Konsep Dasar Terapi Bermain, Okupasi, Dan Musik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



:



MUH.RIJAL



NIM



:



1745042003



Kelas



:



C/2017



A. Konsep Dasar Terapi Okupasi 1. Pengertian Terapi okupasi Menurut World Federatioan of Occupational Therapist (2012), Okupasi terapi didefinisikan dalam pendapatnya yang tercantum pada kutipan berikut: “occupational therapy is a client-centred health profession concerned with promoting health and well being through accupation. The primary goal of occupational therapy is to enable people to participate in the activities of everyday life. Occupational therapists achieve this outcome by working with people and communities to enhance their ability to engange in the occupational they want to, need to, or are expected to do, or by modifying the occupational or the environment to better support their occupational angagement” yang artinya terapi okupasi merupakan profesi kesehatan yang berbasis client-centred dengan befokus pada promosi kesehatan dan kesejahteraan melalui aktivitas (okupasi). Tujuan utama dari terapi okupasi adalah untuk memungkinkan seseorang berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Terapi okupasi dalam mencapai tujuan bekerjasama dengan orang lain dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam aktivitas yang diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan, atau dengan memodifikasi aktivitas maupun lingkungan yang lebih baik untuk mendukung dalam keikutsertaan okupasional. (dalam gunawan wicaksono et al. 2018:21). Definisi terapi okupasi menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2014, adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang. 2. Tujuan Terapi Okupasi



Tujuan terapi okupasi adalah untuk membantu individu mencapai kemandirian dalam semua aspek kehidupan mereka. Pada dasarnya terapi okupasi berpusat pada pendekatan sesori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan dengan merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Selain itu, terapi okupasi juga meliputi permainan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. Dalam terapi okupasi, biasanya terapis berkonsultasi



dengan dokter, perawat, guru, dan



conselors. (dalam Lusi Melani, 2014:35) Adapun tujuan terapi okupasi antara lain (dalam Lusi Melani, 2014:36): a. Mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kegiatan otot, dan koordinasi gerakan. b. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum. c. Membantu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin dirumahnya, dan membri saran penyederhanaan ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari. 3. Prosedur Pelaksanaan Terapi Okupasi Untuk melakukan terapi okupasi mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 tahun 2014. Pelayanan terapi okupasi meliputi (dalam Gunawan Wacaksono et al, 2018:21): a. Asesmen terapi okupasi meliputi pengumpulan informasi berupa gangguan komponen kinerja okupasi yang meliputi komponen motorik, sensorik, persepsi, kognitif, dan psikososial. Isi asesmen yang dilakukan oleh terapi okupasi sekurang-kurangnya memuat data anamnesa yang meliputi identitas umum dan riwayat keluhan, serta pemeriksaan komponen kinerja okupasi dan area kinerja okupasi serta mempertimbangkan pemeriksaan penunjang. b. Diagnosis terapi okupasi merupakan suatu pernyataan yang menggambarkan keadaan multi dimensi pasien yang dihasilkan dari analisis hasil pemeriksaan dan pertimbangan klinis, yang dapat menujukan adanya disfungsi/gangguan komponen kinerja okupasional dan area okupasional. 4. Intervensi Terapi Okupasi



Intervensi terapi okupasi dilaksanakan dengan metode yang berbasis bukti sesuai prkembangan keilmuan terapi okupasi. Intervensi terapi okupasi meliputi: adjunctive therapy, enabling activity, purposefull activity, and accupational activity. Intervensi terapi okupasi dilaksanakan dengan dengan mengutamakan keselamatan



pasien/klien,



dilakukan



berdasarkan



program



perencanaan



intervensi dan dapat dimodifikasi setelah dilakukan evaluasi serta pertimbangan teknis dengan melalui persetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih dahulu. (dalam Gunawan Wicaksono et al, 2018:22). 5. Pemanfaatan Terapi Okupasi Menurut Nasir & Muhith 2011 terapi okupasi dimanfaatkan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi maupun rehabilitas, dengan mengamati dan mengevaluasi pasien/klien saat mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien/klien tersebut. (dalam Lusi Melani, 2014:37). 6. Sejarah Terapi Okupasi Elanor Clarke Slagle (1870-1942) dianggap sebagai ibu terapi okupasi. Slagle, yang merupakan salah satu anggota pendiri perhimpunan Nasional untuk Promosi Terapi Okupasi (NSPOT) sekarang disebut American Occupational Therapy Assosiation (AOTA), mengusulkan pelatihan kebiasaan sebagai model terapi okupasional utama. Pada tahun 1915 Slagle membuka program pelatihan terapi okupasi pertama, di sekolah Henry B. Favill of Ocupations, di Hull House di Chicago. Slagle kemudian menjadi pemimpin dalam AOTA. Kemudia pada tahun 1954 AOTA mendapatkan penghargaan Lektor Slogan Elanor Clarke. B. Kosep Dasar Terapi Bermain 1. Pengertian Terapi Bermain “Play therapy is the systematic use of a theoretical model to establish an interpersonal process wherein trained play therapist use the therapeutic powers of play to help clients preent or resolve psychosocial difficulties to achieve optimal growth and developmental. association for play therapy” 1997 (dalam Kevin J. O’connor, Charles E. Schaefer & Lisa D. Braverman 2016:7) yang artinya terapi bermain adalah penggunaan model teoritis secara sistematis untuk



membangun proses interpersonal dimana terapi bermain menggunakan kekuatan terapi untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Definisi terapi bermain menurut oleh Landreth (2002): Terapi Bermain didefinisikan sebagai hubungan yang dinamis interpersonal antara anak (atau orang dari segala usia) dan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan bahan yang dipilih bermain dan memfasilitasi pengembangan hubungan yang aman untuk anak (atau orang dari segala usia) untuk sepenuhnya mengekspresikan dan mengeksplorasi diri (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilaku) melalui bermain, media alami anak komunikasi, untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (dalam Maria Yasintha Seran 2019:13). Sedangkan menurut Supartini (2012) menjelaskan terapi bermain adalah sebagai aktifitas yang dapat dilakukan untuk sebgai upaya stimulus pertumbuhan dan perkembanganya. (dalam Devi Purwati 2017:8). 2. Tujuan Terapi Bermain Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara lain (dalam Devi Purwati 2017:9): a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulus pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga keseimbanganya. b. Mengepresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya pada saat anak sakit. Pada anak yang belum dapat mengespresikan secara verbal, permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengepresikannya. c. Mengembangkan



kreatifitas



dan



kemampuan



memecahkan



masalah,



permainan akan menstimulus daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikiranya. d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress. 3. Pemanfaatan Terapi Bermain



Terapi bermain dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan sensorikmotorik, perkembnagan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas serta untuk menstimulus pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemberian stimulus akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan anatara lain melalui alat permainan supartini 2004 (dalam Yusnita Pratiwi 2012:20-21) 4. Teknik Terapi Bermain Terapi bermain didasarkan pada teori attachment: Hal ini diyakini bahwa hubungan pertama seorang anak adalah yang paling penting dalam hidu panak tersebut karena merupakan tempat untuk hubungan selanjutnya. Jika hubungan itu bukanlah satu aman, sehingga kesulitan emosional sebagai anak tumbuh lebih tua. Jernberg mengamati ratusan scenario normal interaksi orang tua/anak dan dikategorikan ke dalam empatdimensi utama: struktur, tantangan, keterlibatan, dan memelihara. Struktur anak dapat memberikan perasaan bahwa dunia ini aman, diandalkan, dan dapat diprediksi. Bahkan dengan seorang anak muda, ada aturan dan batasbatas; itu adalah, anak dapat menjelajahi lingkungan tetapi tidak diperbolehkan untuk menyentuh kompor yang panas atau stopkontak listrik. Anak bisa melempar mainan, tapi tidak satu cangkir susu. Anak rutinitas sehari-hari di sekitar tidur, makan, mandi, dan sebagainya memberikan perintah untuk kehidupan anak. Sajak dan lagu ' orangtua mungkin bernyanyi memiliki pola atau irama kepada mereka. Semua ini memberikan anak rasa keteraturan dan keamanan. Dalam terapi bermain, struktur mungkin ditekankan oleh terapis atau orangtua yang menyebabkan kegiatan atau permainan dimana terdapat arah yang jelas dan aturan. Peringatan: Jika bekerja dengan seorang anak yang telah menyalahgunakan, mengganggu aktivitas harus diperkenalkan perlahan dan dengan lembut dan berhenti atau diubah jika anak muncul menakutkan atau menolak mereka. 5. Sejarah Terapi Bermain



Terapi Bermain didirikan oleh Ann Jernberg, seorang psikolog, pada tahun 1967. Dia menerima hibah federal untuk mencoba untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan anak-anak mereka dalam program kepala mulai di Chicago. Dia membutuhkan metode treat¬ment murah, jangka pendek, sehingga ia menoleh ke karya Austin Des Lauriers, yang dengan cara yang unik untuk berinteraksi dengan anak autis dan penderita skizofrenia (Jernberg, 1979).Jernberg mendirikan Institut Theraplay di Chicago, yang masih hari ini berfungsi sebagai markas internasional untuk theraplay. Theraplay yang dipraktekkan di seluruh dunia, tetapi paling dikenal di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Phyllis Booth, Direktur Pelatihan (Jernberg & bilik, 1999). dan di Kanada di bawah kepemimpinan Andreas Munns, direktur klinik Blue Hills Layanan terapi bermain di Aurora, Ontario. Ulreke Franke mengarahkan training center diJerman. C. Konsep Dasar Terapi Musik 1. Pengertian Terapi Musik Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untk membantu masalah fisik atau mental, sedangkan musik adalah media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi musik adalah terapi yang menggunakan media musik atau terapi yang bersifat nonverbal (Djohan, 2006: 24). Sedangkan menurut Dayat Suryana (2012:7) terapi musik adalah proses yang menggunakan music untuk terapi aspek-fisik, emosional, mental, sosial, estetika dan spiritual untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka.(dalam Dina Mutiah Larasati 2017:9). Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) pada tahun 1996 dalam Djohan (2006: 28) terapi musik adalah penggunaan music dan atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni) oleh seorang terapis music dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. Terapi musik juga mempunyai tujuan untuk membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, member pengaruh positif terhadap kondisi



suasana hati dan emosi serta mengurangi tingkat kecemasan pada pasien (Djohan, 2006: 191). Terapi musik digunakan untuk berbagai kondisi termasuk gangguan kejiwaan, masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan, masalah penuaan, meningkatkan konsentrasi belajar, mendukung latihan fisik, serta mengurangi stres dan kecemasan Dayat Suryana, 2012. (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:10). Banyak jenis musik yang dapat digunakan untuk terapi, diantaranya musik klasik, instrumental, jazz, dangdut, pop rock, dan keroncong. Salah satu diantaranya adalah musik instrumental yang bermanfaat menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat Aditia, 2012 (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:10). Studi tentang kesehatan jiwa, telah menunjukkan terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks serta meredakan depresi. Terapi musik membantu orang yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan, membuat perubahan positif dengan suasana hati, memantu memecahkan masalah dan memperbaiki masalah.Terapi musik juga termasuk salah satu penanganan dalam menangani stress dan kecemasan. Berdasarkan berbagai pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa terapi musik adalah serangkaian upaya yang dirancang untk membantu masalah fisik dan mental dengan menggunakan media musik secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi musik digunakan untuk berbagai kondisi diantaranya gangguan kejiwaan, masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan, masalah penuaan, meningkatkan konsentrasi belajar, mendukung latihan fisik, mengurangi stres dan kecemasan, meredakan kegelisahan, mendorong perasaan rileks serta meredakan depresi. 2. Sejarah Terapi Musik Penggunaan musik sebagai bagian terapi sudah dikenal dan digunakan sejak jaman dahulu kala (Djohan, 2006: 34). Musik dikenal sejak kehadiran manusia homo sapien sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Arkeolog menemukan bahwa musik telah digunakan oleh manusia primitif sebagai cara untuk berdoa pada para dewa. Pada abad ke-6 ahli filosofi Geometri dari Yunani, Phytagoras menemukan bahwa terapi musik memiliki kontribusi yang



besar dan mengikuti ritme tubuh dan jiwa sejalan dengan harmoni yang dikeluarkannya. Pada zaman Arab kuno sekitar 5.000 SM, para penyembuh menunjuk terapi musik sebagai obat jiwa dan nyanyian terapeutik yang menjadi bagian dari praktek kedokteran. Masyarakat Yunani kuno mengenal musik memiliki kekuatan khusus yang mampu kegelisahan, mendorong perasaan rileks serta meredakan depresi. melampaui pikiran, emosi dan kesehatan fisik. Pada akhir abad ke-18 dokter-dokter di Eropa mendukung kegunaan musik dalam pengobatan, namun dengan meningkatnya teknologi medis music dialihkan ke kasus khusus dan hanya diaplikasikan untuk pengobatan dengan kerangka holistik (multiterapik) (Djohan, 2006: 37-38). Pada abad ke-19 musik telah dipraktikan sebagai bagian intervensi keperawatan oleh Florence Nihgtingale. Nihgtingale menemukan bahwa bunyi-bunyian bisa membantu sebagai milieu therapy dalam menyembukan karena meningkatkan relaksasi. Nihgtingale menggunakan bunyi-bunyi natural seperti suara angin dan air mengalir. Banyak laporan tentang meningkatnya aktivitas terapi musik di paruh abad ke-20, tapi terapi musik belum diterima sepenuhnya sebagai profesi oleh komunitas medis. Baru pada era 1940-an, penggunaan musik sebagai terapi bagi penderita gangguan psikiatrik mulai meluas. Karl Menninger, salah satu tokoh di bidang psikiatri mendukung pendekatan penyembuhan secara holistik. Di Indonesia terapi musik belum merata beberapa tempat telah menyelenggarakan program-program terapi dengan media seni tetapi belum ada penjelasan yang menyakinkan tentang kegiatan tersebut (Djohan, 2006: 39-40). 3. Manfaat Terapi Musik Campbell 2001 (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:13). musik memiliki beberapa manfaat, yaitu: a. musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan b. musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak c. musik mempengaruhi pernapasan d. musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah



e. musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh f. musik juga mempengaruhi suhu badan g. musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stress h. musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran i. musik mengubah persepsi tentang waktu Terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stres, mendorong perasaan rileks, meredakan depresi dan mengatasi insomnia. Terapi musik membantu banyak orang yang memiliki masalah emosional, membuat perubahan positif, menciptakan suasana hati



yang damai, membantu



memecahkan masalah dan memperbaiki konflik internal. Penyembuhan terapi musik tidak hanya terbatas pada masalah psikologis saja. Telah dilakukan studi terhadap pasien-pasien penderita luka bakar, penyakit jantung, hipertensi, stroke, nyeri kronis, alergi, maag, kanker dan penyakit lainnya, terapi musik juga bisa digunakan untuk membantu proses penyembuhan. 4. Jenis-jenis Terapi Musik Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik. Namun harus mengtahui pengaruh setiap jenis music terhadap tubuh dan pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi music disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin dicapai Sulistyorini Etik, 2014 (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:14). Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Terapi Musik yang efektif menggunakan music dengan komposisi yang tepat antara beat, ritme dan harmony yang disesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak menggunakan sembarang music Yuanitasari, 2008 (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:14). Menurut Sulistyorini Etik 2014 (dalam Dina Mutiah Larasati 2017:15) ada dua macam metode terapi musik, yaitu :



a. Terapi Musik Aktif. Terapi musik aktif yakni terapi yang menggunakan teknik bernyanyi, belajar main menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain, dalam terapi ini dituntut untuk berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan terapi musik aktif dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten. b. Terapi Musik Pasif. Terapi musik pasif adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Hanya mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang dapat disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik. harus tepat dengan kebutuhan.



DAFTAR PUSTAKA



Gunawan Wicaksono. fatwa sari. Ulkhusna dan Purnma Betty. 2018. Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification dalam Aktivitas Menyikat Gigi pada Kasus Keterbatasan Intelektual Taraf Sedang di Panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor. Depok Jawa Barat: Jurnal Vokasi Indonesia Vol:6 No.1 Melani Lusi. 2014. Evaluasi Program Terapi Okupasi (Occupational Therapy) Bagi Penyandang Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Occupational Therapy. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Occupational_therapy. Diakese pada tanggal 20 september 2019. Yasnitha Seran. 2019. Pengaruh Terapi Bermain Slime Terhadap Respon Biologis, Psikologis, dan Perilaku Makan pada Anak Preschool yang Menjalani Hospitalisasi di Ruang Dahlia RSUD MGR. Gabriel Manek, SVD Atambua [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga. Yusnita Pratiwi. 2012. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Respon Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah di Ruang Perawatan Anak RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. O’connor, Kevin J. Charles E Scaefer. Lisa D Braverman. 2016. Handbook of Play Therapy. Canada: Printed in the United States of America. Purwati, Devi. 2017. Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun [skripsi]. Madiun (ID): STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress (Anggota IKAPI)



Dina Mutiah Larasati. 2017. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Sebelum Bertanding pada Atlet Futsal Putri Tim Muara Enim UNYTED [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.