Koping Keluarga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRATEGI KOPING KELUARGA



A. PENGERTIAN KELUARGA Pengertian keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama (Puspitawati 2009). B. STRATEGI KOPING KELUARGA (DEFINISI DAN PENGERTIAN) Pearlin & Schooler (1978;1982) diacu dalam Puspitawati (1992) mendefinisikan koping sebagai tingkah laku yang melindungi seseorang dari pengalamannya akibat dari psikologis yang merugikan. Sedangkan menurut Mc Cubbin et al. (1980) dalam Puspitawati (1992), koping merupakan manajemen dari dimensi-dimensi kehidupan keluarga termasuk memelihara organisasi keluarga (secara internal), mempertahankan keutuhan keluarga peningkatan kebebasan dan penghargaan pada diri kita sendiri, mempertahankan hubungan dengan masyarakat dan mengontrol pengaruh kuat dari sumber stres yang menjadi suatu proses pencapaian keseimbangan dalam sistem keluarga. Selain itu, menurut Folkman & Lazarus (1984) strategi koping merupakan suatu perubahan dari suatu kondisi ke lainnya sebagai cara untuk menghadapi situasi tak terduga, yang mana secara empirical disebut sebagai sebuah proses dan Friedman (1998) mendefinisikan koping keluarga sebagai respon perilaku positif yang digunakan keluarga dan sistemnya untuk memecahkan masalah atau mengurangi stres yang diakibatkan oleh peristiwa tertentu. Perilaku koping menurut Lazarus (1976) diacu dalam Lukman (2002) sebagai: (1) Perilaku tindakan yang langsung melawan ancaman atau lari dari ancaman (melawan atau lari) dan di desain untuk mengubah hubungan stress dengan lingkungan fisik atau sosial (2) Bentuk intrapsychic koping merupakan mekanisme pertahanan (misalnya penolakan) yang lebih didesain untuk mengurangi munculnya emosi dibandingkan untuk mengubah situasi. Tindakan dan pikiran dapat membuat seseorang lebih baik jika mereka tidak dapat mengubah sumber stres.



C. JENIS MEKANISME STRATEGI KELUARGA Menurut Friedman (1998), terdapat dua tipe strategi koping keluarga, yaitu internal atau intrafamilial dan eksternal atau ekstrafamilial. a) Ada tujuh strategi koping internal, yaitu: 1) Mengandalkan kemampuan sendiri dari keluarga. Untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, keluarga seringkali melakukan upaya untuk menggali dan mengandalkan sumberdaya yang dimiliki. Keluarga melakukan strategi ini dengan membuat struktur dan organisasi dalam keluarga, yakni dengan membuat jadwal dan tugas rutinitas yang dipikul oleh setiap anggota keluarga yang lebih ketat. Hal ini diharapkan setiap anggota keluarga dapat lebih disiplin dan patuh, mereka harus memelihara ketenangan dan dapat memecahkan masalah, karena mereka yang bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. 2) Penggunaan humor. Menurut Hott diacu dalam Friedman (1998), perasaan humor merupakan aset yang penting dalam keluarga karena dapat memberikan perubahan sikap keluarga terhadap masalah yang dihadapi. Humor juga diakui sebagai suatu cara bagi seseorang untuk menghilangkan rasa cemas dan stres. 3) Musyawarah bersama (memelihara ikatan keluarga). Cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah: adanya waktu untuk bersama-sama dalam keluarga, saling mengenal, membahas masalah bersama, makan malam bersama, adanya kegiatan bersama keluarga, beribadah bersama, bermain bersama, bercerita pada anak sebelum tidur, menceritakan pengalaman pekerjaan maupun sekolah, tidak ada jarak diantara anggota keluarga. Cara seperti ini dapat membawa keluarga lebih dekat satu sama lain dan memelihara serta dapat mengatasi tingkat stress, ikut serta dengan aktivitas setiap anggota keluarga merupakan cara untuk menghasilkan suatu ikatan yang kuat dalam sebuah keluarga. 4) Memahami suatu masalah. Salah satu cara untuk menemukan koping yang efektif adalah menggunakan mekanisme mental dengan memahami masalah yang dapat mengurangi atau menetralisir secara kognitif terhadap bahaya yang dialami. Menambah pengetahuan keluarga merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi stressor yaitu dengan keyakinan yang optimis dan penilaian yang positif. Menurut



Folkman et al. diacu dalam Friedman (1998), keluarga yang menggunakan strategi ini cenderung melihat segi positif dari suatu kejadian yang penyebab stres. 5) Pemecahan masalah bersama. Pemecahan masalah bersama dapat digambarkan sebagai situasi dimana setiap anggota keluarga dapat mendiskusikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama dengan mengupayakan solusi atas dasar logika, petunjuk, persepsi dan usulan dari anggota keluarga yang berbeda untuk mencapai suatu kesepakatan. 6) Fleksibilitas peran. Fleksibilitas peran merupakan suatu strategi koping yang kokoh untuk mengatasi suatu masalah dalam keluarga. Pada keluarga yang berduka, fleksibilitas peran adalah sebuah strategi koping fungsional yang penting untuk membedakan tingkat berfungsinya sebuah keluarga. 7) Normalisasi. Salah satu strategi koping keluarga yang biasa dilakukan untuk menormalkan keadaan sehingga keluarga dapat melakukan koping terhadap sebuah stressor jangka panjang yang dapat merusak kehidupan dan kegiatan keluarga. Knafl dan Deatrick diacu dalam Friedman (1998), mengatakan bahwa normalisasi merupakan cara untuk mengkonseptualisasikan bagaimana keluarga mengelola ketidakmampuan seorang anggota keluarga, sehingga dapat menggambarkan respons keluarga terhadap stres. b) Strategi Koping Eksternal ada empat yaitu: a) Mencari Informasi Keluarga yang mengalami masalah memberikan respons secara kognitif dengan mencari pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan stressor. Hal ini berfungsi untuk mengontrol situasi dan mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak dikenai dan membantu keluarga menilai stressor secara lebih akurat. b) Memelihara Hubungan Aktif Dengan Komunitas Koping berbeda dengan koping yang menggunakan sistem dukungan sosial. Koping ini merupakan suatu koping keluarga yang berkesinambungan, jangka panjang dan bersifat umum, bukan sebuah koping yang dapat meningkatkan stressor spesifik tertentu. Dalam hal ini anggota keluarga adalah pemimpin keluarga dalam suatu kelompok, organisasi, dan kelompok komunitas.



c) Mencari Pendukung Sosial Mencari pendukung sosial dalam jaringan kerja sosial keluarga merupakan strategi koping keluarga eksternal yang utama. Pendukung sosial ini dapat diperoleh dari sistem kekerabatan keluarga kelompok professional, para tokoh masyarakat dan lainlain yang didasarkan pada kepentingan bersama. Menurut Caplan diacu dalam Friedman (1998), terdapat tiga sumber umum dukungan sosial yaitu penggunaan jaringan dukungan sosial informal, penggunaan sistem sosial formal, dan penggunaan kelompok-kelompok mandiri. Penggunaan jaringan sistem dukungan sosial informal yang biasanya diberikan oleh kerabat dekat dan tokoh masyarakat. Penggunaan sistem sosial formal dilakukan oleh keluarga ketika keluarga gagal untuk menangani masalahnya sendiri, maka keluarga harus dipersiapkan untuk beralih kepada profesional bayaran untuk memecahkan masalah. Penggunaan kelompok mandiri sebagai bentuk dukungan sosial dilakukan melalui organisasi. d) Mencari Dukungan Spiritual Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha mencari dukungan spiritual anggota keluarga untuk mengatasi masalah. Kepercayaan kepada Tuhan dan berdoa merupakan cara paling penting bagi keluarga dalam mengatasi stres.



D. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOPING KELUARGA 1. Perbedaan Gender dalam Koping Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersama orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan mengkonsumsi alkohol lebih banyak. 2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga Variasi kelas sosial dalam koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan berpendidikan khasnya memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi



koping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan dalam kasus ini dapat menggunakan pengendalian makana dengan penelaian pasif. 3. Dampak Gangguan Kesehatan Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang bergantung pada situasi. Dengan lebih sedikit tuntutan yang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat), tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan, seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum biasanya tidak cukup, dan semakin luas susunan strategi koping keluarga dihasilkan guna menghadapi tantangan.



E. AREA PENGKAJIAN KELUARGA Terdapat skala koping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan informasi yang dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan atau data dari sumber lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptasi. 1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga a. Stersor (baik jangka panjang maupun pendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini? b. Kekuatan apa yang menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stressor? c. Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian realistik dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor



utama dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu? 2. Strategi Koping Keluarga a. Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa? Apakah anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaan itu? b. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal: 1) Mengandalkan kelompok keluarga 2) Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas 3) Fleksibilitas peran 4) Normalisasi 5) Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif 6) Pemecahan masalah bersam 7) Mendapatkan informasi dan pengetahuan 8) Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga 9) Menggunakan humor dan tawa c. Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut: 1) Memelihara jalinan aktif dengan komunitas 2) Menggunakan dukungan spiritual 3) Menggunakan sistem dukungan sosial 4) Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman, kerabat, tetangga, kelompok sosial dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan? 5) Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok sosial atau organisasi komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber dukungan sosial yang ada? 6) Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?



7) Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini? d. Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya? 1) Mengambinghitamkan 2) Penggunaan ancaman 3) Orang ketiga 4) Psedumutualitas 5) Otoriterianisme 6) Perpecahan keluarga 7) Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan 8) Kekerasan dalam keluarga 9) Pengabaian anak 3. Adaptasi a. Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga? b. Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah? 4. Mengidentifikasi Stresor, Koping dan Adaptasi Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan adaptasi. Apakah keluarga mulia pulih, menghasilkan proses koping. yang berguna, atau apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-tanda penurunan daptasi?



F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi keluarga antara lain: 1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga 2. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga 3. Gangguan koping keluarga



4. Ketidakmampuan koping keluarga 5. Resiko kekerasan terhadap orang lain 6. Gangguan proses keluarga 7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme 8. Berduka disfungsional 9. Gangguan pemeliharaan rumah 10. Distress spiritual 11. Resiko distress spiritual 12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual



G. INETRVENSI KEPERAWATAN KELUARGA Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait dengan stressor keluarga, persepsi stressor, koping, dan adaptasi. Seperti yang dibahas dalam pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi. 1. Membantu Keluarga Menurunkan Faktor Resiko Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan, memberikan konsling pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan terhadap atau kelebihan tekanan.Selain itu penting untuk memberikan penyuluhan antisipasi. Berkenaan dengan ini,



perawat



keluarga



dapat



membantu



keluarga



dengan



menolong



mereka



mengidentifikasi dan siap terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga mengantasipasi apa yang mungkin terjadi adalah dengan memberikan mereka informasi mengenai peristiwa yang mungkin terjadi (Wlsh, 1998) 2. Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi a. Dorong semua anggota keluarga terlibat Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup: 1) Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi 2) Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat dalam keputusan Perawatan kesehatan 3) Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan keluarga yang dekat 4) Member penyuluhan kepada pemberi asuhan 5) Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan meminta anggota



Keluarga lain yang bertugas 6) Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan mereka b. Mobilisasi keluarga Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan memamfaatkan kekuatan dan sumber keluarga guna secar positif mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson, 2001) c. Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga d. Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan, dan tujuan keluarga serta dukungan keluarga Johson et.al 2001, mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan adalah: 1) Meningkatkan harapan yang realistik 2) Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan persepsi, perasaan, kekhawatiran dan kepentingan mereka 3) Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga 4) Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem perawatan kesehatan 5) Memberikan informasi yang dibutuhkan 6) Memberikan advokasi bagi keluarga 7) Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami masalah yang serupa 8) Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung 9) Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet e. Ajarkan keluarga mengenai cara koping yang efektif Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek psikososial perawatan dan kekhawatiran keluarga (Campbell, 2000). f. Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress keluarga sebanyak mungkin g. Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi masalah h. Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan i. Rujuk keluarga yang mengalami krisis



j. Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan sosial mereka. 3. Pemamfaatan Kelompok Swa-Bantu Perawat sangatlah menyadari manfaat kelompok swa-bantu bagi anggota keluarga yang membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengcoping pengalaman hidup penuh stress. Intervensi khusus dapat sangat memfasilitasi keluarga: a. Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi individu dan keluarga b. Kolaborasi dengan kelompok tersebut c. Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi layanan professional d. Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat e. Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan kelompok swabantu f. Memberikan konsling anggota keluarga 4. Terapi Keluarga Jaringan Sosial Terapi jaringan sosial berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan jaringan sosial luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks sosial yang mengasuh dan sehat. 5. Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga a. Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang membahayakan b. Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa c. Mengkaji sumber keluarga dan metode koping terhadap stressor d. Mengkaji status fungsi keluarga 6. Pemberdayaan Keluarga Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak sikap filosofis terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat dalam aktivitas khusus tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga yang bermasalah, pendekatannya diperlembut oleh penghormatan tulusnya terhadap kemampuannya bertindak secara alami dan kekuatan keluarga. 7. Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan



Tujuan ini dapat dicapai dengan: a. Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak b. Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua, homoseksual yang dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga b. Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja secara Kolaborasi dengan petugas kesehatan lain dan pekerja kesejahteraan 8. Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Koping Dan Disfungsi Yang Lebih Kompleks Ketika stress dan masalah koping keluarga di luar layanan yang dapat diberikan perawat keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi keluarga yang berkelanjutan sering kali diindikasikan. Perujuk kekonselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga seringkala sangat membantu.



KESIMPULAN Banyak perubahan berlansung dimasyarakat kita dan berhubungan dengan keluarga sepanjang waktu. Bagaimana keluarga mengatasi perubahan penuh stress yang berbeda. Walaupun begitu rentang respon yang luas terjadi saat kemalangan yang berat. Beberarapa keluarga beradaptasi sangat baik terhadap stressor dan ketegangan dan mengubah pola fungsi, menggunakan sumber dan strategi koping yang membantu mengelola stress tersebut. Keluarga lain mengguanakan strategi koping yang membahayakan atau disfungsional yang hanya dapat mengurangi stress sementara. Hasil akhir bagi keluarga ini dapat termasuk kekerasan dalam keluarga, perpecahan keluarga dan kecanduan. Keluarga dan anggota keluarga menggunakan susunan strategi koping keluarga yang luas guna mengatasi situasi penuh stress. Strategi perilaku, kognitif, dan emosional diidentifikasi dan dibahas terkait dampaknya terhadap fungsi keluarga. Strategi koping keluarga dapat dibagi menjadi strategi koping keluarga internal dan eksternal, yang bergantung pada apakah strategi intrakeluarga atau ekstrakeluarga. Perawat keluarga dan professional perawatan kesehatan lain yang melakukan hubungan dengan keluarga baik di lingkungan lembaga maupun komunitas berada dalam posisi kunci untuk mengkaji stressor, persepsi, kekuatan dan koping serta adaptasi keluarga dan melakukan intervensi pada keluarga ini dengan memberikan adaptasi keluarga yang lebih optimal. Untuk melengkapi pengkajian stress dan koping keluarag, pertanyaan khusus diajukan terkait dengan masing-masing konsep mayor dalam area ini. Pertanyaan ini berfokus



pada stressor, kekuatan, persepsi keluarga, koping keluarga (strategi koping internal, eksternal dan disfungsional) dan adaptasi keluarga.