Kti Moh - Firman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolis akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Penyebab penumpukan kristal di daerah persendian diakibatkan kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah antara 0,5 –0,75 g/ml purin yang dikonsumsi (Jaliana, 2017). Berdasarkan data Worid Health Organization (WHO, 2018), Prevalensi gout didunia mengalami kenaikan dengan jumlah 1370 juta jiwa (33,3%). Prevalensi gout juga meningkat pada kalangan orang dewasa di Inggris sebesar 3,2% dan Amerika Serikat sebesar 3,9%. Di Korea prevalensi asam urat meningkat dari 3,49% per 100 orang pada Tahun 2007 menjadi 7,58% per 100 orang pada Tahun 2015. Prevalensi gout di Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2013 kejadian Gout Artritis di Indonesia sebesar 11,9% (Riskesdas, 2013) sedangkan pada tahun 2018 prevalensi kejadian Gout Artritis di Indonesia sebesar 7,3% (Riskesdas, 2018). Hasil data Riskesdas tahun 2018 mengatakan bahwa prevalensi penyakit sendi pada lansia di Sulawesi Tengah sebanyak 7,72%. Menurut hasil data Rikesdas tahun 2018 prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang di diagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambah nya umur, demikian juga yang didiagnosis dokter atau gejala. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada



perempuan (13,4%) di banding laki-laki (10,3%) namun jika dibandingkan dengan hasil rikesdas pada tahun 2013 justru pernyakit sendi cenderung menurun dibeberapa kota besar di Indonesia. Penyakit gout arthritis dapat menimbulkan banyak komplikasi yang dapat mempengaruhi penderitanya. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari gout arthritis meliputi severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, Kemokin, protease, dan oksidan yang berperan pada proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga dapat menyebabkan sinovitalis kronis, dekstruksi kartilago dan erosi tulang. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Gout Arthritis biasanya paling banyak terdapat pada sendi jempol jari kaki, sendi pergelangan, sendi kaki, sendi lutut dan sendi siku yang dapat menyebabkan nyeri yang sedang meradang karena adanya penumpukan zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal yang mengakibatkan nyeri, jika nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas fisik sehari-hari seperti menurunnya aktivitas fisik (Nahariani, L & Wibowo, 2015). Dampak nyeri gout artritis yang dapat ditimbulkan berupa menurunnya kualitas hidup penderitanya karena nyeri yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Muncul keluhan pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal



pada pagi hari kemudiaan timbul rasa nyeri pada sendi dimalam hari nyeri tersebut terjadi secara terus menerus sehingga sangat mengganggu penderitanya (Purnamasari, 2015). Adapun cara-cara untuk menurunkan nyeri sendi yaitu dengan cara terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun nyeri, tindakan non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri sendi antara lain bimbingan antisipasi distraksi dan kompres (Potter dan Perry, 2016). Kompres hangat rebusan jahe merupakan tindakan yang sering kali digunakan sebagai penurun nyeri sendi karena kandungan gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar sirkulasi darah, sehingga suplai makanan dan oksigen lebih baik dan nyeri sendi berkurang (Utami P, 2015). Secara alamiah kompres hangat rebusan jahe mempunyai dampak fisiologis. Kompres hangat rebusan jahe adalah yang berhubungan dengan komposisi



terkandung dalam jahe senyawa-senyawa gingerol, shogaol,



zingeroled diary (heptanoid dan derivatnya) terutama paradol diketahui dapat menghambat siklooksigenase sehingga terjadi penurunan pembentukan atau biosintesis dari prostaglandin yang menyebabkan berkurangnya rasa nyeri (Heriana, A 2016). Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi literatur Kompres Hangat Rebusan Jahe Pada Pasien Gout Arthritis.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba melakukan studi literatur pada beberapa jurnal penelitian untuk mengetahui lebih mendalam yang berhubungan dengan Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dapat mengidentifikasi studi literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian, dapat mengidentifikasi Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi Hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi adik-adik mahasiswa dan menambah keluasan ilmu dalam bidang keperawatan 2. Bagi Peneliti Hasil ini diharapakan dapat meningkatkan pengalaman pengetahuan tentang penyakit Gout Arthritis dan bagaimana Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri untuk memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan perawatan Nyeri pada Pasien Gout Arthritis 3. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi kepada perawat tentang manfaat intervensi keperawatan yang mudah untuk dilakukan, murah, sederhana dan tidak membahayakan pasien dan sudah



dibuktikan oleh peneliti-peneliti terkait intervensi keperawatan khususnya kompres hangat rebusan jahe



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Gout Arthritis 1. Definisi Gout athritis menurut Brunner & Suddarth [2015] adalah sekumpulan kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan efek metabolisme purin secara ginetik dan menyebabkan hiperurisemia. Gout arthritis adalah penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak, berulang dan disertai dengan rasa nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah hiperurisemia Junaidi.I 2016). 2. Etiologi Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan



metabolic



dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat



yang kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung : a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik): 1) Gout arthritis primer metabolik: terjadi karena sintesa atau pembentukan asam urat yang berlebihan. 2) Gout arthritis metabolik: terjadi karena pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama yang



diobati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielobrosis. b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal): 1) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubulidistal ginjal yang sehat. 2) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada glomerulonephritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chornic renal failure). c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh: 1) Luka ringan 2) Pembedahan 3) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan protein purin 4) Kelelahan 5) Stres secara emosional 6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), furosemid, asam-asam



keton hasil pemecahan



terlalu banyak mengkonsumsi lemak. 7) Kedinginan [Iskandar Junaidi, 2016]



lemak sebagai akibat dari



3. Manifestasi Klinis Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan aritukuler, jaringan oseus,jaringan lunak, serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan asam urat dalam traktus urinarius. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali : a. Hiperutisemia asimtomatik b. Artiritis gout yang kronis c. Gout interkritikal d. Gout tofaseus yang kronik Biasanya, serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara bertahap, di mana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout arthritis cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi. Alhasil sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen. Lazimnya, serangan gout arthritis terjadi di kaki (monoarthritis). Namun. 3-14% serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis). Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout arthritis (poliarthritis) berulang adalah ibu jari kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tanggan, lutut, dan bursa olekranon pada siku.



Sendi yang terserang gout arthritis akan membengkak dan kulit di atasnya akan berwarnah merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika digerakan, dan muncul benjolan pada sendi (yang disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya akan berwarnah merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala lainya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggiran sendi/ tendon. Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan kristal dari kristal urat (tofi) diedapkan dibawah kulit disekitar sendi. Tofi juga bisa berbentuk di dalam ginjal dan organ tubuh lainya, di bawah kulit telinga atau di sekitar siku. Jika tidak di obati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur Junaidi.I (2016). 4. Patofisiologi Penyakit Gout Arthitis merupakan gangguan metabolisme asam urat yang memuncak dengan terjadinya endapan garam monosodium urat dalam sendi dan akhirnya dalam jaringan subkutan. Biasanya Gout Arthitis di tandai dengan inflamasi sendi yang sangat nyeri dan endapan urat di sekitar sendi, sering di sertai dengan kadar asam urat yang sangat tinggi di dalam darah. Senyawa urat berasal dari purin dalam makanan dan hasil daur ulang penguraian atau perbaikan jaringan. Pada hiperurisemia, peningkatan pada kadar urat ada dalam cairan ekstraselular lain, termaksut cairan synovial, dan juga pada plasma. Akan



tetapi cairan synovial merupakan pelarut yang buruk untuk urat dari pada plasma. Kristal monosodium urat dapat terbentuk dalam cairan synovial atau dalam membran synovial, kartilago, atau jaringan ikat sendi lainnya.Kristal cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara itu suhu yang lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga terbentuk di jaringan ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulus dan melanjutkan proses inflamasi, selama neutrophil berespon dengan ingesti kristal. Neutrophil melepaskan fagolisosom, menyebabkan kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus menerus dan pada akhirnya proses inflamasi merusak kartilago sendi dan tulang yang menyertai.(Lemone Priscilla, Dkk. 2015)



5. Pathway Diet tinggi purin



Peningkatan pemecahan sel



Metabolisme purin



Asam urat dlm sel keluar



Asam urat dalam serum Tdk di sekresi melalui urin Penyakit ginjal (glomerulonetritis dan gagal ginjal)



Asam uarat dalam serum meningkat ( hiperurisemia )



Kemampuan sekresi asam urat terganggu/menurun



Hipersaturasi asam urat dlm plasma dan garam urat di cairan tubuh



Peningkatan asam laktat sebagai produk sampingan metabolisme



Konsumsi alcohol



Terbentuk kristal monosodium urat (MSU)



Di bungkus oleh berbagai protein (termaksud IgG)



Merangsang ( leukosit PMN)



Di ginjal



Di jaringan lunak dan persendian



Penumpukan dan pengendapan MSU



Pembentukan batu ginjal asam urat Proteinuria,hiperte nsi ringan,urin asam,pekat



Resiko ketidakseimbangan volume cairan



Penumpukan dan pengendapan MSU



Pembentukan topus



Terjadi fagositosis kristal oleh leukosit



Terbentuk fagolisosom



Merusak selaput protein kristal



Respon inflamasi meningkat Terjadi ikatan hydrogen antara permukaan kristal dgn memberan lisosom



Membran lisosom robek, terjadi pelepasan enzym dan oksida radikal ke sitoplasma



Sumber :Nurarif Huda Amin, & Kusuma Hardhi. 2015 6. Komplikasi Gout Arthritis dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis akibat gout arthritis. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu. Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas



saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik (Kowalak dkk,2012). 7. Pemeriksaan Penunjang Menurut Kowalak, dkk (2012), penegakan diagnosis gout arthritis antara lain : a. Kristal monosodium urat yang mirip jarum dalam cairan sinovial (yang terlihat melalui aspirasi jarum suntik) b. Hiperurisemia (kadar asam urat yang lebih dari 420 mmol kreatinin) c. Kenaikan kadar asam urat dalam ureni 24 jam (biasanya lebih tinggi pada gout sekunder dibandingkan pada gout primer) d. Foto rontgen pada awalnya tampak normal, pada penyakit gou arthritis yang kronis, foto rontgen memperlihatkan kerusakan pada kartilago sendi dan tulang subkondrium. Pergeseran keluar bagian tepi yang bergantung dari kontur tulang merupakan ciri khas penyakit gout arthritis 8. Penatalaksanaan



a.



Penatalaksanaan medis



1) Kolkisin (oral parenteal), NSAID seperti indomerasin, atau kortikosteroid diresepkan untuk meredakan serangan gout arthritis akut.



2) Hiperurisemia, tofi, penghancuran sendi, dan masalah ginjal diterapi setelah proses inflamasi akut redah.



3) Agnes urikosurik, seperti probenesid, memperbaiki hiperurisemia dan melarutkan deposit urat.



4) Allopurinol efektif ketika beresiko terjadi insufisiensi ginjal atau batu ginjal.



5) Kortikosteroid dapat digunakan pada pasien yang tidak berespon terhadap terapi lain.



6) Terapi profilaksis dipertimbangkan jika pasien mengalami beberapa episode akut atau terjadi pembentukan tofi.



b.



Penatalaksanaan keperawatan Dorong pasien untuk membatasi konsumsi makanan tinggi purin, terutama daging organ (jeroan), dan membatasi asupan alkohol. Dorong pasien untuk mempertahankan berat tubuh normal. Upaya ini dapat membantu mencegah episode gout arthritis yang nyeri. Pada episode gout arthritis akut, penatalaksanaan nyeri sangat penting. Tinjaumedikasi bersama pasien dan keluarga. Tekankan pentingnya men medikasi untuk mempertahankan efektivitas.



B. Tinjauan Tentang Konsep Evidence Based Nursing (EBN) 1. Tinjauan Tentang Kompres Hangat Rebusan Jahe Pemberian Kompres hangat merupakan mekanisme penghambat reseptor nyeri pada serabut saraf besar dimana akan mengakibatkan terjadinya perubahan mekanisme yaitu gerbang yang akhirnya dapat



memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai ke kortes serebri menimbulkan persepsi nyeri dan reseptor otot sehingga nyeri dapat berkurang (Potter & Perry,2016). Jahe memiliki efek antiradang sehingga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengurangi rasa



nyeri



akibat



gingerol,gingerdione leukotriene



dan



asam dan



urat.



Efek



zingeron



prostaglandin



yang



yang



aktif



jahe



berfungsi



merupakan



terdiri



dari



menghambat



mediator



radang



(Herliana,2013). Junaidi (2016) mengungkapkan manfaat kompres hangat jahe pada asam urat dapat melancarkan peredaran darah, memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh, melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat, mengurangi penekanan atau kompresi dan nyeri pada sendi. Kompres dilakukan pada penderita asam urat karena dapat mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, mengurangi penekanan atau kompresi dan nyeri pada sendi, melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat. Selain itu menurut Rusnonto (2015), kompres hangat jahe juga dapat digunakan pada perut kembung. Tabel 2.1. SOP (Standar Operasional Prosedur) Kompres Hangat Rebusan Jahe SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE Pengertian Terapi panas dan dingin merupakan terapi non farmakologi yang menggunakan suhu untuk meredahkan nyeri dengan menghambat reseptor nyeri seperti nosiseptor dalam menghantarkan rasa ambang nyeri. Tujuan 1. Untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan. 2. Sebagai terapi alternative selain terapi



Alat dan bahan



Persiapan Klien Prosedur



farmakologis. 1. Washlap/ handuk 2. Wadah atau mangkok 3. Air 1 liter (1000 cc) 4. Jahe 3-5 rimpang (±100 gram) 5. Air hangat rebusan jahe dengan suhu 37oC-40oC Responden diberi penjelasan dari inform consent 1. Cuci bersih 5 rimpang jahe (±100 gram) 2. Lalu iris tipis-tipis jahe yang sudah di cuci bersih 3. Setelah itu masukkan irisan jahe kedalam 1 liter air (1000 cc) 4. Rebus irisan jahe sampai air mendidih 5. Tuang rebusan jahe kedalam wadah/ mangkok 6. Kemudian tunggu hingga suhu rebusan jahe menjadi hangat tanpa campuran air dingin (400 cc) 7. Masukkan washlap atau handuk kecil kedalam wadah/ mangkok rebusan jahe hangat 8. Peras washlap/ handuk kecil sampai lembab dan kemudian tempelkan pada area yang nyeri hingga ke hangatan washlap/ handuk kecil terasa berkurang 9. Ulangi langkah tersebut ± 15-20 menit.



2. Tinjauan Tentang Nyeri a. Pengertian Nyeri Nyeri adalah pengalaman pribadi, subyektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi seseorang, perhatian dan variabel-variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk menghentikan rasa tersebut (Judha, 2010 dalam Andarmoyo, 2013). Nyeri sendi pada penderita Artitis Gout terjadi karena adanya endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar Artitis Gout didalam darah (Tjokroprawiro, A, et all, 2015).



b. Penyebab nyeri Menurut Asmadi (2008) penyebab rasa nyeri dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik,Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Penyebab nyeri secara fisik yaitu akibat trauma (trauma mekanik, kimiawi, maupun elektrik ). c. Fisiologi Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nocireseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer (Tamsuri, A, 2007) Berdasarkan letaknya, nocireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, maka nyeri yang ditimbulkan juga memiliki sensasi yang berbeda (Tamsuri, A, 2007). d. Klasifikasi Nyeri Manurut Andarmoyo, 2013 sebagai berikut : 1) Nyeri berdasarkan durasi a) Nyeri akut



Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit atau intervesi bedah yang memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (dari ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. b) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu bperiode tertentu. c) Nyeri berdasarkan asal 1. Nyeri Nosiseptif Nyeri nosiseptif (nociceptive pain) adalah nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensitisasi nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang menghantarkan stimulus noxious. 2. Nyeri Neouropatik Nyeri



neuropatik



adalah



hasil



suatu



cedera



atau



abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun sentral. d) Nyeri berdasarkan lokasi 1. Superfisial atau kutaneus Superfisial atau kutaneus adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. 2. Visceral dalam



Visceral dalam adalah nyeri yang terjadi akibat stimulus organ-organ internal. 3. Nyeri alih Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. 4. Radiasi Radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal cidera kebagian tubuh yang lain. e. Penilaian Respon Intensitas Nyeri Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007). Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Skala nyeri tersebut adalah : 1) Skala Wong Baker/Faces Pain Score Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wjah yang tersenyum untuk ‘tidak ada nyeri’ sampai wajah yang berlinang air mata untuk ‘nyeri paling buruk’. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang dialaminya sesuia dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana. Gambar 1.1 Skala Wong Baker



2) NuNumerac Ratting Scale (NRS) Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0-10. Angka 0 berarti ‘no pain’ dan 10 berarti ‘severe pain’ (nyeri hebat).Numeric Ratting Scale lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Gambar 2.2 Numeral Ratting Scale



Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Ketika menggunakan



Numeric Ratting Scale, skala 0-3 mengindikasikan nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, dan 7-10 nyeri hebat. Ket : 0 : Tidak ada nyeri 1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan 2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul 3 : Nyeri seperti perih 4 : Nyeri seperti kram atau kaku 5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak 6 : Nyeri seperti terbakar atau tertusuk-tusuk 7, 8, 9 : Sangat nyeri, tetapi masih dapat di kontrol oleh klien 10 : Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol



BAB III METODE PENULISAN A. Metode Penelusuran Penelusuran studi literatur ini dilakukan melalu website google scholar dengan menggunakan kata kunci Kompres Hangat Rebusan Jahe B. Alasan Pemilihan Jurnal Jurnal ini dipilih karena intervensi yang digunakan dalam penelitian memuat tentang intervensi keperawatan mandiri dalam memenuhi masalah keperawatan pada pasien Gout Arthritis. Selain itu, jurnal ini merupakan jurnal publikasi terbaru (2015-2020) untuk jenis intervensi yang di lakukan adalah non-farmakologi. C. Subjek Studi 1. Jurnal Gout Arthritis a. Enny Virda Yuniarti, Emyk Windartik, Amar Akbar (2017) Effect Of Red Ginger Compress To Decrease Scale Of Pain Gout Arthiris Patients b. Khoiroh Umah & Ursula Fitria Anggreini (2018) Kompres Hangat Rebusan Jahe Berpengaruh Pada Nyeri Sendi Lansia Penderita Asam Urat c. Sunarti & Alhuda (2018) “ Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.



d. Lexy Oktora Wilda & Bentar Panorama (2020) “Kompres Hangat Jahe Terhadap Perubahan Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Gout”. e. Rita Merliana, Novita Elisabeth Daeli & Morlina Sitanggang (2019) Perbedaan Kompres Air Hangat Dan Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout Lansia. f. Selawati, Lestari Eko Darwati & Santoso Tri Nugraha (2016) Kompres Hangat Jahe Atau tanpa jahe Menurunkan Nyeri Sendi Lutut Lansia. D. Fokus Studi Fokus studi dalam penelitian studi lieratur ini yaitu mengidentifikasi hasil penelitian tentang Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri pada pasien Gout Arthritis. E. Etika Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip – prinsip etika dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan menggunakan subyek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang tidak bias dipaksa. Beberapa etika dalam melakukan penelitian diantaranya adalah : 1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien) Informed Consent adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang diberikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan pasien/keluarga yang berisi persetujuan atas rencana tindakan medis yang diajukan setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat penolakan atau persetujuan.



2. Anonimity (tanpa nama) Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa nama atau tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan istilah Anonimity dipakai untuk menyembunyikan identitas pasien. Contoh : nama klien tn. kamarudin, dapat pendokumentasian asuhan keperawatan nama klien di tulis dalam inisial yaitu Tn. K. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak berkepentingan dapat mencapai informasi, berhubungan data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu. 4. Prinsip Autonomi Prinsip autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak ada paksaan ataupun ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien setelah di jelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian tindakan keperawatan yang akan dilakukan. 5. Prinsip Beneficience Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Dalam penelitian ini diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mencegah nyeri pada kasus Gout Arthritis.



6. Non Maleficience Non malafiesien adalah Prinsip yang berarti segala tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien Gout Arthritis menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik. 7. Prinsip Justice Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. tidak memilih pasien berdasarkan status sosial, RAS, suku dan agama dalam memberikan tindakan keperawatan.



BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN A. Analisis Berdasarkan hasil penelusuran jurnal yang dilakukan, maka akan dibuat analisis jurnal dalam bentuk tabel yang terdiri dari : Peneliti (tahun dan judul), Tujuan Penelitian, Desain Penelitian, Responden, Pengumpulan Data dan Hasil Penelitian



No 1



Peneliti (Tahun& Judul) Enny Virda Yuniarti, Emyk Windartik, Amar Akbar (2017) Effect Of Red Ginger Compress To Decrease Scale Of Pain Gout Arthiris Patients



Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres jahe merah terhadap penurunan skala nyeri asam urat pasien.



Tabel 4.1. Analisis Dari 6 Jurnal Desain Responden Pengumpulan Data Penelitian Pendekatan Pengambilan Data Demografi: quasi sampel 1. Usia eksperimen menggunakan 2. Seks dengan desain total sampling pretestuntuk Skala Nyeri posttest non mendapatkan random ized 24 responden control group. lansia yang menderita asam urat di rumah sakit Lansia Mojopahit Mojokerto.



Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan skala nyeri responden pada kelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi kompres jahe merah berada pada skala nyeri 4-6 sebanyak 6 responden dan 7-9 sebanyak 6 responden, dan setelah diberikan intervensi kompres jahe merah berada pada skala nyeri 1-3 sebanyak 2 responden dan 4-6 sebanyak 10 responden, sedangkan



2



Khoiroh Umah & Ursula Fitria Anggreini (2018) Kompres Hangat Rebusan Jahe Berpengaruh Pada Nyeri Sendi Lansia Penderita Asam Urat



kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi skala nyeri 1-3 sebanyak 5 responden, skala nyeri 4-6 sebanyak 5 responden dan 7-9 sebanyak 2 responden dan setelah diberikan intervensi kompres jahe merah kelompok kontrol memiliki presentase skala nyeri yang sama. Hasil uji statistik 2 sampel independen uji t diperoleh nilai p 0,029 (p