Konsep Pencegahan Air Asam Tambang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep Pencegahan Air Asam Tambang (Bagian 1) ABFERTIAWAN Dec 6, 2011 • 3:12 pm2 Comments



Salah satu isu besar dalam kegiatan pertambangan yakni pembentukan air asam tambang (AAT). AAT adalah air yang berasal dari galian batuan yang bersifat asam dan tersingkap bersama logam-logam yang dulunya ada dibumi. Air asam tambang ini akan merembes kedalam sumber-sumber air, mengakibatkan kualitas pH yang rendah, peningkatan kadar logam terlarut dan terganggunya ekosistem mahluk hidup sekitarnya. AAT yang timbul akibat dari kegiatan pertambangan sangat berpengaruh negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan, terutama bila sudah masuk ke dalam sistem air permukaan, air bawah tanah serta tanah di sekitarnya. Berdasarkan dari hal tersebut di atas, prediksi keberadaan sumber dari AAT harus telah dilakukan sejak awal operasi sehingga upaya pencegahan dan pengelolaan penurunan kualitas lingkungan akibat AAT dapat dilakukan dengan baik.



Overburden Management Plan Upaya pencegahan AAT dapat dilakukan sejak tahapan eksplorasi (Gambar 1) dimana sampel dari lubang bor eksplorasi (drilling core) dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui karakteristik batuan penutup (overburden) yang akan digunakan sebagai data dalam pembuatan model geokimia (geochemical model). Dalam hal perencanaan penambangan yang terintegrasi, model geokimia menjadi tahapan awal yang penting guna mendapatkan berbagai informasi sebagai landasan dalam merencanakan tiap tahapan penambangan. Selain dari model cadangan batubara, model yang dapat dikembangkan yakni model persebaran batuan berpotensi membentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF) dan yang tidak berpotensi membentuk asam (Non acid forming/NAF). Model persebaran ini akan bermanfaat untuk mengetahui karakteristik dan volume batuan penutup. Sehingga dapat dilakukan perencanaan terhadap disain daerah penimbunan yang ditujukan untuk pencegahan air asam tambang.



Overburden management dalam upaya pencegahan air asam tambang di daerah timbunan. Penggunaan metode dry cover untuk memutus kontak material sulfida terhadap udara dan/atau air Pengelolaan batuan penutup dilakukan dengan melakukan pemisahan antara material PAF dan material NAF (selective dumping method). Pemisahan ini dilakukan untuk melakukan proses enkapsulasi sebagai salah satu metode pencegahan AAT. Pada prinsipnya enkapsulasi merupakan sebuah cara untuk memutus salah satu komponen dari proses pembentukan air asam tambang yakni menghindarikan material sulfida untuk kontak secara langsung dengan udara dan/atau air dengan memanfaatkan material NAF untuk mengisolasi material PAF. Metode ini sering disebut dengan Dry Cover (Gambar 2). Material PAF ditimbun terlebih dahulu yang akan ditutup dengan lapisan NAF dengan ketebalan tertentu untuk memutus kontak udara dan/atau air dengan material sulfida. Dengan mengetahui volume masing-masing material, maka akan mudah untuk mendisain geometri daerah penimbunan. Selanjutnya seluruh area akan kembali dilapisi oleh tanah sebagai media untuk melakukan reklamasi. Water Management Proses penambangan batubara pada umumnya menggunakan metode penambangan terbuka (open pit) dimana lapisan penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan menggunakan dump truck. Material tersebut akan di timbun di daerah waste dump yang sudah ditentukan baik di lokasi outside dump maupun lokasi backfilling. Penambangan dengan metode tambang terbuka ini akan memberikan dampak terhadap perubahan topografi di lokasi penambangan akibat adanya proses penggalian dan penimbunan. Hal ini tentu akan mempengaruhi kondisi hidrologi melalui perubahan catchment area. Pola aliran air permukaan akan mengalami perubahan yang akan mempengaruhi debit aliran pada sungai di catchment tersebut. Selain itu, terdapatnya material sulfida pada daerah timbunan akan berpotensi terhadap pembentukan air asam tambang yang akan berdampak pada kualitas aliran sungai.



Konsep Water Management di Pertambangan Oleh karena itu, water management menjadi bagian yang penting dalam upaya pencegahan terhadap pembentukan air asam tambang. Prinsip dari water management ini adalah bagaimana mengendalikan air dengan memisahkan air yang tercemar (air asam tambang) terhadap air yang masih berkualitas baik. Selain dari mengurangi beban pengolahan dari aliran air yang tercemar, upaya ini dapat mengisolasi daerah yang terganggu dengan daerah yang tidak terganggu. Perhatikan Gambar 1. Setidaknya ada 3 lokasi di area pertambangan yang memiliki potensi terhadap pencemaran air permukaan yakni daerah penambangan aktif, daerah disposal/penimbunan material penutup, dan instalasi pengolahan/pencucian batubara. Daerah penambangan aktif merupakan salah satu sumber pembentukan air asam tambang yang tidak dapat dihindari. Sehingga metode penanganan pada daerah aktif ini adalah melakukan pengolahan terhadap air asam tambang yang terbentuk (active treatment). Material sulfida yang berasal dari dinding pit penambangan akan kontak dengan air pada saat hujan terjadi , mengalir menuju sump pit untuk kemudian dipompa menuju ke sistem pengolahan.



Contoh konsep penanganan air dari area penambangan aktif di salah satu pertambangan



Pada umumnya, metode pengolahan aktif yang digunakan yakni melalui penambahan senyawa penetral kapur untuk menetralkan pH. Selain itu, terdapat pula kolam pengendap sebelum keluar ke badan air penerima. Pengendalian melalui sistem pengolahan aktif diharapkan dapat menjaga kualitas aliran yang berasal dari daerah terganggu sebelum masuk ke dalam badan sungai utama sehingga dapat sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Sedangkan daerah penimbunan (disposal area) adalah daerah kedua yang memiliki potensi besar pembentukan air asam tambang. Kondisi daerah disposal yang masih aktif akan menyebabkan material sulfida masih terekspos dan dengan bebas kontak dengan udara dan air pada saat hujan terjadi. Hal ini menyebabkan potensi pembentukan air asam tambang dengan debit aliran yang besar serta konsentrasi material erosi yang tinggi akan terjadi. Daerah timbunan tersebut harus dapat di isolasi agar aliran yang telah terkontaminasi tidak langsung masuk ke badan air secara langsung yang dapat menurunkan kualitas aliran air. Melalui pembangunan saluran-saluran di sekitar daerah timbunan, maka aliran air akan dapat dikendalikan. Hal ini juga dapat menghindari terjadinya erosi yang sering terjadi. Umumnya, daerah disposal aktif masih akan dilakukan pengolahan secara aktif dengan melakukan penambahan senyama kimia penetral. Hal ini dilakukan sampai pada proses reklamasi dilakukan dimana material PAF telah ditutup dengan material NAF dan tanah sebagai media tanam. Bersambung…. salam