Kriteria Kausalitas Menurut Austin Bradford HiLL Dan Ukuran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kriteria Kausalitas menurut Austin Bradford HiLL dan Ukuran - ukuran Frekuensi Epidemiologi A. Kriteria kausalitas menurut Austin Bradford Hill Austin Bradford Hill membuat kriteria dari suatu faktor sehingga faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor yang mempunyai hubungan kausal. Ada 9 kriteria : 1. Kekuatan asosiasi 2. Konsistensi 3. Spesifisitas 4. Hubungan temporal 5. Efek dosis respon 6. Biologic plausibility (masuk akal) 7. Koherensi bukti-bukti 8. Bukti eksperimen 9. Analogi 1. Kekuatan asosiasi Semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari factor-faktor etiologis lainnya. Criteria ini membutuhkan juga presisi statistic (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi,dan kekacauan). 2. Konsistensi Replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda. 3. Spesifisitas Ada hubunngan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin kuat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan peran dari setiap penyakit. Misal : pada kanker paru, merokok diprediksi sebagai penyebab kanker paru 4. Hubungan temporal Kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek sementara diperkirakan. Pertama adalah bukaan, kemudian penyakit. Terkadang sangat sulit untuk mendokumentasikan rangkaian, terutama jika ada tundaan yang panjang antara bukaan dan penyakit, penyakit subklinis, bukaan (misalnya perlakuan) yang membawa manifestasi awal dari penyakit. Misal : kasus kanker paru-paru sebagian besar didahului oleh merokok. 5. Efek dosis respon Perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis respon konsisten dengan model konseptual yang dihipotesakan. Misal : data menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap penderita berbanding lurus dengan risiko terjadinya kanker paru. Semakin banyak rokok yang dihisap semakin besar risiko kanker paru. 6. Biologic plausibility (masuk akal)



Lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lubang kosong, tetapi akal sehat selalu saja membimbing kita. Misal : estrogen dan kanker endometrial, estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral dan kanker payudara. 7. Koherensi bukti-bukti Bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren? Misal : kesimpulan merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru berdasarkan teori biologi dan proses perjalanan penyakit. 8. Bukti eksperimen Demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin, mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas. 9. Analogi Lebih siap lagi untuk menerima argumentasi-argumentasi yang menyerupai dengan yang kami dapatkan. Apakah pernah ada situasi yang serupa di masa lalu? (misalnya rubella, thalidomide selama kehamilan). Pengecualian bagi temporalitas, tidak ada kriteria yang absolut, karena asosiasi kausal dapat sangat lemah, relatif non-spesifik, diobservasi tidak konsisten, dan dalam konflik dengan pengungkapan pemahaman biologis. Tetapi, setiap kriteria yang memperkuat jaminan kami dalam mencapai penilaian kausalitas. Beberapa dari kriteria (misalnya, koherensi, tahapan biologis, spesifisitas, dan mungkin juga kekuatan) dapat dirumuskan dalam bentuk isu yang lebih umum dari konsistensi data yang diobservasi dengan model hipotesisasi etiologis (biasanya biologis). Sebagai contoh, tahapan biologis tidak harus monoton, seperti dalam kasus dosis radiasi tinggi yang mana akan mengarah kepada pembunuhan sel-sel dan karena itu menurunkan kemungkinan perkembangan tumor. Serupa dengan itu, spesifisitas dapat dipakai pada situasi-situasi tertentu tetapi tidak untuk situasi lain, tergantung pada proses patofisiologis yang dihipotesiskan. B. Ukuran – Ukuran Frekuensi dalam EpidemioLogi 1. INCIDENCE RATE Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu Incidence Rate (IR) Jumlah penyakit baru = ------------------------------- k Jumlah populasi berisiko 2. PREVALENCE RATE Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate. Prevalence Rate (PR) Jumlah penyakit (lama + baru)



= --------------------------------------- k Jumlah populasi berisiko 3. INCIDENT RISK (CUMMULATIVE RISK) Incident risk adalah parameter yang menunjukkan taksiran probabilitas (risiko,risk) seseorang untuk terkena penyakit 9atau untuk hidup) dalam suatu jangka waktu. Proporsi orang yang terkena penyakit diantarasemua orang yang beresiko terkena penyakit tersebut, sehingga CI selalu bernilai antara 0 dan 1. 4. PREVALENCE RISK Prevalence risk adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu atau mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yg menderita suatu penyakit pada suatu titik waktu tertentu.