Koneksi Antar Materi - Randi Saputra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

01.01.2-T4-6 Koneksi Antar Materi FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA PANCASILA DAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DARI PERSPEKTIF LAIN Nama : Randi Saputra N I M : F4411221002



Pada topik 1 menjelaskan tentang konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu menjadi tauladan (ing ngarsa sung tulada), membimbing dengan baik, memberikan stimulus-stimulus positif sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (ing madya mangun karsa), dan mengamati, mengikuti, mengarahkan serta mendorong peserta didik dalam menginplementasikan apa yang dipelajari (tut wuri handayani). Pembelajaran Ki Hadjar Dewantara diberikan disesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Hal tersebut Relevan dengan pendidikan saat ini sebab pendidikan saat ini melakukan langkah-langkah penguatan materi yang terdapat didalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pada topik 2 membahas proses pembelajaran cerminan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Berikut proses pembelajaran yang diharapkan terjadi pada manusia yaitu: •



Pertama, manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan batin dan



berkarakter.



Artinya,



pendidikan diarahkan untuk



berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai-nilai kebenaran.



• Kedua, manusia di Indonesia yang maju pikirannya adalah yang cerdas kognisi dan kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan pembodohan dalam berbagai jenis dan bentuknya







Ketiga, manusia di Indonesia yang mengalami kemajuan pada tataran fisik atau tubuh adalah yang tidak semata sehat secara jasmani, namun mampu mengendalikan dorongan-doroangan tuntutan tubuh dampaknya adalah mencerdaskan kognisi seseorang sehingga ia terbebaskan dari belenggu “kebodohan”



Pada Topik 3 membahas tentang identitas manusia Indonesia menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Pendidikan di Indonesia pada saat ini mengacu pada Profil Pelajar Pancasila. Upaya mewujudkannya membutuhkan berkembangnya secara bersamaan yaitu dimensi Profil Pelajar Pancasila : 1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. 2. Berkebinekaan global. 3. Bergotong royong. 4. Mandiri. 5. Bernalar kritis. 6. Kreatif Dapat di simpulkan bahwa keterkaitan antara topik 1, 2, dan 3 dengan Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila adalah para pendidik harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, tidak hanya meniru, harus diselaraskan lebih dahulu dan selalu menjadi mempertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hadjar Dewantara menerapkan pandangan humanistik dengan mengacu pada sistem among. Sebagai guru membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan, mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki dan membiarkan peserta didik belajar dari pengalamannya sendiri. Perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan budi pekerti perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor), mengacu pada konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu menjadi tauladan (ing ngarsa sung tulada), membimbing dengan baik, memberikan stimulus-stimulus positif sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (ing madya mangun karsa) dan mengamati, mengikuti, mengarahkan serta mendorong peserta didik dalam menginplementasikan apa yang dipelajari (tut wuri handayani). Hal tersebut harus mengacu pada profile pelajar pancasila yaitu : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Bergotong royong, Mandiri, Bernalar kritis, dan kreatif, Semua hal di atas di adopsi dan diselaraskan dengan nilai-nilai luhur dan identitas bangsa sesuai dengan sosial budaya yang ada di Indonesia.