Konsep Kehilangan Kematian Berduka Kelompok 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA” Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Psikososial Dosen : Rully Andika, S. Kep.,MAN



Disusun Oleh : 1. Kartika Indah Sari 2. Dwi Wahyu Imam S 3. Annisa Fatimatul Zahra 4. Intan Nilawati 5. Ratna Komala Dewi 6. Sundari 7. Farida Wulandari 8. Fenti Amalia PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TK 2 A STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.



Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.



Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Cilacap, 02 Maret 2020



Kelompok 5



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2 DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3 BAB I..........................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4 A.



Latar Belakang.................................................................................................................................4



B.



Rumusan Masalah............................................................................................................................5



BAB II.........................................................................................................................................................6 PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6 A.



Pengertian Kehilangan.....................................................................................................................6



B.



Tipe kehilangan...............................................................................................................................6



C.



Tahapan proses kehilangan..............................................................................................................7



D.



Pengertian Kematian........................................................................................................................8



E.



Macam-macam Kematian................................................................................................................8



F.



Pengertian Berduka..........................................................................................................................9



G.



Teori dari Proses Berduka................................................................................................................9



BAB III.....................................................................................................................................................13 PENUTUP................................................................................................................................................13 A.



Kesimpulan....................................................................................................................................13



B.



Saran..............................................................................................................................................13



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14



3



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita.Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klienkelurga-perawat



berakhir



karena



perpindahan,



4



pemulangan,



penyembuhan



atau



kematian.Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari kehilangan? 2. Apa saja tipe-tipe kehilangan? 3. Bagaimana tahapan proses kehilangan? 4. Apa pengertian dari kematian? 5. Apa saja macam-macam kematian? 6. Apa pengertian berduka? 7. Bagaimana teori dan proses berduka?



5



BAB II



PEMBAHASAN A. Pengertian Kehilangan Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada.Kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert, 1985).Kehilangan merupakan peristiwa yang umum dalam kehidupan, sebagai sebuah



pengalaman



kehidupan



yang



menandakan



roda



berputar



(Goldberg,



1985).Kehilangan juga merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki (Suseno, 2004). Kehilangan adalah sebuah peristiwa yang akan menimbulkan reaksi berduka (Uche, 2015). B. Tipe kehilangan Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu : 1. Actual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti atau dicintai. 2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya : seseorang yang berhenti bekerja atau phk, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. Menurut sari 2015, kehilangan memiliki beberapa tipe atau jenis, berikut ini adalah beberapa tipe/jenis kehilangan yaitu : a. Kehilangan objek eksternal, yaitu kehilangan sesuatu yang ada diluar diri individu. Misalnya kehilangan suatu benda karena dicuri atau adanya kehancuran akibat bencana alam. b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan lingkungan karena pindah rumah, menetap dirumah sakit karena harus dirawat total, atau berpindah pekerjaan. 6



c. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti, misalnya kehilangan salah satu anggota keluarga, kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, kehilangan orang yang dipercaya, atau kehilangan binatang peliharaan. d. Kehilangan suatu aspek diri, misalnya kehilangan salah satu anggota tubuh karena peristiwa kecelakaan, dan kehilangan fungsi psikologis atau fisik. e. Kehilangan hidup, yaitu berakhirnya kehidupan pribadi karena ajal yang sudah tiba. C. Tahapan proses kehilangan Menurut Kubler-Ross dalam Poter dan Perry (2005) respon berduka terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap seperti pengingkaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. 1. Pengingkaraan Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi dengan mengatakan “ tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu ataua keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun. 2. Fase marah Fase ini dimulai dengan tmbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu menunjukan rasa marah yang meningkat yang sering di proyeksikan pada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal. 3. Fase tawar-menawar Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, ,maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan pada tuhan. Respon ini 7



sering dinyatakan dengan kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “kalau saja yang sakit, bukan anak saya”. 4. Fase depresi Individu pada fase ini sering menunjukan sikap menarik diri, kadang sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan putus asa, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dan sebagainya. Gejala fisik yang ditunjukan anatara lain menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun. 5. Fase penerimaan Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang objek atau orang yang hialng mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada objek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini nampak manis” atau “ apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”. D. Pengertian Kematian Kematian merupakan berpisahnya badan dengan jiwa pada manusia.Kematian merupakan kejadian menakutkan bagi kebanyakan orang, takut mengalami ataupun takut berada disekitar orang yang mengalami kematian bahkan setiap orang berusaha untuk menghindari semua jalan yang mendekatkan pada kematian (Hidayat, 2005).Kematian adalah peristiwa yang sangat pedih, menyentuh sumber terdalam penderitaan manusia, yang masing-masing individu merindukan untuk diselamatkan (Engel, 1964). E. Macam-macam Kematian Kematian dibagi menjadi beberapa jenis, jenis-jenis kematian tentu akan memengaruhi rasa berduka cita atau duka cita pada seseorang. Terdapat 2 jenis kematian antara lain kematian tiba-tiba dan kematian yang antisipasi (ann dan Lee,2001) 1. Kematian yang diantisipasi



8



Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi akan kesadaran terhadap kehilangan diwaktu yang akan datang. Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah diketahui terlebih dahulu atau diantisipasi terbih dahulu dapat memudahkan orang-orang untuk mengatasi duka cita daripada kematian yang secara tiba-tiba. Jika seseorang mengetahui bahwa saudara atau orang yang terdekat akan meninggal dunia, maka secara tidak langsung memberi waktu untuk menyelesaikan urusan beberapa urusan dengan orang tersebut. Sehingga orang yang akan ditinggalkan dapat menjadi lebih mudah untuk mengatasi duka cita daripada orang yang ditinggalkan pada kematian tiba-tiba (Niven, 2013) 2. Kematian mendadak Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks tertentu misalnya, perang mengakibatkan suatu keadaan tertentu yang melingkupi kematian, dan keadaan ini memengaruhi sikap seseorang dalam mengatasi rasa berduka cita. Seseorang



yang



kehilangan



karena



kematian



secara



mendadak



biasanya



menginginkan informasi secepatnya dan biasanya yang detail mengenai penyebab kematian, guna membantu orang yang kehilangan untuk segera merasakan kehilangan. Selain itu kematian yang mendadak bukan hanya tidak di duga-duga tetapi menyebabkan orang yang ditinggalkan tidak dapat menyelesaikan urusanurusan yang belum selesai dengan orang yang meninggal (Niven,2013) F. Pengertian Berduka Berduka adalah respon emosional yang dialami dalam fase awal kehilangan (Papalia, 2009). Berduka diartikan sebagai ketumpulan dan kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih, dan kesepian yang menyertai disaat kita kehilangan orang yang kita cintai (Santrock, 2012). G. Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.Peran perawat 9



adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. 1. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. 



Fase I (shock dan tidak percaya), Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.







Fase II (berkembangnya kesadaran), Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.







Fase III (restitusi), Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.







Fase IV, Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.







Fase V, Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.



2. Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut: a) Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.Pernyataan seperti “Tidak, tidak 10



mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien. b) Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan. c) Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain. d) Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. e) Penerimaan (Acceptance) Reaksi



fisiologi



menurun



dan



interaksi



sosial



berlanjut.Kubler-Ross



mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa. 3. Teori Martocchio Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan.Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun. 4. Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori: a) Penghindaran, pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya. 11



b) Konfrontasi, pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut. c) Akomodasi, pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kehilangan juga merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki (Suseno,



2004).Kematian



merupakan



berpisahnya



badan



dengan



jiwa



pada



manusia.Kematian merupakan kejadian menakutkan bagi kebanyakan orang, takut mengalami ataupun takut berada disekitar orang yang mengalami kematian bahkan setiap orang berusaha untuk menghindari semua jalan yang mendekatkan pada kematian (Hidayat, 2005).Berduka diartikan sebagai ketumpulan dan kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih, dan kesepian yang menyertai disaat kita kehilangan orang yang kita cintai (Santrock, 2012). B. Saran Kehilangan, kematian dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.Kita sebagai seorang perawat dapat bekerjasama dengan klien yang mengalami hal tersebut.Perawat dapat memberikan pemahaman agar klien dapat menerima dan memahami kehilangan.Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarganya yang mengalami kehilangan dan dukacita.Ketika merawat klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau bahkan kematian.



13



DAFTAR PUSTAKA Goldberg, M. 1985. Loss and Grief : Major Dynamics in the Treatment of Alcoholism. Alcoholism Treatment Quarterly. New York : The Haworth Press. Papalia. 2009. Human Development –Perkembangan Manusia-edisi 10 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC Santrock, J. W. 2012. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup-Edisi Ketigabelas jilid II. Jakarta : Erlangga. Uche, R.D. 2015. Attachment, Loss and Grief. Open Science Journal of Psychologi. Vol.2, No.4,pp,20-23. Wahdaniah. 2010. Konsep Kehilangan. http://wahdaniah-ns.blogspot.com/2010/10/konsepkehilangan.html. Diakses pada tanggal 16 November 2011.



14