Konsumsi Garam Beryodium Untuk Semua [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSUMSI GARAM BERYODIUM UNTUK SEMUA DESKRIPSI Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya atau telah mengalami fortifikasi dengan KIO3 (Kalium Iodat) sebanyak 30 – 80 ppm. Dan penambahan ini dikarenakan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius seperti gondok, kretin atau kerdil dll. Perlu kita ketahui kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Akibat jangka panjang jika kekurangan yodium mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir anak. Selain itu rendahnya konsumsi yodium berdampak langsung terhadap menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yaitu menyebabkan kelahiran mati atau cacat bawaan pada bayi, anak dengan IQ rendah, serta mempercapat penurunan fungsi tubuh seperti cepat pikun, tuli atau buta sebelum usia tua. Berdasarkan hasil penelitian, orang yang tidak mengonsumsi garam yodium, daya pikirnya akan mengalami penurunan 3,5 persen saat usia 12 tahun. Sejalan dengan bertambahnya usia, 40 tahun ke atas penurunannya mulai tajam yakni 13 persen/tahun. Untuk antisipasi sejak dini yaitu dihimbau kepada masyarakat untuk menggunakan garam beryodium, apalagi pada saat ini sangatlah mudah mendapatkan garam beryodium. Untuk memenuhi kebutuhan kita akan yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun.



Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1 kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya. Konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hipertiroid yaitu kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan. Didalam garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih, merupakan faktor resiko terjadinya stroke. Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur. Penggunaan garam beryodium yang dianjurkan yaitu tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari. Tetapi dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan maka dianjurkan mengkonsumsi garam sampai 10 gr atau 2 sdt per orang perhari, dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan laut yang kaya kandungan Banyak cara untuik mengetahui ada tidaknya yodium pada garam dapur, yaitu dengan Test Kit Yodina yang banyak tersedia di Puskesmas dan Apotik. Cara untuk mengetes yaitu ambil Ambil garam, kemudian tetesi dengan cairan yodina. Warna yang timbul dibandingkan dengan petunjuk warna yang ada pada kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam. Selain menggunakan test kit yodina ada cara yang lebih simpel, gunakan tepung kanji yang dicampur dengan garam lalu teteskan dengan jeruk nipis, jika warnanya berubah menjadi keunguan, itu artinya mengandung yodium. Ada juga dengan mengunakan singkong parut caranya sebagai berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok teh perasan singkong



parut ke dalam gelas bersih. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25%. Aduk sampai rata, dan tunggu beberapa menit. Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium. Semakin berwarna pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang tak beryodium tidak akan mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan yodina maupun cairan singkong parut. Semakin tua warnanya semakin baik mutunya, tidak ada perlakuan khusus hanya saja Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap. Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang dibubuhkan kedalam makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu masakan kurang sedap. Namun cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena panas mendidih tersebut. “Sebaiknya masakan itu dibubuhi garam saat hangat-hangat kuku saja sehingga kandungan yodiumnya tetap utuh, kalau membubuhinya saat dingin, boleh saja, itu malah lebih baik tetapi kebanyakan masakan akan terasa kurang sedap selain itu dianjurkan utnuk menjadikan garam beryodium sebagai garam meja. Hanya untuk informasi bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi yaitu yodium masih terkandung di dalam makanan yang dibubuhi garam beryodium hanya saja sebagian besar yodium hilang pada proses pemasakan, terutama bila dimasak menggunakan cabe atau ditambahkan cuka.



Pencapaian Program Untuk percepatan pencapaian konsumsi Garam Beryodium Untuk Semua atau disebut juga Universal Salt Iodization, diperlukan suatu upaya terobosan yang dapat menjamin setidaknya 90% masyarakat di suatu daerah akses terhadap garam yang mengandung cukup yodium (>30 ppm) dengan harga yang terjangkau. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki distribusi garam sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memasak atau selalu mengonsumsi garam mengandung cukup yodium.



Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Anak dengan kekurangan Yodium memiliki rata-rata IQ 13.5 poin lebih rendah dibandingkan yang cukup yodium. Untuk mengatasinya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Hasil Riskesdas tahun 2007, secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga yang mengonsumsi garam mengandung cukup yodium di Indonesia mencapai 62,3%, namun masih ada rumah tangga yang mengonsumsi garam mengandung yodium kurang sebesar 23,7% dan ada rumah tangga mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium sebesar 14,0%. Kementerian Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat dengan melibatkan lintas sektor yang duduk dalam Tim GAKY Pusat (yang terdiri dari BAPPENAS, Kemendagri, Kemenperind, Kemenperdag, Puslitbang Gizi dan Makanan, TP-PKK Pusat, Badan



POM dan Kemenkes) melakukan advokasi dan koordinasi kebijakan konsumsi garam beryodium kepada Pemerintah Daerah dan DPRD di 20 Kabupaten/Kota terpilih pada tahun 2008-2009. Luaran akhir yang diharapkan adalah adanya komitmen Pemerintah Daerah dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang mendukung peningkatan konsumsi garam beryodium dan melarang peredaran garam konsumsi yang tidak yodium. Pada kegiatan advokasi dan koordinasi ini, dapat teridentifikasi masalah dan diperoleh kesepakatan pemecahan masalah serta rencana tindak lanjut sesuai dengan prioritas permasalahan di setiap Kabupaten/Kota yang dikunjungi. Kegiatan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan asistensi pada tahun 2010 yang merupakan kegiatan pemantauan dan evaluasi dari hasil advokasi dan koordinasi yang telah dilakukan. Dari 20 kabupaten/kota yang dilakukan advokasi dan koordinasi, sebagian besar diperoleh kesepakatan untuk melakukan revitalisasi Tim GAKY, menyusun PERDA dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan meningkatkan konsumsi garam beryodium. (DD/Mikro)