Konsep Dasar Keperawatan Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK A. PENDAHULUAN Usia lanjut ( Usila ) merupakan tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniani umur panjang mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kesempatan menjadi USILA semakin besar sehingga diperkirakan jumlah USILA akan bertambah; Sama seperti tahap proses perkembangan yang lain maka pada USILA terjadi perubahan fisik , emosi, kognitif , social dan spiritual yang memerlukan penanganan khusus agar USILA tetap adaptif . USILA dapat menjadi usia keemasan yang bahagia jika individu memiliki kesehatan yang baik, ikatan keluarga dan lingkungan social yang kuat,kondisi ekonomi yang memadai disertai hubungan interpersonal yang hangat Pada kenyataan tidak semua USILA dapat secara baik melalui USILA dapat secara baik melalui usia ini, beberapa dinatranya mereka mengalami gangguan kejiwaan yang membutuhkan penanganan khusus. Sejalan dengan kondisi ini RSJ yang merupakan pusat pengembangan jiwa seyogyanya merupakan unit pelayanan kesehatan jiwa USILA yang menagani pencegahan primer, dan pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Pelayanan yang diberikan terus menertus ( Continuity Care ) baik di RS mapun di komunitas sesuai dengan kebutuhan klien dan diberikan secara komprehensif dengan pendekatan yang holistic Perawatan merupakan salah satu Tim KESWA ( Kesehatan Jiwa )yang perlu dipersiapkan secara khusus, agar daoat memberikan asuhan keperawatan yang professional kepada USILA . Keperawatan merupakan pelayanan professional yang bertujuan untuk membantu klien. ( individu, kelompok, keluarga atau komunitas ) melalui tahap akhir kehidupannya yang penuh dengan perubahan adaptif. Oleh karena itu bentuk pelayanan keperawatan pada UNIT KESWA RSJ diharapkan mencakup aspek berikut : 1. Bio – Psiko – Sosial – Spiritual Perawat membantu klien beradaptasi dengan perubahan bip – psiko – sosio – spirituan yang dialami 2. Continuity Care Perawat membuat rencana keperawatan yang mencakup perawatan di R.S. dan setelah pulang dari RS dengan melibatkan keluarga dan sumber – sumber yang ada di masyarakat 1



3. Upaya pencegahan . Perawatan berperan serta dalam meningkatkan KESWA USILA yang tidak mengalami gangguan jiwa baik secara individu atau kelompok atau komunitas di Institusi atau masyarakat. Berkaian dengan misi keperawatan dalam asuhan keperawatan KESWA USILA maka pada makalah ini diurakain Konsep , prinsip, stretgi asuhan keperawatan KESWA USILA Asuhan keperawatan yang diberikan berupa bantuan aga USILA dapat diadaptasi menghadapi perubahan bio – psiko – sosio – spiritual yang dialami sehingga terpenuhi kebutuhan dasar mencapai, mempertahankan dan mengembalikan fungsi yang optimal, dan membantu menghadapi keamtian dengan tenang dan damai ,dengan menggunakan metode keparawatan dan pengetahuan khusus Bantuan diberikan kepada klien karena adanya kelemahan fisik dan jiwa, keterbasan kemampuan atau pengetahuan khusus B. PENGERTIAN :



Ilmu + Keperawatan + Gerontik



1. Ilmu



: Pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari



2. Gerontik



: Gerontologi + geriatric



Adalah Cabang Ilmu kedokteran yang mempelajari : a. Pemyakit pada lansia b. Aspek – aspek klinis : Preventif, kuratif, pengobatan / terapi dan rehabilitasi c. Proses menjadi tua pada lansia akibat pada tubuh manusia d. Pencegahan penyakit pada lansia dan kekurangan - kekurangannya 3. Gerontologi



:



Adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari / menangani tentang : a. Penyakit pada lansia b. Aspek – aspek klinins preventive maupun terapiteutik pada usia lanjut c. Proses menjadi tua pada manusia akibat – akibat pada tubuh manusia / Proses menua d. Pencegahan penyakit dan kekurangan – kekurangan pada lansia e. Masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. 4. PENGERTIAN KEPERAWATAN GERIATRI



:



Berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut KEPERAWATAN GERONTIK ( GERONTOLOGIC NURSING ): 



Adalah pelayanan profesioanl yang didasarkan pada ilmu keperawatan gerontik dengan kiat tentang keperawatan usia lanjut dalam bentuk bio - psiko – sosio – spiritual yang komprehensif ditujukan pada orang dewasa menjelang usia lanjut ( 45 – 54 tahun ) , 2



usia lanjut ( 55 – 64 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( 65 ) baik yang sehat maupun sakit dalam konteks keluarga 



Adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada : Ilmu dan Kiat / teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.



B. TUJUAN KEPERAWATAN GERONTIK 1. Mempertahankan derajat kesehatan setingi – tingginya sehingga terhindar dari penyakit dan gangguan - gangguan.. 2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas – aktivitas fisik dan mental 3. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini , bila menjumpai kelainan tertentu 4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar lansi yang menderita suatu penyakit / gangguan masih dapat mempertahanakan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan 5. Bila kondisi ada penyakit / gamgguan yang tidak dapat disembuhkan , berikan bantuan yang simpatik , dan perawatan yang penuh pengertian , sehingga dapat meninggal dengan tenang



LINGKUP PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KEPERAWATAN GERONTIK Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. I. Lingkup askep gerontik meliputi : 6. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan 7. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan 8. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan



II. PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN GERONTIK Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver / pemberi asuhan langsung 2. Sebagai Pendidik klien lansia 3. Sebagai Motivator



3



4. Sebagai Advokasi 5. Sebagai Konselor III. SIFAT PELAYANAN KEPERAWATAN GERONTIK 1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) 2. Interdependent 3. Humanistik (secara manusiawi) 4. Holistik (secara keseluruhan) V. Tanggung Jawab Perawat Gerontik 1.



Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal



2.



Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya



3.



Membantu klien lansia menerima kondisinya



4.



Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.



C. SIFAT PELAYANAN GERONTIK 1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) 2. Interdependent 3. Humanistik (secara manusiawi) 4. Holistik (secara keseluruhan) D. MODEL PEMBERIAN KEPERAWATAN PROFESIONAL 1. Model Asuhan 2. Model Manajerial : Berkaitan pada pengaturan / manajemen 



Gerontologi adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan.







Hal ini berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada lanjut usia ( lansia ).







Istilah geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti “orang tua” dan iatros yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat ilmu kedokeran yang lain.







Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian universitas terkenal di negeri ini “demam” dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu diperbaharui. Konotasi “jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia.



4







Barangkali, bila semakin banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya, ilmu geriatri ini akan lebih berkembang







Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihan sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.







Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit, meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas.







Pelayanannya meliputi : 1. Pelayanan orthogeriatrics ( fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya), 2. Psychogeriatrics (fokus pada demensia dan depresi pada geriatri) dan 3. Rrehabilitasi.







Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam yang merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yang secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan dan Dr. Siti Setiati







Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu: AHH di Indonesia 1. Tahun 1971 : 46,6 tahun 2. Tahun 1999 : 67,5 tahun







Populasi lansia akan meningkat juga yaitu: 1. Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk. 2. Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk ( Lembaga Demografi FE-UI-1993 )







Selanjutnya : Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu: 1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri 2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga 3. 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga 4. hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak / menantu







DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: 1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS 5



2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM 



Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Usia lanjut



: 60 - 74 tahun



2. Usia Tua



: 75 - 89 tahun



3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun



KONSEP MODEL FLORENCE NIGHTINGLE Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial. 1. Lingkungan fisik ( physical environment ) Merupakan lingkungan dasar / alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. o Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.



6



o



Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari



o



bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain



o



maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien



o



untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.



2. Lingkungan psikologi ( psychologi environment )   







 



F.Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.



3. Lingkungan sosial ( Social Environment ) 



Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.







Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.







Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungnya individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.



4. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan : 7



a. Individu / manusia Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit. b. Keperawatan Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan. c. Sehat / sakit Fokus pada perbaikan untuk sehat. d. Masyarakaat / lingkungan Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya. 5. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan a . Pengkajian / pengumpulan data Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan ( lingkungan fisik, psikis dan social ) . b. Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan. c Masalah Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya : 1). Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan ?? 2). Ventilasi ?? 3). Pembuangan sampah ?? 4). Pencemaran lingkungan?? 5) Komunikasi sosial, dll?? d Diagnosa keperawatan Berrbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain : Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.?? Penyesuaian terhadap lingkungan.?? Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.?? e. Implementasi Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan



8



perkembangan individu. f. Evaluasi Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu. 6.



Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain : a Teori adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. o Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya o



sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.







Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.



b. Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, 



Sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.







Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.



c Teori stress 



Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani.







Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir.







Stres dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.







Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor,







Misalnya : tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.



d. Teori Kejiwaan social 9







Aktifitas atau kegiatan ( activity theory )







Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara langsung.







Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan social







Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia







Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia 1) Kepribadian berlanjut ( continuity theory ) Dasar kepribadian aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. 2) Teori Pembebasan ( Disengagement theory ) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ), yakni 1) kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya kontak komitmen



DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC. Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FKUI Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter



10



Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.



11