KTI Resesi Gingiva [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN RESESI GINGIVA



Oleh : Nama : AINUN JARIYAH DAMING NIM : J014202015 Pembimbing : Dr. drg. Arni Irawaty Djais, Sp.Perio(K)



DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR



2021 PENDAHULUAN Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi alveolar ridge. Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Keberadaan gingiva tergantung pada gigi-geligi, bila ada gigi-geligi maka gingiva juga ada dan bila gigi dicabut perlekatan gingiva akan hilang. Bagian-bagian gingiva adalah margin gingiva (free gingiva) yaitu bagian gingiva yang mengelilingi leher gigi di daerah CEJ (cemento enamel junction) dan tidak secara langsung melekat pada gigi, attached gingiva yakni gingival keratinized yang terbentuk dari margin gingiva hingga ke MGJ (Mucogingival Junction), dan mukosa alveolar.(Maulani & Nurwanti, 2017) Resesi gingiva sering merupakan masalah, umumnya penderita mengeluh giginya terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena posisi marginal gingiva menjauhi cemento enamel junction (CEJ), sehingga permukaan akar yang semula tertutup menjadi terbuka. Pada proses penuaan (aging), insidens resesi gingiva semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Masalah yang sering dikeluhkan penderita akibat resesi gingiva adalah masalah estetis, terutama jika resesi terjadi pada gigi anterior atas. Selain itu, resesi gingiva juga dapat menyebabkan hipersensitivitas dentin akibat terbukanya permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka juga



memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin akibat lingkungan rongga mulut maupun akibat aktifitas menyikat gigi. Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika terkena rangsangan terutama akibat perubahan suhu. Selain itu, permukaan akar yang terbuka menyebabkan gigi rentan terhadap karies servikal.(Heribertus Dedy Kusuma Yulianto dan Morita, 2014) PEMBAHASAN Definisi Resesi gingiva adalah suatu istilah untuk keadaan permukaan akar gigi yang terpapar ke rongga mulut akibat pergeseran tepi gingiva kearah apikal. Pasien dengan resesi gingiva umumnya mengeluhkan masalah estetika, namun akar gigi yang dibiarkan terbuka dapat memicu terjadinya hipersensitivitas dentin, karies, dan penumpukan plak di daerah interproksimal.(Kahla et al., 2019) Resesi gingiva adalah perubahan posisi tepi gingiva ke arah apikal dari cemento enamel junction karena hilangnya jaringan perlekatan tulang alveolar sehingga mengakibatkan terbukanya permukaan akar gigi. Resesi gingiva merupakan pergeseran atau pergerakan margin gingiva ke arah apikal yang mengakibatkan terbukanya permukaan akar gigi sehingga secara estetik tampak tidak indah. Resesi gingiva dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Resesi yang bersifat fisiologis berhubungan dengan faktor usia sedangkan resesi gingiva yang bersifat patologis berhubungan dengan



malposisi, inflamasi gingiva, dan perlekatan frenulum yang abnormal. (Rizkika et al., 2019) Klasifikasi Klasifikasi resesi gingiva dapat dikategorikan menjadi empat kelas menurut Miller berdasarkan keadaan margin gingiva terhadap cemento enamel junction (CEJ). Klasifikasi resesi gingiva menurut Miller yaitu: a. Kelas I Resesi gingiva kelas I merupakan resesi pada margin gingiva yang belum meluas ke mucogingival junction. Pada kelas ini belum terjadi kehilangan tulang atau jaringan lunak di daerah interdental.



b. Kelas II Resesi gingiva kelas II merupakan resesi pada margin gingiva meluas ke arah mucogingival junction, tetapi belum terjadi kehilangan tulang atau jaringan lunak di daerah interdental. Resesi ini dapat berukuran kecil atau besar.



c. Kelas III Resesi gingiva kelas III merupakan resesi pada margin gingiva yang meluas ke arah mucogingival junction disertai dengan kehilangan tulang dan jaringan lunak di daerah interdental atau terdapat malposisi gigi yang ringan.



d. Kelas IV Resesi gingiva kelas IV merupakan resesi pada margin gingiva meluas ke arah mucogingival junction, disertai kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah di daerah interdental atau terdapat malposisi gigi yang parah.(Sampieri, 2017)



Tingkat keparahan resesi gingiva berdasarkan Marini juga diukur dan dinilai sebagai berikut: 1. Resesi ringan : kurang dari atau sama dengan tiga milimeter ( ≤ 3mm ) dari permukaan akar yang terekspos. 2. Resesi gingiva sedang : tiga sampai dengan empat milimeter ( 3- 4mm ) dari permukaan akar yang terekspos.



3. Resesi gingiva berat : lebih dari empat milimeter ( 4mm) dari permukaan akar yang terpapar.(Stephani & Idamawati, 2019) Etiologi a. Anatomi Faktor anatomi yang dapat menyebabkan resesi gingiva adalah fenestration dan dehiscence yang terjadi pada tulang alveolar, posisi gigi di luar lengkung yang normal, serta morfologi akar yang prominent. Semua kondisi tersebut menyebabkan tulang alveolar maupun gingiva yang melapisinya menjadi lebih tipis, sehingga memudahkan terjadinya resesi gingiva. Selain itu, perlekatan frenum dan frenulum yang terlalu koronal, attached gingiva yang sempit, serta faktor keturunan, misalnya epitel gingiva yang tipis dan mudah rusak, cenderung mengakibatkan resesi gingiva. b. Fisiologi Resesi gingiva secara fisiologis dapat terjadi akibat pergerakan gigi secara ortodontik, baik ke arah lingual maupun labial, yang cenderung mengakibatkan terjadinya dehiscence. Bertambahnya umur juga menjadi salah satu penyebab timbulnya resesi gingiva secara fisiologis. c. Patologi Resesi gingiva secara patologis antara lain dapat terjadi karena: peradangan pada gingiva akibat oral hygiene buruk sehingga terjadi akumulasi plak dan kalkulus, trauma oklusi, trauma sikat gigi, merokok,



mengkonsumsi alkohol, tepi restorasi yang tidak baik, faktor hormonal, serta akibat prosedur operasi periodontal.(Heribertus Dedy Kusuma Yulianto dan Morita, 2014) Dampak Resesi Gingiva a. Estetika. Penampilan gigi menjadi tidak menarik. b. Perdarahan Gingiva dan Retensi Plak. Resesi merupakan situs klinis yang menawarkan retensi plak. c. Hipersensitivitas. Resesi akan mengungkap serviks dentin. Biasanya hipersensitivitas yang tajam dan pendek durasi sering dikaitkan dengan stimulus



dingin. Mekanisme hipersensitivitas yang diterima adalah



hidrodinamik teori nyeri, yang menyatakan bahwa pergerakan cairan gigi di tubulus dentin memicu serabut saraf sensorik di dentin dalam dan persimpangan dentinopulpal. d. Karies. Mungkin ada risiko perkembangan root karies sebagai permukaan



akar terkena lingkungan mulut dan membantu menahan plak. Pasien dengan periodontal pemeliharaan dengan rata-rata 64,7 permukaan akar terbuka per pasien; jumlah rata-rata lesi karies yang terdeteksi 4,3 dalam studi prevalensi.(Pradeep et al., 2012) Perawatan Terapi untuk penderita dengan resesi gingiva, bervariasi menurut besarnya resesi, jenis resesi serta penyebabnya. Terapi dibagi menjadi dua yaitu : a. Secara bedah



Perawatan resesi gingiva secara bedah meliputi berbagai teknik bedah mukogingiva antara lain: coronally positioned flap, laterally positioned flap, semilunar coronally positioned flap, modified semilunar coronally positioned flap, free gingival graft, connective tissue graft.(Heribertus Dedy Kusuma Yulianto dan Morita, 2014) 1. Coronally Advance Flap (CAF) Berikut merupakan tahapan perawatan bedah resesi gingiva dengan teknik Coronally Advance Flap (CAF): 



Disinfeksi daerah kerja







Prosedur dilakukan dengan anestesi lokal (Lignocaine HCl dengan 2% epinefrin 1: 200.000). Insisi pertama kali ditandai dengan sterile eosin pencil







Insisi jaringan dilakukan dengan teknik oblique horizontal incision, digunakan dengan tujuan untuk menghubungkan CEJ satu gigi ke margin gingiva yang berdekatan.







Flap kemudian di angkat ke arah mucogingival hingga akar gigi terekspos.







Lakukan scalling dan root planning untuk menghilangkan epitel yang mungkin mengganggu penyembuhan jaringan.







Biomodifikasi akar dengan menggunakan tetracycline 0.5%







Flap diarahkan secara koronal. Saat memajukan flap secara koronal, papila bedah diputar ke arah ujung flap dan dipindahkan



ke jaringan ikat yang telah disiapkan dari papila anatomis. Flap kemudian di jahit. 



Memberikan instruksi pasca operasi kepada pasien, kemudian memfollow up kondisi operasi pada 3 bulan kedepan.(Agrawal et al., 2016)



2. Laterally position flap Laterally position flap adalah proses penarikan gingiva dari daerah lateral atau daerah yang harus berdekatan dengan area resesi. Untuk melakukan bedah ini, harus terdapat sejumlah gingiva yang tebal, kuat dan attached gingiva pada lateral daerah resesi. Pedicle jaringan daerah gingiva ini di rotasikan ke atas daerah resesi untuk menutupi daerah resesi. Kelemahan teknik adalah dapat terjadi resesi pada daerah yang mana pedicle dipindahkan.(Andriani I, Herawati D. 2009) 3. Connective tissue graft Connective tissue graft adalah suatu prosedur bilaminer yang dirancang untuk memaksimalkan suplai darah supraperiosteal dan gusil ke graft jaringan. Graft diletakkan diatas daerah resesi sedangkan nutrisi dan revaskularisasi didapat dari daerah resipien, papila interdental dan flap yang menutupi graf.(Metta et al., 2020) 4. Free Gingival Autograft Free gingival autograft merupakan salah satu metode grafting dalam perawatan bedah resesi gingiva yang digunakan, berikut



merupakan langkah-langkah perawatan yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik ini. 1) Pada kunjungan pertama, hal yang harus dilakukan adalah pemebersihan rongga mulut. Teknik bedah yang harus dilakukan pada pasien sudah dijelaskan pada kunjungan pertama. 2) Pada kunjungan berikutnya, persetujuan inform consent dilakukan perawtann bedah di tanda tangani oleh pasien, kemudian ditindak lanjuti dengan segera melakukan prosedur bedah: 



Area operasi di anastesi terlebih dahulu, menggunakan teknik infiltrasi lokal dengan 2% lignocaine HCL+1;2,00,0000 epinefrin. Kita tunggu hingga jaringan disekitar gingiva mengalami de-epitelisasi.







Insisi jaringan pada bagian bawah kemudian ditarik kembali dan insisi sambungan mukogingiva menggunakan blade #15







Graft direncanakan diambil dari area palatine distal ke anterior, dengan cara saraf terlebih dahulu di blok menggunakann larutan anastesi.







Hasil cangkok jaringan/graft diperiksa untuk mengetahui apakah ada jaringan lemak atau kelenjar, jika ada maka hilangkan dengan blade #15.







Graft kemudian di pasangkan pada jaringan yang akan dipasangkan tadi kemudian jahit dengan teknik interrupted suture. Kemudian graft distabilkan sepenuhnya dengan



menggunakan jahitan silang dan interrupted suture. Tekanan sedikit diberikan kemudian aplikasikan kasin kasa yang dibasahi garam selama 5 menit untuk mencapai hemostasis dan pembentukan fibrin kemudian lindungi dengan menggunakan foil dan balutan periodontal non eugenel. 



Instruksi pasca operasi yang diberikan ke pasien adalah: (1) tidak menyikat gigi dilokasi operasi selama 10 hari, (2) gunakan obat kumur klorheksidin 0.2% 10 ml selama 10 hari berama dengan mengonsumsi amoksisilin 500 mg 3 kali sehari, metronidazole 400 mg tiga kali sehari salama 5 hari dan analgesic sesuai kebutuhan







Kunjungan



selanjutnya



dijadwalkan



untuk



pengambilan



jahitan.(Neupane et al., 2019)



b. Secara non-bedah perawatan non bedah untuk mengatasi resesi gingiva. Perawatan ditujukan untuk mengatasi masalah estetik maupun hipersensitif dentin. Perawatan tersebut adalah dengan gingiva tiruan yang diaplikasikan pada daerah resesi.(Krismariono, 2017). Perawatan non bedah untuk mengatasi masalah estetis dapat dilakukan dengan memberi tumpatan sewarna dengan gingiva pada area akar yang terbuka maupun memberi gingiva tiruan yang diaplikasikan pada area resesi. Sedangkan untuk mengatasi masalah hipersensitivitas dentin dapat dilakukan pengulasan bahan



desensitisasi, misalnya: fluoride, chloride, potassium nitrat, atau dapat pula dengan bahan varnish maupun komposit untuk melapisi akar yang terbuka. (Heribertus Dedy Kusuma Yulianto dan Morita, 2014) Berikut merupakan prosedur dalam perawatan non bedah gingiva tiruan :  Melakukan perawatan awal pada kasus, seperti: scaling, dan root planning.  Pasien diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur klorheksidin 0,12% sehari 2x1, pagi dan malam hari dan



melakukan kontrol 1



selama seminggu kemudian (Agar dapat dirawat dengan pemakaian gingiva tiruan, seluruh penderita post-scaling dikontrol kesehatan jaringan periodonsiumnya setiap minggu sampai didapatkan kondisi klinis jaringan yang sehat).  Apabila dinilai kondisi jaringan telah sehat, maka setiap penderita dibuatkan gingiva tiruan dari bahan soft liner, yang biasanya digunakan untuk melapisi basis akrilik gigi tiruan lepasan.  Pembuatan gingiva tiruan dilakukan secara direct pada penderita. Regio gigi yang dibuatkan gingiva tiruan sesuai dengan regio yang mengalami resesi. Gingiva tiruan dibuat menutup seluruh resesi beserta celah proksimal diantara gigi-gigi tersebut. Batas koronal sampai cementoenamel junction, sedangkan batas apikal sampai muco-gingival junction.  Selanjutnya, instruksikan pada pasien untuk kontrol 1 minggu



kemudian, dan kontrol dilakukan setiap bulan. Pemeriksaan dilakukan



terhadap jaringan periodonsium maupun terhadap gingiva tiruan yang selama ini dipakai. Kontrol sampai bulan ke-6 pemakaian gingiva tiruan tidak ada masalah. Penderita merasa lebih percaya diri, serta yang menggembirakan rasa ngilu yang dulu dikeluhkan, setelah memakai gingiva tiruan keluhan tersebut berkurang, bahkan berangsur-angsur hilang. Untuk semua penderita, keluhan hipersensitif dentin hilang setelah + 5 bulan pemakaian gingiva tiruan. (Krismariono, 2017) Kesimpulan Resesi gingiva adalah suatu istilah untuk keadaan permukaan akar gigi yang terpapar ke rongga mulut akibat pergeseran tepi gingiva kearah apikal. Resesi gingiva sering merupakan masalah, umumnya penderita mengeluh giginya terlihat lebih panjang, Pasien dengan resesi gingiva umumnya mengeluhkan masalah estetika, namun akar gigi yang dibiarkan terbuka dapat memicu terjadinya hipersensitivitas dentin, karies, dan penumpukan plak di daerah interproksimal. Perawatan resesi gingiva ini dapat dilakukan secara bedan maupun non-bedah.



Daftar Pustaka 1. Agrawal, I., Bakutra, G., & Chandran, S. (2016). Zucchelli’s Technique



Of Coronally Advanced Flap With PRF Membrane – A Novel Technique For The Treatment Of Multiple Gingival Recessions -. National Journal of Integrated Research in Medicine, 7(3), 55–59. 2. Andriani I, Herawati D . Perawatan Resesi Gingiva Dengan Tanpa Penambahan Amnion (pp. 69–74). (2009). 3. Heribertus Dedy Kusuma Yulianto dan Morita. (2014). Prinsip Dasar Perawatan Resesi Gingiva. Dentika Dental Journal, 18(2), 190–193. 4. Kahla, A., Putri, N., & Zubardiah, L. (2019). GAMBARAN RESESI GINGIVA PADA PASIEN PENGGUNA NARKOBA (Kajian pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat). Jurnal Kedokteran Gigi, 1(2), 33–40. https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jkgt/article/view/6393 5. Krismariono, A. (2017). Gingiva tiruan sebagai perawatan alternatif untuk resesi gingiva ( Artificial gingiva as alternative treatment for gingival recession ) Case Report Gingiva tiruan sebagai perawatan alternatif untuk resesi gingiva ( Artificial gingiva as alternative treatm. Periodontic



Journal, 1(July), 10–14. 6. Maulani, C., & Nurwanti, K. (2017). Tingkat Resesi Gingiva Menggunakan Bulu Sikat Gigi Lembut dan Sedang Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Jurnal Kedokteran Yarsi 25, 25(1),



1–9.



http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jurnal-fk-



yarsi/article/download/343/233 7. Metta, P., Miranda, A., Rusminah, N., & Puspitadewi, H. (2020). Tunneling connective tissue graft sebagai prosedur perawatan resesi gusi kelas I Miller. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(2), 9. https://doi.org/10.24198/jkg.v32i1.18042 8. Neupane, M., Humagain, M., Subba, M., Lamichhane, S., & Dawadi, A. (2019). Surgical Management of Gingival Recession Using Free Gingival Autograft: A Case Report. Journal of Nepalese Society of Periodontology and



Oral



Implantology,



3(2),



81–83.



https://doi.org/10.3126/jnspoi.v3i2.30890 9. Pradeep, K., Rajababu, P., Satyanarayana, D., & Sagar, V. (2012). Gingival Recession: Review and Strategies in Treatment of Recession. Case



Reports



in



Dentistry,



2012,



1–6.



https://doi.org/10.1155/2012/563421 10. Rizkika, L., Mintjelungan, C. N., Zuliari, K., & Khoman, J. (2019). Hubungan Teknik Menyikat Gigi dengan Keparahan Resesi Gingiva pada Masyarakat Pesisir Pantai di Kawasan Megamas Kota Manado. E-GIGI, 7(2), 65–70. https://doi.org/10.35790/eg.7.2.2019.23929



11. Sampieri, R. H. (2017). Perawatan Bedah Resesi Gingiva Dengan Teknik Subepithelial Connective Tissue Graft. Dental Jurnal Kedokteran Gigi,11(1), 634. 12. Stephani, & Idamawati. (2019). Hubungan Resesi Gingiva Dengan Metode Menyikat Gigi Horizontal Dan Vertikal Pada Lansia Di Panti Jompo. Prima Journal of Oral and Dental Science, 2(7), 1–9.