Konflik Dan Stress [PDF]

  • Author / Uploaded
  • iyang
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONFLIK DAN STRESS PENGANTAR PSIKOLOGI



DOSEN PEMBIMBING: Dr. Kiki Zakiah, Dra., M.Si DISUSUN OLEH : Dumasari Ulfah Ramadhani (10080015277) Nur Halimahtusyadiah (10080015273) Iyang Rianensi Adzelia (10080015279) Fanessa Fransisca (10080015296) Dewi Saraswati (10080015313) UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG 2015



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan keharidat Allah SWT , Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang di berikan kepada penyusun, sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berisi tentang konflik dan stress. Tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu untuk menambah wawasan tentang pengetahuan secara meluas. Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena ini penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahana dimasa yang akan datang. Bandung, 30 Desember 2015



Penyusun



Bab I Pendahuluan



1. Latar belakang masalah Tidak dapat kita pungkiri bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, seiring cepatnya mobilitas kehidupan banyak kita jumpai orang-orang disekitar kita yang tidak sanggup bertahan menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam kehidupannya. Orang-orang yang gagal, tertimpa musibah, tak mampu bersabar lantas keluh kesah pun menjadi semacam obat penawar kegelisahannya, walaupun itu tak membuatnya merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam dalam kegagalan. Lalu timbulah penyakit dan masalah baru dalam dirinya yang disebut stres. Berbagai masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang membuat kita merasa terbebani dan menjadi stres. Stres memang suatu hal yang sulit dihindari, tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi. Stres menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani seseorang. Cara orang berkomunikasi bisa jadi menimbulkan stress pada diri mereka dan orang lain, karena komunikasi menimbulkan stres dan juga merupakan respons terhadap stres, strategi untuk mengurangi stres dapat diperkenalkan dalam berbagai waktu. Banyak hasil penelitian menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karena itu perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya. Begitu pula dengan konflik, konflik terjadi karena adanya intraksi yang disebut dengan komunikasi, hal ini di maksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berati kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. ketika suatu konflik muncul



di



dalam



sebuah



lembaga



atau



organisasi,



penyebabnya



selalu



diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik, di lain pihak, konflik diakibatkan juga oleh perbedaan kepentingan, pikiran, latar belakang kebudayaan dan intensitas komunikasi yang terjalin secara intens



2. Rumusan Masalah Setelah melihat pernyataan diatas muncul pertanyaan di benak penulis yaitu : 1. Apa itu konflik kerja? 2. Apa saja penyebab-penyebab konflik kerja? 3. Apa saja jenis-jenis konflik kerja? 4. Bagaimana cara mengatasi konflik kerja? 5. Apa itu stres kerja? 6. Apa saja penyebab stres kerja?



3. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa itu konflik kerja? 2. Untuk mengetahui apa saja penyebab-penyebab konflik kerja? 3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis konflik kerja? 4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik kerja? 5. Untuk mengetahui apa itu stres kerja? 6. Untuk mengetahui apa saja penyebab stres kerja?



Bab II Pembahasan



2.1 Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Konflik biasanya dilatarbelakangi oleh individu maupun kelompok karena ketidakcocokan atau perbedaan pendapat dalam hal tujuan yang akan dicapai. Konflik atau perbedan merupakan suatu hal yang sering terjadi didalam suatu organisasi. Bukan hanya dalam hal berorganisasi tetapi hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat Dalam proses interaksi antara suatu hal dengan hal lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian antara individu atau kelompok pelaksananya. Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli. 1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada



berbangkitnya



keadaan



ketidaksetujuan,



kontroversi



dan



pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. 3. Menurut Robbin (1996) , keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. 4. Menurut Muchlas (1999), Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini



terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.



2.2 Penyebab Konflik 1) Persaingan Terhadap Sumber-sumber Daya yang Langka Setiap divisi dalam organisasi akan berlomba-lomba untuk mendapatkan bagian dari alokasi sumber-sumber daya yang ada. Masing-masing menginginkan alokasi sumberdaya yang banyak agar bisa mempercepat pertumbuhan, kemajuan dan pengembangan dalam divisinya. Karena adanya persaingan ini maka akan memicu timbulnya konflik. Konflik ini bisa timbul akibat dari ketersediaan sumber daya yang langka. 2) Ketergantungan Tugas (Interdependence) Dalam organisasi sudah pasti adanya ketergantungan antara dua individu atau kelompok untuk mencapai kesuksesan dalam tugas-tugasnya. Apabila diantara dua pihak ini ada perbedaan prioritas, kemungkinan munculnya konflik akan semakin besar. Hal ini juga bisa disebabkan oleh keinginan dari kedua belah pihak untuk bisa mencapai otonomi tanpa harus bergantung pada pihak lain. Semakin perbedaan ini dipertahankan maka kemungkinan konflik juga akan berlangsung lebih besar bahkan lama. Konflik ini biasanya muncul antara dua departemen yang saling bergantung dan sangat terspesialisasi.



3) Kekaburan Batas-batas Bidang Kerja Konflik mungkin sekali muncul apabila bidang kerja dalam organisasi tidak jelas. Hal ini akan menciptakan suatu kondisi dimana ada seseorang yang mendominasi dalam bagiannya. Apabila ada sebuah keberhasilan maka dia akan merasa dan menunjukkan seolah-olah itu hanya hasil kerjanya sendiri. Akan tetapi apabila ada



kesalahan maka dia akan mengalihkannya pada orang lain. Konflik juga bisa terjadi apabila ada seseorang yang hanya ingin mengerjakan hal-hal yang disukainya sedangkan yang tidak disukainya akan diserahkan pada orang lain. Pada hakekatnya masing-masing akan merasa yang paling penting dalam kegiatan organisasi. 4) Kriteria Kinerja yang Tidak Sesuai Konflik semacam ini disebabkan oleh adanya imbalan atas kemajuan suatu divisi oleh perusahaan. Konflik bisa muncul apabila kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap sub unit-sub unit yang berbeda. Sebagai contoh bagian penjualan menuntut bagian produksi untuk dapat meningkatkan penjualan akan tetapi hal sebaliknya terjadi terhadap bagian produksi. Bagian produksi harus menerima hukuman dengan tidak mendapat bonus karena adanya peningkatan biaya produksi. Peningkatan biaya produksi ini disebabkan oleh bagian produksi harus menambah jam kerja karyawannya untuk dapat memproduksi secara banyak dan cepat. Dapat di tebak apa yang akan timbul, sudah pasti akan ada konflik antara bagian produksi dengan penjualan. 5) Perbedaan-perbedaan Tujuan dan Prioritas Konflik juga bisa disebabkan oleh adanya usaha-usaha masing-masing sub unit untuk mencapai tujuannya masing-masing. Hal ini bisa tumbuh menjadi konflik apabila ada ketidak sesuaian antar tujuan masing-masing, bahkan usaha pencapaian tujuan suatu sub unit dapat menghalangi sub unit lain dalam mencapai tujuannya.



2.3 Tingkatan-Tingkatan konflik Tingkatan dalam konflik terdiri atas: 1. Konflik Intra Individu Handoko (1995:349) mengemukakan konflik dalam diri individu, terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya. Konflik ini muncul dalam diri seorang individu degan pemikirannya sendiri, yaitu individu mengalami semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara emosional. 2. Konflik antar IndividuTerjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih, biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat & perilaku setiap orang dalam organisasi. Perilaku yang tidak disukai atau diharapkan dari



tindakan seorang individu terhadap individu lain dapat menyulut terjadinya konflik antar individu dalam organisasi. 3. Konflik antar Kelompok Terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan membuat koordinasi & integrasi kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan. 4. Konflik antar Organisasi Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat. 3.1.6 Penyelesaian Konflik Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan: a) Pengenalan Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada). b) Diagnosis Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada halhal sepele. c) Menyepakati suatu solusi Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak



dapat



diterapkan



atau



tidak



praktis.



Jangan



sekali-kali



menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.



d) Pelaksanaan Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Namun hatihati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah pada kelompok tertentu. e) Evaluasi Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.



2.4 Dampak Positif dan Negatif dari Konflik 1. Dampak Positif a) Tingkat energi kelompok-kelompok antar individu-individu meningkat yang memberikan peningkatan pada output dan muncunya ide-ide inovatif untuk melaksanakan tugas lebih baik.



b) Koehesivitas kelompok meningkat yang kemudian meningkatkan produktivitas kelompok apabila menunjang tujuan-tujuan manajemen. c) Terungkapnya problem-problem sewaktu terjadi konflik d) Memotivasi kelompok-kelompok yang terlibat didalamnya untuk mengklasifikasi sasaran-sasaran mereka.



e) Merangsang kelompok-kelompok untuk memperatahankan nilai-nilai yang dianggap penting oleh mereka.



f) Individu-individu atau kelompok-kelompok termotivasi untuk mempersatukan informasi yang relevan bagi konflik yang ada. g) Konflik dapat meningkatkan efektivitas menyeluruh sesuatu organisasi karena kelompok-kelompok atau individu-individu dipaksa olehnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal yang berubah.



2. Dampak negatif a) Terjadinya penyusutan dalam komunikasi antara pihak yang berkonflik b) Sikap bermusuhan dan pengembangan agresi c) Konformitas berlebihan terhadap tuntutan-tuntutan kelompok



2.5 Definisi Stress Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam maka keadaan ini dapat disebut stress. Menurut beberapa ahli terdapat beberapa definisi stress diantaranya : 1. Menurut Handoko (1997:200)Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. 2. Menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.



3. Menurut Korchin (1976), keadaan stress muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integrasi seseorang. 4. Richard Bugelski dan Anthony M Graziano (1980) menyatakan bahwa stres adalah suatu istilah umum yang digunakan psikolog-psikolog untuk menunjukkan ketegangan seseorang karena tidak mampu mengatasi tuntutantuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya 5. Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutantuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu : a) Stimulus Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stresor menjadi tiga : 1. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi. 2. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai. 3. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising. b) Respon Respon adalah reaksi sesorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan komponen fisiologis. Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan. Berkut merupakan pengertian dari komponen psikologis dan fisiologis. 1. Komponen psikologis, seperti perilaku, pola pikir dan emosi 2. Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mongering (sariawan), keringat dan sakit perut. c) Proses



Stress sebagai suatu proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Selain itu, Stress juga merupakan dampak dari interaksi antara pekerjaan dan individu. Arti lain dari stress adalah keadaan tidak seimbang dalam diri seseorang individu yang sering termanifestasi lewat gejala seperti insomnia, keringat berlebihan, gugup, dan tidak tenang.



2.6 Faktor penyebab stress Untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stress sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang.



Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress pada



seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Patton (1998) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll. 2. Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrover, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dll. 3. Sosial – kognitif seperti dukungan sosial, hubungan social dengan lingkungan sekitarnya 4. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul. Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark (1995) dan Wantoro (1999)



mengelompokkan penyebab stress (stressor) di tempat kerja menjadi tiga kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis. Selanjutnya Cartwright et. Al (1995) mencoba memilah-milah penyebab stress akibat kerja menjadi 6 kelompok yaitu: 1. Faktor intrinsik pekerjaan, sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi: a) Keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, berdebu, bau, b) c) d) e) f) g)



suhu panas dan lembab dll) Stasiun kerja yang tidak ergonomis Kerja shift atau jam kerja yang panjang Perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, Pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya Pemakaian tekhnologi baru Beban kerja berlebih



2. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain. 3. Faktor hubungan kerja. Hubungan seperti adanya kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja 4. Faktor



pengembangan



karier.



Menurut



Wantoro



(1999)



faktor



pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah: a) Ketidak pastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dll. b) Promosi berlebihan atau kurang, promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan individu akan menyebabkan stress bagi yang bersangkutan atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah



dipromosikan sesuai dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress. 5. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja.



Penyebab stress yang



berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya adalah, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor, selain itu pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stress 6. Faktor di luar pekerjaan.



Faktor kepribadian seseorang (ekstrover atau



introvert) sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja.



Selain faktor-faktor tersebut tentunya masih banyak faktor penyebab lainnya seperti: a. Ancaman pemutusan hubungan kerja Faktor ini sering kali menghantui para karyawan di perusahaan dengan berbagai alasan dan penyebab yang tidak pasti. Contoh kasus pengeboman hebat yg terjadi pada tgl 12 Oktober 2002 di Legian Kuta Bali, kasus ini memberi dampak negative dibidang ketenaga kerjaan, ribuan karyawan sector pariwisata terancam pemutusan hubungan kerja akibat menurunnya turis yang dating ke Bali. Kondisi demikian sudah barang tentu menimbulkan keresahan bagi karyawan dan berakibat kepada timbulnya stress. b. Perubahan politik nasional Krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan melakukan efisiensi dalam bentuk perampingan organisasi. Akibatnya ribuan karyawan terancam berhenti kerja atau pensiun muda dan pencari kerja kehilangan lowongan pekerjaan.



Stress dan depresi menjadi bahasa popular pada kalangan masyarakat pekerja maupun pencari kerja.



2.7 Pengaruh stress Telah dijelaskan bahwa reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan berbeda dari masing-masing orang yang menerimanya. Perbedaan reaksi disebabkan oleh beberapa faktor seperti: faktor psikologis dan social-budaya seseorang. Mathews (1989) menjelaskan secara spesifik tentang reaksi stress akibat kerja yaitu: 1. Reaksi psikologis. Stress biasanya merupakan perasaan subyektif seseorang sebagai bentuk kelelahan, kegelisahaan (anxiety) dan depresi.



Reaksi



psikologis kepada stress dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan dan prilaku (arousal). 2. Respon social.



Setelah beberapa lama mengalami kegelisahaan, depresi,



konflik dan stress di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan social. 3. Respon stress kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis. Bila tubuh mengalami stress.



Maka akan terjadi perubahan fisologis sebagai



jawaban atas terjadinya stress.



Adapun system didalam tubuh yang



mengadakan respon adalah diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamicpituitari axis dan pengeluaran katekolamin yang akan mempengaruhi fungsifungsi organ di dalam tubuh seperti system kardiovaskuler, system gastro intestinal dan gangguan penyakit lainnya (Wantoro, 1999) 4. Respon Individu. Pengaruhnya sangat tergantung dari sifat dan kepribadian seseorang. Dalam menghadapi stress, individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian ekstrofert.



Seseorang



dengan kepribadian fleksibel atau luwes akan mengalami ketegangan yang lebih besar dalam suatu konflik, dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian rigid.



Sedangkan pengaruh stress di tempat kerja, reaksi stress dikelompokkan menjadi dua yaitu pengaruhnya kepada individu dan organisasi kerja. 1. Pengaruh terhadap individu seseorang a. Reaksi emosional.



Dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang



sangat tidak stabil di mana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi yang tidak terkontrol, curiga yang berlebihan, perasaan tidak aman dll (Mendelson, 1990) b. Reaksi perubahan kebiasaan.



Dalam keadaan stress atau tertekan



seseorang dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan yang diterima yang terkadang mempengaruhi kebiasaan seseorang. Sebagai contoh perubahan kebiasaan untuk merokok, minum-minuman keras dan penggunaan obat-obat terlarang. c. Perubahan fisiologis. Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala, susah tidur (insomnia), gangguan fisiologis lainnya dapat berupa hipertensi, sakit ginjal, serangan jantung, maag, menurunnya daya tahan tubuh dll.



2. Pengaruh terhadap organisasi Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover, hubungan kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan dll. Apapun bentuk reaksi tubuh terhadap stressor yang diterimanya akan menimbulkan dampak negatif berupa stress yang dapat merugikan. Dan secara pasti bahwa hampir semua orang telah mengalami stress dalam kehidupannya.



Hal



terpenting adalah bagaimana kita dapat mengenali, mencegah, mengelola dan mengendalikan stress agar kita tetap dapat berpenampilan dan berprestasi dengan baik dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.



2.8 Cara mengatasi stress 1. Ringkasan penilaian diri Mengidentifikasi gejala - gejala yang muncul dari aktivitas. Tanda – tanda yang muncul menjadi indikator. Dalam hal ini anda dapat mendefinisi apa penyebab stress anda di lingkungan organisasi 2. Mengembangkan kemampuan antisipasi masalah Masala di dalam bekerja kita mengukur apa yang terjadi selanjutnya dan bebandan tuntutan apa yang menyebabkan stres bagi anda. dari pengalaman kerja andadapat melakukan antisipasi untuk mengatasi masalah anda. Selanjutnya andaharus menyusun rencana untuk mengatasi setiap masalah denganmempertimbangkan akibat yang diterima dari tuntutan 3. Mengubah tuntutan Mengubah tuntuta dapat dilakukan dengan cara menaikan atau menurunkan sebuah tuntutan. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman – pengalaman terdahulu yang menyebabkan diri kita stress Mengurangi tuntutan 1. Tetap waspada terhadap peristiwa dalam kehidupan 2. Belajar untuk berkata tidak 3. Mengukur hidup anda 4. Membuat prioritas 5. Menjadi realistis terhadap target 4. Meningkatkan tuntutan a) Ikut berpartisipasi pada pengembangan kemampuan individu b) Bergabung dengan kelompok yang berkualitas c) Menghargai pekerjaan anda d) Melakukan relaksasi untuk meningkatkan sumber daya diri



BAB IV KESIMPULAN 1. Pengertian konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. 2. Pandangan – pandangan terhadap konflik adalah pandangan tradisional, pandangan hubungan manusia, pandangan interaksionis 3. Segi positif dan negatif konflik adalah positif, mampu memberikan kohesif yang lebih baik apabila dapat terselesaikan. Dan negatif, organisasi tersebut akan terpuruk apabila tidak dapat memecahkan konflik tersebut 4. ciri dan tingkat konflik adalah : a) Adanya kelompok atau individu yang bertentangan b) Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan c) Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan



d) Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut. e) Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.



Daftar Pustaka http://meyyiaristha.blogspot.co.id/2013/05/makalah-stress-pada-psikologi-umum2.html http://shirotuna.blogspot.co.id/2014/06/stress-dan-konflik.html http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/KONFLIK-DAN-STRESS.pdf http://ardandini.blogspot.co.id/2012/10/konflik-dan-stress-kerja.html