Konsep Diri (Makalah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DASAR DASAR PSIKOSOSIAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN



KONSEP DIRI



OLEH



KELOMPOK I BADILLAH ODE JUL ROSMINI HAYU SAHID MIFTAHUL JANNAH SRI SARINA AMELIA PUTRI NURUL FITRAH SARASWATI MUNADIAH MUKHLIS KINTAN KHUSNUL U



WA ODE RISNA



KONSENTRASI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015



1



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua karena atas limpahan berkah dan hidayahnya kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul KONSEP DIRI. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2 kami yaitu Ns. Sahmad, M.Kep. yang telah membimbing kami, dan kepada teman-teman semua yang memberikan dukungannya kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal pembuatan, penyusunan ataupun materi yang disajikan belum lengkap. untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang dapat mendorong kami untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Sekian dan terima kasih.



Kendari, 04 Desember 2015



Kelompok 1



2



DAFTAR ISI Halaman judul……………………………………………………………………………………1 Kata pengantar…………………………………………………………………………………...2 Daftar isi………………………………………………………………………………………….3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang…………………………………………………………………………4 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………5 1.4 Manfaat………………………………………………………………………………..5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri……………………………………………………………….7 2.2 dimensi diri……………………………………………………………………………8 2.3 komponen konsep diri………………………………………………………………..10 2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri……………………………13 2.5 faktor yang mempengaruhi konsep diri………...…………………………………….13 2.6 perkembangan konsep diri……………………………………………………………14 2.7 langkah langkah mempertahankan konsep diri1……………………………………..18 2.8 hambatan dalam membangun konsep diri……………..……………………………..20 2.9 pengaruh perawat dalam konsep diri klien…………………………………………...20 2.10 Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan konsep diri…………………………21 BAB III PENUTUP Kesimpulan…………………………………………………………………………..22 Saran…………………………………………………………………………………23 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….24



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan. Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung



komponen-



komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep diri. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari konsep diri ? 2. Apa saja dimensi dari konsep diri ?



4



3. Apa saja komponen dari konsep diri ? 4. Apa saja prinsip-prinsip dari konsep diri ? 5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ? 6. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ? 7. Apa saja langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri ? 8. Bagaimana pengaruh perawat dalam konsep diri klien ? C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri. 2. Menjelaskan dimensi konsep diri. 3. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri. 4. Menjelaskan prinsip – prinsip konsep diri. 5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri. 6. Menjelaskan perkembangan konsep diri. 7. Mengidentifikasi langkah-langkah mempertahankan konsep diri. 8. Mengidentifikasi hambatan dalam membangun konsep diri 9. Menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri klien.



D. Manfaat 1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep diri positif bagi anak-anak. 2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. 3. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. 4. Sebagai literatur untuk mengetahui apa yang dimaksud konsep diri. 5. Sebagai referensi bagi pembaca agar mengetahui pengaruh konsep diri dalam keperawatan.



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Konsep Diri Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli. Berikut merupakan konsep diri menurut para ahli yang lain: 



Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.







Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.



6







Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.







Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.







Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.







Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk



melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. B. Dimensi Konsep Diri 1.



Pengetahuan tentang diri anda adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda,misalnya jenis kelamin, penampilan.



2.



Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda kelak.



7



3.



Penilaian terhadap diri anda,adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.



Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu: a. Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri. b. Konsep Diri Positif Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutankejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima semua keadaan orang lain.  Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang positif: 1. Bersikap objektif dalam mengenai diri sendiri Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah di capai, carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan terlalu beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu secara sekaligus. 2.



Hargailah diri sendiri



8



Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. 3.



Jangan memusuhi diri sendiri



Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi yang dalam, yang mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif. 4.



Berpikir positif dan rasional



Kendalikan pikiran kita ketika mulai menyesatkan jiwa dan raga.



C. Komponen Konsep Diri Konsep diri terdiri dari 5 komponen : 



Identitas diri



Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain.



9



Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas tersebut. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan dan perlakuan lingkungan. Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat: 1. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. 2. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri. 3. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain . 4. Mengakui jenis kelamin sendiri. 5. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.



 Gambaran diri Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen, 1991) a) Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.



10



b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”. c) Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian,cara individu memandang diri berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan realistic terhadap diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,terhindar dari rasa cemas,dan meningkatkan harga diri individu yang stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.  Harga diri Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya: 



Kualitas emosi







Aktualisasi diri







Kepercayaan diri



(Coopersmith, Stuart dan Sudeen, 1991)



 Ideal diri Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :



11



1. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan, sejumlah aspirasi, cita-cita,nilai yang ingin di capai. 2. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadiberdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan. 3. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri terbentuk melaui proses identifikasi/memperhatikan. 4. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri. 5. Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri : a) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya. b) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman. c) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. d) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.  Peran Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu dengan individu lainnya, terkait



12



dengan etnik, budaya dan agama, karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes). D. Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri Prinsip dasar yang mempengaruhi konsep diri ada 5 hal yaitu : 1. Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk menyalahkan orang lain. 2. Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi. 3. Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang pemalu. 4. Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah. 5. Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk menjadi seorang penyabar. 6. Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang percaya diri. 7. Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk menghargai orang lain. 8. Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang lain. E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai berikut :  Tingkat perkembangan dan kematangan



13



Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.  Budaya Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.  Sumber eksternal dan internal Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.  Pengalaman sukses dan gagal Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.  Stresor Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor. F. Perkembangan Konsep Diri Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport ( Sarason, 1972 ) dengan istilah early self. Kemudian individu mulai punya kemampuan untuk



14



memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep diri : 1. Bayi Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh. 2. Todler Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi. 3. Usia prasekolah Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik



15



keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya. 4. Anak usia sekolah Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional. Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial. 5. Masa remaja Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamya. Individu harus belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan dan khususnya mulai memilih pekerjaan yang akan digeluti seara rasioanal ( Allport dalam Sarason, 1972 : 39 ). Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.



16



Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas.



6. Masa dewasa muda Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil. Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri. 7. Usia dewasa tengah Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri. Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat. 8. Lansia



17



Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan. Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi, melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri. G. Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri 1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. 2. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri se ndiri, tidakmampu memandang hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain se



18



cara positif. Jikakita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita? 3. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya. 4. Berpikir positif dan rasional semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupu n terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah : 1.



Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri



2.



Kembangkan pikiran positive thinking



3.



Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik



4.



Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive



5.



Menjaga keseimbangan hidup



H. Hambatan dalam membangun konsep diri Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:



19



1.



Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor



penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. 2.



Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada diri



sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah. I. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka : 1.



Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit



2.



Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres



3.



Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal



tersebut ditunjukkan. 4.



Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien



20



5.



Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien



Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah : a) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. b) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. c) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. J. Asuhan Keperawatan gangguan Konsep diri SKENARIO Ny. S, seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, berusia 35 tahun,memiliki tinggi badan 155 cm dan berat badan 40 kg dianiaya oleh majikannnya yang berusia50 tahun dengan cara menyiramkan air keras pada wajahnya. Kejadian ini disebabkan karenanyonya S lalai dalam mengerjakan tugasnya saat ia sedang menyetrika baju majikanya iamembiarkan baju yang ia setrika terbakar dengan alasan mengurus cucu majikanya yangmenangis , yang kebetulan berada di sana. Penyiraman yang dilakukan oleh majikanmengakibatkan Ny. S mengalami cacat pada seluruh wajahnya, yang mengharuskan iamenjalani operasi plastik untuk mengembalikan kondisi wajahnya seperti semula. Namun,hasil dari operasi plastik tersebut tidak



21



sepenuhnya berhasil. Wajah Ny. S tampak lebih burukdari perkiraan sebelumnya. Hal ini membuat Ny. S merasa terganggu, dan menganggapTuhan tidak adil. Setiap kali ia melihat kecermin, ia selalu mengeluhkan tentang keadaanya.Ketika di wawancara Ny. S hanya menunduk sambil berbicara pelan dan mengaku telahberhenti dan tidak mau bekerja lagi dengan alasan takut masyarakat akan mencacinya. Selainitu, Ny. S tampak mudah tersinggung dan mudah marah. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri 1.



Pengkajian



Faktor predisposisi  Adanya perasaan malu dan tidak ingin di caci oleh orang lain karena kerusakan  



pada wajah ny. S. Gangguan citra tubuh yang disebabkan oleh tindakan operasi plastik pada wajah



  



ny. S tetapi tindakan operasi plastik tersebut tidak berhasil sehingga dapat menyebabkan wajah ny. S semakin parah. Gangguan penampilan peran adalah terhenti fungsi peran ny. S yang disebabkan







tidak berhasilnya operasi plastik dan ia memutuskan huungan kerja karena



 



takut bersosialisasi dengan masyarakat. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu adanya ketidakpercayaan







pada lingkungan, bahwa sebenarnya lingkungan mampu menerima keadaan ny. S.



Faktor Presipitasi  Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar      



individu (internal or eksternal sources), yang dibagi lima kategori: Ketegangan peran, adalah ny. S adalah bagian dari masyarakat tetapi ia tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat sehingga ia tidak mampu menjalankan peranya sesuai dengan tuntutan yang ada. Artinya nyonya S tidak mau bekerja dan peranya sebagai pencari nafkah terganggu. Peran berlebihan : adanya tuntutan berlebih dari majikan yang memintanya



22







melakukan dua pekerjaan sekaligus.



Perilaku Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dandapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat sebagai berikut.  Perilaku dengan harga diri yang rendah  Mengkritik diri sendiri berhubungan dengan kondisi fisik yang mengalami kerusakkan.  Produktivitas menurun: ny. S memutuskan untuk tidak mau untuk 



bekerja kembali Adanya perasaan mudah tersinggung dan mudah marah Pandangan hidup yang pesimis: beranggapan bahwa dengan kondisi wajah yang



 



kurang baik Ny. S tidak mau bekerja karena takut dicela oleh masyarakat. Menarik diri: Ny. S menarik diri dari lingkungan dengan tidak mau bekerja lagi. Harga diri rendah Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yangnegatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapaikeinginan (lebih baik).Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fisik setelah dilakukanya operasi plastik ketika menghadap cermin ia selalu mengeluhkan tentang keadaanya.



2.



Diagnosa Keperawatan a) Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik b) Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh. c) Harga diri rendah berhubungan dengan adanya isolasi sosial berupa menarik diridari lingkungan. d) Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.



3.



Intervensi



A. Jangka Pendek : 1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat2.



obatan, nonton TV Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,



3. 4.



politik Kegiatan yang memberi dukungan sementara: kompetisi olahraga Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara: (penyalahgunaan



obat-obatan) B. Jangka Panjang :



23



1.



Menutup identitas: terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi



2.



diri sendiri Identitas negatif: Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat



4.



Implementasi



Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.  Tujuan umum: Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya.  Tujuan khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 2. Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan. 4. Klien dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang dimilki 5. Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan. 6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada Tindakan keperawatan. 1. Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik Perkenalkan diri Jelaskan tujuan interaksi Ciptakan lingkungan yang tenang. Buat kontrak yang jelas (apa yang dilakukan /bicarakan, waktu) 2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan (apa yang dilakukan/bicarakan, waktu) Sediakan waktu untuk mengungkapakan tentang penyakit yang diderita Katakan pada klien bertambah satu orang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien. Dapat dimulai bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga lingkungan) dimilki klien. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi maka dinilai oleh perawat memberi “reinforcement” terhadap aspek poasitif klien. 2. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilain negative.utamakan memberikan pujian realistis.



24



3. Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam “self care” latihan dan ambulasi serta aspek asuhan terkait denga gangguan fisik yang dialami oleh klien. 4. Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanannya setelah pulang sesuai dengan kondisi pasien 5. Rencanakan bersama oleh aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total. 6. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien. 7. Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaukannya). 8. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 9. Beri pujian atas keberhasilan klien. 10. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. 11. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga diri rendah. 12. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Hasil yang diharapkan:  Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita.  Klien menyebutkan aspek dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual,  



5.



systempendukung). Klien berperan serta dalam perawatan dirinya. Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis



Evaluasi Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk



menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur kesehatan yang telah diberikan ( Nursalam; 2009). Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan pada status kesehatan klien. Langkah-langkah evaluasi adalah: 1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi 2. Mengumpulkan data baru tentang klien 3. Menafsirkan data baru 4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku 5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan 6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan Hasil evaluasi yang didokumentasikan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan



25



2.



Jika Ny. S mampu menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan



3.



kriteria yang telah ditetapkan Jika Ny. S menunjukkan perubahan tetapi hanya sebagian Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan samasekali dan bahkan timbul masalah baru. Jika Ny. S tidak menunjukkan perubahan sama sekali, atau dengan kata lain Ny. S tetap pada keadanya yang rendah diri



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.



Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita



26



harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.



Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.



B. Saran Dalam setiap mengerjakan suatu tugas makalah diperlukan banyak referensi agar materi yang disajikan lengkap.pada saat akan mempresentasikan materi perlu banyak belajar agar dapat menguasai materi yang dibawakan.



27



Daftar Pustaka



Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua, Gunung Agung, Jakarta. Perry, potter, 2010, Fundamental Keperawatan, buku kedua, Elsevier, Jakarta



28