Kondisi Paritas Internasional PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kondisi Paritas Internasional



• Kondisi Paritas Internasional merupakan sejumlah kondisi keseimbangan di pasar valuta asing terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kurs suatu mata uang • Kondisi paritas ini diturunkan dari kondisi arbitrase yaitu kondisi atau situasi pasar yang memungkinkan pelaku ekonomi mendapatkan keuntungan bebas risiko yang positif dengan modal nol dalam setting pasar modal yang sempurna yang memiliki asumsi:



“tidak terdapat biaya transaksi, biaya transport, biaya pajak, tarif bea masuk dan faktor lain yang membatasi perdagangan bebas” • Kegiatan arbitrase dapat dilakukan sepanjang pasar tidak dalam keadaan equilibrium : tidak terciptanya hukum satu harga • Eksploitasi arbitrase mendorong situasi menuju keseimbangan yaitu kondisi dimana arbitrase tidak dapat dilakukan lagi



Purchasing Power Parity (PPP)



• Kondisi keseimbangan PPP dilandasi oleh teori PPP yaitu barang yang sama akan berharga sama dimanapun didunia ini. Bila harga barang tidak sama, maka akan menimbulkan kesempatan arbitrase • Menurut konsep PPP, kurs mata uang antar negara ditentukan menyesuaikan perbedaan harga barang yang ada di dunia Misal : Harga 1 bungkus roti di Amerika Serikat US$ 1 di Indonesia Rp 3.000,Kurs kedua mata uang dapat ditulis :



S =P(Rp)/P(US$) dimana S =kurs atau harga rupiah per US dollar P(Rp) = harga di Indonesia P(US$) = harga di Amerika Serikat • •



Kurs Rupiah Dollar = e1 = Rp 3000/ US$ 1 = Rp 3000/US$ Jika dikaitkan dengan perkiraan inflasi pada tahun mendatang maka e1 = e0 x (1+ id)t (1+ if)t



dimana id = inflasi di negara domestik if = inflasi di negara asing Contoh: Kurs keseimbangan Rp 3.000,-/$. Inflasi di Indonesia (id ) = 10%), inflasi di USA (if) =5% maka kurs baru e1 = 3000 (1,1/1,05) = Rp 3143/$



Meskipun secara teoritis argumen PPP masuk akal, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa PPP tidak digunakan dalam menentukan kurs mata uang sebab: 1. Indeks harga yang dipakai untuk mengukur PPP kemungkinan menggunakan bobot atau komposisi barang dan jasa yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya 2. Arbitrase menjadi terlalu mahal karena adanya biaya transaksi, biaya transportasi atau pembatasan lainnya serta risiko perubahan harga yang terlalu tinggi



3. Beberapa barang atau jasa tidak diperdagangkan sehingga perbedaan harga tidak bisa diarbitrase. Dengan demikian perbedaan harga masih tetap bertahan, tidak hilang 4. Perubahan harga bisa mengakibatkan perubahan kurs meskipun tidak ada perubahan perbedaan inflasi 5. Pemerintah bisa melakukan intervensi yang menyebabkan ketidakseimbangan harga kurs



• Fischer Effect Menurut Irving Fischer, tk suku bunga nominal = tingkat bunga riil + inflasi yang diharapkan 1 + r = (1+a) (1+ i) = 1 + a + i + ai . dimana r = tingkat bunga nominal a = tingkat bunga riil i = tingkat inflasi yang diharap Karena ai relatif kecil maka dapat diabaikan sehingga persamaan tsb menjadi r=a+i



Kondisi ini berlaku disetiap negara sehingga dapat ditulis sbb: rd = a d + id



Domestik, Indonesia



rf = a f + if



Foreign, Amerika Serikat



• Jika aliran modal antar negara tidak dihambat maka tingkat suku bunga riil antar negara akan sama. Jika tidak sama, maka akan terjadi aliran modal dari negara dengan tingkat bunga riil rendah ke negara dengan tingkat bunga riil tinggi sehingga akan tercipta keseimbangan dimana tingkat bunga riil akan sama antar negara atau ad = af. • Dalam keadaan seimbang (tanpa campur tangan pemerintah) akan terjadi kondisi sbb:



(1 + rd) = (1 + id) (1 + rf) (1 + if) dimana rd, id = tingkat bunga dan inflasi di negara domestik rf, if = tingkat bunga dan inflasi di negara asing (1+rd) (1+if) = (1 + id)(1+rf) 1 + rd + if + (rd x if) = 1 + id + rf + (id x rf) karena (rd x if) dan (id x rf) relatif kecil sehingga dpt diabaikan rd-rf = id – if rd + if = id + rf atau



• Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan tingkat inflasi akan menyebabkan perbedaan tingkat bunga. Atau negara dengan inflasi tinggi akan memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi juga • Efek Fischer Internasional Penggabungan PPP dan Efek Fischer akan diperoleh Efek Fischer Internasional yang menjelaskan kaitan antara tingkat bunga dengan kurs mata uang.



• PPP : e1 = (1+ id) Efek Fischer: (1+rd ) = (1+id) e0 (1+ if) (1+rf ) (1 +if) et = (1 + rd) e0 (1 + rf) Dari persamaan tersebut diperoleh Efek Fischer International : e1 – e0 = (rd-rf) e0 (1+rf)



Jika rf relatif kecil terhadap 1, sehingga 1+rf mendekati 1, maka persamaan tersebut bisa ditulis menjadi: e1 – e0 =(rd-rf) e0 Persamaan ini memiliki arti bahwa mata uang negara dengan tingkat bunga rendah diharapkan akan mengalami apresiasi terhadap mata uang negara dengan tingkat bunga tinggi (tingkat bunga ini merupakan tingkat bunga nominal).



Interpretasi lain: - tingkat bunga yang tinggi harus dikompensasi oleh depresiasi mata uang tersebut atau tingkat bunga yang rendah harus dikompensasi oleh apresiasi mata uang tsb. Jika tidak terdapat mekanisme kompensasi melalui apresiasi atau depresiasi, maka akan terdapat aliran modal dari tingkat bunga rendah ke negara dengan tingkat bunga tinggi



Misal kurs saat ini Rp 2500/US$ Tingkat bunga di Indonesia 15% di Amerika Serikat 5%. Kurs Rupiah diharapkan akan mengalami depresiasi sebesar 10% terhadap dollar maka kurs Rp/$ akan menjadi sbb (e1 – e0)/ e0 =(rd-rf) e1 – 2500 = 10% 2500 e1 = 2750 (kursRp/$ mengalami depresiasi dari Rp 2500/$ menjadi Rp 2750,-/$) Angka 10% merupakan angka depresiasi dalam keseimbangan



Bila depresiasi tidak 10%, tetapi 5%, maka dana akan lebih menguntungkan bila ditanam di Indonesia. Contoh: Kurs satu tahun mendatang diperkirakan Rp 2.625/$, kurs saat ini Rp 2500,-/$, tingkat bunga di Indonesia 15%/th, di Amerika Serikat 5%/th Alternatif 1 = investasi di Amerika Serikat = US$1 (1.05) = US$ 1,05



Alternatif 2 = investasi di Indonesia US$1 ditukar dalam rupiah menjadi Rp2 500,-, ditanam selama 1 tahun menjadi Rp 2500(1,15) = Rp 2.875,- kemudian ditukar kedalam dollar menjadi Rp2.875/2.625 = $ 1,095



Investasi di Indonesia lebih menguntungkan