22 0 172 KB
KARYA TULIS ILMIAH Judul:
Krisis Moral dalam Dunia Pendidikan Dosen pembimbing: Afiati Handayu Diyah Fitriyani, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh : 1. Ardian Septiawan 2. Nhimas Sasanti Ariningrum 3. Rizki Ramadhan
141.041.016 141.041.030 141.041.033
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS&TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2016 1
KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat_Nya lah saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Krisis Moral dalam Dunia Pendidikan”. Karya tulis ilmiah ini di ajukan guna memenuhi tugas semester mata kuliah Dasar-Dasar Kependidikan. Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah member
dukungan
sehingga
Karya
Tulis
Ilmiah
ini
bisa
diselesaikan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini memberikan informasai bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan meningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan
D.
Manfaat
E.
Metode
BAB II PEMBAHASAN A. pengertian krisis moral 2.2
dampak krisis moral 2.3 2.4
faktor penyebab terjadinya krisis moral solusi terhadap krisis moral
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jika melihat dari realita yang ada, banyak terdapat masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah tentang krisis moral yang terjadi dalam dunia pendidikan. Artinya krisis moral yang terjadi pada peserta didik. Moral merupakan salah satu hal yang penting dan yang harus ada dalam diri masing-masing peserta didik. Tanpa adanya moral maka peserta didik tersebut akan menghadapi suatu problem atau masalah-masalah yang timbul akibat tidak adanya moral tersebut. Terjadinya suatu tindakan yang mengakibatkan kerugian pada orang lain ataupun diri peserta didik sendiri merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan. Pada kenyataan yang ada, banyaknya tawuran antar siswa atau mahasiswa, bahkan antar sekolah semua itu merupakan kurangnya moral dalam pendidikan.
Isu-isu
krisis
moral
pendidikan
seperti
penggunaan
dikalangan narkotika,
remaja dan
dalam
obat-obat
terlarang (Narkoba), tawuran pelajar, pornografi, pemerkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, aborsi, dan lain sebagainya itu sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum belum dapat diselesaikan secara tuntas. Dari permasalahan diatas dapat menimbulkan berbagai persoalan yang serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah masuk atau menjurus kepada tindakan kriminal. Banyak
4
orang yang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Padahal pendidikanlah yang sesungguhnya palng besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Mereka yang telah melewati sistem pendidikan ini, mulai dari pendidikan dalam keluarga, lingkungan sekitar, dan pendidikan sekolah, kurang memiliki kemampuan mengelola konflik dan kekacauan, sehingga anakanak dan remaja selalu menjadi korban dalam konflik dan kekacauan tersebut. Dalam pendidikan sekolah, penyimpangan-penyimpangan moral terhadap remaja tersebut bukan hanya menjadi tanggng jawab pendidikan agama, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh pendidik atau pengajar di sekolah. Jika pendidikan moral itu hanya dibebankan kepada guru agama, maka moralitas yang akan tumbuh hanya sebatas hafalan terhadap doktrin-doktrin agama saja. Paul suparno,dkk. (2002) mengemukakan ada empat model penyampaian pembelajaran moral, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Model Model Model Model
sebagai mata pelajaran tersendiri terintegrasi dalam semua bidang studi diluar pengajaran gabungan
Model sebagai mata pelajaran tersendiri, harus diperlukan garis besar program pengajaran , rencana pelajaran, metodologi, dan evaluasi. Model ini memiliki kelebihan yaitu lebih fokus dan memiliki rencana yang matang untuk mentstruktur pembelajaran dan mengukur hasil belajar siswa. Model terintegrasi dalam semua bidang studi, maka semua guru adalah pengajar moral tanpa terkecuali. Disini semua guru ikut bertanggung jawab dan pembelajaran tidak selalu bersifat
5
informatif-kognitif melaikan bersifat terapan pada tiap bidang studi. Model diluar pengajaran lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman moral melalaui suatu kegiatan untuk membahas dan mengupas nilai-nilai hidup. Sedangkan pembelajaran moral yang dilakukan dengan menggunakan model gabungan antara model terintegrasi dan model duliar pengajaran, memerlukan kerja sama antara guru sebagai pengajar dan pihak-pihak luar yang terkait. Untuk memiliki moralitas yang baik dan benar, seseorang tidak cukup sekedar melakukan tindakan yang dapat dinilai baik dan benar. Seseorang dapat dikatakan baik dan bermoral apabila tindakannya disertai dengan keyakinan dan pemahaman akan kebaikan tang tertanam dalam tindakan tersebut. Menurut lickona dalam bukunya educting for character (dalam
paul
suparno,dkk.2002)
menekankan
pentingnya
memperhatikan tiga unsurdalam menanamkan nilai moral, yaitu: 1. Pengertian atau pemahaman moral 2. Perasaan moral 3. Tindakan moral. Ketiga unsur ini harus diperhatikan oleh pendidik, agar moral yang ditanamkan tidak sekedar sebaai pengetahuan saja, tetapi benar-benar menjadi tindakan-tindakan yang bermoral.[1] Moralitas remaja ini penting diperhatikan, sebab akan menentukan nasip dan masa depan mereka dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia pada umumnya. Dari
permasalahan
diatas,
penulis
tertarik
mengangkat
permasalahan tersebut dengan judul “Krisis Moral dalam Dunia Pendidikan” B. RUMUSAN MASALAH
6
1. Apa yang dimaksud dengan moral? 2. Apa yang dimaksud dengan krisis moral? 3. Apa dampak dari krisis moral itu sendiri? 4.
Apa faktor penyebab terjadinya krisis moral dalam dunia pendidikan?
5. apa solusi yang tepat untuk memperbaiki moral peserta didik yang rusak? C. TUJUAN Tujuannya bagi peserta didik adalah agar mempunyai mora yang baik, sesuai dengan yang diharapkan. D. MANFAAT 1. Bagi pendidik Bisa melakukan transfer ilmu dan pengetahuan dengan baik, tanpa harus ada penghalang yang disebabkan krisisnya moral peserta didik. 2. Bagi peserta didik Mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang berfanfaat dan berguna bagi dirinya, keluarga, Bangsa dan Negara. Serta jauh dari kerusakan moral, menjadi peserta didik yang baik, aktif, kreatif, dan inovatif. E. METODE PENULISAN Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis hanya menggunakan studi pustaka sebagai sumber dari karya ilmiah ini.
7
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN KRISIS MORAL 1. Krisis Dalam
kamus
umum
bahasa
Indonesia
karangan
Poerwadaminta, Krisis diartikan sebagai kemelut atau keadaan yang genting. Dengan adanya suatu krisias maka perlu adanya solusi sebagai jalan keluar agar krisis tersebut dapat diatasi. 2. Moral Dari segi etimologis perkataan moral berasal dari bahasa latin yaitu “mores” yang berasal dari suku kata “mos”. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam 8
bertingkah mengenai
laku
yang
kesusilaan
baik,
susila.
(kesopanan,
Moralota
berarti
sopan-santun,
yang
keadaban)
orang yang susila adalah orang yang baik budi bahasanya.[2] Di tengah ramainya membicarakan reformasi dan globalisasi, kita juga ikut prihatin dengan maraknya perkelahian pelajar, masalah narkoba, dan terutama kecenderungan anakanak didik kita kurang menghormati bapak/ibu guru, maupun kadang-kadang kepada kedua orang tuanya, maka pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah masih kita anggap penting, Oleh karena itu perlu disampaikan melalui integrasi pada semua bidang studi. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya Suatu keadaan ketika seseorang sudah tunduk pada nafsunya sehingga hilangnya rasa malu, kemudian melakukan tindakan menurut keinginan mereka sendiri walaupun
itu
bertentangan dengan aturan agama atau moral dan seringkali mereka tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan, keadaan seperti ini sering terjadi dikalangan pelajar atau didalam dunia pendidikan. Krisis moral ini berawal ketika seseorang atau pelajar mengikuti kebiasaan yang terjadi pada lingkungannya tanpa mengetahui akibat dari mengikuti tren tersebut, dan seringkali mereka tidak berpegang pada aturan agama. Kenakalan remaja berupa krisis moral merupakan salah satu masalah yang telah meluas dalam dunia pendidikan dan secepatnya harus segera diselesaikan., karena dapat mengancam masa depan kehidupan mereka sendiri dan masa depan bangsa. Namun sebagian besar masyarakat tidak menyadari akan hal tersebut. B. DAMPAK KRISIS MORAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN Krisis moral dalam pendidikan dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Akan tetapi jika dilihat dari realita yang
9
ada,
kebanyakan
dampak
yang
penulis
temukan
adalah
mengarah ke dampak negatif, Yaitu: 1. Dampak internal krisis moral pelajar a. Kemiskinan mental pelajar Apabila pelajar telah rusak moralnya maka dampaknya kepada kemiskinan mental. seperti yang kita ketahui dalam buku Psykologi Perkembangan: “sebuah pendekatan baru” karangan Prof. DR. Muhibin Syah di jelaskan : “ Seseorang melakukan sesuatu bukan berasal dari mental tetapi dari moral, sehingga apabila moral itu rusak maka mental pun akan rusak”. Penulis melihat pada keadaan sekarang
dan bahkan
sering penulis dengar pelajar yang terjerumus pada obat-obata terlarang (narkoba dan miras) mula-mulanya memakai secara amatiran,
dan
lama
kelamaan
menjadi
pemakai
yang
profesional. Hal ini di awali secara coba-coba, dalam arti adanya dorongan dari hati untuk mencoba, karena moral kita yang jelek, sehinga timbul nafsu yang tidak dibarengi oleh metal yang sehat (berfikir pragmatis) sehinga terjadilah hal-hal yang tidak diharapkan. b. Masa depan menjadi suram Dari contoh diatas, bisa digambarkan bahwa seorang pelajar jika telah terjerumus kepada hal yang negatif maka dia akan menyesali perbuatannya dikemudian hari. Dalam hal ini, mereka tentu tidak dapat meneruskan sekolahnya jika sudah terjerumus pada hal-hal yang merusak. Dengan demikian, mereka juga tidak bisa mencari pekerjaan dikarenakan tidak mempunyai keahlian dan pengalaman. 2. Dampak eksternal a.
Lingkungan sekolah
10
Sebagian pelajar yang tidak mempunyai norma, mereka akan merasa bahwa sesuatu yang mereka lakukan tidak akan menimbulkan masalah. Contonya saja dalam mengikuti trend mengecat rambut, memakai Narkoba, judi, tawuran dan segala macam lainnya agar terlihat lebih gaul. Sekarang sudah banyak orang yang tidak peduli lagi bahkan ada yang beranggapan bahwa anak remaja atau pelajar, yang tidak suka mengecat rambut atau selainnya adalah orang “kuper” atau kurang
pergaulan.
menjerat
seorang
Anggapan pelajar
keliru
untuk
tersebut
terjerumus
dapat ke
saja
lembah
kehancura atau kemaksiatan sehingga dampak bagi pelajar yang melakukan hal-hal negatif tersebut dapat mencoreng nama baik lembaga pendidikan. b. Lingkungan keluarga Dampak yang terjadi pada pelajar yang krisis moralnya terutama dilingkungan keluarga antara lain :
Tidak akan terciptanya keluarga yang harmonis, sakinah,
mawadah dan warohmah Mencoreng nama baik keluarga Membangkang terhadap orang tua dan
masih banyak
dampak lain yang bisa timbul dari krisis tersebut. c. Lingkungan Masyarakat Dalam lingkungan masyarakat dampak yang akan timbul adalah : Tidak
ada
generasi
penerus
yang
bermoral
bagi
masyarakat itu sendiri Nama baik masyarakat sekitarnya tercemar Meresahkan warga sekitarnya Hilangnya kepercayaan masyarakat akan dirinya Diremehkan, bahkan dikucilkan dari kehidupan masyarakat Dimusuhi bahkan ditakuti keberadaannya di masyarakat
11
Dianggap sebagai benalu yang harus segera di basmi. Dan masih banyak hal lain yang bisa timbul dari krisis moral itu sendiri
C. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KRISIS MORAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN Krisis moral tersebut secara garis besar terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal Faktor internal disini merupakan kepribadi dari pelajar itu sendiri yang meliputi pemikiran dan nafsu, pemikiran disini adalah usaha-usaha pembenaran terhadap apa yang
ingin
mereka kerjakan, sedangkan nafsu adalah keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu. Kita tahu bahwa setiap orang mempunyai beberapa keinginan, yakni:
Nilai pribadi Keuangan Hubungan sosial Hubungan masyarakat Hubungan keluarga Materi
2. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar kepribadian seseorang. Dari faktor ini ada beberapa penyebab krisis moral,yaitu: a. Penyimpangan terhadap agama Seperti yang kita ketahui bahwa seseorang anak itu dilahirkan dalam kondisi fitrah dan orang tuanya lah yang akan menjadikan dia sebagai orang yang baik atau tidak baik. Urgensi pendidikan agama adalah untuk menjaga para anak didik dari krisis moral yang terjadi dewasa ini, namun pada kenyataannya pola pendidikan anak sekarang itu jauh dari tuntunan agama, masyarakat lebih sering mendidik anak menggunakan pola-pola barat atau mengikuti bagaimana cara mendidik anak yang dilakukan oleh idola mereka.
12
Padahal Al-Quran telah menjelaskan secara rinci bagaimana cara mendidik anak yang baik seperti yang tertuang dalam Q.S.Al-Luqman:12-19 13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran
kepadanya:
"Hai
anakku,
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. 15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
13
Pada hakikatnya, manusia menurut ajaran Islam terdiri dari dua unsur, yaitu unsur ardi dan unsur samawi. Unsur ardi adalah jasmaniah dan unsur samawi adalah rohaniah.[3] Agama merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kepribadian seorang remaja atau pelajar untuk mengontrol jiwanya menuju arah yang lebih baik dan jika seseorang mempunyai basik agama yang kurang maka akan kurang juga moral yang dimilikinya. Pendidikan agama juga sangat diperlukan disini. Karena agama merupakan sumber kesusilaan.[4] b. Pengaruh lingkungan sekolah Salah satu dari penyebab krisis moral remaja adalah lingkungan sekolah, hal itu terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Kurangnya perhatian dari pihak guru Terlalu bebas bergaul Lemahnya peraturan sekolah, dan lain-lain c. Lingkungan pergaulan Pergaulan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya krisis moral pada remaja atau pelajar. Lingkungan pergaulan juga mempunyai andil yang sangat berarti bagi perkembangan psikis anak. Jika lingkungan baik anak cenderung menjadi baik. Jika lingkungan jelek anakpun ada kecenderungan ikut jelek.[5] Jika para anak didik terus mengalami krisis moral, maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap dirinya sendiri, seperti: masa depan yang tidak jelas, dijauhi teman-teman, kemiskinan mental, ketidakharmonisan dalam keluarga, dan lain-lain. d. Penyimpangan terhadap budaya Dalam etika berpakaian dan bergaul sehari hari sudah banyak sekali penyimpangan yang terjadi terhadap budaya kita, orang Indonesia seringkali kita lihat malu mengakui budayanya sendiri dan malah bangga dengan budaya orang lain, padahal budaya yang mereka ikuti bertentangan dengan budaya kita lebih lebih dengan ajaran agama. e.
Hubungan sosial masyarakat 14
Dalam pergaulan kita seringkali mengikuti tren yang dianut oleh mayoritas masyarakat tanpa melihat apakah yang banyak itu baik, karena seringkali yang terjadi ialah mayoritas tersebut tidak selalu benar karena didasari oleh tren ikut ikutan. D. SOLUSI TERHADAP KRISIS MORAL Dari permasalahan yang telah penulis jabarkan secara panjang lebar, maka akan lebih baiknya jika kita kembali kepada ajaran islam. Mendidik anak-anak kita dengan ajaran islam serta membiasakan berprilaku jujur, bergaul dengan orang-orang yang shaleh-shalehah, mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memberikan pendidikan moral terhadap anak didik, dan berprilaku positif lainnya. Agar moral anak-anak didik tersebut bisa menjadi baik dan tidak terjerumus ke lembah kehancuran.
BAB III PENUTUP
15
A. Kesimpulan Terjadinya krisis moral dalam dunia pendidikan disebabkan oleh prilaku-prilaku yang menyimpang dari anak didik tersebut. krisis diartikan sebagai kemelut atau keadaan yang penting sedangkan moral adalah yang mengenai kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang susila adalah orang yang baik budi bahasanya ajaran tentang tindakan seseorang, dalam hal sipat perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah baik atau buruk. Krisis moral dalam dunia pendidikan bisa dilatar belakangi oleh beberapa
faktor,
diantaranya
:
faktor
internal
dan
faktor
eksternal. Yang merupakan faktor internal yaitu: Nilai pribadi, keuangan, hubungan sosial, hubungan masyarakat, hubungan keluarga, dan materi. Dan yang merupakan faktor eksternal yaitu:
penyimpangan
terhadap
agama,
penyimpangan
dilingkungan sekolah, penyimpangan dilingkungan pergaulan, penyimpangan
terhadap
budaya,
dan
hubungan
sosial
masyarakat. Dampak yang bisa ditimbulkan dari krisis moral dalam pendidikan tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu unsur internal yang merupakan kemiskinan mental pelajar itu sendiri dan masa depan menjadi suram. Kemudian unsur eksternalnya yaitu pada lingkungan
sekolah,
lingkungan
keluarga
dan
lingkungan
masyarakat. Sedangkan
penanggulanggannya
yaitu
dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu berprilaku positif. B. SARAN Bagi keluarga dimanapun keberadaannya, bimbinglah anak didik kearah yang posiitf, belaki mereka dengan basik agama
16
sebagai benteng dalam bergaul dan membangun masa depan mereka. Bagi pihak sekolah, bimbinglah anak didik kearah kecerdasan
intelektual,
emosional
menciptakan
anak
atau
berwawasan
tinggi
didik
sesuai
dan
pelajar
dengan
yang
harapan
spiritual
yang
bermoral
dan
bangsa,
bagi
masyarakat tempat dimana ia berinteraksi dan mengekspresikan kebiasaannya, bimbinglah mereka kearah yang lebih baik, fasilitasilah kemapuan dan kreativitasnya agar tagar tidak salah arah. Bagi siapa yang peduli dengan masa depan bangsa bimbinglah para peserta didik atau pelajar kearah yang positif. Sekian yang bisa
penulis
jabarkan, apabila
terdapat
kesalahan dalam kata-kata ataupun penulisan, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya dan dapat diamalkaan dalam kehidupan nyata. Tiada gading yang tak retak, demikian juga dengan karya tulis ilmiah ini. Ktitik dan saran tetap saya nantikan demi kesempurnaan pembuatan karya tulis ilmiah ataupun makalah yang akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA Budiningsih Asri. 2004. Pembelajaran Moral,Jakarta:Rineka Cipta Darmadi
Hamid.
2007.
Dasar
Konsep
Pendidikan
Moral,Bandung:Alfabeta http://f4tu.blogspot.com/2009/08/krisis-moral-pelajar.html http://fahruhandia.wordpress.com/2011/12/17/krisis-moral/ Ihsan Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan,Rineka Cipta:Jakarta Mustaqim,Abdul
Wahib.
2010.
Psikologi
Pendidikan,Jakarta:Rineka Cipta Purwanto Ngalim,Ilmu Pendidikan. 1992. PT. Remaja Rosdakarya:Bandung Anonym. “Krisis Moral”.Dalam http://myblogtodayforyourday.blogspot.co.id/. (diakses tanggal 15 Juni 2016)
18