) Dongeng 1. Dongeng Katak Hijau yang Mengajarkan Etika terhadap Orangtua Dongeng katak hijau ini merupakan senjata dari para Orangtua di Korea untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya etika pada orang tua, terutama dalam mematuhi perkataan orang tua yang bertujuan untuk kebaikan anak itu sendiri. 13



Pada jaman dahulu, diceritakan di sebuah kolam yang lumayan luas tingal seekor anak katak hijau bersama ibunya. Si anak katak itu sangat nakal dan Ia adalah anak yang jahil yang tidak menuruti kata kata dari ibunya dengan benar. Jika Ibunya menyuruh ia untuk ke gunung, Ia malah pergi ke laut. Jika ibunya menyuruh pergi ke arah timur, ia malah pergi ke arah barat. Pokok nya apa pun yang di perintahkan ibunya, ia malah melakukannya dengan sebalikanya. Ibu katak berfikir, “Apa yang harus aku perbuat kepada anak ini. Mengapa dia tidak seperti anak anak yang lainnya, Ibu katak ingin anaknya dapat menjadi anak baik yang selalu menuruti apa kata orang tua mereka.” Pada suatu hari si ibu katak hijau itu berkata, “Anakku, jangan kau pergi keluar rumah, sebab di luar sedang turun hujan sangat deras. Kau bisa hanyut terbawa arus.” Belum juga selesai ibunya berbicara, si anak katak itu sudah melompat keluar rumah dan sambil tertawa riang. “Horeee… Banjir… aku bisa bermain dengan sepuasnya…!” Kemudian Ibunya pun sedih. Tak henti henti nya si ibu menasehati bahkan, setiap hari si ibu menasehatinya agar menjadi anak yang baik. Akan tetapi kelakuan anaknya malah semakin parah saja kenakalannya. Melihat kelakuan anaknya yang semakin nakal, membuat keseharian si ibu menjadi murung dan sedih dan akhirnya ibu katak pun jatuh sakit. Semakin hari sakitnya kian parah saja. Hinga suatu hari saat si ibu merasa tubuhnya semakin melemah, si ibu pun memanggil anaknya. “Anak ku, aku rasa hidup ibumu ini tidak akan lama lagi. Tolong dengar anak ku, jika ibu mu ini mati, jangan kau kuburkan aku diatas gunung, kubur kan lah aku di pingir sungai.” Sebenarnya maksud si ibu ingin dikuburkan di atas gunung, akan tetapi karena anak nya selalu melakukan sebaliknya, Si ibu pun akhirnya berpesan kepada anak nya dengan sebaliknya pula. Lalu hari menyedihkan itu tiba, Ibu katak pun meninggal, anak katak menangis dan terus menangis dan menyesali semua kelakuan nya. “Oh ibu ku yang malang, mengapa aku tidak pernah mau mendengarkan kata kata mu. Sekarang engkau telah tiada, aku sudah menyusahkan selama hidupnya.” Si anak katak itu pun teringat pesan terakhir dari Ibunya. “Aku selalu saja melakukan apa pun yang dilarang oleh ibu ku. Dan sekarang untuk menebus semua kesalahan ku, aku akan melakukan pesan ibu yang terakhir itu dengan sebaik 14



baiknya.” Kemudian, si anak katak pun kemudian menguburkan ibunya di tepi Sungai, seperti amanah Ibunya. Beberapa minggu kemudian hujan turun dengan sangat lebatnya, membuat air sungai di mana anak katak itu menguburkan ibunya meluap. Si anak katak begitu khawatir dengan keadaan kuburan ibunya akan tersapu oleh air sungai yang meluap. Dan akhir nya ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat ibunya di kubur dan mengawasi nya. Sambil mengawasi kuburan ibunya ia selalu memohon dan menangis di tengah tengah hujan yang lebat itu. “Kwooong… kwooong… kwonggg, Wahai sungai jangan bawa ibu ku pergi…. Anak katak tidak ingin kehilangan ibunya lagi, namun Ia tidak ingin melawan amanah terakhir dari sang Ibu lagi, Ia sangat menyesal dan merasa sangat sedih ketika hujan tiba.” Hingga saat ini katak hijau akan selalu pergi kesungai dan menangis setiap hujan lebat datang. Sejak itu lah kita selalu mendengar katak akan mengeluarkan suara nyaring seperti tangisan setiap kali turun hujan lebat. Pesan Moral: Kisah ini sangat menarik dan memuat banyak nilai di dalamnya. Pelajaran yang bisa kita ambil dari dongeng katak hijau di atas, para orang tua Korea biasanya berharap dapat mengajarkan anak mereka etika dalam menghormati orangtua dengan cara yang hangat dan menarik tentunya. 2. Benda Warisan (Korea) Di sebuah rumah di ujung desa, hiduplah seorang perempuan yang sudah tua. Ia memiliki tiga putra. Saat ini perempuan itu sering sakit. Merasa hidupnya hampir usai, ia pun memanggil ketiga putranya untuk menghadapnya. “Anakku, sepertinya Ibu tidak akan bisa hidup lama lagi. Sebelum Ibu meninggal, Ibu akan memberikan warisan kepada kalian,” ucap perempuan tua itu. Perempuan itu lalu mengeluarkan tiga benda miliknya. Benda pertama adalah sebuah batu, benda kedua adalah seruling, dan benda ketiga adalah baju kumal. “Apakah ini yang kau sebut warisan, Ibu? Ini hanya benda-benda yang tak ada harganya,” ucap si Sulung. “Benar Ibu, apa yang bisa kami lakukan dengan benda-benda ini? Sungguh benda yang tak berguna,” dengus anak kedua.



15



Sementara si Bungsu hanya memperhatikan, Ia tak mau memperdebatkan benda-benda Baginya, ibunya lebih penting daripada “Ini adalah benda-benda ajaib. Batu ini, jika digelindingkan, maka akan mengeluarkan banyak emas,” ucap ibunya. Perempuan itu lalu menggelindingkan batu itu. Olala… tiba-tiba muncul beberapa keping emas. Si Sulung langsung meminta batu itu. “Lalu apa kegunaan seruling ini, Bu?” tanya anak kedua. “Seruling ini, jika kau tiup, maka akan muncul prajurit-prajurit kecil. Kau bisa menyuruh prajurit itu untuk melakukan apa saja,” balas ibunya. Anak kedua mencoba meniup seruling itu. Kemudian muncullah prajuritprajurit kecil yang siap diperintah apa pun. Anak kedua sangat senang mendapat seruling itu. Si Bungsu masih tetap diam. Ibunya lalu memanggilnya untuk mendekat. “Baju kumal ini untukmu. Dengan memakai baju ini, kau tidak akan terlihat oleh siapa pun,” ucap ibunya. Si Bungsu menerima baju itu. Setelah menyerahkan warisan tersebut kepada ketiga anaknya perempuan tua itu pun meninggal. Alangkah sedihnya ketiga putranya itu. Kini, mereka harus hidup tanpa sang ibu, dengan warisan yang diberikan oleh beliau. Pesan moral: Benda Warisan (Korea) adalah kasih sayang orangtua adalah harta yang paling berharga. 3. Si Sulung Dengan Batu Ajaib (Korea) Putra sulung mendapatkan sebuah batu ajaib, putra kedua mendapatkan seruling yang bisa memanggil prajurit, dan si bungsu mendapatkan baju kumal yang bisa membuatnya tidak terlihat. Si Sulung sangat senang mendapatkan batu ajaib itu. Hanya dengan menggelindingkan batu itu, ia bisa mendapatkan banyak emas. Sulung pun hidup berkecukupan. Ia bisa membangun rumah mewah dan memiliki banyak makanan. Namun, si Sulung sangatlah sombong. Ia sering kali memamerkan batu ajaibnya kepada orang lain. Banyak penduduk yang takjub melihat batu ajaib itu. “Aku tak perlu bekerja tinggal menggelindingkan batu ajaib ini, maka akan keluar banyak emas,” seru si Sulung dengan sombongnya. Penduduk yang melihatnya hanya bisa iri dengan batu ajaib itu. Hingga suatu hari, kehebatan batu ajaib itu terdengar sampai ke telinga seorang putri kerajaan. Ia 16



adalah putri yang tamak. Ia menyuruh prajurit untuk mengundang si Sulung ke istana. Ia ingin melihat kehebatan batu ajaib itu. Si Sulung pun dengan bangga mengikuti prajurit itu. “Apa benar berita yang aku dengar selama ini? Coba kau tunjukkan kehebatan batu yang kau miliki,” pinta sang Putri. Si Sulung langsung mengeluarkan batu ajaibnya. Ia menggelindingkannya ke arah Putri. Benar saja, beberapa detik kemudian muncullah kepingan-kepingan emas. Sang Putri sangat takjub melihatnya. Tanpa banyak bicara, ia merampas batu ajaib itu. “Sekarang batu ini menjadi milikku. Aku bisa semakin kaya dengan batu ini,” ujar Putri, “Tapi batu itu milikku.” seru si Sulung. Putri tak mendengarkan seruan si Sulung. Ia memerintahkan para prajurit untuk menangkap si Sulung dan memasukkannya ke dalam penjara. Oh, malang sekali nasib si Sulung. Itu karena ia suka memamerkan harta yang ia miliki. Pesan moral: Si Sulung Dengan Batu Ajaib (Korea) adalah jangan suka pamer dengan apa yang kita miliki. Semua itu hanya titipan Tuhan. 4. Putra Kedua Dengan Seruling Ajaib Si sulung sudah dimasukkan ke dalam penjara oleh putri yang tamak. Namun, hal itu tak membuat adiknya berhati-hati. Putra kedua malah semakin memamerkan apa yang dia miliki. “Aku pun sama seperti raja. Aku memiliki banyak prajurit yang bisa aku perintah kapan saja,” seru Putra Kedua. Putra Kedua lalu memainkan serulingnya. Setelah itu muncullah prajuritprajurit kecil di hadapannya. Prajurit itu memberi hormat kepada Putra Kedua. “Aku perintahkan kalian untuk menjagaku,” ucap Putra Kedua. Prajurit-prajurit kecil itu pun tunduk dengan perintah tersebut. Semua penduduk kagum melihat hal itu. Putra Kedua semakin sombong. Ia tak menyadari bahwa kesombongannya hanya akan merusak hidupnya. Berita tentang seruling ajaib itu pun sampai ke telinga Putri. Putri meminta prajuritnya untuk rnenemui Putra Kedua. Putra Kedua tak tahu bahwa kakaknya, si Sulung, sudah lebih dulu ditangkap oleh sang Putri.



17



“Dengan senang hati, aku akan memenuhi undangan putri raja yang cantik,” ucap Putra Kedua. Prajurit pun membawa Putra Kedua ke istana. Putri sudah menunggunya “Apakah yang aku dengar itu benar? Kau memiliki sebuah seruling yang bisa memanggil prajunt?” tanya Putri. “Benar sekali, Putri. Apakah Putri mau melihatnya?” ujar Putra Kedua, bangga. ‘Ya, aku ingin melihat seruling itu,” pinta Putri. Tanpa curiga, Putra Kedua memberikan seruling miliknya kepada sang Putri. Putri yang tamak itu lalu memainkan seruling tersebut. Olala… tiba-tiba bermunculan prajurit kecil yang memberikan hormat kepadanya. “Sekarang seruling ini menjadi milikku,” ujar sang Putri. Putra kedua kaget. Ia tak menyangka bahwa tuan putri akan merampas seruling miliknya. Ia berusaha mengambil serulingnya kembali. Namun, Putri lebih dulu menyuruh para prajurit untuk menangkapnya. Putra Kedua pun ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara bersama si Sulung, kakaknya. Pesan moral: Putra Kedua Dengan Seruling Ajaib adalah kita tidak perlu memamerkan apa yang kita miliki untuk disombongkan. 5. Si Bungsu Sang Penyelamat (Korea) Si bungsu mendengar berita tentang kedua kakaknya. Ia sangat sedih. Ia pun mencari cara untuk menyelamatkan kedua kakaknya itu. “Aku akan pergi ke istana.” gumam si Bungsu. Olala si Bungsu melihat pohon apel di pekarangan miliknya. Pohon apel itu berbuah banyak Apel-apel merah yang ranum. Ada juga apel yang berwarna kuning yang terlihat segar. Siapa saja yang memakan buah apel merah itu, seketika hidungnya akan panjang. Adapun apel kuning adalah penawarnya. Si bungsu lalu menyamar menjadi penjual buah apel. Sang Putri yang melihat apel yang dibawa oleh si Bungsu sangat senang. Sang Putri memerintahkan prajurit untuk merampas apel-apel milik si Bungsu. “Apel ini kelihatannya sangat manis,” ucap Putri. Ia pun langsung menggigit apel merah itu. Tiba-tiba, hidungnya menjadi panjang, panjang, dan terus memanjang. Putri langsung menjerit panik. Semua prajurit dan dayang menghampirinya. Saat itu, si Bungsu langsung memakai pakaian lusuhnya sehingga ia jadi tidak 18



terlihat. Kemudian ia pun segera mengambil batu ajaib dan seruling milik kedua kakaknya. Pada suatu kesempatan, si Bungsu lari ke dalam penjara. Tak ada satu pun penjaga yang melihatnya, sebab ia mengenakan pakaian lusuh ajaibnya. Ia bisa masuk dengan sangat mudah. Tidak butuh waktu lama, si Bungsu pun menemukan penjara kakaknya. Sungguh senang kedua kakaknya mendapati si Bungsu. Padahal, selama ini kedua kakaknya sama sekali tak memperhatikan si Bungsu. “Ini benda milik kalian. Kakak kedua, kau tiuplah seruling itu terus-menerus agar muncul banyak prajurit yang menjaga kita,” ujar si Bungsu. Kakak kedua menurut. Akhirnya, mereka pun bisa keluar dengan selamat berkat bantuan prajurit-prajurit kecil milik Putra Kedua. Sementara itu, sang Putri semakin sedih. Kini ia hanya memikirkan cara bagaimana membuat hidungnya kembali utuh seperti semula. Ia lupa bahwa dirinya adalah seorang putri yang tamak. Ia Iebih sibuk dengan hidungnya yang panjang. Si Sulung dan Putra Kedua berterima kasih kepada si Bungsu. Sejak saat itu, mereka pun tak berani memamerkan harta mereka lagi. Pesan moral: Si Bungsu Sang Penyelamat (Korea) adalah jika ada orang yang berbuat jahat denganmu, maka balaslah dengan perbuatan yang baik. c) Legenda



1. Kisah Arang Kisah Arang (아랑전설) adalah sebuah legenda rakyat yang berasal dari Miryang, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, tentang seorang gadis yang dibunuh dan arwahnya bangkit untuk membalas dendam atas kematiannya. Pada tahun 1600-an, pada masa pemerintahan Raja Myeongjong (Dinasti Joseon), di Miryang, Gyeongsang, terdapat seorang hakim bernama Yun yang dikirim dari ibu kota. Hakim Yun memiliki seorang anak perempuan cantik berusia 19 tahun bernama Arang. Bukan hanya cantik, tapi ia juga sangat pandai dan berbakat, baik hati pula, maka itu banyak pemuda datang melamarnya, walau selalu ditolak. Seorang pelayan di 19



rumahnya yang bernama Jugi, tertarik pada Arang dan selalu menggodanya, tapi selalu tidak digubris oleh Arang. Tapi malahan hanya dibalas dengan senyuman. Sewaktu ditanya kenapa, Arang menjawab bahwa ia harus bersikap manis dan sopan dihadapan siapapun, termasuk bawahan ayahnya. Jugi tertarik pada Arang sejak ia pertama kali melihat Arang datang mengantarkan makan siang ayahnya. Suatu hari, Jugi menarik tangan Arang, ia mau membicarakan sesuatu. Tapi ditolak dengan halusoleh Arang, lagipula ia harus membawakan makan siang ayahnya secepat mungkin. Karena kesal ajakannya ditolak oleh Arang (walau secara halus), ia dan Baekga akhirnya berkonspirasi untuk menjatuhkan Arang dan ayahnya, apalagi Baekga juga benci pada Hakim Yun, karena itu berarti tindak korupsi para pejabat bakal ditindaklanjuti, sehingga ia berambisi merebut kekuasaan ayahnya Arang, dan bahkan membuat janji dengan para pejabat korup, ia akan membebaskan mereka dari tindakan hukum. Jugi lalu menyogok pengasuhnya Arang untuk membawa Arang jalan-jalan ke hutan bambu. Disanalah Jugi mencoba menyatakan cintanya pada Arang sekali lagi, tapi tetap ditolak dengan halus oleh Arang. Karena marah, Jugi lalu nekad menodainya dan tertawa-tawa berkata: "Wahahahaha! kamu sudah ternoda sekarang, jadi tidak ada pilihan bagimu untuk menikahi seorangpun kecuali diriku!!". Mendengar ini Arang kesal dan menendangnya sampai jatuh sebagai perlawanan, walau ia masih diikat dengan tali. Kesal melihat perlawanan dari Arang, Jugi membunuh Arang dan mengubur mayatnya di hutan bambu itu juga. Segera tersiar kabar ke seluruh kota bahwa Arang telah hilang. Hakim Yun menjadi sangat sedih dan kembali ke Hanyang tanpa Arang. Setelah hakim Yun turun, beberapa hakim yang lain bergantian bertugas di Miryang dikarenakan pada setiap malam setelah naik jabatan, satu per satu meninggal secara misterius. Seorang pemuda yang berani dan ingin tahu bermarga Yi berusaha mencalonkan diri menjadi hakim selanjutnya. Pada malam pertama setelah diangkat menjadi hakim, pemuda tersebut didatangi oleh seorang wanita berambut panjang yang berlumuran darah yang tidak lain adalah hantu Arang. Semula Arang ragu untuk berbicara, tapi setelah dibujuk, ia lalu mengakui bahwa pengasuhnya disogok oleh Jugi untuk membawanya ke hutan bambu itu. Hakim Yi lalu meminta Arang pergi sebentar. Ia lalu menanyakan hal ini kepada pengasuh Arang, tapi ia bersikeras tidak tahu akan hal tersebut. Hakim Yi lalu mempersilahkannya keluar dari ruangannya. Baru sebentar saja, terdengar teriakan histeris. Setelah Hakim Yi mengecek ke lokasi, ia baru mendapati bahwa pengasuh Arang bunuh diri, dan ia juga mendapati surat tulisan tangan pengasuh itu yang mengakui kesalahannya dan ia sendiri tidak menyangka Jugi 20



bakal membunuh Arang. Sewaktu Arang kembali dan menerima surat itu, ia menangis tersedu-sedu seraya mengatakan ia sama sekali tidak menyalahkan pengasuhnya, ia sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri, tapi ia cuma kecewa karena pengasuhnya disogok Jugi. Setelah menceritakan kisahnya pada pemuda itu, hantu Arang mengatakan bahwa besok ia akan menjadi seekor kupu-kupu putih untuk menunjukkan siapa orang yang membunuhnya dan memohon agar Hakim Yi bersedia membantunya mengusut kasus ini. Hakim Yi menyetujuinya. Keesokan paginya, hakim baru itu memanggil semua pelayan. Seekor kupu-kupu putih terbang dan mendarat di topi salah satu pelayan, yakni Jugi, dan lalu pelayan yang lain, yaitu Baekga. Hakim itu lalu menginterogasi mereka. Pada awalnya mereka membantah, namun akhirnya mengaku bahwa merekalah yang berkomplot dan Jugilah yang telah membunuh Arang dan menguburkan mayatnya di rumpun bambu dekat Paviliun Yeongnam. Setelah digali, ternyata jenazah Arang masih utuh, kemungkinan karena arwahnya masih penasaran. Setelah Jugi dan Baekga dihukum, hantu Arang tak pernah muncul lagi. Sampai sekarang, di Miryang masih diadakan peringatan setiap tanggal 16 bulan ke-4 kalender lunar untuk mengenang Arang. Sebuah kuil bernama Arang-gak dibangun untuknya. Konon bila ada orang yang tersakiti mendatangi kuil itu dan berdoa, maka Arang akan datang pada sang pelaku sampai pelakunya minta maaf dan konon Arang akan mempertahankan cinta pasangan yang mengunjungi kuilnya secara bersamaan. 2. Yongduam



Rock



(Dragon



Head



Rock)



Terletak di sebelah utara Kota Jeju, Yongduam Rock atau Dragon Head Rock, konon, mulanya terbentuk oleh angin kencang dan gelombang selama ribuan tahun. Namun, ada banyak cerita-cerita



lain



juga



tentang



asal-muasal



Yongduam



Rock.



Salah satu legenda mengatakan, ada seekor naga mencuri batu giok yang berharga dari Pegunungan Halla, namun tewas lantaran ditembak jatuh dengan panah dari dewa gunung. Ketika terjatuh di Yongduam, tubuhnya langsung tenggelam ke laut dan kepalanya kaku melihat langit.



Terlepas cerita di atas, Yongduam Rock menawarkan keindahan destinasi alam di Korea. Dari gunung batu ini kita bisa melihat wanita-wanita Haeneo bekerja menangkap ikan laut.



Tempat ini juga terkenal dengan keromantisannya, sehingga Anda bisa melihat banyak pasangan kekasih mengunjungi tempat ini. Selain itu, di dekat tempat ini terdapat berbagai cafe, bar, dan restoran yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin sekadar bersantai sejenak.



d) Mitos 21



1. Tidak Boleh Menggunakan Tinta Merah Untuk Menulis Nama Jika menulis nama seseorang menggunakan tinta berwarna merah orang tersebut akan meninggal. Jadi pada zaman dahulu saat Korea Selatan sedang perang sekitar tahun 1950-1953 jika ada prajurit yang gugur namanya akan dicoret dengan garis berwarna merah. Lalu negara akan mengirimkan surat berita Kematian kepada keluarga prajurit dalam isi surat tersebut nama sang prajurit ditulis menggunakan tinta berwarna merah. Lalu munculah pandangan orang akan meninggal jika namanya ditulis menggunakan tinta berwarna merah. Lama-lama kepercayaan ini semakin tersebar di Korea Selatan.



2. Angka 4 Dihindari di Korea, Mengandung Kematian Bagi warga Korea, angka 4 dianggap bisa mendatangkan bahaya karena bunyi dan cara pengucapanya. Angka 4 dalam bahasa Korea disebut "sa" bisa juga diartikan "mati" atau "kematian". Karena alasan inilah, orang Korea percaya jika penggunaan angka 4 bisa mendatangkan mara bahaya. Contohnya adaah, pada fasilitas umum yang sering digunakan misalnya lift gedung. Angka 4 tidak ada diantara tombol angka pada lift Korea. Biasanya lift di Korea akan mengganti angka 4 dengan huruf "F" atau pengganti kata "Four." e) Upacara Adat/Keagamaan Daeboreum adalah hari kelima belas dari bulan lunar pertama. Itu adalah bulan purnama pertama tahun lunar, dan orang Korea telah mengamatinya sebagai hari yang meriah untuk waktu yang lama. Di masa lalu, ketika kalender lunar digunakan lebih luas, setiap lima belas hari dengan bulan purnama adalah bermakna. Dari hari-hari "kelima belas" ini, hari kelima belas dari bulan pertama setelah tahun baru dimulai telah dipandang sebagai hari raya yang penting tidak kalah pentingnya dari seollal sendiri, dan semua orang memberikan sepanjang hari itu berbagai makanan dan bea cukai pada perayaan ini, di pagi hari masyarakat korea biasanya memakan ogokbap. Ogokbap dimasak dengan lima macam bahan beras ketan, kacang kedelai, kacang merah, sorgum, dan padi padian. Dikatakan bahwa orang dapat mengendalikan panas di musim panas dengan memakan kecambah, bermacam- macam kecambah yang ditanam dan dikeringkan pada tahun sebelumnya. Orang- orang merebus dan mencampurkan kecambah tersebut dengan rempah sebelum memakannya dan memakannya dengan



22



ogokbap di Daeboreum. Orang Korea juga menikmati yaksik, hidangan manis, bersama dengan ogokbap. Di sisi lainnya, orang-orang menjaga kesehatan mereka dengan memecahkan dan memakan bureom, kacang musiman khusus, dan minum secangkir anggur dingin pada pagi hari daeboreum. Orang-orang percaya bahwa mereka dapat merebus setiap waktu bila mereka ingin memakan boreum. Anggur dingin disebut gwibalgisul. "Anggur yang mempercepat telinga", dan orang-orang mabuk sejak zaman kuno karena kepercayaan mereka terhadap tahayul bahwa mereka tidak akan terserang penyakit sepanjang tahun dan dapat mendengar berita baik bila mereka meminum satu cangkir anggur dingin pada hari itu. Selain makanan musiman, pada daebroeum orang telah menikmati banyak kegiatan; dari pagi, berjalan bolak-balik di jembatan, dan jwibullori, membakar ladang, adalah tipikal. Mereka menikmati kedua kegiatan setelah makan malam dengan bulan purnama yang cerah melayang di udara. Yang pertama benar-benar berjalan ke sana kemari di jembatan; orang-orang dengan gembira berjalan di atas jembatan. Yang terakhir, terutama dilakukan oleh anak laki-laki, sedang membakar tumpukan jerami di sekitar sawah atau ladang kering. Selain itu, deowipalgi, "menjual panas anda", adalah kejadian lucu terjadi dipagi hari Daeboreum. Orang-orang berkeliling disekitar tetangga dan memanggil teman dan tetangganya yang dilaluinya. Apabila mereka mengenal si pemanggil, si pemanggil akan berkata, “Beli panas saya”. Dalam keadaan ini si pemanggil dapat “menjual” atau meneruskan keorang lain, panas tersebut akan ditanggung dan diberikan pada musim panas. Disisi lain, jika orang yang di panggil dengan menyebut “beli panas saya”, si pemanggil harus mengasumsikan bahwa panas diberikan kepada masing-masing orang dan kemudian mencari orang lain yang dapat meneruskan panas itu. Hari itu, anak-anak terlihat sangat tertarik didalam mengikuti kegiatan Daeboreum itu. Daeboreum merupakan hari yang meriah tak lama setelah Tahun Baru dari selebaran lunar, sehingga berbagai aktivitas dan makanannya mendukung kesehatan dan kebahagiaan di tahun baru. Dengan kata lain, pada daeboreum orang-orang mempersiapkan diri mereka di muka untuk tahun yang akan datang, memberikan perlindungan terhadap panasnya musim panas yang akan datang dan berdoa bagi orang kaya yang kaya di musim gugur. Selain daeboreum ada juga istilah boreom. Bureom adalah kata umum yang berdasarkan berdasarkan beberapa jenis kacang dimana orang memakannya dipagi hari 23



saat Daeboreum, seperti kacang kenari, kacang kastanye, kacang pinus, dan kacang tanah. Setelah memecahkan beberapa dengan gigi mereka dan melemparkannya ke atap sambil berteriak, "Boreom, keluar lah!" mereka makan kacang sepanjang tahun di usia yang semakin bertambah. Mereka meyakinan bahwa hal ini mencegah bisul menahun dan membuat gigi cukup kuat untuk mengunyah makanan. Hubungan bureom dan merebus (buseureom dalam bahasa Korea) seolah-olah menjadi satu perngertian dalam ucapan. Karena bureom awalnya berarti kacang, yaitu biji, itu juga ada hubungannya dengan gagasan bahwa benih adalah asal usul kehidupan dan bahwa ia memiliki kekuatan untuk menjaga keluarga duduk bersama-sama menghancurkan kacang dengan gigi mereka pada hari di Daeboreum. Selain Boreom ada juga yang dinamakan jwibullori. Jwibullori mengacu pada pembakaran rumput dan gulma di tepi padang rumput atau ladang kering pada hari (ke14) di bulan lunar pertama. Pada hari itu, anak laki-laki terlebih dahulu menyiapkan kayu bakar. Mereka memulai dengan dua dan tiga untuk membakar kayu di sepanjang tepi sungai di malam hari ketika bulan menaik di langit. Kadang-kadang, anak laki-laki mencoba membuat api lebih besar, ketika itu cukup besar, karena keyakinan bahwa api yang ganas akan memastikan panen yang berlimpah. Ketika mereka terus menyalakan api di sepanjang tepi sungai dan bertemu dengan seorang anak laki-laki dari desa tetangga, perkelahian mungkin terjadi, yang disebut jwibulssaum bukanlah perjuangan yang sebenarnya. Ini adalah sebuah kompetisi karena kelompok mana yang dapat memulai paling banyak kebakaran. dalam kalender lunar. Bangsa Korea menganggap festival ini penting untuk dilakukan dan merayakannya dengan ritual-ritual, serta permainan tradisional yang menarik (Jung Hee,2001:158). Selain melakukan kegiatan jwibullori ada juga kegiatan daribapgi. Daribapgi adalah kebiasaan tradisional di mana orang berjalan bolak-balik di atas jembatan berdoa untuk kesehatan pada malam hari tanggal lima belas bulan bulan pertama. Tampa memerhatikan dari jenis kelamin atau usia, kebanyakan orang, yangban (kaum bangsawan) ibu rumah tangga, wanita muda, atau anak-anak, digunakan untuk berpartisipasi dalam kebiasaan ini selama kontes. Karena itu bukan bermain atau kompetisi, tidak ada dorongan tertentu untuk itu merekamenyanyikan lagu atau menari bersama dengan irama janggu, drum jam pasir, atau musik pertanian. Ketika bulan purnama naik terang malam itu, orang-orang pergi ke dalam kelompok dua atau tiga dan berkumpul bersama di jembatan terdekat. Bulan purnama 24



bersinar begitu terang sehingga obor tidak diperlukan. Bahkan wanita yang biasanya dilarang keluar rumah bergabung dengan yang lain tanpa biaya dan menikmati kebebasan sepenuhnya pada hari ini. Orang-orang berjalan bersama di beberapa jembatan dan bersenang-senang; menurut sebuah pepatah populer, setiap orang harus menyeberang jembatan sebanyak waktu seusianya, atau lebih dari dua belas jembatan melambangkan dua belas bulan dalam setahun. Di Seoul, banyak orang keluar ke jalan untuk Daribapgi yang membuat kerumunan orang berkumpul di beberapa jembatan di atas Cheonggyecheon, uap mengalir melalui pusat kota Seoul. Karena orang-orang sangat ramai pada saat ini, di Seoul yangban dan perempuan berjalan secara terpisah sehari sebelum atau setelah kelima belas bulan pertama. Juldarigi adalah permainan Tarik tambang Korea di mana dua tim mencoba menyeret tali tebal ke satu sisi atau lainnya. Ini adalah yang terbesar dari permainan tim. Meskipun berbeda dari satu daerah ke daerah lain, biasanya dinikmati pada hari (ke-15) bulan bulan pertama. Juldarigi berasal dari Tiongkok, tetapi detail tentang pengenalan ke Korea tidak diketahui. Ini juga dimainkan di Okinawa, Jepang. Secara tradisional, sangat penting untuk membuat tali yang bagus untuk kontes, sehingga pemain mulai mengumpulkan jerami di setiap rumah mulai satu bulan sebelum tanggal. Di beberapa daerah, dengan ketebalan 0,5 hingga 1,4 meter dan panjang 40 hingga 60 meter. Setiap tim membuat satu tali, dan mereka menghubungkan keduanya menjadi satu. Satu tali disebut laki-laki dan lainnya dinamakan perempuan. Kepala kedua tali itu luka seperti jerat. Kepala laki-laki dibuat kecil, sedangkan kepala perempuan dibuat sebagai lingkaran lebar sehingga yang pertama bisa masuk ke yang terakhir dengan mudah. Kemudian, sebuah batang kayu dimasukkan ke dalam putaran di ujung jantan untuk mencegah tali terlepas. Ketika penduduk desa bergabung dengan dua tali, mereka membuat komentar mesum dan tertawa bersama. Karena diyakini bahwa tali akan putus jika dilintasi oleh wanita, dan bahwa para wanita pun akan melahirkan anak, perempuan daru satu tim berusaha melompati tali yang lain, dan laki-laki tetap terus mengawasi tali untuk melindunginya meskipun malam hari. Tali terlalu berat untuk menarik langsung. Dengan demikian, tali samping yang disebut dongjul melekat pada setiap sisi tali utama agar pemain dapat menarik. Pemain dibagi menjadi bagian timur dan bagian barat atau kuda atas dan kuda bagian bawah saat bermain juldarigi. Dipercayai bahwa akan ada panen yang bagus jika tim yang



25



memegang si betina memenangkan pertandingan. Sejak awal, itu adalah kontes berdoa untuk tanaman berlimpah. Ketika gong dipukul, setiap tim melakukan yang terbaik untuk menarik tali. Dengan tangisan dan teriakan bergetar di udara. Semua doa memegang tali dengan erat, melupakan jenis kelamin atau usia mereka. Sebagai permainan membutuhkan permainan tim, setiap pemimpim mengontrol timnya dengan mengibarkan bendera. Pemenang ditentukan oleh jumlah tali yang ditarik melewati titik tengah. Setelah permainan dinyatakan berakhir, pemenang memiliki tali, atau kadang-kadang, itu milik kepunyaan kedua pemenang dan kalah. Tali sering dililit di sekitar batu yang didirikan di pintu masuk desa untuk menghindari nasib buruk atau dipotong-potong untuk digunakan untuk membuahi sawah. Dikatakan bahwa panen yang baik akan diamankan untuk pemenang jika tali tersebut digunakan sebagai kompos atau pakan ternak. Seorang anak laki-laki akan lahir jika diletakkan di atas atap, dan hasil tangkapan yang bagus akan dibuat jika digunakan untuk memancing. Karena itu, semua orang mencoba untuk mengambil beberapa potong potongan. Juldarigi adalah acara yang baik untuk meningkatkan semangat komunal kooperatif dari langkah pertama membuat tali. Itu masih tetap dasar di sebagian besar hari-hari lapangan siswa. Sebagai aturan, itu dimainkan pada siswa yang sering diikuti oleh guru dan juga orang tua. Gossaum adalah kompetisi di mana sejumlah orang membentuk dua sisi; mereka bertarung dengan memanggul tali oval yang sangat tebal yang disebut go dan memaksa sisi yang berlawanan turun ke tanah untuk memenangkan permainan. Sebagai sebuah festival rakyat yang diadakan di provinsi Jeolla Selatan, biasanya diadakan selama sekitar dua puluh hari di bulan pertama kalender lunar. Warga desa mana pun dapat berpartisipasi, tetapi ini adalah permainan kekerasan di mana laki-laki muda terutama memimpin. Pertama-tama penduduk desa membuat lingkaran oval besar. kesempatan memiliki putaran bundar besar dari tali jerami bengkok di depan, tubuh berukuran sepuluh meter panjang di tengah dan akhirnya di belakang ekor dua menggantung helai. Seluruh kesempatan dapat mengukur selama dua puluh meter dari kepala sampai ekor. Pada awal bulan pertama kalender lunar, perwakilan dari desa "atas" dan desa "bawah" berkumpul untuk menyepakati gossaum dan menentukan tanggal dan tempat. Di setiap desa seorang pemimpin yang akan menjadi komandan gossaum dipilih. Pada awal 26



bulan pertama kalender lunar, perwakilan dari desa "atas" dan desa "bawah" berkumpul untuk menyepakati gossaum dan menentukan tanggal dan tempat. Di setiap desa seorang pemimpin yang akan menjadi komandan gossaum dipilih. Pada pagi hari itu, kelompok-kelompok petani dengan alat musik dari desa atas dan bawah bersama-sama bermain di kotak depan dan belakang desa. Kemudian mereka kembali ke desa masingmasing dan berkeliling ke setiap rumah untuk membentuk usus, atau pengusiran setan, untuk mengusir roh-roh jahat. Saat terbit bulan, dipandu oleh seseorang yang membawa obor, mereka berkeliling desa dan membangkitkan semangat mereka dengan memikul giliran dan memainkan instrumen musik petani. ketika mereka pergi ke medan perang, pria dengan obor di tangannya menunjukkan jalan di kepala pesta, diikuti oleh sekelompok pembawa bendera, lingkaran alat musik petani, dan mereka yang memikul perjalanan. Komandan mengendarai gomeori, kepala perjalanan, dan dua atau tiga pemimpin bawahan naik di belakangnya. Pemimpin mengambil komando tertinggi pertempuran dan pemimpin bawahan berdemonstrasi dengan melambaikan spanduk pertempuran. Pemenangnya adalah pihak yang memaksa lawan turun ke tanah. Selain itu, jika gomeori rusak atau bengkok ke satu sisi, permainan berakhir. Oleh karena itu, setelah permainan dimulai, kedua belah pihak mencoba untuk menempatkan gomeori mereka ke dalam kontak dan mendorong yang lain menjauh. Karena perjalanannya sangat besar dan sangat banyak pria yang berpartisipasi dalam permainan, pemandangan gomeori yang menjulang di langit menawarkan pemandangan yang luar biasa. Di tengah-tengah pengulangan proses ini, penonton yang bersemangat juga datang bersama di sisi perjalanan mereka masing-masing dan jumlah peserta sering naik ke rintangan. Ketika ratusan pria mengerahkan diri untuk membuat gomeori bertabrakan satu sama lain dengan kekuatan yang hampir sama, seringkali permainan tidak berakhir pada hari itu. Dalam hal ini mereka membongkar jalan dan membuat tali untuk bersaing lagi dalam tarik-menarik pada hari pertama bulan kedua kalender lunar. Gossaum adalah dari ritual pertanian berdoa untuk panen yang kaya dan pada saat yang sama itu adalah kompetisi kolektif untuk memperkuat kerja sama dan solidaritas di antara penduduk desa.



27



f) Tarian 1. Tari Buchaechum Tari Buchaechum merupakan tarian yang berasal dari Korea Selatan. Nam Sang - Suk pada tahun 2002 mengatakan bahwa asal mulanya tari Buchaechum ini berawal dari ritual upacara keagamaan pada abad ke 20 yaitu dengan pemujaan kepada dewa - dewa (shamanisme). Shamanisme merupakan kepercayaan kuno masyarakat Korea yang juga mengkombinasikan berbagai kepercayaan dan dipengeruhi oleh agama asli Korea seperti Budha maupun Taoisme. Nam Sang Suk juga mengatakan pada dasarnya Shaman sendiri identik dengan perdukunan zaman dulu. Inti dari tarian Buchaechum adalah gerakan membuka, menutup, dan membentuk formasi dari kipas. Para penonton yang menikmati tarian ini seakan akan merasakan berada di tengah taman bunga karena para penari memakai pakaian yang berwarna warni dengan gerakan - gerakan yang beritme dan menggunakan formasi kipas yang indah. Tari Buchaechum atau tari kipas, merupakan tarian dari gadis - gadis Korea dengan memakai pakaian atau kostum tradisional Korea yang bernama Hanbok. Tarian ini menunjukkan keindahan dan kecantikan wanita Korea sesungguhnya. Tari kipas dapat dilihat dalam tarian - tarian rakyat dari Negara lain, akan tetapi berbeda dengan tari Buchaechum dari Korea ini. Karena tari Buchaechum ini hanya menggunakan satu alat dan penari jarang memainkan peran khusus dalam keseluruhan tari. Tari Buchaechum merupakan bentuk tarian yang bersumber dari bentuk bentuk alam dengan gabungan dari kesenian visual dan keagungan wanita Korea. Bentuk tarian ini biasanya memiliki beberapa isi atau bagian. Isi yang pertama dimana para penari merasakan bahwa pada dirinya sebagai wanita Korea yang memiliki sifat yang anggun. Dengan berjalan perlahan sambil memegang kipas di kedua tangannya, mereka seperti seolah memiliki makna menjadi wanita Korea zaman dahulu. Pada bagian kedua merupakan inti dari tari Buchaechum. Dalam tarian ini penari membuat formasi berbentuk lingkaran sambil berjalan memutar seolah - olah mereka menjelma menjadi kelopak bunga besar yang dihinggapi kupu - kupu. Pada formasi ini seakan akan para penari mengajak penonton untuk merasakan suasana yang nyaman dan tenang. Kemudian formasi kipas yang membentuk dua segitiga sama kaki seperti menggambarkan dua buah gunung atau bukit dan seakan penonton merasakan pesona alam. Formasi kipas yang diayun 28



ayunkan naik dan turun menggambarkan deburan ombak yang ada di tepi pantai. Penonton yang melihatnya seperti merasakan kesejukan dan ketenangan alam. Elemen – elemen dalam tari Petunjuk yang teknis merupakan berupa elemen - elemen yang terkandung di dalam tari. Disampaikan oleh Soedarsono elemen - elemen koreografi anatra lain Kipas, Gerak tari, Diskripsi gerak, Pola lantai, Penari, Musik tari, Ruang pentas, Tata rias & Busana, Property, dan Tata Cahaya (Soedarsono, 1977:40-41). Berikut penjelasannya : Kipas Para penari Buchaechum mengenakan Kipas. Kipas merupakan alat yang fungsinya untuk menghasilkan aliran udara. Misalnya saat cuaca panas kita menggunakan kipas untuk mendinginkan tubuh kita. cara menggunakan kipas adalah dengan cara menggerakkan benda tersebut ke arah depan dan ke arah belakang. Dan dilakukan secara berulang - ulang sehingga udara yang ada di sekitar kipas akan bergerak. Dengan Gerakan udara tersebut panas yang ada di tubuh kita dapat berkurang. kipas yang diguakan dalam tarian Buchaechum sangatlah rumit karena dihiasi dengan bulu - bulu dan bermotif bunga teratai. Para penari memegang kipas dengan kedua tangan dan menciptakan pola lantai yang indah. Ketrampilan dalam memainkan kipas merupakan fokus dari tarian Buchaechum. Hasil akhir dari kombinasi elemen - elemen yang kontras adalah tarian yang indah dan berwarna warni menjadi ciri khas dari banyak tarian Korea termasuk tarian Buchaechum. Elemen yang paling indah dari tari buchaechum adalah suara unik yang berasal dari kipas yang mereka bawa. Kipas pada tari Buchaechum terbuat dari bambu yang berjumlah 18 lipatan yang dicat dengan warna coklat atau hitam. Kipas ini berukuran panjang 40 cm dan lebarnya 75 cm. Kipas ini dihiasi dengan bulu - bulu ayam berwarna merah di bagian atasnya menambah kecantikan kipas Buchaechum. Pada kipas Buchaechum ini bergambarkan tiga bunga teratai. Walau tidak begitu jelas tapi warna merah muda di dalam kipas melambangkan bunga teratai yang sedang mengapung, sedangkan warna hijau merupakan daun dari bunga teratai tersebut. Bunga teratai melambangkan keadaan asli hati, Simbol cinta, Kasih sayang, Keaktifannya, Nafsu dan Emosi lain yang terkait dengan hati. Teratai merah biasanya digambarkan dengan kelopak yang terbuka, yang melambangkan keindahan dan keterbukaan hati yang memberi. Teratai merah muda adalah teratai tertinggi, sering dikaitkan dengan dewa tertinggi, sang Budha sendiri. Meskipun sering bingung dengan teratai putih, itu adalah teratai merah muda yang 29



melambangan Budha dimana teratai putih digunakan untuk tokoh - tokoh suci yang lebih rendah Pola lantai dalam sebuah pertunjukan merupakan tempat yang dilalui penari ketika menyajikan suatu karya tari atau bisa disebut dengan lintasan. Lintasan yang dilakukan oleh seorang penari akan meninggalkan garis imajiner dan memberi bentuk yang berbeda - beda (Edi Sedyawati dan Sal Murgiyanto,1986:25). Suatu pertunjukan tari pola lantai merupakan hal penting bagi bentuk sajian sehingga tari yang dihasilkan akan terlihat menarik dan indah Dalam pola lantai tari Buchaechum para penari menggunakan bentuk pola lantai pada setiap gerakannya supaya para penari saat melakukan perpindahan gerak tidak merasakan kebingungan. Pola lantai yang digunakan pada tari Buchaechum beraneka ragam, pola lantai yang paling banyak di gunakan biasanya menggunakan pola lantai dengan membentuk suatu garis Horizontal, Vertikal dan Lingkaran. Tari Buchaechum menggunakan instrument musik dengan melodi yang lembut untuk penggambaran kejadian alam di sekitar kita. Instrument musik tersebut berjenis musik orkestra yang melibatkan beberapa jenis musik asli Korea. Tata rias tari Bucheachum menggunakan rias cantik dan tidak terlalu menor/mewah, para penari menggunakan bedak natural, eye shadow warna coklat kulit tidak mencolok, menggunakan eye liner hitam, blas on merah tapi tidak tebal agar tampak natural dan menggunakan lipstick atau pewarna bibir dengan warna merah tapi tidak terlalu mencolok. Riasan para penari dilakukan oleh masing masing penari kadang dibantu oleh teman sendiri. Untuk rambut para penari biasanya dapat diikat atau dikepang supaya terlihat rapi. Para penari biasanya saling membantu supaya lebih cepat dan terlihat rapi. Busana tarian Bucheachum biasanya menggunakan pakaian tradisional Korea yang disebut dengan Hanbok. Baju yang digunakan memiliki tinggi kurang lebih 138 cm. Hanbok terdiri dari atasan dan bawahan. Bagian atasannya disebut dengan Jeogori bentuknya seperti jaket panjang dengan hiasan tali yang diikat. Jeogori memliki tinggi kurang lebih 75 cm. Jeogori yang dipakai oleh penari Bucheachum menggunakan warna putih bercorak emas dibagian lengan dan pada bagian depan. Warna putih pada Jeogori melambangkan kesucian dan kebersihan. Disamping itu Jeogori dihiasi oleh warna emas yang memiliki arti martabat 96 seorang wanita. Pada gambar diatas terdapat tiga gambar bunga Teratai seperti yang ada pada kipas. Pakaian tradisional Hanbok pada bagian bawahan yang disebut Chima bentuknya 30



rok besar dan panjang menutupi kaki. Chima merupakan rok panjang yang memiliki tali diatasnya sebagai lengannya dan memiliki panjang 120 – 130 cm. Ada tali juga dibagian depannya untuk mengencangkan atau melebarkan Chima ini. Chima yang digunakan oleh penari Bucheachum berwarna merah dengan hiasan bunga - bunga dibagian bawahnya. Para penari Buchaechum juga menggunakan mahkota yang bernama Jokduri mahkota tradisional Korea. Hiasan kepala atau mahkota Jokduri menggambarkan keagungan wanita Korea. Mahkota ini berdiameter 7 cm dan memiliki luar lingkaran 35 cm. Mahkota ini dihiasi dengan manik - manik yang indah serta hiasan - hiasan lain yang terbuat dari kawat dan benang. Cara menggunakan Jokduri yaitu dengan cara menempelkan diatas kepala kemudian terdapat tali atau diikatkan di bawah janggut penari. Kadang saat pementasan Jokduri sering terjatuh atau bergeser jadi mereka membutuhkan jepit rambut untuk memberkuat Jokduri agar tidak terjatuh. Sepatu yang digunakan oleh para penari agar lebih lincah dan cepat saat berjalan. Sepatu yang digunakan oleh para penari adalah sepatu tradisional Korea berwarna putih. Biasanya sepatu ini digunakan oleh wanita zaman kerajaan Korea. Karena perubahan zaman sepatu ini sudah mulai dikembangkan atau dimodifikasi supaya lebih indah dan menawan dengan ciri khas lancip di bagian ujungnya serta tidak memiliki hak atau datar. Dalam pementasan tari Bucheachum biasanya mereka menggunakan sepatu yang berwarna putih. Sepatu pada tari Bucheachum tidak begitu ditonjolkan dikarenakan selalu tertutup oleh Hanbok. Walaupun demikian sepatu juga salah satu property dalam tarian ini. Sepatu ini biasanya terbuat dari bahan karet sintetis sehingga lentur dan elastis. Sepatu ini juga sangat nyaman digunakan karena sangat ringan. 2. Tari Cheoyongmu Tari pengadilan disebut Cheoyongmu. Cheoyongmu adalah tari topeng tunggal diwariskan melalui tradisi pengadilan. Tarian maskulin yang digunakan untuk mengusir roh jahat. Penari mengenakan jubah hitam, tutup kepala seorang pejabat pengadilan, dan topeng merah (merah diyakini untuk mengusir roh-roh jahat). Tari Cheoyongmu dilakukan oleh lima orang penari, penari berpakaian dalam lima warna yaitu warna putih, biru, merah, hitam, dan kuning, yang mencerminkan konsep dari lima elemen utama yang artinya, warna biru melambangkan timur dan musim semi, merah melambangkan selatan dan musim panas, kuning adalah bumi dan berada di tengah-tengah, putih melambangkan sebelah barat dan musim dingin 31



dan hitam melambangkan sebelah utara dan musim gugur. Topeng awal Cheoyongmu berupa wajah raksasa, seolah-olah menjadi lebih efektif mengusir roh jahat. Lima orang mengenakan jubah berwarna cerah, celana baggy, dan sandal lunak masuk dalam satu penampilan, susah payah menekuk dan meluruskan lutut mereka dalam gaya berjalan mereka. Karikatur mereka identik besar, topeng berwarna gelap, bukan makhluk menyerupai kehidupan nyata, melainkan makhluk dari alam yang tidak nyata. Para penari menempati tempat masing-masing dan tiba pada garis lurus membentang lebar di panggung dan menyanyikan sebuah lagu. Pada waktu akhir pertunjukan, para penari memberikan salam penghormatan kepada para penonton dengan menundukan badan kepada masing-masing penari satu sama lain dan kepada para penonton, dan kemudian melanjutkan berjalan dengan perlahan. Karena mereka maju secara langsung ke penonton, mereka menggerakan lengan panjang mereka ke atas dan ke luar. Posisi penari membentuk persegi dengan satu penari di bagian tengah, dan beberapa waktu kemudian berkumpul kembali untuk membentuk lingkaran, garis lurus, dan membentuk gerakan seperti berlian. Salah satu penari melakukan gerakan sendiri dengan singkat dan kemudian bergabung pada gilirannya oleh ke-4 penari lainnya. Pada saat lengan panjang digerakan dari garis lurus, lalu mundur dengan cepat, para penari berhenti menari sebentar untuk bernyanyi lagi, dan melanjutkan tariannya yang menjadi sedikit lebih lambat dan lebih cepat saat mereka maju, mundur, dan menelusuri satu jalur melingkar terakhir sebelum keluar dalam satu barisan. Ke-5 penari tidak melakukan sebuah cerita, melainkan mereka telah menciptakan suasana hati. Pada awalnya tarian pengadilan diimpor dari Cina. Pada awal jalannya tarian ini pemimpin penari menyanyikan lagu-lagu Cina (Gueo dan Chieo) dalam lafal Korea. Pada masa Dinasti Joseon, Cina dan Korea saling mempengaruhi, sehingga tarian pengadilan ini tidak tahu pasti asal mula adanya tarian ini. Sisa-sisa periode Dinasti Joseon ini termasuk Cheoyongmu, dan Jinju Geommu (tarian pedang). Dari berbagai macam tarian pengadilan, tari Cheoyongmu merupakan satu-satunya tarian pengadilan yang dicatat secara rinci dan sampai saat ini masih sering dilakukan Unsur-unsur Tari Cheoyongmu 1) Topeng Cheoyong Topeng yang melambangkan wajah Cheoyong memiliki ciri khas yang unik, yakni berwarna merah tua dan tampak ramah dengan wajah 32



tersenyum dan gigi yang berwarna putih. Ia juga memiliki anting-anting besar serta mengenakan kalung dan topi hitam yang disematkan dengan dua kelopak bunga peoni, ranting pohon dan bunga persik sebagai lambang pengusir roh jahat. 2) Pakaian Tari Cheoyongmu Pakaian penari Cheoyongmu mengenakan jubah hitam, tutup kepala seorang pejabat pengadilan, dan topeng merah (merah diyakini untuk mengusir roh-roh jahat). Tari Cheoyongmu dilakukan oleh lima orang penari, Sesuai dengan teori lima unsur utama dalam arah mata angin, semua kostum didesain dengan warna merah, biru, kuning, putih, dan hitam. Untuk meningkatkan efek visual, semua penari mengenakan jubah berlengan yang disebut Hansam, yang artinya di atas tangan. Dan juga memakai celana baggy, serta sandal lunak yang masuk dalam satu penampilan. Masing-masing kostum dan alat peraga para penari berbeda-beda sesuai dengan tema dan peran yang dimainkan oleh penari tersebut. Hal ini memerlukan adanya berbagai macam pakaian, sepatu, baju lengan panjang yang bermacammacam warna, dan ikat pinggang 3. Tari Seungjeonmu Seungjeonmu adalah kombinasi antara tarian Mugo dan Geommu yang ditampilkan oleh gisaeng. Seungjeonmu memiliki 2 jenis tarian yaitu Bukchum (tarian drum) dan Geommu (tarian pedang). Pada tahun 1968, tarian drum ditetapkan sebagai Important Intangible Cultural Heritage No.21 oleh UNESCO, menyusul di tahun 1987, tarian pedang ditambahkan sebagai Important Intangible Cultural Heritage No.21 oleh UNESCO. Tarian Bukchum atau tarian drum adalah tarian yang dikembangkan dari gaya tarian istana Mugo pada zaman Raja Chungryeol. Mugo merupakan tarian yang dilakukan oleh 4 orang penari sambil memainkan drum. Mugo biasa ditampilkan pada perjamuan pejabat lokal setempat. Tarian Geommu atau Geomgimu merupakan tarian tertua di Korea yang masih ada hingga saat ini. Tarian Geommu terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Cheomsumu (tarian yang ditampilkan oleh laki-laki) dan Gongmangmu (tarian yang ditampilkan oleh perempuan). Tarian Geommu telah dikembangkan oleh pemerintah dan menjadi bagian dari tarian istana. Pada masa penjajahan Jepang, tarian ini bersama dengan tarian Tongyeong drum sempat ditangguhkan sementara karena mendapat tekanan dari pemerintah Jepang, kemudian dipulihkan kembali pada tahun 1966. 33



Unsur-Unsur Tarian Seungjeonmu 1) Tarian Drum, Dalam tarian drum, kostum dan aksesoris yang digunakan yaitu jokduri, hansam, sepasang stik drum, mongduri, chima jeogori, ti, dan binyeo. Sedangkan untuk gerakan tariannya, terdiri dari 4 gerakan yang masing-masing bagiannya terdapat gerakan yang lebih detail, yaitu ipchum (georeumbal, insatae, pyeongsawi), anjeunchum (insatae, somchum dongjak I, II, III, dan IV), bukchum



(georeumbal,



buk



eorumsawi,



eokkae



ulleomensawi,



dan



meoriwidollim sawi), dan changsa. 2) Kostum dan Ornamen •



Chimajeogori merupakan bagian bawah dan atas dari pakaian hanbok. Bahan yang dipakai untuk chima jeogori yaitu kain gapsa (kain katun), warna roknya terdiri dari warna biru dan merah.







Mongduri atau durumagi merupakan jaket hanbok atau baju luar hanbok, yang berukuran panjang ke bawah. Bahan yang dipakai untuk mongduri yaitu kain gapsa (kain katun), warna mongduri terbagi menjadi 4 warna yaitu merah, biru, putih, dan hitam yang menyimbolkan angin.



Lengan



4



arah



mata



mongduri berwarna kuning, biru tua, putih, merah,



merah muda, dan hijau muda. •



Ti merupakan tali pengikat berwarna merah dan biru yang dilingkarkan dan diikatkan di pinggang untuk mengaitkan pakaian bagian atas dan bawah pada hanbok. Bahan yang dipakai untuk ti sama seperti chima jeogori dan mongduri, yaitu kain gapsa (kain katun).







Hansam merupakan lengan panjang yang memiliki lebar sekitar 35 cm dan panjang 70 cm. Hansam terdiri dari 9 warna yaitu putih, merah, biru, pink, oranye, hijau, kuning gelap, hijau muda, dan ungu.







Binyeo merupakan tusuk sanggul yang digunakan untuk mengikat mahkota atau wig dan menahan rambut yang dikepang. Batangnya berwarna emas yang terbuat dari tembaga, dengan panjang 28 cm dan diameter 1cm







Jokduri merupakan mahkota hitam yang diatasnya terdapat manik-manik berwarna-warni



Alat musik 1) Bingkai drum berwarna merah, terbuat dari kayu dengan tinggi 100 cm dan lebar 102 cm. 34



2) Drum terbuat dari kayu dan kulit dengan tinggi 3) 34 cm dan berdiameter 80 cm. 4) Kain penutup drum terbuat dari kain katun halus berwarna merah dan biru dengan panjang 110 cm dan lebar 300 cm. 5) Stik drum terbuat dari kayu dengan panjang 37,5 cm dan berdiameter 2,5 cm. Dan terdapat sebuah benang berwarna biru dan merah yang terletak di bagian depan dan karet gelang diujungnya. Dalam tarian pedang, kostum yang digunakan yaitu rok merah, jeogori putih, kwaeja hitam, jeollip, dan hongti (gesper merah), sedangkan alat yang dipakai saat menari yaitu hansam bergaris-garis dan sepasang pedang. Sedangkan untuk gerakan tariannya, terdiri dari 4 gerakan yang masing-masing bagiannya terdapat gerakan yang lebih detail, yaituipchum (georeumbal, insatae, ssangori, dan megimsawi), sawichum (jajeunsawi, jajeun geyodeurangsawi, dollimsawi, modumsawi, eotsawi, meoritsawi,



dan



jwaudollimsawi),



eokkaeeorumsawi, dan



kal



anjeunchum



(sonchum,



baegimsawi,



eorumsawi), dan kalchum (oekalchum



dan



ssangkalchum Unsur-unsur tari pedang 1) Kwaeja merupakan pakaian berbentuk rompi panjang yang dipakai sebagai luaran mantel tradisional pada zaman Dinasti Joseon. Bahan yang dipakai untuk Kwaeja yaitu kain gapsa (kain katun halus). Pada bagian dalam kwaeja berwarna merah keunguan, sedangkan Total



berewarna



hitam pada bagian luar.



panjang kwaeja sekitar 110 cm, lebarnya sekitar 48 cm, panjang git



(kerah) sekitar 81 cm. Lebar pada bahunya 18 cm, dan semakin membesar dengan lebar sisi depan menjadi 50 cm dan belakang sekitar 90 cm. 2) Hongti merupakan ikat pingang yang diikatkan pada pinggang setelah memakai kwaeja. Hongti terbuat dari kain katun berwarna merah dengan panjang 165 cm dan lebar sekitar 9. 3) Jeollip merupakan topi yang terbuat dari bulu berkualitas dan memiliki rumbai yang terbuat dari bulu ekor burung merak. Bentuk jeollip, dianggap sebagai fitur utama dari topi ini, terdiri dari dua bagian; mahkota dan pinggiran topi. Bentuk mahkota sebagian besar berbentuk bulat dan mangkuk terbalik. Bentuk dasar pinggiran berbentuk bulat menyerupai topi tradisional Korea. Secara khusus, jeollip tradisional memiliki bulu ekor merak yang menggantung di bawahnya



35



dan tali manik-manik kuning panjang yang tebal, yang merupakan ciri khas kostum tradisional Korea. 4) Hansam merupakan lengan panjang yang terbuat dari kain gapsa dengan lebar 35 cm dan panjang sekitar 70 cm. Warna yang digunakan adalah ungu, hijau terang, kuning, hijau, biru tua, merah dan putih (dengan panjang 7 cm). Tetapi, saat ini warna putih yang ada dibagian bawah dibuat lebih panjang. Pada awalnya, hansam dibuat dari kain bergaris warna-warni (색동천) yang dipotong, tetapi saat ini hansam langsung dibuat dari kain warna-warni. 5) Kal merupakan pedang yang memiliki panjang keseluruhan sekitar 32 cm dengan panjang 10 cm dan diameter sekitar 3 cm. Sambungan pedang dan gagang dilengkapi dengan 3 penyangga yang terbuat dari



kuningan



yang



berdiameter sekitar 4 cm, 4,5 cm dan 5,5 cm. 3.2 Perkembangan Budaya Korea Selatan Budaya populer menjadi akar dari terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang hingga kini menyebar di seluruh dunia. Salah satu kebudayaan baru yang timbul dan digemari di hampir seluruh penjuru dunia saat ini adalah kebudayaan populer yang berasal dari Korea Selatan atau yang hingga saat ini dikenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop). Produk dari Korea Selatan itu sendiri berupa hiburan yang ditransmisikan melalui media massa. Dimulai dari pembuatan secara massa dan transmisi budaya Korea Selatan ke banyak wilayah di dunia dan hingga kini kebudayaan populer tersebut berhasil membuat penduduk dari belahan dunia lainnya tertarik untuk mengikuti perkembangan hingga mengadaptasi kebudayaan yang berasal dari negara tersebut. Budaya populer berkembang melalui banyak wadah, diantaranya adalah melalui industri hiburan layar kaca. Budaya populer juga menyebar dan dibawa melalui produkproduknya seperti film, musik, drama, dan juga pernak-perniknya. Dikutip dari Wikipedia (2014: 1) musik pop Korea pra-modern pertama kali muncul pada tahun 1930an akibat masuknya musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre "oldies" yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada 36



tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang. Korea Selatan yang juga terkena dampak dari globalisasi, melalui media massa berhasil mentransmisikan kebudayaannya melalui kampanye Korean Wave atau yang biasa dikenal dengan Gelombang Hallyu. Myung Oak Kim dan Sam Jaffe (Aruman, 2012: 1) menyatakan bahwa Korea Selatan pada awalnya merupakan salah satu negara yang menghadapi krisis mengerikan pada tahun 1998. Namun, negeri ini berhasil mengubah krisis menjadi kesempatan melalui kampanye Hallyu tersebut yang artinya Gelombang Budaya Korea. Hallyu sebagai alat soft power berhasil mengantarkan Korea Selatan melewati krisis dan bahkan meningkatkan status ekonomi mereka. Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea. Hallyu atau Korean Wave itu sendiri adalah merupakan istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami terpaan fenomena Korean Wave tersebut. Hallyu atau Korean Wave digunakan untuk menggambarkan popularitas budaya populer Korea (K-pop). Jutaan orang di Cina, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang, Filipina dan Thailand dipengaruhi oleh budaya pop Korea. Mereka menonton drama TV Korea, film dan mendengarkan musik pop mereka. Sebagai suatu fakta, media merupakan awal dari sebuah gelombang besar. Korea memperoleh pendapatan total dari ekspor “barangbarang budaya” lebih dari US$ 1 miliar pada 2005 atau dua kali lipat dibanding 2002 yang hanya US$ 500 juta. Keberhasilan Korean Wave berdampak signifikan pada berbagai sektor di negaranya seperti kenaikan di bidang pariwisata, masakan, dan citra negara dalam persepsi negara-negara lain. Hallyu atau Korean Wave terus berkembang dan semakin meluas jangkauannya melalui media massa dan internet. Hallyu sebagai salah satu program pemerintah untuk menstabilkan keadaan ekonomi Korea Selatan inilah yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya sebuah budaya populer baru, yaitu budaha populer K-Pop atau Korean-Pop. Fenomena K-Pop pada awalnya hanya diidentikan dengan group band, boy band maupun girl band dari Korea Selatan, namun seiring dengan berkembangnya industri hiburan semakin banyak program-program hiburan misalnya seperti drama dan juga variety show 37



yang juga ditransmisikan melalui gelombang Hallyu dan berakhir dengan dikenal sebagian besar dari dunia hingga saat ini dan masih terus berkembang. 3.3 Komunikasi Verbal dan NonVerbal Dalam Kehidupan Sehari-hari a) Komunikasi Verbal 1) Hangeul Diciptakan oleh Raja Sejong Hangeul atau tulisan Korea ternyata diciptakan oleh seorang Raja Korea. Ia adalah raja ke empat dari Dinasti Joseon yang bernama Raja Agung Sejong. Pada saat itu, walaupun orang Korea sudah mempunyai bahasa lisan sendiri, mereka masih harus menggunakan abjad atau sistem tulis Cina. Namun, hanya keluarga kerajaan dan bangsawan saja yang mempunyai akses untuk belajar bahasa rumit tersebut. Sehingga masyarakat di luar golongan tersebut mengalami buta huruf. Raja Sejong percaya jika semakin banyak orang Korea yang bisa baca tulis, maka rakyatnya akan semakin makmur. Akhirnya pada tahun 1443, Raja Sejong membuat 24 abjad sederhana (14 huruf konsonan dan 10 huruf vokal) yang dapat langsung dipelajari oleh golongan manapun. Dahulu Hangeul masih disebut sebagai Hunminjeongum atau artinya "bunyi yang tepat untuk orang-orang". Pada masa itu, bahasa baru tersebut disebarkan melalui lagu anak-anak, sehingga mudah untuk dimengerti oleh anak-anak dan masyarakat kelas bawah. 2) Mempunyai Sistem Honorifik Salah satu hal penting yang ada dalam bahasa Korea adalah sistem honorifik. Honorifik adalah bentuk pernyataan yang lebih sopan dan halus. Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara atau yang sedang dibicarakan. Dalam bahasa Korea, cara berbicara dan cara menyebut seseorang yang lebih tua atau dihormati akan berbeda dengan cara menyebut teman atau rekan sebaya. Sistem honorifik dalam bahasa Korea memang cukup rumit. Hal ini dapat dilihat dari pengunaan kata kerja dan kosakata yang berbeda tergantung dengan orang yang terlibat atau yang diajak berkomunikasi. Ada tiga tingkatan yang paling utama dalam kesopanan berbahasa di Korea. Pertama yang berakhiran “nida”, menunjukkan rasa hormat yang paling formal dan paling sopan. Kedua yang berakhiran “a/o/yo”, menunjukkan rasa sopan dengan sedikit formal. Terakhir tipe ketiga yang tidak memiliki akhiran, dapat digunakan dalam percakapan santai. 3) Hari Hangeul Diperingati Setiap Tahunnya



38



Hari Hangeul diperingati secara nasional oleh masyarakat Korea setiap tahunnya. Di Korea Utara, hari Hangeul diperingati pada tanggal 15 Januari, sedangkan di Korea Selatan hari Hangeul diperingati pada tanggal 9 Oktober. Hunminjeongeum Haeryebon (Buku Panduan Bahasa Korea) saat ini juga telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO dalam Memory of the World Register pada Oktober 1997 karena telah memberikan kontribusi besar untuk mengurangi buta huruf di Korea. UNESCO juga memberikan penghargaan terhadap orang dan organisasi yang membantu menurunkan tingkat buta huruf, yaitu King Sejong Award. 4) Banyak Dialek Daerah Wilayah-wilayah di Korea Selatan juga mempunyai dialeknya tersendiri yang sangat berbeda dengan bahasa nasional Korea. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di kota Seoul dianggap sebagai bahasa standar Korea. Namun, wilayah lain seperti Busan, Daegu, Jeju, dan lainnya menggunakan bahasa dan dialek masing-masing. Mirip seperti Indonesia. 5) Ada 2 Sistem Perhitungan Hal unik lainnya dari bahasa Korea adalah adanya dua cara sistem perhitungan. Hal



ini



masih



berhubungan sama pengaruh budaya Tiongkok



dalam



pembendaharaan kata bahasa Korea. Satu cara digunakan untuk menyebutkan angka dan satu lagi untuk menghitung. b) Komunikasi NonVerbal Masyarakat Korea Selatan sangat ekpresif saat menunjukkan apa yang dirasakannya, apakah senang, menyukai sesuatu hingga jika mereka marah atau menunjukkan rasa tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang. Liliweri menyatakan bahwa “komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruang, pola-pola peradaban, gerakan ekspresif, perbedaan budaya dan tindakan-tindakan lain yang tidak menggunakan kata-kata”. Masyarakat Korea Selatan dalam berkomunikasi lebih ekspresif dan sering berbicara dengan nada suara yang tinggi, oleh sebab itu mereka terkesan kasar saat berbicara pada orang lain. Komunikasi non verbal juga digunakan untuk mempertegas maksud tertentu tanpa menggunakan kata-kata. Gerakan tubuh (isyarat tangan) sangat berpengaruh pada budaya dan lingkungan, sehingga perbedaan makna dapat terjadi. Isyarat tangan merupakan pesan gestural, yaitu pesan yang disampaikan melalui anggota tubuh yang lain. Salah satu pesan yang 39



disampaikan melalui gerakan tubuh yang dilakukan negara Korea ialah saat mereka mengalami kesenangan, karena sukses atau berhasil melakukan sesuatu mereka akan melakukan gerakan tangan berbetuk huruf “V”. Hal yang berbeda lagi antara gerakan isyarat tangan Indonesia dengan Korea, yaitu ketika orang Indonesia melambaikan gerakan sapaan berupa lambaian tangan, sedangkan di Korea mereka menyapa dengan cara membungkukkan badan mereka. 3.4 Hambatan Yang Terjadi Dalam Komunikasi Lintas Budaya Hallyu atau Korean Wave saat ini industri hiburan dari negara ginseng tersebut telah mudah berasimilasi dengan berbagai negara. Sehingga banyak warga negara lain mudah menerima budaya tersebut dan menjadikan pangsa pasar industri K-Drama dan K-Pop menjadi luas. Hal ini tidak bisa kita pisahkan dari sebuah efek komunikasi, yakni komunikasi lintas budaya. Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar budaya, karena hambatan – hambatan komunikasi tersebut juga sering disebut sebagai hambatan komunikasi antar budaya. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai sebagai hambatan dalam proses komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan budaya antara si pengirim pesan (komunikator) dan dan si penerima pesan (komunikan). Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering terjadi yaitu: 1. Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan media. 2. Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama, dan sosial yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. 3. Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan perbedan dalam mengartikan atau memaknakan sesuatu. 4. Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat motivasi penerima pesan. Rendahnya tingkat motivasi penerima pesan mengakibatkan komunikasi menjadi terhambat. 5. Pengalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang dimiliki individu. Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.



40



6. Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui. 7. Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa atau kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna. 8. Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau gesture. 9. Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain di saat menerima pesan. Berbagai hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki. Untuk bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi yang lebih efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Berikut adalah cara mengatasi hambatan komunikasi menurut Bovee dan Thill (2002: 22). 1. Memelihara iklim komunikasi agar senantiasa terbuka 2. Bertekad untuk memegang teguh etika dalam berkomunikasi dan menjalannya dengan baik 3. Memahami akan adanya kesulitan komunikasi antar budaya 4. Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima pesan. 5. Menggunakan tekonogi yang ada secara bijaksana dan bertanggung jawab agar dapat memperoleh dan membagi informasi dengan baik dan efektif. 6. Menciptakan serta memproses pesan secara efektif dan juga efisien. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara yakni: memahami penerima pesan, menyesuaikan pesan dengan si penerima, mengurangi jumlah pesan, memilih salurah atau media secara tepat, meningkatkan keterampilan berkomunikasi.



41



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Korea Selatan selalu punya daya tarik tersendiri dan kekhasan budaya Korea Selatan tidak ada samanya. Seiring berjalannya waktu kebudayaan tradisional di Korea Selatan berkembang menjadi lebih modern. Tetapi walaupun demikian masyarakat Korea Selatan masih melakukan tradisi yang sudah biasa mereka lakukan. Dengan keberagaman kebudayaan di Korea Selatan menjadikan sebuah keunikan dalam melakukan komunikasi lintas budaya, seperti upacara adat, ritual keagamaan, mitos dan lain-lain. Hal itu menjadikan suatu daya tarik tersendiri bagi kita yang akan membahas mengenai kebudayaan yang sangat beragam di negara ginseng ini. Keberagaman kebudayaan yang ada di Korea Selatan yang menjadi daya tarik tersendiri ini untuk memikat orang-orang luar antara lain adalah; Peribahasa, Dongen, Legenda, Mitos, Upacara Adat/Keagamaan, Tarian dan bahasa yang mereka gunakan. Banyak dari kita jika mendengar Korea Selatan langsung membayangkan industri hiburan yang mendunia serta destinasi wisata yang selalu menjadi incaran para traveller. Namun, Korea Selatan lebih dari itu. Negeri yang dikenal dengan negeri ginseng ini selalu punya daya tarik tersendiri dan punya ciri khas budaya yang tidak ada samanya. Budaya kontemporer Korea Selatan sendiri berkembang dari budaya tradisional Korea yang biasa pada suku nomaden Korea awal. Hingga kini, dengan industrialisasi, urbanisasi dan westernisasi di Korea Selatan, khususnya Seoul faktor tersebut telah membawa banyak perubahan pada gaya hidup orang Korea. Tanpa menyampingkan budaya sendiri, berikut beberapa keunikan budaya Korea Selatan dengan adat dan sejarah dulu yang masih kental dan masih tetap ada sampai saat ini seperti mengkonsumsi Kimchi, pakaian Hanbok, Hanok, dan Boryeong Mud atau festival lumpur yang diadakan setiap bulan Juli dan berjalan selama dua minggu. Korea Selatan yang terkena dampak dari globalisasi, melalui media massa berhasil mentransmisikan kebudayaannya melalui kampanye Korean Wave atau yang biasa dikenal dengan Gelombang Hallyu. Korea Selatan pada awalnya merupakan salah satu negara yang menghadapi krisis mengerikan pada tahun 1998. Namun, negeri ini berhasil mengubah krisis menjadi kesempatan melalui kampanye Hallyu tersebut yang artinya Gelombang Budaya Korea. Hallyu sebagai alat soft power berhasil mengantarkan Korea Selatan melewati krisis dan bahkan meningkatkan status ekonomi mereka. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan 42



kebudayaan Korea. Hallyu atau Korean Wave terus berkembang dan semakin meluas jangkauannya melalui media massa dan internet. Hallyu sebagai salah satu program pemerintah untuk menstabilkan keadaan ekonomi Korea Selatan inilah yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya sebuah budaya populer baru, yaitu budaha populer K-Pop atau Korean-Pop. Fenomena K-Pop pada awalnya hanya diidentikan dengan group band, boy band maupun girl band dari Korea Selatan, namun seiring dengan berkembangnya industri hiburan semakin banyak program-program hiburan misalnya seperti drama dan juga variety show yang juga ditransmisikan melalui gelombang Hallyu dan berakhir dengan dikenal sebagian besar dari dunia hingga saat ini dan masih terus berkembang. Dan karena hal itu lah banyak orang-orang yang mulai mencari tahu dan belajar mengenai Korea Selatan. Baik dari budayanya atau pun hanya sekedar belajar mengenai bahasa yang mereka gunakan. 4.2 Saran Saran dari kelompok kami yaitu,



43



DAFTAR PUSTAKA Yuni Dahlia Yosepha Mogot, Aktivitas Komunikasi Masyarakat Hindu Tamil Dalam Upacara Thaipusam di Singapura, (Bandung: Universitas Komputer Indonesia, 2019), hlm. 3, 4, dan 5. Yang Seung-Yoon & Mohtar Mas’oed, Politik Ekonomi, Masyarakat Korea: Pokok-Pokok Kepentingan dan Permasalahannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 1. Ririn Darini, Sejarah Korea Sampai Dengan 1945, (Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, 2008), hlm. 1 & 2. Deby Rosalia Permata Sopandi, Padanan Peribahasa Korea dan Indonesia dalam Acara Sokdam-i



Yahoo (속담이 야호), (Jakarta: Akademi Bahasa Asing Nasional,



2018), hlm. 6. Miranda Eka Putri Purukan, Tarian Kemenangan Seungjoenmu, (Jakarta: Akademi Bahasa Asing Nasional, 2019). Adinda Rizkita Nursakinah, Makna Budaya Festival Daeboreum Dalam Masyarakat Korea Selatan, (Jakarta: Akademi Bahasa Asing Nasional, 2019). Sumber Internet: https://kupdf.net/download/kebudayaan-korea-selataniaas_59f6b9c5e2b6f5834744212f_pdf. Diakses pada 25 April 2021. http://www.bumikorea.com/2018/05/pepatah-dalam-bahasa-korea.html. Diakses pada 26 April 2021. https://miteemje.wordpress.com/2017/01/13/perbedaan-bahasa-isyarat-di-indonesia-dankorea-selatan/. Diakses pada 26 April 2021. https://www.google.co.id/amp/s/www.ruangguru.com/blog/sejarah-dan-fakta-menarikbahasa-korea-yang-perlu-kamu-ketahui%3fhs_amp=true. Diakses pada 26 April 2021. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kisah_Arang. Diakses pada 19 April 2021. Korea Roemit. 2019, 11 November. https://youtu.be/CnWUKqxREII. Diakses pada 19 April 2021. 44



https://i-gen.co.id/2020/05/08/budaya-korea-selatan-dongeng-katak-hijau-yang-mengajarkanetika-terhadap-orangtua/. Diakses pada 20 April 2021. https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-dongeng-korea-selatan-paling-terkenal/. Diakses pada 20 April 2021. http://dbpedia.cs.ui.ac.id/page/Tarian_tradisional_Korea. Diakses pada 18 April 2021. https://talkactive.id/fenomena-komunikasi-lintas-budaya-terkini/. Diakses pada April 2021. http://eprints.undip.ac.id/60119/3/BAB_II.pdf. . Diakses pada April 2021.



45