KONSTIPASI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSTIPASI PENGERTIAN KONSTIPASI Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu. Tiap pengidap bisa mengalami konstipasi dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Ada yang mengalaminya untuk waktu singkat dan ada juga yang jangka panjang atau kronis. Konstipasi kronis biasanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari.



PATOFISIOLOGI Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak. Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi). Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahanlahan dan malas, menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama. Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal. Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja. Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi



lebih sering terjadi retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare. Akibat dari konstipasi Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid. Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “ hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis. ETIOLOGI Penyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diit, kelainan anatomi, kelainan endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan ikat, obat, dan gangguan psikologi), konstipasi fungsional (konstipasi biasa, “Irritabel bowel syndrome”, konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa dilatasi kolon , obstruksi intestinal kronik, “rectal outlet obstruction”, daerah pelvis yang lemah, dan “ineffective straining”), dan lain-lain (diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah, neuropati, Parkinson, dan skleroderma). A. Konstipasi sekunder 1.Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk, kurang olahraga. 2.Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses perineum, megakolon. 3.Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan kehamilan. 4.Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier. 5.Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue disease”. 6.Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen, diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan stimulans jangka panjang. 7.Gangguan psikologi (depresi).



B. Konstipasi fungsional = kontipasi simple atau temporer 1.Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi. 2.“Irritabel bowel syndrome” 3.Konstipasi dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarektum” 4.Konstipasi tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation” 5.Obstruksi intestinal kronik. 6.“Rectal outlet obstruction” : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi. 7.Daerah pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele. 8.Mengejan yang kurang efektif (“ineffective straining”) C. Penyebab lain 1.Diabetes mellitus 2.Hiperparatiroid 3.Hipotiroid 4.Keracunan timah (“lead poisoning”) 5.Neuropati 6.Penyakit Parkinson 7.Skleroderma 8.Idiopatik : 9.Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.(ipd) Pola Hidup Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan penyebab tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang rendah serat, seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan makanan yang kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka biasanya kurang berminat untuk makan, dan lebih senang memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses dengan kadar serat yang rendah. Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces sehingga feces mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang cukup, kirakira 8 liter per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti kopi dan kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan konstipasi. urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun belum diketahui dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada orang sakit yang melakukan istirahat yang panjang. Irritable Bowel Syndrome (IBS) Beberapa penderita IBS mengalami spasme pada colon yang akan mempengaruhi peristaltik usus dan proses pengeluaran feces. Konstipasi dan diare muncul bergantian, kram perut dan kembung merupakan gejala yang paling sering muncul.



Perubahan kegiatan rutin (Kehamilan, Proses penuaan, Travelling) Terjadinya konstipasi pada masa kehamilan mungkin disebabkan karena perubahan hormonal dan uterus yang membesar menekan usus. Proses penuaan menyebabkan menurunnya proses metabolisme pada intestinal dan pada tonus otot. Orang sering mengalami konstipasi ketika melakukan perjalanan disebabkan oleh perubahan pola diet normal harian yang biasanya dikonsumsi.



Penyebab dan Faktor Risiko Konstipasi



Konstipasi atau sembelit merupakan penyakit yang sangat umum dan bisa diderita oleh siapa saja. Meski demikian, penyakit ini dua kali lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria, terutama pada masa kehamilan. Lansia juga termasuk kelompok orang yang lebih sering mengalaminya. Penyebab konstipasi pada seseorang bisa lebih dari satu faktor. Misalnya, kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan pola makan, serta kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar, efek samping obat-obatan, dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Sementara pada anak-anak, pola makan yang buruk, rasa cemas saat menggunakan toilet, dan masalah saat latihan menggunakan toilet bisa menjadi penyebab konstipasi.



Langkah Pengobatan Konstipasi



Perubahan pola makan dan gaya hidup merupakan langkah utama dalam mengobati konstipasi. Langkah-langkah tersebut meliputi: 



Meningkatkan konsumsi serat per hari secara bertahap.







Mengonsumsi lebih banyak air putih.







Lebih sering berolahraga.



Jika perubahan sederhana pada pola makan dan gaya hidup tidak bisa membantu, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Setelah mendiagnosis kondisi Anda, dokter umumnya akan memberikan obat pencahar untuk melancarkan proses buang air besar. Langkah ini biasanya efektif, tapi tubuh Anda membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membiasakan diri dengan proses buang air besar secara rutin.



Pencegahan dan Komplikasi Konstipasi



Di samping mengubah pola makan dan gaya hidup, Anda juga bisa mengurangi risiko konstipasi dengan tidak mengabaikan keinginan untuk ke toilet dan mengatur jadwal buang air besar agar bisa dilakukan dengan leluasa dan nyaman. Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi. Namun jika dialami dalam jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan hemoroid atau wasir, impaksi feses (menumpuknya tinja kering dan keras di rektum), sobeknya kulit pada anus, serta prolaps rektum (sebagian usus yang mencuat keluar dari anus akibat mengejan).



Faktor-faktor risiko Apa yang meningkatkan risiko saya untuk sembelit atau konstipasi? Beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan sembelit adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Orang yang berusai lanjut Wanita Hamil Kurang konsumsi serat atau dehidrasi Kurang beraktivitas (biasanya pekerja kantoran) Kelebihan berat badan atau obesitas Mengonsumsi obat yang dapat menyebabkan sembelit seperti obat anti nyeri, obat tidur, atau obat darah tinggi.



GEJALA KONSTIPASI Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu). Sementara sejumlah tanda-tanda umum yang menyertai gejala utama meliputi: 1. Harus mengejan saat buang air besar. 2. Proses buang air besar terasa tidak tuntas. 3. Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.



4. Ukuran tinja bisa besar atau sangat kecil. 5. Terasa ada yang mengganjal pada rektum. 6. Sakit dan kram perut, terutama pada perut bagian bawah. 7. Perut terasa kembung. 8. Mual. 9. Tidak nafsu makan. Periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala konstipasi disertai kelelahan, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, mual, muntah, serta pendarahan pada rektum. Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi ada beberapa gejala lain yang mungkin akan dialami oleh anak-anak dan bayi, seperti sering mengeluarkan bercak-bercak di celana karena tinja yang menumpuk di rektum, tinja atau kentut berbau busuk, serta cenderung terlihat lemas, rewel atau murung. Segera bawa anak Anda ke dokter jika mengalami konstipasi. Penanganan dengan obat pencahar untuk anak sering dianjurkan oleh dokter.



PENYEBAB KONSTIPASI



Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Akibat banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak, sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering. Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terkadang terjadi secara bersamaan. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi: 1. Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum. 2. Kurang aktif dan jarang melakukan olahraga. 3. Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.



4. Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet. 5. Kekurangan atau kelebihan berat badan. 6. Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi. 7. Penyakit atau kondisi medis lain, misalnya diabetes, prolaps rektum, penyumbatan atau penyempitan usus, kanker usus besar, stroke, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, hipotiroidisme, serta hipertiroidisme. 8. Efek samping obat-obatan tertentu, contohnya suplemen kalsium, suplemen zat besi, antasida yang mengandung aluminium, obat diuretik, analgesik yang mengandung opium (seperti kodein dan morfin), antidepresan, antiepileptik untuk pengobatan epilepsi, serta antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya. Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut. 9. Konstipasi Pada Bayi dan Anak-anak



10. Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah: 11. Pola makan yang buruk, misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih, atau kurang asupan seratnya. 12. Sering menahan keinginan buang air besar, contohnya karena terlalu asyik bermain. 13. Merasa tertekan saat latihan menggunakan toilet, misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati. 14. Perubahan rutinitas, seperti cemas karena hari pertama masuk sekolah. 15. Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet, contohnya karena trauma saat latihan. 16. Adanya kelainan, misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.



17. Konstipasi dan Kehamilan 18. Konstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormon progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.



DIAGNOSIS KONSTIPASI



Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Riwayat kesehatan Anda juga akan menjadi faktor yang dapat membantu proses diagnosis oleh dokter. Sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis meliputi apakah Anda perlu mengejan lebih lama tiap buang air besar, frekuensi buang air besar yang kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan apabila Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak). Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah atau tidak kunjung sembuh meski sudah menjalani penanganan, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya: 1. Rontgen perut. 2. Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum. 3. Kolonoskopi. 4. CT scan. 5. Tes darah guna memeriksa kadar hormon dalam tubuh, terutama hormon tiroid.



Pengobatan Konstipasi Menurut Herawati (2012), pengobatan konstipasi pada ibu hamil dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu terapi non obat dan terapi obat.



a. Terapi non abat Pada umumnya, konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi dengan melakukan penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup. Makanan kaya serat (30-35%), misalnya gandum, buah-buahanan dan sayuran dapat meringankan konstipasi.



Namun , mengkomsumsi makanan kaya serat dalam jumlah besar secara tiba-tiba dapat menyebabkan perut terasa tidak enak dan kembung. Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan secara teratur dan minum air dalam jumlah cukup (6-8 gelas/hari). Perubahan gaya hidup, misalnya: olahraga teratur dapat memperbaiki saluran cerna.



b. Terapi obat Obat pencahar digunakan apabila konstipasi tidak dapat diatasi dengan penyesuaian jenis makanan dan perubahan gaya hidup saja. Kriteria obat pencahar yang boleh diberikan kepada ibu hamil adalah: 1. 2. 3. 4.



Efektif, Tidak diserap oleh saluran cerna, Tidak teratogenik ( tidak menyebabkan cacat pada janin ), dan Dapat ditoleransi dengan baik ( tidak menimbulkan efek samping pada ibu dan janin ).



Terdapat beberapa golongan obat pencahar, antara lain: obat pencahar osmotik, pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencahar pilihan untuk ibu hamil adalah hanya digunakan secara terbatas hanya jika konstipasi tidak dapat diatasi dengan obat pencahar osmotik.



Pencahar Sebelum menganjurkan penggunaan pencahar, penting untuk dipastikan bahwa pasien mengalami konstipasi dan konstipasi tersebut bukan merupakan gejala sekunder dari keluhan yang tidak terdiagnosis. Penting juga dipahami oleh mereka yang mengeluh konstipasi bahwa frekuensi buang air besar bisa bervariasi tanpa mengakibatkan bahaya. Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi yang kurang dari biasanya. Hal ini perlu dijelaskan kepada pasien. Salah pengertian terhadap kebiasaan buang air besar tersebut umumnya memicu penggunaan pencahar secara berlebihan. Penyalahgunaan pencahar dapat menyebabkan hipokalemia. Karena itu, pencahar sebaiknya dihindari kecuali peregangan yang terjadi dapat memperberat penyakit (seperti angina) atau meningkatkan risiko pendarahan rektum (misalnya hemoroid). Pencahar juga bermanfaat untuk obat yang menginduksi konstipasi, untuk pengeluaran parasit setelah pemberian obat kecacingan, dan untuk membersihkan saluran cerna sebelum proses pembedahan atau radiologi. Terapi konstipasi jangka panjang kadang kala diperlukan. Anak. Penggunaan pencahar pada anak sebaiknya dihindari kecuali diresepkan oleh dokter yang ahli dalam tata laksana konstipasi pada anak. Buang air besar yang jarang mungkin normal pada bayi yang masih menyusu atau akibat kurangnya masukan cairan atau serat. Penundaan buang air



besar lebih dari 3 hari dapat meningkatkan rasa nyeri saat pengeluaran tinja yang keras sehingga mengakibatkan fisura ani dan kejang anus, sampai kebiasaan menahan buang air besar. Jika peningkatan asupan cairan dan serat tidak cukup memadai, pencahar osmotik seperti laktulosa atau pembentuk massa tinja seperti metilselulosa mungkin dapat digunakan. Jika terdapat bukti retensi feses yang ringan, penambahan suatu pencahar stimulan seperti senna mungkin membantu, tetapi dapat menyebabkan kolik atau dengan adanya tinja yang terkumpul dalam rektum akan meningkatkan laju keluarnya tinja. Rujukan ke rumah sakit mungkin diperlukan kecuali bila anak tersebut mampu mengeluarkan tinja secara spontan. Di rumah sakit, penggunaan makrogol oral atau penggunaan enema atau supositoria dapat mengeluarkan tinja, tetapi penggunaan sediaan rektal pada anak-anak sering membuat stress dan dapat menyebabkan penahanan buang air yang berkepanjangan. Di rumah sakit, enema dapat diberikan di bawah sedasi yang dalam atau sebagai penggantinya dapat dicoba larutan pembersih usus. Pada kasus yang berat atau bila anak merasa takut, pengosongan manual di bawah anestesi mungkin lebih sesuai. Penggunaan pencahar stimulan jangka panjang seperti senna atau natrium pikosulfat diperlukan untuk mencegah kambuhnya pengumpulan feses yang keras. Para orang tua harus didorong untuk menggunakannya secara teratur selama berbulan-bulan; penggunaan yang terputus mungkin dapat menyebabkan kekambuhan. Wanita hamil Jika perubahan pola makan dan pola hidup gagal menangani konstipasi pasca kehamilan, dosis sedang pencahar yang tidak diabsorbsi dapat digunakan. Pencahar pembentuk massa tinja sebaiknya dicoba lebih dahulu. Pencahar osmotik, seperti laktulosa, dapat juga digunakan. Jika diperlukan efek stimulan dapat diberikan bisakodil atau senna.



OBAT KONSTIPASI Pembentuk Massa Feses Pencahar pembentuk massa feses meringankan konstipasi dengan cara meningkatkan massa feses yang merangsang peristaltik. Efeknya baru terlihat dalam beberapa hari, oleh karena itu pasien perlu diberitahu akan hal ini. Pencahar pembentuk massa bermanfaat khususnya pada kasus konstipasi dengan feses yang sedikit dan keras, tetapi sebenarnya tidak diperlukan kecuali bila asupan serat dalam makanan tidak dapat ditingkatkan. Diet yang seimbang, termasuk asupan cairan dan serat yang cukup, bermanfaat dalam mencegah konstipasi. Pencahar pembentuk massa bermanfaat dalam penanganan pasien dengan kolostomi, ilestomi, hemoroid, fisura ani, diare kronis akibat penyakit divertikular, irritable bowel syndrome, dan sebagai tambahan dalam kolitis ulseratif (lihat 1.5). Asupan cairan yang cukup harus dipertahankan untuk menghindari obstruksi usus. Serat merupakan sediaan pembentuk massa yang paling efektif. Metilselulosa juga bekerja sebagai pelunak feses.



Monografi:



ISPAGHULA SEKAM Indikasi: konstipasi Peringatan: asupan cairan yang cukup harus dipertahankan guna menghindari obstruksi usus. Mungkin perlu mengawasi pasien lansia atau yang lemah, atau pasien dengan penyempitan usus atau motilitas berkurang. Kontraindikasi: kesulitan menelan, obstruksi usus, atoni kolon Efek Samping: perut kembung, penegangan perut, obstruksi saluran cerna, hipersensitivitas Dosis: 1 sachet sehari dalam 1 gelas air dalam dosis terbagi 1-3 kali sehari sebelum atau sesudah makan; Anak. di atas 6 tahun, setengah dosis dewasa atau kurang. Saran: sediaan ini mengembang bila kena air, maka harus hati-hati waktu menelan dengan air dan tidak boleh diberikan segera sebelum tidur.



Stimulan Pencahar stimulan meliputi bisakodil dan obat golongan antrakuinon, misalnya sena dan dantron. Indikasi dantron terbatas karena potensi karsinogenik obat dan adanya bukti genotoksisitas. Stimulan kuat seperti kaskara (antrakuinon) dan minyak jarak saat ini sudah tidak digunakan lagi. Natrium dokusat bekerja sebagai stimulan dan pelunak feses. Pencahar stimulan bekerja dengan cara meningkatkan motilitas usus dan sering kali menyebabkan kram perut. Tidak boleh digunakan pada obstruksi usus. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan diare dan efek terkait seperti hipokalemia, namun penggunaan jangka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan tertentu (lihat bagian 1.6 untuk penggunaan pencahar stimulan pada anak). Supositoria gliserol bekerja sebagai stimulan rektal berdasarkan aksi kerja gliserol sebagai iritan ringan. Parasimpatomimetik betanekol, distigmin, neostigmin dan piridostigmin (lihat 7.4.1 dan 10.2.1) meningkatkan aktivitas parasimpatik pada usus dan meningkatkan motilitas usus. Obat-obat ini tidak boleh digunakan bila obstruksi usus terjadi oleh sebab organik dan segera setelah anastomosis usus. Monografi:



BISAKODIL Indikasi: konstipasi, tablet bekerja dalam 10-12 jam, supositoria bekerja dalam 20-60 menit; sebelum prosedur radiologi dan bedah. Peringatan: lihat keterangan pada pencahar stimulan Kontraindikasi: lihat keterangan pada pencahar stimulan, bedah perut akut, inflammatory bowel disease akut, dehidrasi berat. Efek Samping: lihat keterangan pada pencahar stimulan; tablet: gripping; supositoria, iritasi lokal. Dosis: oral: untuk konstipasi, 5-10 mg malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20 mg; anak-anak (lihat juga 1.6) di bawah 10 tahun 5 mg. Rektum: dalam supositoria untuk konstipasi, 10 mg pada pagi hari; anak-anak (lihat 1.6) di bawah 10 tahun 5 mg. Sebelum prosedur radiologi dan bedah, 10 mg oral sebelum tidur malam selama 2 hari sebelum pemeriksaan dan jika perlu supositoria 10 mg 1 jam sebelum pemeriksaan; anak-anak setengah dosis dewasa.



DANTRON Indikasi: hanya untuk konstipasi pada pasien dengan sakit yang parah, pada semua usia Peringatan: lihat catatan pada pencahar stimulant; hindari kontak lama pada kulit (risiko iritasi dan ekskoriasi); hindari pada kehamilan dan menyusui; studi pada roden menunjukkan risiko karsinogenik. Kontraindikasi: lihat catatan pada pencahar stimulan. Efek Samping: lihat catatan pada pencahar stimulan; urine mungkin berwarna merah. Dosis: dewasa, 25-75 mg sebelum tidur; anak-anak 25 mg sebelum tidur.



GLISEROL Indikasi: konstipasi



NATRIUM DOKUSAT (NATRIUM DIOKTIL SULFOSUKSINAT) Indikasi: konstipasi (sediaan oral bekerja dalam 1-2 hari); tambahan pada prosedur radiologi abdomen. Peringatan: lihat keterangan pada pencahar stimulan; jangan diberikan bersama parafin cair; sediaan rektal tidak diindikasikan jika ada hemoroid atau fisura; wanita hamil (lihat lampiran 4), wanita menyusui (lihat lampiran 5). Kontraindikasi: lihat keterangan pada pencahar stimulan; Efek Samping: lihat keterangan pada pencahar stimulan; Dosis: oral, konstipasi sampai dengan 500 mg sehari dalam dosis terbagi. Dengan barium 400 mg.



NATRIUM PIKOSULFAT Indikasi: konstipasi, pengosongan usus sebelum prosedur radiologi abdomen, endoskopi dan bedah. Peringatan: lihat keterangan pada pencahar stimulan, inflammatory bowel disease akut (hindari bila fulminan), wanita menyusui (lihat Lampiran 5) Kontraindikasi: lihat keterangan pada pencahar stimulan, dehidrasi berat. Efek Samping: lihat keterangan pada pencahar stimulan Dosis: dewasa, 5-15 mg malam hari; anak-anak 2-5 tahun 2,5 mg, 5-10 tahun 2,5-5 mg



Pencahar stimulan lain Sediaan kaskara, frangula, rhubarb (kelembak) dan sena, aloe dan lain-lain yang tidak dibakukan sebaiknya dihindari karena kerja pencaharnya tidak dapat diperkirakan.



Pelunak Feses Parafin cair (pelicin klasik) menunjukkan beberapa risiko penggunaan (lihat di bawah). Pencahar pembentuk masa feses (lihat 1.6.1) dan zat pembasah surfaktan non-ionik seperti natrium dokusat (lihat 1.6.2) juga bersifat melunakkan feses. Obat-obat semacam itu bermanfaat pada pemberian secara oral untuk prosedur hemoroid dan fisura. Gliserol (lihat 1.6.2) digunakan secara rektal. Enema yang mengandung minyak kacang melumas dan melunakkan feses serta meningkatkan gerakan usus. Monografi: PARAFIN CAIR Indikasi: konstipasi Peringatan: hindari penggunaan jangka panjang Kontraindikasi: anak usia di bawah 3 tahun. Efek Samping: tirisan (rembesan) anal parafin menyebabkan iritasi anal setelah penggunaan jangka panjang, reaksi granulomatosa disebabkan oleh absorpsi sedikit parafin cair (terutama dari emulsi), pnemonia lipoid dan gangguan absorpsi vitamin-vitamin larut lemak. Dosis: 10 mL pada malam hari bila perlu Saran: tidak boleh digunakan sebelum tidur Pencahar Osmotik Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan dalam usus secara osmosis atau dengan mengubah penyebaran air dalam feses.



Laktulosa adalah disakarida semisintetik yang tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Senyawa ini menyebabkan diare osmotik dengan pH feses yang rendah dan mengurangi proliferasi organisme penghasil amonia. Karena itu laktulosa bermanfaat dalam pengobatan ensefalopati hepatik. Laktitol merupakan disakarida sejenis. Makrogol merupakan polimer etilen glikol inert yang memerlukan cairan di usus besar. Pemberian cairan dengan makrogol dapat menurunkan efek dehidrasi yang terkadang ditemukan pada pencahar osmotik. Garam purgatif seperti magnesium hidroksida bermanfaat untuk penggunaan sesekali, asupan cairan yang cukup sebaiknya dipertahankan. Garam magnesium bermanfaat bila diperlukan pengosongan usus yang cepat. Garam natrium sebaiknya dihindari karena pada individu yang peka dapat menimbulkan retensi air dan natrium. Enema fosfat bermanfaat untuk membersihkan usus besar sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan pembedahan. Monografi: GARAM MAGNESIUM Indikasi: konstipasi (magnesium hidroksida), pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi endoskopi dan bedah (magnesium sulfat) Peringatan: gangguan ginjal (risiko penumpukan magnesium); gangguan hati; lansia dan pasien yang lemah Interaksi: lihat Lampiran 1 (garam magnesium) Kontraindikasi: kondisi penyakit saluran cerna akut Efek Samping: kolik Dosis: magnesium hidroksida: jika perlu 2-4 g sebagai 8% suspensi dalam air; magnesium sulfat: 5-10 g dengan segelas air penuh sebelum makan pagi atau pada saat perut kosong (bekerja dalam 2-4 jam) LAKTULOSA Indikasi: konstipasi (bekerja dalam waktu 48 jam), ensefalopati hepatik (ensefalopati sistemik portal)



Peringatan: intoleransi laktosa Kontraindikasi: galaktosemia, obstruksi usus Efek Samping: kembung, kram dan perut terasa tidak enak Dosis: konstipasi, mula-mula 10 g dua kali sehari kemudian disesuaikan menurut kebutuhan pasien; anak-anak (lihat juga 1.4) di bawah 1 tahun 1,5 g dalam 25 mL larutan, 1-5 tahun 3 g dalam 5 mL larutan, 5-10 tahun 2 kali sehari. Ensefalopati hepatik, 20-30 g 3 kali sehari kemudian disesuaikan sampai feses menjadi lunak, 2-3 kali sehari. Saran: serbuk dapat ditaruh di atas lidah dan dibasuh dengan air atau cairan lain atau ditebarkan pada makanan, atau dicampur dengan air atau cairan lain sebelum ditelan. Larutan Pembersih Usus Larutan pembersih usus digunakan sebelum pembedahan kolon, kolonoskopi, atau pemeriksaan radiologi untuk memastikan usus bebas dari feses. Larutan pembersih usus bukan merupakan terapi untuk mengatasi konstipasi.



Hati-Hati Dengan Tindakan Pembersihan Usus Besar Salah satu organ tubuh yang penting dalam proses pencernaan adalah usus besar. Belakangan ini, untuk menjaga kondisi usus besar, banyak dikenal praktik pembersihan usus besar atau colon cleanser. Bagaimana tinjauan medisnya? Awalnya, pembersihan usus besar dilakukan sebagai persiapan prosedur medis, seperti kolonoskopi. Hanya saja saat ini, pembersihan tersebut banyak digunakan untuk tujuan lain yaitu detoksifikasi. Meski sebenarnya hal itu dianggap tidak perlu, karena sistem pencernaan mampu membuang bakteri dan sisa makanan dari tubuh.



Metode yang Digunakan Ada beberapa metode dari pembersihan usus besar seperti mengonsumsi suplemen herbal atau obat bebas yang memiliki efek laksatif, dan melakukan praktik pembersihan usus atau enema yang dilakukan dengan bantuan terapis khusus. Enema merupakan sebutan pembersihan usus yang biasa dilakukan dengan mengalirkan cairan ke dalam usus besar melalui anus. Prosedur yang dilakukan hampir sama, hanya saja umumnya menggunakan bantuan mesin modern dan air, dilakukan oleh terapis. Prosedur enema dan pembersihan usus besar dengan mesin tidak banyak berbeda. Selama praktik tersebut, Anda harus berbaring. Kemudian, memasukkan beberapa liter air melalui selang kecil yang dimasukkan ke dalam anus. Untuk tindakan dengan bantuan mesin, maka selang kecil itu akan terhubung dengan pompa tekanan rendah. Saat air di dalam usus besar, maka akan dibiarkan beberapa saat. Jika Anda dibantu terapis, kemungkinan ia akan membantu memijat bagian perut. Terakhir, air dikeluarkan sebagaimana Anda buang air besar seperti biasa. Tekanan air dan suhu yang digunakan biasanya beragam, serta bisa dikombinasikan dengan enzim, herbal, kopi atau probiotik. Ada baiknya meminta penjelasan terlebih dahulu mengenai faktor keamanan bahan-bahan tersebut.



Risiko Pembersihan Usus Besar Tujuan utama dari pembersihan usus besar yaitu untuk membantu mengeluarkan isi usus besar. Namun yang harus diperhatikan, faktor keamanan dan manfaat pembersihan usus besar belum diakui secara medis. Menurut beberapa penelitian, reaksi tubuh untuk menyerap cairan selama prosedur dilakukan kemungkinan memiliki efek yang merugikan tubuh. Misalnya, mengganggu penyerapan nutrisi oleh tubuh, infeksi parasit, pembentukan abses pada saluran pencernaan, terjadi lubang kebocoran pada usus besar dan dubur, hingga terjadinya gagal jantung akibat ketidakseimbangan elektrolit. Selain itu, setelah praktik pembersihan usus tersebut, ada beberapa efek yang dapat dirasakan antara lain mual, muntah, kram, pusing akibat dehidrasi, ketidakseimbangan mineral, serta kemungkinan terganggunya penyerapan obat.



Gunakan Enema Kopi Untuk Membersihkan Usus Enema kopi adalah cara mengobati suatu penyakit dengan jalan membersihkan usus, yaitu memasukkan ekstrak kopi ke dalam dubur. Cara ini telah dilakukan sejak dulu dan dianggap memiliki efek positif pada saluran gastrointestinal (saluran pencernaan). Enema kopi juga dikatakan bermanfaat sebagai penanganan medis bagi pasien TB dan pasien kanker. Kafein pada ekstrak kopi yang dimasukkan ke dubur akan melewati otot polos pada usus kecil dan menyebar hingga ke hati. Sifatnya dipercaya dapat membersihkan racun dan bekerja menstimulasi hati. Beberapa pengobatan alternatif juga menggunakan metode ini sebagai proses pembersihan zat sisa tumor dan memiliki efek antikanker. Meski teknik ini dianggap efektif, namun sayangnya belum ada penelitian medis yang membenarkan hal tersebut.



Pada dasarnya, enema kopi diartikan sebagai kegiatan pembersihan usus. Selama ini, pembersihan usus dianggap penting sebab racun-racun pada saluran pencernaan dianggap dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti asma, alergi, dan artritis. Maka dari itu, pembersihan usus ditujukan untuk menghindarkan tubuh dari serangan penyakit-penyakit tersebut. Meskipun begitu, prosedur ini juga oleh beberapa orang



dirasa tidak diperlukan, karena saluran pencernaan dipercaya dapat membersihkan dirinya sendiri. Risiko Enema Kopi Meskipun dipercaya memiliki banyak manfaat, enema kopi tidak sepenuhnya aman. Pembersihan usus dapat mengakibatkan efek samping ringan, seperti kembung, kram, mual, serta muntah. Efek samping lain yang lebih berat juga dapat terjadi, seperti risiko dehidrasi, lubang di dinding anus dan infeksi. Bahkan, ada kaitan antara enema kopi dengan pembersihan usus yang mungkin saja menyebabkan kematian. Melakukan Enema Kopi di Rumah Meski Anda dapat melakukan enema kopi sendiri di rumah, namun tetap diperlukan persiapan agar tindakan ini dapat dilakukan dengan aman. Berikut ini persiapan dan langkah-langkah dalam melakukan enema kopi di rumah. 



Pilih dan luangkan waktu yang cukup karena melakukan enema kopi tidak boleh terburu-buru. Untuk enema kopi sebaiknya dilakukan setelah buang air besar.







Kosongkan kandung kemih Anda untuk menghindari ketidaknyamanan.







Siapkan kantong enema. Wadah ini bisa dibeli di apotek.







Siapkan cairan enema, Anda dapat membuatnya sendiri dengan takaran yang bisa ditanyakan kepada dokter atau membeli cairan enema di apotek.







Letakkan lembaran plastik sebagai alas berbaring untuk mengantisipasi jika cairan keluar sebelum sempat ke toilet.







Cuci kantong enema dengan sabun kemudian isi dengan cairan enema. Jangan menggunakan kantong enema secara bergantian.







Saat mengisi kantong enema, pastikan tidak ada udara yang ikut masuk, termasuk pada selangnya. Campurkan kopi bila dokter menyarankan dengan air hangat di dalam kantong. Udara yang ikut masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kram.







Gantungkan kantong enema di tempat yang lebih tinggi dari tubuh sehingga dapat mengalirkan cairan enema dengan lancar.







Siapkan tabung enema. Tandai tabung untuk memastikan Anda tidak memasukkan tabung rektum (dubur) lebih dari empat inci.







Beri pelumas pada ujung tabung untuk memudahkan proses memasukkan.







Berbaringlah pada sisi kiri tubuh dengan kedua kaki ditekuk dan lutut ditempelkan ke dada. Posisi tersebut akan melancarkan cairan ke dubur sehingga cairan masuk lebih banyak dan lebih jauh. Letakkan lengan kiri di bawah kepala Anda sebagai bantalan kepala.







Masukkan tabung enema perlahan-lahan melalui dubur, kira-kira sedalam 3,5 inci. Untuk mempermudah memasukkan tabung, Anda dapat mengejan seperti akan buang air besar ketika tabung dimasukkan. Jika tabung tidak dapat masuk, jangan dipaksakan. Segera konsultasikan kepada dokter bila kamu tidak dapat memasukkan tabung enema.







Biarkan cairan enema masuk ke dubur. Hindari terjadinya cairan yang mengalir kembali ke dalam kantong enema. Atur napas selama cairan masuk ke rektum. Jika Anda mengalami kram, tutup klep tabung untuk menghentikan aliran sementara. Saat sudah nyaman, alirkan kembali.







Ketika seluruh cairan sudah masuk, pertahankan posisi miring ke kiri selama 10 menit. Setelah itu ambil posisi telentang selama 10 menit dan akhiri dengan posisi miring ke kanan selama 10 menit. Hal ini bertujuan untuk membantu enema kopi berpindah ke usus besar. Kemudian pergilah ke toilet untuk menuntaskan proses enema kopi.



Agar terhindar dari risiko-risiko dan efek samping enema kopi, sebaiknya Anda hanya melakukan hal ini jika sudah berkonsultasi kepada ahli medis, terutama bila Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu karena suatu penyakit. Perhatikan pula untuk menggunakan alat sekali pakai, mengetahui dengan pasti mengenai bahan dan takaran kopi (atau bahan herba lainnya) yang digunakan, dan tetap mengonsumsi cairan agar tidak mengalami dehidrasi.



Waspada Kondisi Tertentu Tindakan pembersihan usus besar harus dihindari pada kondisi tertentu seperti menderita radang kronis pada usus besar atau kolitis ulseratif, divertikulitis, penyakit Crohn, wasir yang parah, dan tumor pada usus besar. Selain itu, proses ini juga disarankan untuk dihindari oleh Anda yang baru saja melakukan operasi usus.



Untuk penderita penyakit ginjal atau jantung, proses pembersihan usus ini harus melalui persetujuan dan pengawasan dokter. Harus Diperhatikan Sebelum memutuskan untuk melakukan pembersihan usus besar, disarankan berkonsultasi kepada dokter. Penderita penyakit seperti ginjal atau jantung, harus lebih waspada terhadap praktik ini. Perhatikan bahan-bahan herbal alami serta jumlah yang akan digunakan untuk proses pembersihan usus besar. Periksa faktor keamanannya terlebih dahulu. Jangan sampai menggunakan alat tidak bersih. Terus konsumsi cairan untuk menghindari tubuh mengalami dehidrasi, bahkan saat Anda masih dalam proses pembersihan usus besar Jaga kesehatan saluran pencernaan dengan konsumsi serat dan minum air putih yang cukup. Tindakan pembersihan usus besar dianjurkan melalui konsultasi dokter. Jika memang diperlukan, lakukan pembersihan ini dengan bantuan terapis yang terlatih dan memiliki izin praktik.



Tipe-tipe enema Untuk Detoks Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya: cleansing (membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulence), retensi (menahan), dan mengembalikan aliran. Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau dengan meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu high enema (huknah tinggi) dan low enema (huknah rendah). High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema.; oleh karena itu wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit. Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian. Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60180ml. Retention enema: dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya feses. Enema yang mengembalikan aliran, kadang–kadang mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektum dan pengaliran cairan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus mungkin diminta oleh dokter. Pemberian enema merupakan prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utamanya adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotonik. Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan phosphate dari beberapa enema siap pakai menyebabkan sedikit iritasi pada membran mukosa menyebabkan cairan tertarik ke dalam kolon dari jaringan sekitar. Proses ini disebut osmosis. Karena hanya sebagian kecil cairan yang diambil, rasa nyaman tertahan untuk 5-7 menit dan secara umum di luar dari manfaat ini. Bagaimanapun, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada anak di bawah 2 tahun larutan ini bisa menyebabkan hypokalsemia dan hyperphosphatemia. Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air. Untuk aliran ini, beberapa agency kesehatan membatasi pemberian enema berbentuk kran. Ini adalah perhatian yang istimewa ketika permintaan pemasangan enema sampai kembali



bersih harus jelas, contohnya pemeriksaan pendahuluan visual usus besar. Larutan hipotonik juga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien dengan penurunan fungsi ginjal atau gagal jantung akut. Pengkajian Pengkajian pasien dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif melalui interview dan pemeriksaan fisik terutama yang berkaitan dengan saluran cerna, pemeriksaan laboratorium dan radiology. Data subjektif Pengumpulan data berkaitan dengan riwayat eliminasi feses akan membantu perawat memastikan pola b.a.b pasien yang normal. Sebagian besar pengkajian riwayat keperawatan terdiri dari : 1. Pola defekasi Frekuensi dan waktu klien mengalami defekasi, apakah pola b.a.b berubah baru-baru ini, apakah pola b.a.b pernah berubah. Jika iya, apakah klien mengetahui faktor-faktor penyebabnya. 2. Pola tingkah laku Penggunaan laksatif, dan bahan-bahan yang sama yang mempertahankan pola b.a.b yang normal. Apa rutinitas yang dilakukan klien untuk mempertahankan pola defekasi yang biasa (contoh; segelas jus lemon panas ketika sarapan pagi atau jalan pagi sebelum sarapan). 3. Deskripsi feses Bagaimana klien mendeskripsikan fesesnya, termasuk warna, tekstur (keras, lembut, berair), bentuk, bau. 4. Diet Makanan apa yang dipercayai oleh klien yang dapat mempengaruhi proses defekasi, jenis makanan, porsi; Makanan yang selalu dia dihindari, pakah makanan tersebut dimakan secara teratur. 5. Cairan Berapa jumlah dan jenis asupan cairan setiap hari (contoh: 6 gelas air, 5 cangkir kopi). 6. Latihan Pola latihan seperti apa yang dilakukan klien setiap hari, frekuensi dan lamanya? 7. Obat-obatan Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi saluran intestinal (contoh: zat besi, antibiotika)



PENGOBATAN KONSTIPASI



Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk melancarkan pencernaan agar pengidap dapat buang air besar secara teratur (setidaknya sekali dalam 2-3 hari dan tanpa mengejan).Penanganan pertama untuk konstipasi yang sering dianjurkan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup, terutama peningkatan konsumsi serat. Tingkat kecukupan serat yang terkandung di dalam asupan makanan, seperti buah, sayur, serta gandum, akan berdampak pada kelancaran sistem pencernaan.



Apa saja pilihan pengobatan saya untuk sembelit atau konstipasi? Mengatasi sembelit ringan cukup mudah. Anda perlu mengubah gaya hidup Anda, seperti: 1. 2. 3. 4. 5.



Lebih banyak olahraga (minimal beberapa kali dalam seminggu) Minum lebih banyak air (1,5 sampai 2 liter per hari) Konsumsi lebih banyak serat Konsumsi lebih banyak buah atau sayuran, seperti bayam, pepaya atau pisang. Jika mengubah gaya hidup atau makanan Anda tidak berpengaruh, Anda dapat mengkonsumsi obat laksatif (pelancar BAB) tanpa resep. Beberapa laksatif yaitu:



6. Suplemen serat, seperti Metamucil®, Fibercon®, Konsyl®, dan Citrucel®. Obat ini berisi psyllium, metilselulosa, yang membantu mempercepat keluarnya BAB. 7. Stimulan. Seperti bisacodyl. 8. Laksatif osmotik. Obat ini mengandung laktulosa, magnesium sitrat ata Fleet Enema®. 9. Lubrikan (pelumas). Laksatif ini berisi mineral yang membantu BAB Anda melewati usus besar lebih mudah. 10. Pelunak BAB. Laksatif ini membantu melunakkan BAB Anda. Terapi lain berupa latihan otot pinggang Anda untuk lebih rileks dan semakin kencang atau jika kasus berat, membutuhkan operasi.



Selain serat, ada juga beberapa langkah lain yang berguna dalam melancarkan sistem pencernaan tubuh kita. Langkah-langkah sederhana tersebut adalah: 1. Memperbanyak konsumsi air putih sehingga terhindar dari dehidrasi. 2. Hindari kafein karena dapat memicu dehidrasi. 3. Meningkatkan frekuensi olahraga, misalnya lari pagi atau sore tiap hari.



4. Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. 5. Coba letakkan lutut Anda pada posisi lebih tinggi dari pinggul pada saat buang air besar, misalnya saat duduk di toilet gunakan bangku kecil untuk meletakkan kaki.



6. Penanganan dengan Obat Pencahar



7. Apabila langkah penanganan awal kurang efektif, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan obat pencahar. Harap diingat bahwa selama menggunakan obat ini, Anda atau anak Anda disarankan mengonsumsi banyak air putih untuk menghindari dehidrasi. Obat pencahar ini akan melancarkan proses buang air besar dan tersedia dalam beberapa jenis, yaitu: 8. Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga feses akanmenjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja keluar. Contoh obat yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol. 9. Obat pencahar pembentuk tinja. Obat ini akan membuat tinja Anda mempertahankan cairan yang dikandung sehingga menjadi lunak dan dapat dikeluarkan dengan mudah. Oleh karena itu, penderita sebaiknya banyak minum air ketika menggunakan obat pencahar jenis ini. Sekam ispaghula dan metilselulosa adalah dua contoh obat pencahar pembentuk tinja yang sering diberikan oleh dokter. 10. Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang dan membantu otot saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah senna, bisacodyl dan sodium picosulphate.



11. Durasi penggunaan obat pencahar tergantung kepada tingkat keparahan konstipasi yang Anda alami. Jika mengalami konstipasi akibat obat atau penyakit lain, Anda mungkin harus mengonsumsi pencahar untuk waktu yang lebih lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dosisnya juga harus dikurangi secara bertahap dan satu demi satu apabila Anda menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat pencahar. Tapi bila konstipasi terjadi tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek, maka pencahar dapat segera dihentikan ketika feses sudah lunak dan mudah dikeluarkan. 12. Obat pencahar juga dapat digunakan oleh ibu hamil, karena sebagian besar obat ini tidak diserap oleh sistem pencernaan sehingga tidak akan berdampak pada janin. Pencahar yang aman untuk masa kehamilan adalah pencahar osmotik laktulosa dan macrogol. Jika keduanya tidak efektif, dokter akan menganjurkan bisacodyl atau senna (pencahar stimulan) dosis rendah. Tetapi senna tidak cocok untuk diminum pada masa kehamilan trimester ketiga, karena sebagian obat ini akan terserap oleh sistem pencernaan.



13. Penanganan Konstipasi Pada Bayi



14. Langkah penanganan untuk bayi tergantung pada apakah bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat atau belum. 15. Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi Anda mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa Anda lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya. 16. Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah bercampur air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, apel, alpukat, kiwi, pisang, mangga, stroberi, dan pepaya. 17. Jika perubahan pola makan ini tidak efektif atau bayi yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika memang dibutuhkan. Sementara obat pencahar pembentuk tinja tidak dianjurkan untuk bayi.



18. Langkah Pengobatan untuk Impaksi Feses



19. Impaksi feses terjadi saat ada tinja keras dan kering yang menumpuk serta menyumbat rektum. Pengobatan untuk komplikasi ini biasanya dilakukan dengan mengombinasikan obat pencahar osmotik macrogol dosis tinggi dan obat pencahar stimulan. 20. Tetapi, jika tubuh Anda tidak bereaksi terhadap pencahar ini, dokter akan memberikan enema kecil atau supositoria. Enema adalah obat cair yang disuntikkan ke dalam usus besar melalui anus. Docusate dan natrium sitrat bisa diberikan sebagai enema. Sedangkan supositoria adalah kapsul yang dimasukkan melalui anus. Obat ini akan larut secara bertahap, lalu terserap ke dalam aliran darah. Contohnya adalah bisacodyl. 21. Komplikasi 22. Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali Anda mengalaminya dalam jangka panjang atau kronis. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:



23. Hemoroid atau wasir – pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga menyebabkan pendarahan. 24. Fisura pada anus. Mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding anus. 25. Impaksi feses – menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut. 26. Prolaps rektum – rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.



OBAT – OBATAN KONSTIPASI Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, sedangkan obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali saja. Beberapa obat digunakan untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi. Berikut golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan, antara lain 1. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) dapat meningkatkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Jika menggunakan bahan-bahan ini harus banyak minum air. 2. Pelunak Tinja Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh. 3. Minyak Mineral : Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkan tinja keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum. 4. Bahan Osmotik : Bahan-bahan osmotik mendorong air dalam jumlah besar ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik yang mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar.



Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi. 5. Pencahar Perangsang : Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).



PENGOBATAN LAIN Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rektal a.Prokinetik Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik (seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan yang ditulis. Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit orosekal (tanpa mempengaruhi pengosongan lambung) dan mempunyai tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase III, tegaserod 12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok “Irritabel bowel syndrome” tipe konstipasi yang mencapai tujuan utama “hilangnya keluhan “ penderita. Efek sekunder yang ditemukan termasuk antara lain perbaikan dalam konstipasi, nyeri sepanjang hari, dan rasa kembung. b.Analog prostaglandin Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah. c.Klisma dan supositoria Bahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang kontraksi dengan



cara menimbulkan distensi atau lewat pengaruh efek kimia, untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat dapat terjadi akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara yang dapat dipakai – Klisma dengan PZ atau air biasa – Na-fosfat hipertonik – Gliserin supositori – Bisacodyl supositori d.Biofeedback Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. Dalam penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam modulasi faal saluran cerna. e.Operasi Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis) hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon yang tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti : nyeri perut dan diare



1. Microlax Enema Obat sembelit di apotik pertama yang bisa Anda gunakan yaitu Microlax Enema. Obati ini bekerja sebagai pencahar yang di gunakan dengan cara di masukkan langsung melalui anus. Microlax Enema merupakan obat sembelit untuk ibu hamil yang sering di gunakan untuk mengatasi masalah sembelit pada masa kehamilan.



 



Komposisi: Mengandung Sorbic-acid 5 mg, PEG-400 625 mg, Na-citrate 450 mg, Na-lauryl sulfoacetate 45 mg, sorbitol 4,465 mg Indikasi: Untuk mengobati sembelit pada masa kehamilan, mengobati sembelit habitual, dan meredakan gejala transitorik pada anak-anak. Di gunakan dalam terapi fekaloma, sibala, dan



   



persiapan sebelum melakukan operasi pembedahan anus. Dapat juga di gunakan untuk mengatasi konstipasi rektal dan sigmoid. Dosis: < 3 bulan berikan 0.5 tube/rektal. > 3 bulan berikan 1 tube/rektal. Penyajian: Obat di masukkan ke dalam anus. Efek Samping: dapat menimbulkan ruam pada kulit, rasa terbakar karena iritasi, kehilangan cairan dan elektrolit, mual, muntah, dan diare. Kemasan: 1 Tube/rektal



2. Laxadine Obat sembelit di apotik yang selanjutnya yaitu Laxadine. Obat pelancar bab laxing ini bekerja sebagai pembersih usus halus yang sering di gunakan pada saat akan melakukan dan seusai operasi. Laxadine bisa juga di gunakan sebagai obat untuk mengatasi sembelit atau konstipasi yang sudah terjadi lebih dari 2 minggu.



     



 



Komposisi: Mengandung liquid-paraffin 1,200 mg, Phenolphthalein 55 mg, dan glycerin 378 mg Indikasi: Mengatasi sembelit, di gunakan untuk membersihkan usus halus sebelum dan setelah prosedur operasi, dan sebelum melakukan proses pemeriksaan radiologi. Dosis: Untuk anak usia antara 6-12 tahun berikan dosis 1/2-1 sendok makan 1 kali/hari. Dewasa 1-2 sendok makan 1 kali/hari. Penyajian: Obat di konsumsi sebelum tidur. Cara Penyimpanan: Simpan di tempat yang jauh dari paparan sinar matahari, kering, dan sejuk. Perhatian: Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi pada tubuh), penurunan berat badan, kekurangan elektrolit dalam tubuh, dan otot melemah. Penggunaan harus di hentikan apabila terjadi gangguan pada usus seperti mual yang di sertai dengan muntah. Penggunaan pada wanita hamil, menyusui, lansia, serta anak di bawah 6 tahun harus mendapat pengawasan dari dokter. Efek Samping: dapat menimbulkan rasa panas seperti terbakar karena iritasi, gejala kolik, dehidrasi, defisiensi elektrolit, mual dan muntah, diare, dan menimbulkan ruam pada kulit. Kemasan: 1 Botol



3. Dulcolax Dulcolax merupakan obat sembelit di apotik yang paling manjur untuk mengatasi bab yang keras. Harga obat dulcolax tablet juga sangat terjangkau, di apotik dulcolax isi 10 tablet di jual dengan harga Rp. 15.000. Obat pelancar bab dulcolax ini biasanya di gunakan pada penderita sembelit yang mengalami kesulitan buang air besar karena intensitas feses yang sangat padat.



      



Komposisi: Mengandung bisacodyl 5 mg Indikasi: Membantu mengobati sembelit dan melunakkan feses. Dosis: Untuk anak usia 12 tahun ke atas berikan 2-3 tablet 1 kali/hari. Anak usia 6-12 tahun berikan 1 tablet/hari. Penyajian: Obat di konsumsi di malam hari sebelum tidur. Perhatian: Penggunaan pada penderita radang usus, obstruksi usus, dan gangguan pasiun ileus. Efek Samping: Menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, mual, diare, dan kram. Kemasan: 10 Tablet / Blister



4. Pralax Pralax digunakan untuk mengatasi susah buang air besar, obat sembelit di apotik ini memiliki kandungan lactulose yang dapat bekerja sebagai pelunak feses yang keras.



    



Komposisi: Lactulose Indikasi: Mengobati konstipasi atau sembelit yang sudah kronis. Dosis: 1-2 sdm dengan dosis sekitar 15-30 ml/hari, dapat di naikkan hingga 60 ml/hari. Penyajian: di konsumsi bersama makanan. Perhatian: Penggunaan pada pasien diabetes.



 



Efek Samping: Menimbulkan gejala perut mual, muntah, dan perut kembung. Kemasan: 1 Botol



5. Thermolyte Maximus Obat pelancar bab maximus merupakan herbal yang memiliki kandungan serat alami yang berasal dari ekstrak plantago ovate dan sennae fructus. Obat sembelit di apotik yang terakhir ini merupakan obat dengan bahan herbal yang aman digunakan untuk melancarkan bab dan mengatasi gejala wasir.



      



Komposisi: Mengandung ekstrak plantago-ovata 500 mg dan ekstrak sennae-fructus 45 mg Indikasi: Melancarkan bab yang keras, meredakan gejala wasir. Dosis: Untuk anak diatas 12 tahun berikan dosis 1-5 kapsul 1-2 kali/hari. Penyajian: Obat di konsumsi bersama segelas air. Perhatian: Penggunaan pada anak di bawah 12 tahun, penderita radang usus, diabetes dan usus buntu. Efek Samping: Dapat memicu reaksi alergi, mual, muntah, hingga diare. Kemasan: 1 Dos



PENCEGAHAN KONSTIPASI Konstipasi termasuk kondisi kesehatan yang bisa kita hindari. Beberapa langkah sederhana untuk mencegah kondisi ini adalah:     



Memperbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur, buah, beras merah, sereal, bijibijian, serta kacang-kacangan. Meningkatkan konsumsi cairan agar kotoran dalam usus selalu lunak. Kurangi konsumsi minuman berkafein. Jenis minuman ini berpotensi meningkatkan risiko dehidrasi. Hindari produk susu. Jenis makanan atau minuman yang terbuat dari susu juga bisa memicu kemungkinan konstipasi pada sebagian orang. Meningkatkan frekuensi olahraga. Lakukan setidaknya 2 hingga 3 jam dalam seminggu. Rutin berolahraga tidak hanya akan membantu menurunkan risiko konstipasi, tapi dapat mencegah penyakit lain.



 



Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Kebiasaan menahan keinginan buang air besar akan meningkatkan risiko konstipasi. Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan dengan leluasa dan nyaman.