Kps Balada [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Hana Amalia Nim



: 1219111330028



Jurusan: Bahasa dan sastra Indonesia



Balada Terbunuhnya Atmo Karpo Karya W. S. Rendra



Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang Segenap warga desa mengepung hutan itu dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri Satu demi satu yang maju tersadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang. Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Bedah perutnya tapi masih setan ia menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala.



Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan segala menyibak bagi derapnya kuda hitam ridla dada bagi derunya dendam yang tiba. Pada langkah pertama keduanya sama baja. Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka. Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang Ia telah membunuh bapanya.



Analisa Puisi Balada "Terbunuhnya Atmo Karpo" karya W. S. Rendra  Unsur batin puisi : a. Tema Tema yang diangkat dalam puisi balada “Terbunuhnya Atmo Karpo” ini adalah kepahlawanan. Hal tersebut dibuktikan dengan alur dan isi puisi yang menceritakan ada seorang maling yang bernama Atmo Karpo. Ia menjadi maling kerajaan yang kemudian hasil curiannya ia bagikan kepada rakyat miskin yang sedang mengalami ketimpangan. Karena perbuatannya itu ia diburu dan dikejar oleh warga desa dan tentunya oleh pasukan kerajaan. Hal tersebut dibuktikan dengan bait: Segenap warga desa mengepung hutan itu dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri b. Latar Suasana c. Makna Puisi Makna yang terkandung dalam puisi balada “Terbunuhnya Atmo Karpo” karya W. S. Rendra ini adalah bahwa sang pencuri kerajaan Atmo Karpo, adalah sosok yang peduli terhadap rakyat miskin. Ia tidak bisa dia saja menghadapi ketimpangan yang telah menimpa kerajaan dan rakyat miskin. Ia memutuskan untuk menjadi pemberontak dengan menjadi maling kerajaan yang hasil curiannya nanti ia bagikan kepada rakyat miskin yang sengsara. d. Amanat Puisi Amanat yang terkandung dalam puisi balada “Terbunuhnya Atmo Kapo” karya W. S. Rendra ini adalah bahwa kita sebagai bagian dari masyarakat harus mau dan bisa untuk melawan sebuah ketimpangan. Kita harus menegakkan keadilan dengan cara yang benar. Jangan memperburuk suasana dengan kita melakukan hal baik namun dengan cat yang salah. Ada banyak cara untuk menjadi baik dengan cara yang benar pula.



a. Diksi - “Satu demi satu yang maju terhadap darahnya “ Penggunaan diksi darah yang menunjukkan sedang terjadinya perkelahian -



“Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo” yang berarti pulang



-



“Hanya padanya seorang kukandung dosa.” Yang berarti ia telah berdosa



b. Imaji -



“Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu” Menggunakan citraan perabaan (tactile imagery) yang berarti si aku sedang merasa kedinginan



-



“Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan” menggunakan citraan pendengaran (auditor imagery)



-



“Pesta bulan, sorak sore, anggur darah” menggunakan citraan perasaan



-



“Pada langkah pertama keduanya sama baja” menggunakan citraan gerak (Kinaesthetic imagery)



-



“Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang” menggunakan citraan penciuman (olfactory)



-



“Anak panah empat arah dan musuh tiga silang” Menggunakan citraan penglihatan (visual imagery)



c. Kata nyata (konkret) -



“Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi” menjelaskan bahwa kuda yang bersepatu besi dijelaskan dengan kuku-kuku besi dan berjalan di tanah yang tidak beraspal



-



“Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para”



-



“Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu”



-



“Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang.” Menjelaskan bahwa sebagai perampok yang letih Atmo Karpo menunggang kuah dengan surai bau keringat dan telah siap berperang menghunus pedangnya.



d. Majas -



“Dengan kuku-kuku kuda menebah perut bumi” ̶ majas personifikasi



-



“Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang” ̶ majas personifikasi



-



“Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para” ̶ majas personifikasi



-



“Bedah perutnya tapi masih setan ia” ̶ majas metafora



-



“Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang” ̶



majas metafora



-



“Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!” ̶ majas metafora



-



“Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa” ̶



-



“Segenap warga desa mengepung hutan itu” ̶ majas anekdot totem pro parte



-



“Pada langkah pertama keduanya sama baja. Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo” ̶ majas klimaks



majas metafora



e. Ritme dan rima Dalam puisi balada “Terbunuhnya Atmo Karpo” karya W. S. Rendar di atas menggunakan rima tak sempurna, yang dapat dibuktikan dengan baris :