Komunikasi Terhadap Pasien Kecelakaan Lalu Lintas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMUNIKASI TERHADAP PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dengan Dosen Pengampu Septi ,S.Kep.,M.Kep



Disusun Oleh : ANDINI ANISSA D



NIM.1908625



AWWALIA NURFITRIYYAH



NIM.1908138



DINDA ALIYA



NIM.1902417



DINDA ALIFIA



NIM.1909514



RENDI ROHAENDI



NIM.1909874



SITI AMALIA



NIM.1909921



SRI NURAENI



NIM.1902532



VINA MAHESA FITRIANI



NIM.1909872



VRIANTI REVIANA



NIM.1902480



WIDA NOURAINI



NIM.1907751



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2019



Kata Pengantar



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telahmelimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas Ridho-Nya lah penulis dapatmenyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai "Komunikasi Terhadap Pasien Kecelakaan Lalu Lintas" yang telah kami susun secara sistematis dan materi yang di sajikan di ambil dari sumber terpercaya. Makalah ini tidak akan terwujud jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan proses



belajar mahasiswa dalam pembelajaran



komunikasi terhadap pasien. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa mendatang. Terima kasih.



Bandung, 01 Desember 2019



Penulis



i



DAFTAR IS



ii



A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK 1. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan kepada klien namun direncanakan dan di pimpin oleh seseorang professional (Keltner, Schwecke, dan bostrom 1991). Komukasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan kepada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal (Potter & Perry, 1993).  Dari beberapa pengertian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah interaksi antara perawat dan pasien yang terbina melalui hubungan saling percaya baik berupa verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk penin8gkatan derajat kesehatan pasien. 2.



Tujuan Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan



lebih



mudah



menjalin



hubungan



saling



percaya



dengan



klien,memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan di arahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: a.Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti, dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi. b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Menurut Hibdon (2000), melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat



1



akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. c.    Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. d.   Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. (Sharif La Ode, 2012 Konsep Dasar Keperawatan, Nuhamedika Yogyakarta).



3.



Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang



efektif : a.



Tahap pra interaksi Tahap ini di sebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih



dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari klien. Hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut. 



pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien.







kecemasan dan ketakutan diri







analisis kekuatan diri.







waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan



b.Tahap Orientasi Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang di rasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosis keperawatan. Tugas perawat pada tahap



2



orientasi ini meliputi hal-hal berikut: 



Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka







Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.







Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.







Merumuskan tujuan interaksi dengan klien



c.  Tahap Kerja Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya. Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat. d.Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan



3



perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.



B. Komunikasi dengan Anak Secara umum komunikasi dengan anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang



diajak



dalam



pertukaran



informasi



tersebut



mampu



memenuhi



kebutuhannya. Aspek penting dalam komunikasi supaya anak bisa paham dalam berkomunikasi : 1. orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bernakna bagi anak yang diajak bicara. Misalnya : a. menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika objek tersebut ingin dilihat anak. b. memilih kata kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah dipahami anak. 2. anak juga berusaha agar komunikasinya juga dapat dipahami orang lain, meliputi : a. Anak menggunakan isyarat tertentu untuk menyampaikan keinginan atau mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa paham dengan apa yang diinginkan. b. semakin besaranak, komunikasi dengan isyarat semakin kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik. C. Teknik komunikasi pada Anak Komukasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita pada anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, kasih sayang,



4



dan anak akan merasa memiliki suatu penghargaan atas dirinya. Komukiasi adalah proses pertukaran informasi yang ada. Dalam praktik keperawatan, istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan komunikasi terapeutik (Markel, 2009) Secara umum ada 2 teknik berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu teknik Verbal dan Non verbal Teknik Komunikasi verbal dapat berupa menulis, menggambar, gerakan menggambar keluarga, sociogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan teknik bermain. Teknik Komunikasi non verbal yang sering digunakan antara lain adalah bercerita, bibliotheraphy, mimpi menyebutkan permintaan, bermain dengan permainan, melengkapi kalimat, serta teknik pro dan kontra (Mundakir 2006). Menurut Mundakir (2008:154-157), teknik komunikasi pada anak yaitu : 1. Teknik Verbal a. pesan “saya” nyatakan perasan tentang perilaku dalam istilah “saya” hindari penggunaan “anda” (kamu).



b. Teknik orang ketiga biasanya digunakan pada pasien infainfan dan toodler yaitu dengan menggunakan orang terdekat pasien. c. Facilitative Responding (respon Fasilitatif) d. Story telling (Bercerita) menggunakan bahasa anak dengan cara meminta anak menceritakan pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter. e. Saling bercerita



5



mulailah dengan meminta anak menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu, diikuti dengan cerita lain yang diceritakan perawat yang hampir sama dengan cerita anak tetapi dengan perbedan yang membantu anak dalam area masalah f. biblioterapi adalah teknik komunikasi terapeutik pada anak yang dilakukan dengan menggunakan buku – buku dalam rangka proses theurapetic dan supportive. g. mimpi (Dreams) mengidentifikasi adanya perasaan bersalah, perasaan tertekan, perasaan jengkel, atau perasaan marah yang menggangu anak. h.“what if” Questions i. TigaHarapan dengan meminta menyebutkan keinginan dapat diketahui keluhan yang di dapatkan . j. permainan peringkat gunakan beberapa tipe skala peringkat (angka, waja, sedih, sampai senang) untuk rentang kejadian atau perasaan. k. permainan asosiasi kata l. melengkapi kalimat m. pros and cons



2. teknik non verbal a. menulis merupakan pendekatan komunikasi alternative untuk anak agar lebih besar



6



dan orang dewasa. b. Menggambar (Drawing) c. Magis dorong kepatuhan dengan intervensi kesehatan dan berikan distraksi efektif selama prosedur yang menyakitkan. d. Bermain (Play) dengan arahan yang mencakup arahan yang lebih spesifik, seperti memberi peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan alasan, seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi, atau menggali hubungan keluarga.



D. Naskah Drama



Pada suatu hari, terjadi sebuah kecelakaan tungan yang mengakibatkan seorang anak perempuan berusia 11 tahun mengalami luka pada sebagian anggota tubuhnya. Yang kemudian dilarikan ke rumah sakit Trisakti oleh dua pengendara lain yang menolongnya. Penolong 1



: “Pak tolong pak! Ada pasien kecelakaan, tolong segera ditangani.”



(perawat RM segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien keatas bed) RM



: “Mohon maaf, anda siapanya?”



Penolong 2



: “Kami yang menolong pak.”



RM



: “Anda tahu identitas korban?”



Penolong 2



: “Tidak pak, tapi saya coba tanyakan korbannya terlebih dahulu.”



(Penolong 2 menghampiri korban) Penolong 2 : “Dik, kamu membawa ponsel tidak? Boleh saya pinjam ponsel adik terlebih dahulu?” Pasien



: “Ada di tas kak.”



Kemudian si penolong emngurusi registrasikorban dan menghubungi keluarga



7



korban. Sementara itu, perawat sedangmenangani korban kecelakaan itu. Perawat 1



: “Dek – dek bisa dengar saya?”



Pasien



: “Aduh! Sakit sus.”



Perawat 1



: “Yang sakit sebelah mana dek?”



Pasien



: “Ini semua sakit sus.”



Perawat 1



: “Saya cek dulu ya dek, adek pusing ga?”



Pasien



: “Pusing sus. Suster mamah saya mana ya?”



Perawat 1



: “Sabar ya dek, keluarga adek sudah diberitahu, nanti mereka datang.”



Sementara itu di meja resepsionis. Kakak pasien ya ?”



: “Pak, adek saya yang tadi kecelakaan atas nama Wida disebelah mana



RM



: “Disebelah sini bu, mari saya antar.” Sang ibu dan kakanya pun segera menuju bed anaknya.



Ibu pasien



: “Yaallah nak, kenapa bisa sampai begini sih?! Apanya yang sakit nak?”



Pasien



: “Kaki sama tangan adek sakit bu, kepala adek juga pusing.”



Ibu pasien



: “Loh? Tadi sudah di periksa oleh suster atau dokternya kan ?”



Pasien



: “Sudah bu.”



Ibu pasien



: “Lalu apa tanggapan dokter?”



Pasien



: “Tidak tahu bu.” (Perawat masuk)



Perawat 2



: “Pemirsi bu, saya izin mengecek kondisi adeknya sebentar ya bu.”



Ibu pasien



: “Silahkan sus.”



Perawat 2



: “Gimana adeknya ada yang dikeluhkan lagi?”



Pasien pusing.”



: “Ini luka-lukanya masih terasa sakit sus, kepala saya juga masih



Perawat 2



: “Kalau itu, karena lukanya masih basah dek. Nah biar ga sakit lagi, saya kasih adek obat dulu ya.”



Pasien



: “Gamau sus, obatnya pahit.” 8



Perawat 1



: “Engga kok, ngga pahit. Rasanya enak manis terus nanti biar lukanya cepet sembuh.”



Kakak pasien



: “Sus itu adek sayanya gamau, jangan dipaksa dong.”



Perawat 2



: “Kak, bu, ini kan salah satu prosedur pengobatannya. Jadi tidak apaapa, biar adeknya cepat puling juga. Ibu dan kakaknya bantu saya ya biar adeknya mau minum obatnya.”



Kakak dan Ibu : “Baik sus.” Kakak pasien



: “Ayo dek, diminum obatnya biar adek cepat pulang.”



Ibu Pasien



: “Iyaa nak, biar cepat pulang dan bisa sekolah lagi.’



Pasien



: “Iya bu, adek mau.” (Dokter datang)



Dokter



: “Bu, anak ibu hanya cedera ringan saja, dan tadi adeknya sempat mengalami syok sebentar. Setelah diberikan obat oleh perawat, adeknya sudah diizinkan pulang.”



Ibu pasien



: “Baik dok terimakasih.”



E. Kesimpulan



Komunikasi terapeutik adalah interaksi antara perawat dan pasieun yang terbina melalui hubungan saling percaya baik berupa verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan pasien. Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan kepada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi



9



ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.  



10