Konsep Dasar Melakukan Premedikasi Dan Checklist [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP DASAR MELAKUKAN PREMEDIKASI A. Pengertian Premedikasi Premedikasi adalah tindakan awal anastesia degan memberikan obatobatan pendahuluan yang terdiri dari obat-obat golongan antikholinergik, sedasi/trankuilizer, dan analgetik (Pratiwi, 2009 dalam Susiyadi dana Riyanto, 2016) Premedikasi adalah memberi pasien rasa nyaman, bebas dari rasa takut/cemas atau stress psikis lain, disamping menyiapkan fisik pasien untuk menjalani anastesia dan juga agar pembedahan lancar. Penyuluhan dan obatobat dapat dikombinasikan agar tercapai keadaan sedasi (tidur ringan tetapi susah dibangunka) tanpa depresi napas dan depresi sirkulasi. Waktu pemberian obat disesuaikan dengan masa kerja obat (Kepmenkes, 2008). B. Tujuan Premedikasi : (Susiyadi dana Riyanto, 2016) 1. Meredakan kecemasan dan ketakutan 2. Memperlancar induksi anastesi 3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus 4. Meminimalkan jumlah anastesi 5. Mengurangi rasa mual dan muntah pasca bedah 6. Menciptakan amnesia 7. Mengurangi isi cairan lambung 8. Mengurangi refleks yang membahayakan C. Pedoman Premedikasi : (Kepmenkes, 2008) Beberapa pedoman premedikasi berikut ini perlu dipertimbangkan : 1. Premedikasi tidak diberikan pada keadaan sakit berat, sepsis, lansia, neonates, dan bayi < 6 bulan. 2. Premedikasi dipertimbangkan hati-hati pada pasien dengan masalah jalan nafas, kasus rawat jalan, dan kasus bedah syaraf. 3. Dosis dikurangi pada orang tua dan bila keadaan umum buruk



4. Sedasi oral dapat diberikan pada malam hari sebelum tidur (seperti midazolam) 5. Pada anak diusahakan premedikasi oral, dua jam sebelum operasi 6. Pada pasien bedah darurat, premedikasi sedative dan narkotik sebaiknya dihindarkan atau diberikan dengan sangat hati-hati D. Cara Pemberian Premedikasi Cara Oral Intravena Intramuskular Supose



Mulai Kerja 1-2 jam ±2-5 menit ±30-60 menit 10-15 menit



Masa Kerja 6-8 jam ±2-3 jam 4-6 jam 4-8 jam



E. Golongan Obat untuk Premedikasi (Sagala, 2018) 1. Sedatif (barbiturat, benzodiazepin, butiroferan) a. Golongan Barbiturat 1) Pentobarbital (nombutal) dan sekobarbiturat (sekonal) a) Efek sedatif kuat samapi hipnotis b) Tidak mempunyai efek analgesia c) Depresi sirkulasi dan pernapasan minimal d) Dosis per oral /IM : 1,2 mg/Kg (dewasa), 3,4 mg/Kg (anak) 2) Fenobarbital (luminal) a) Dosis per oral / IM : 1,5 mg/Kb b) Dosis hypnosis : 100 mg b. Golongan Benzodiazepin 1) Midazolam a) Efek antianxiety, sedasi, amnesia, dan antikonvulsan b) Tidak mendepresi napas dan sirkulasi c) Tidak mempunyai efek anakgesik d) Larut air dan tidak menimbulkan rasa nyei e) Dosis 0,07-0,10 mg/Kg (IM/IV) 2) Diazepam (valium) a) Lebih sulit larut air, memberikan rasa nyeri



b) Mendepresi napas tetapi tidak mendepresi sirkulasi c) Dosis per oral 0,15 mg/Kg 3) Lorazepam Dosis 1-5 mg oral atau 4mg IV 4) Nitrazepam (mogadon) a) Menurunkan kapasitas respirasi b) Dosis 5-10 mg oral c. Golongan Butirofenon 1) Dehidrobenzperidol (dbp) a) Efek neuroleptic : anastesia neuroleptic, analgesic neuroleptic b) Vasodilatasi pembuluh darah c) Efek antiemetic kuat d) Dosis premedikasi 0,1 mg/Kg IM/IV 2. Analgetik narkotik (morfin, petidin, fentanyl) a. Morfin 1) Preparat opioid alami 2) Obat analgetik narkotik standar 3) Mendepresi SSP (Sistem Saraf Pusat) termasuk pusat pernapasan 4) Berefek sedasi dan analgesia kuat 5) Morfin dapat menyebabkan : Obstipasi / konstipasi pasca anastesia 6) Menurunkan basal metabolism tubuh 7) Eksresi 90% melalui ginjal 8) Dosis dewasa 8-10 mg secara IM atau 0,15 mg/KgBB b. Petidin / Meperidin / Demerol 1) Narkotika 2) Berefek sedasi, analgesia, an antispasmolitik 3) Bersama barbiturate : amnesia 4) Dapat mendepresi napas, mulut keirng, berkeringat, dan euphoria 5) Dosis premedikasi dewasa : 50-100 mg, anak ½-1 mg/KgBB c. Fentanil 1) Narkotik sintetik yang sangat poten 75-125 kali morfin 2) Dapat mengakibatkan depresi napas dan kaku otot rangka



3) Efek kholinergik = bradikardi 4) Dosis premedikasi 0,05-0,1 mg (1-2 ml) secara IM 1 jam sebelum operasi 3. Antikolinergik (atropine, skopolamin, glikopirolat, hyoscine) a. Sulfas atropine 1) Efek antisialagogue 2) Efek vagolitik kuat : mencegah bradikardia 3) Bersifat bronkodilatasi – menimbulkan takikardia 4) Meningkatkan suhu 5) Dosis premedikasi 0,001-0,002 mg/Kg b. Skopolamin 1) Efek antisialagogue seperti sulfas atropine 2) Sedasi dan amnesia 3) Efek vaglitik tetapi lebih ringan dari atropine 4) Tidka meningkatkan suhu tubuh 5) Dosis premedical : 0,001-0,002 mg/Kg c. Glikopirolat 1) Obat antikolinergik sintetik 2) Efek stimulasi SPP < atropin 3) Efek takikardi < atropine 4) Dosis premedikasi 0,1-0,2 mg/Kg 4. Antiemetic (metokloperamid, ondansentron) a. Dehidrobenzperidol b. Metoklorpramid 1) Meningkatkan motilitas esophagus inferior dan relaksasi pylorus 2) Cara kerja : penghambat dopamine pada Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) medulla (meingkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas 3) Onset kerja : IV 1-3 menit, IM 10-15 menit, oral 30-60 menit 4) Mempercepat pengosongan lambung 5) Dosis 10-20 mg IV perlahan-lahan c. Ondansetron



1) Menghambat reseptor 5 hidrositriptamin dan serotonin 2) Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti 3) Berguna untuk mengurangi muntah pasca kemoterapi 4) Dosis antiemesis : 4mg (dewasa) 5. Lain-lain (klonidin, antacid, H2-antagonis) a. Agonis reseptor alfa 2 adrenergik 1) Klonidin a) Memperkuat efek sedasi, anti anxiety, dan analgesia b) Efek antishivering (mengigil) c) Menjaga stabilitas kardiovaskuler selama anastesia d) Mengurangi kebutuhan anestesik e) Antihipertensi f) Dosis : 3-5 mikrogram/Kg b. Antagonis reseptor H2 1) Cimetidin a) Mengurangi volume sekresi cairan lambung b) Meningkatkan pH cairan lambung c) Hipotensi dan bradikardi d) Dosis : 400 mg oral 1-2 jam sebelum anastesi / 200 mg IV 1-2 jam sebelum anastesi 2) Ranitidin a) Mengurangi volume cairan lambung sehingga aspirasi pneumoni dapat dicegah b) Meningkatkan pH cairan lambung c) Dosis : 150 mg/oral, 50-100 mg/IV 3) Antasid a) Meningkatkan pH cairan lambung b) Meningkatkan tonus esophagus c) Dosis : 15-30cc menit sebelum anastesi



F. Penelitian Berbagai Obat Premedikasi 1. Menurut penlitian (Susiyadi dan Riyanto, 2016), petidin dan fentanyl pada saat ini sering digunakan untuk



obat anastesi intravena. Keuntungan



menggunakan kedua obat ini adalah mempunyai batas keamanan yang lebih besar karena dapat mencapai efek opioid yang diinginkan pada SSP tanpa mendatangakan efek samping. Sedangkan kerugian anastesi intravena pada petidin dan fentanyl yaitu terjadinya hipoventilasi atau penurunan volume tidal serta hipotensi tetapi tidak terlalu banyak. Pemberian petidin dan fentanyl berbeda nyata pada tekanan darah systole, tekanan diastole, dan tekanan darah MAP sebagai premediaksi anastesi pada menit ke 0 hingga 5 menit ke III dan premedikasi anastesi dengan menggunakan



fentanyl



mempunyai



efek



hipotensi



lebih



sedikit



dibandingkan dengan menggunakan petidin. 2. Menurut penelitian (Tewu, Havriray, Posangi Iddo, dan Kumaat Lucky, 2015). Tidak ada perbedaan bermakna antara premedikasi pemberian ondansentron dengan deksametaon dalam mencegah mual dan muntah pasca op.SC. 3. Menurut penelitian (Matana, Laihad, dan Tambajong, 2013), pemberian midazolam 0,05 mg/KgBB IV terbukti sebagai obat premedikasi yang mampu menurunkan tingkat kecemasan dilihat dari penurunan tekanan darah yang bermakna namun penurunan laju nadi tidak bermakna. 4. Menurut penelitian (Noor, Hidayat, Witjaksono, dan Budiono, 2013), premedikasi 0,15mg klonidin oral tidak berpengaruh pada perubahan Rate Pressure Product (RPP), interval Q-Tc, dan laju jantung secara bermakna pada laringoskopi intubasi pasien dewasa. Berbeda dengan penelitian Talebi dkk dimana klonidin oral dapat menimbulkan efek hemodinamik yang stabil pada tindakan laringoskop intubasi. Perbedaan ini mungkin karena talebi memberikan dosis 0,2 mg ral, lebih tinggi dibandingkan penelitian ini degan dosis 0,15 mg oral.



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI D4 KEPERAWATAN SOP INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM) Pengertian Tujuan Alat



Menyuntikkan obat ke dalam kulit bagianmuscular (jaringan otot) Memberikan medikasi sesuai kolaborasi doker 1. Spuit 2. Obat yang dibutuhkan vial/ampul 3. Kapas alkohol 4. Bak steril 5. Handscoon 6. Buku catatan pemberian obat Dilakukan No Aktivitas Skor Ya Tidak Persiapan Pasien dan Lingkungan 1. Menyapa pasien dan memperkenalakn diri 2. Mengecek kembali identitas pasien 3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan 4. Menanyakan riwayat alergi pasien 5. Memberikan posisi yang nyaman Langkah-Langkah : 1. Perawat mencuci tangan dan pakai sarung tangan bersih 2. Membaca kembali daftar obat pasien 3. Mengambil spuit 4. Melarutkan obat yang diperlukan 5. Spuit dimasukkan ke dalam bak steril 6. Membaca kembali daftar pemberian obat dan mencocokkan dengan appan nama pasien 7. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian (palpasi dan periksa tempat penyuntikan terhadap edema, massa, atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar., lecet, atau infeksi), jangan menggunakan tempat penyuntikkan berulang kali 8. Posisi : 1/3 tengah paha luar atau 1/3 bagian dari spina illiaca anterior superior (SIAS) 9. Mendesinfeksi kulit dengan arah melingkar ±5cm 10. Meregangkan kulit yang akan disuntik dengan tangan kiri 11. Menusukkan jarum dengan permukaan kulit 90º



12. 13.



14. 15. 16. 17. 18. 19.



dengan permukaan kulit Lakukan aspirasi bila tidak ada darah, obat disuntikkan perlahan-lahan, bila ada adrah obat jangan disuntikkan Setelah obat habis, jangan ditarik dengan cepat, dan bekas tusukkan ditahan dengan kapas alkohol, melakukan massage pada bekas suntikan dengan perlahan Buang jarum tidak bertutup dan letakkan spuit ke dalam bak steril Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman Lepaskan sarung tangan Cuci tangan kembali Dokumentasikan tindakan Evaluasi respon klien terhadap obat yang diberikan setelah 15-30 menit setela penyuntikan



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI D4 KEPERAWATAN



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI D4 KEPERAWATAN SOP MEMBERIKAN OBAT INTRAVENA Pengertian



Menyuntikan obat dengan dosis tertentu langsung ke dalam pembuluh darah Tujuan 1. Memberikan mediaksi sesuai kolaborasi dokter 2. Memberikan obat yang sifatnya emergency 3. Memasukkan obat yang bermacam-macam di waktu yang berbeda-beda Alat 1. Spuit 2. Obat yang dibutuhkan vial/ampul 3. Kapas alkohol 4. Tourniquet 5. Bak steril 6. Perlak dan alasnya 7. Handscoon 8. Buku catatan pemberian obat Dilakukan No Aktivitas Skor Ya Tidak Persiapan Pasien dan Lingkungan 1. Menyapa pasien dan memperkenalakn diri 2. Mengecek kembali identitas pasien 3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan 4. Menanyakan riwayat alergi pasien 5. Memberikan posisi yang nyaman Langkah-Langkah : 1. Perawat mencuci tangan dan pakai sarung tangan bersih 2. Membaca kembali daftar obat pasien 3. Mengambil spuit 4. Melarutkan obat yang diperlukan 5. Spuit dimasukkan ke dalam bak steil 6. Membaca kembali daftar pemberian obat dan menccokkan dnegan papan nama pasien 7. Pasang perlak dan alas di bawah tangan klien, dekatkan alat 8. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pasien



9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



18. 19. 20. 21. 22.



Pasang tourniquet pada daerah porksimal Cari vena yang terbesar dan lurus Mendesinfeksi dengan arah melingkat ± 5 cm Buka tutup jarum dan Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dnegan tangan non dominan Pegang jarum pada posisi 30 º sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk secara perlahan dan pasti Rendahkan posisi jarum sejajr kulit dan teruskan jarum ke dalam vena Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger Observasi adanya darah pada spuit, jika ada darah, lepaskan tourniquet dan injeksikan obat secara perlahan Keluarkan jarum dari pembuluh darah dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menngunakan alkohol swab pada area penusukan Tutup area oenusukan dengan menggunakan band aid atau kassa steril yang diberi betadine Kembalikan posisi pasien dengan nayman Buka sarung tangan dan cuci tangan Dokumentasikan tindakan Evaluasi respon klien terhadap obat yang diberikan setelah 15-30 menit setelah penyuntikan



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI D4 KEPERAWATAN SOP MEMBERIKAN OBAT ORAL Pengertian Memberikan obat melalui mulut lalu ditelan Tujuan Memberikan obat sesuai dengan program pengobatan Hal yang 1. Prinsip 6 benar (benar nama, obat, cara, waktu, dosis, diperhatian pencatatan) 2. Obat yang kurang jelas etiket tidak boleh diberikan dan perhatikan kadalwarsa 3. Pencatatan selalu dilakukan setelah obat ditelan 4. Apabila ada reaksi obat misalnya mual, muntah, merah pada kulit laporkan kepada penanggung jawab/ dokter yang merawat 5. Lakukan komunikasi yang terapeutik 6. Bila terjadi kesalahan dalam pemberian obat segera laporan kepada dokter atau perawat yang bertanggung jawab Alat 1. Troli / bak 2. Obat yang diperlukan 3. Sendok ukuran 4. Cekintruksi pengobatan 5. Cup obat sekali pakai 6. Air mium 7. Tissue 8. Penumbuk obat jika perlu Dilakukan No Aktivitas Skor Ya Tidak Persiapan pasien dan lingkungan 1. Menyapa pasien dan memperkenalakn diri 2. Mengecek kembali identitas pasien 3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan 4. Menanyakan riwayat alergi pasien 5. Memberikan posisi yang nyaman Langkah-langkah 1. Perawat mencucui tangan 2. Menyiapkan obat dengan benar berdasarkan instruksi pengobatan :



a. Jika obat berbentuk tablet atau kapsul : Letakkan tablet atau kapsul yang telah dikemas ke dalam cangkir atau cup obat. Jangan leapsakan pembungkusnya Jika memiliki kesulitan untuk menelan obat, maka haluskan terlebih dahulu b. Jika obat dalam bentuk liquid atau cairan: Buka penutupnya Pegang cangkir obat setinggi mata dan tuang isi sampai batas yang diinginkan 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Periksa kembali obat yang sudah disiapkan dengan instruuksi pemberian obat Beirkan obat satu per satu sampai habis Setelah obat ditelan, catat pada lembar keperawatan Rapikan alat dan klien Cuci tangan Dokumentasikan tindakan Evaluasi respon klien terhadap obat yang diberikan setelah 15-30 menit setelah penyuntikan



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI D4 KEPERAWATAN SOP MEMBERIKAN OBAT SUPOSITURIA Pengertian



Memasukkan obat yang berbentuk lempengan kecil (biasanya terbungkus dengan foil) ke dalam rectum Tujuan 1. Menstimulus peristalik usus dan flatus 2. Memebrikan efek lokal di mukosa gastrointestinal seperti merangsang defekasi 3. Memebrikan efek sistemik seperti menurunkan mual dan muntah atau nyeri 4. Melembutkan feses dan melubrikasi rectum dan kolon 5. Memebersihkan rectum dan kolon sebagai persiapan pembedahan atau pemeriksaan diagnostic kecuali pada operasi rektal Alat 1. Suposituria rektal 2. Sarung tangan 3. Jelly untuk lubrikasi 4. Bengkok 5. Pengalas 6. Selimut Dilakukan No Aktivitas Skor Ya Tidak Persiapan Pasien dan Lingkungan 1. Menyapa pasien dan memperkenalakn diri 2. Mengecek kembali identitas pasien 3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan 4. Menanyakan riwayat alergi pasien 5. Memberikan posisi yang nyaman 6. Menutup skerem Langkah-Langkah 1. Mencuci tangan 2. Memasang sarung tangan bersih



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



10. 11. 12.



13. 14. 15. 16. 17. 18.



Membaca kembali daftar obat pasien Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan Pasang pengalas di bawah bokong pasien Buka pakaian bawah pasien. Buka daerah anal saja dan tutupi area yang tidak diperlukan dengan selimut Observasi bagian anus eksternal dan lakukan palpasi rektal (jika diperlukan) Membuka bungkus suposituria Lumasi sekeliling area obat rektal usposituria dnegan jelly. Jika diperlukan, lumasi juga jari telunjuk dan ibu jari tangan dominan yang terpasang sarung tangan Minta pasien untuk menarik nafas dalam dengan perlahan dan merileksasikan spingter anal Buka area anal dnegan tangan non dominan Masukkan obat rektal suposituria dengan tangan dominan dengan mantan dan lembut melewati spingter internal dan dinding rektal sedalam 5cm (untuk anak0, tahan beberapa saat Bersihkan area anaj dan jari tekunjuk tangan dengan tissue Minta klien untuk berbaring selama 5 menit agar obat tidak keluar dari rektal Rapikan alat dan pasien Lepas sarung tangan Cuci tangan kembali Dokumentasikan tindakan



DAFTAR PUSTAKA



Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit.



Stadar Pelayanan



Matana,Marlin., Laihad Mordekhai., dan Tambajong Harold. 2013. Efek Premedikasi Midazolam 0,05 mg/KgBB IV terhadap Tekanan Darah dan Laju Nadi. Jurnal e-Biomedik (Ebm), Vol I(1), (691-696). Noor, Fjrian., Hidayat Soni., Witjaksono., dan Budiono, Uripno. 2013. Pengaruh Pemberian Klonidin terhadap Interval Q-Tc dan Skor Rate Pressure Product pada Laringoskopi Intubasi. Vol. V(2), (92-100). Sulistini, R, dkk. 2017. Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) II. Sagala,



R. Dewi. 2018. Premedikasi. https://id.scribd.com/document/390780603/Premed-i-kasi. Diakses tanggal 10 April 2020.



Susiyadi dan Riyanto, Refni. 2016. Pengaruh Pemberian Petidin dan Fentanyl sebagai Premedikasi Anastesi terhadap Perubahan Tekanan Darah di RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo. SAINTEKS, Vol XIII No 2, (4955). Tewu, Havriray., Posangi Iddo., dan Kumaat Lucky. 2015. Perbandingan MualMuntah pada Premedikasi dengan Pemberian Ondansentrn dan dengan Deksametasone Pasca Operasi Secti Caesarea dengan Anestesi Regional. Jurnal e-Cllinic (Eci) Vol 3(3), (800-804).