KTI (Tiara Adinda) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH



PEMBERIAN KOMPRES HANGAT SERAI UNTUK MENGURANGI INTENSITAS NYERI PADA LANSIA PENDERITA REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS)



LITERATUR REVIEW



TIARA ADINDA CAHYANING SLAMET NIM P17220181007



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG 2021



PEMBERIAN KOMPRES HANGAT SERAI UNTUK MENGURANGI INTENSITAS NYERI PADA LANSIA PENDERITA REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS)



Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang



TIARA ADINDA CAHYANING SLAMET NIM P17220181007



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG 2021



i



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: Tiara Adinda Cahyaning Slamet



NIM



: P17220181007



Progam Studi



: D III Keperawatan Lawang



Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah Literature Review yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Malang, 2021



Mengetahui



Yang Membuat Pernyataan



Pembimbing



Tiara Adinda Cahyaning Slamet



Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep



NIM. P17220181007



NIP. 197407281998031002



ii



LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Kompres Hangat Serai Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik (Rheumatoid Arthritis)” oleh Tiara Adinda Cahyaning Slamet NIM : P17220181007 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan. Lawang, 2021 Pembimbing



Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep NIP. 197407281998031002 Mengetahui Ketua Program Studi DIII Keperawatan Lawang



Budiono, S.Kp, M.Kes NIP. 196907122001121001



iii



LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Kompres Hangat Serai Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik (Rheumatoid Arthritis)” oleh Tiara Adinda Cahyaning Slamet NIM : P17220181007 telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal :



Dewan Penguji



Penguji Anggota



Penguji Utama s



Nurul Hidayah, S.Kep., Ns, M.Kep NIP. 197306151997032001



Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep NIP. 197407281998031002



Mengetahui,



Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang



Imam Subekti,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom NIP.196512051989121001



iv



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Kompres Hangat Serai Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik (Rheumatoid Arthritis)” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat : 1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan sarana dan prasarana kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Imam Subekti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan



pengarahan dalam



penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Budiono, S.Kep., M.Kep Ketua Program studi D-III Keperawatan Lawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan ijin penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan bagi penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Nurul Hidayah, S.Kep., Ns, M.Kep selaku penguji yang memberikan arahan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Tata Usaha Jurusan Keperawatan Malang yang telah memberikan semangat. 7. Kedua orang tua yang selalu menjadi penyemangat dan selalu mendoakan serta memberikan dukungan materil dan moril dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.



v



8. Putri Nares Wari, Vina Purwita, dan Yovana Shinta yang memberi semangat serta ikut membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang selalu memberikan dukungan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT menghargai usaha dan amal baik yang telah diberikan, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain yang memanfaatkannya.



Desember 2020



Penulis



vi



PEMBERIAN KOMPRES HANGAT SERAI UNTUK MENGURANGI INTENSITAS NYERI PADA LANSIA PENDERITA REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS) (Literature Review) Tiara Adinda Cahyaning Slamet Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep



Abstrak Latar Belakang : Penyakit yang sering terjadi atau sering dijumpai pada lansia yaitu rematik yang ditandai dengan radang sendi, penyakit ini dapat mempengaruhi gerak tubuh karena terjadi peradangan pada sendi yang menyebabkan rasa sakit dan ditandai dengan kaku sendi dan bengkak seperti pada otot, ligamen dan tendon. Penyakit ini dapat mengenai bagian kaki dan tangan, serta bagian tubuh lainnya. Pengobatan untuk meredakan nyeri sendi rematik salah satunya yaitu dengan menghangatkan sendi yang sakit, atau kompres hangat dengan menggunakan campuran serai. Metode : Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat serai terhadap penurunan intensitas nyeri pada lansia penderita rematik. Dengan menggunakan keyword (“elderly” OR “lansia” AND “rheumatoid arthritis” OR “rematik” AND “pain” OR “nyeri” AND “warm compress” OR “kompres hangat” AND “lemongrass” OR “serai”) pada database untuk mencari literatur review. Dilakukan seleksi terhadap 6 artikel menggunakan JBI Critical Appraisal tools. Artikel diambil dari 4 database yaitu, Pubmed, Science Direct, Portal Garuda dan Google Scholar. Penyeleksian diambil dengan memerhatikan PICO framework, kemudian artikel dianalisis satu persatu. Hasil : Terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi kompres hangat serai terhadap lansia penderita rematik. Kesimpulan : Pemberian terapi kompres hangat disarankan untuk dilakukan pada lansia penderita rematik karena terjadi penurunan skala nyeri setelah dilakukan tindakan, tetapi pada responden dengan skala nyeri berat terkontrol hanya terjadi sedikit penurunan dan pada keenam artikel hanya terdapat 1 jurnal yang tindakannya dilakukan pada responden dengan skala nyeri berat tidak terkontrol, sehingga pada peneliti selanjutnya disarankan dapat melakukan kompres hangat serai pada responden dengan skala ringan - berat tidak terkontrol dan dapat melakukannya dengan tambahan alternatif lain atau menggunakan kombinasi herbal lain agar lebih efektif lagi.



Kata kunci : Lansia, Rematik, Nyeri, Kompres hangat, Serai



vii



ADMINISTRATION OF WARM COMPRESSES LEMONGRASS TO REDUCE THE INTENSITY OF PAIN IN ELDERLY PEOPLE WITH RHEUMATISM (RHEUMATOID ARTHRITIS) (Literature Review) Tiara Adinda Cahyaning Slamet Arief Bachtiar, S.Kep., Ns, M.Kep



Abstract Background : Diseases that often occur or are often found in the elderly are rheumatism characterized by arthritis, This disease can affect body movements due to inflammation of the joints that cause pain and is characterized by stiff joints and swelling such as in muscles, ligaments and tendons. The disease can hit the legs and hands, as well as other parts of the body. Treatment to relieve rheumatic joint pain one of which is by warming the joints that hurt, or warm compresses using a mixture of lemongrass. Methods : This study was conducted to determine the effect of the administration of warm compress lemongrass on the decrease in pain intensity in elderly people with rheumatism. By using keywords (“elderly” OR “lansia” AND “rheumatoid arthritis” OR “rematik” AND “pain” OR “nyeri” AND “warm compress” OR “kompres hangat” AND “lemongrass” OR “serai”) on the database to search for literature reviews. Selection of 6 articles using JBI Critical Appraisal tools. Articles are taken from 4 databases namely, Pubmed, Science Direct, Portal Garuda and Google Scholar. The selection is taken with attention to the PICO framework, then the articles are analyzed one by one. Result : There is a difference in the scale of pain before and after the therapy of warm compress lemongrass against elderly people with rheumatism. Conclusion : The administration of warm compress therapy is recommended to be done in the elderly with rheumatism due to a decrease in the scale of pain after the action, but in respondents with a controlled severe pain scale there was only a slight decrease and in the six articles there was only one journal whose actions were performed on respondents with uncontrolled severe pain scale, so that in the next researcher it is recommended to be able to compress warm lemongrass on respondents with a light scale - uncontrolled weight and can do it with additional alternatives or use other herbal combinations to be more effective.



Keywords : Elderly, Rheumatoid Arthritis, Pain, Warm Compress, Lemongrass



viii



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v ABSTRAK............................................................................................................ vii ABSTRACT......................................................................................................... ..........................................................................................................................viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ..........................................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ..........................................................................................................................xiv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5 1. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 5 2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ix



A. Lanjut Usia .............................................................................................. 6 B. Rheumatoid Arthritis (Rematik) .............................................................. 6 1. Definisi ................................................................................................... 6 2. Etiologi ................................................................................................... 7 3. Patofisiologi ........................................................................................... 8 4. Klasifikasi ............................................................................................... 8 5. Manifestasi Klinik .................................................................................. 8 6. Faktor Risiko .......................................................................................... 9 7. Nyeri Pada Rematik ............................................................................... 9 8. Penatalaksanaan...................................................................................... 11 C. Terapi Kompres Hangat Serai ................................................................. 12 1. Pengertian ............................................................................................... 12 2. Langkah-Langkah ................................................................................... 13 3. Pengaruh Kompres Hangat Serai Terhadap Nyeri ................................. 13 BAB 3 METODE A. Desain Studi Literatur ............................................................................... 15 B. Langkah-Langkah Penelusuran Literatur ................................................. 15 1. Menentukan Topik ................................................................................. 15 2. Merumuskan PICO ................................................................................. 15 3. Membuat Keywords ............................................................................... 16 4. Database Pencarian ................................................................................ 16 5. Prisma Flow Chart .................................................................................. 17 6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................. 18 7. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas ...................................................... 19 C. Melakukan Review ................................................................................... 20 D. Rencana Penyajian Hasil .......................................................................... 21 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Literature Review............................................................................. 22 1. Karakteristik Studi................................................................................... 22 2. Karakteristik Responden Studi................................................................ 24



x



3. Temuan Review....................................................................................... 24 B. Pembahasan............................................................................................... 28 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................................ 32 B. Saran.......................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 39



xi



DAFTAR TABEL



Halaman 2.1. Tabel Mitos dan fakta penyebab penyakit rematik ................................ 7 2.2. Tabel Keterangan skala nyeri ................................................................. 11 3.1. Tabel Merumuskan PICO ...................................................................... 15 3.2. Tabel Keyword Literatur Review ........................................................... 16 3.3. Tabel Kriteria inklusi dan eksklusi ......................................................... 18 3.4. Tabel Karakteristik Penelitian................................................................ 22



xii



DAFTAR GAMBAR



Halaman 2.1. Skala nyeri Wong Beker ......................................................................... 10 2.2. Skala nyeri menurut Bourbanis .............................................................. 10 3.1. Diagram Prisma flow chart literatur review ........................................... 17



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



Halaman Lampiran 1 Format JBI Tools (Bahasa Inggris) ................................................... 39 Lampiran 2 Format JBI Tools (Bahasa Indonesia)................................................ 40 Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah ............................................. 41 Lampiran 4 Hasil JBI Tools .................................................................................. 43



xiv



BAB 1 PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Pada susunan kehidupan ada tingkatan-tingkatan atau tahapan usianya,



setiap proses kehidupan termasuk proses penuaan pasti akan dialami oleh setiap orang. Pada proses penuaan, banyak terjadi perubahan-perubahan, seperti perubahan degeneratif pada kulit yaitu kulit menjadi keriput, pada jantung, paruparu, saraf, pembuluh darah, tulang dan jaringan tubuh lainnya. Sehingga lanjut usia akan rentan terkena penyakit dibanding dengan usia-usian lainnya (Kholifah, 2016 dalam Dwi Sulastri, 2017). Penyakit yang sering terjadi atau sering dijumpai pada lansia yaitu Rheumatoid arthritis (RA) atau rematik yang ditandai dengan radang sendi, penyakit ini dapat mempengaruhi gerak tubuh karena terjadi peradangan pada sendi yang menyebabkan rasa sakit dan ditandai dengan kaku sendi dan bengkak seperti pada otot, ligamen dan tendon. Hal ini sangat mengganggu seseorang dalam kegiatan sehari-harinya, karena penyakit ini paling sering mengenai bagian kaki dan tangan, namun penyakit tersebut bisa mengenai bagian tubuh lainnya. Sehingga penyakit ini sangat mengganggu seseorang dalam beraktivitas akibat rasa nyeri yang ditimbulkan (Smart, 2010). Penderita rematik tidak boleh terkena air dingin atau suhu dingin, jadi biasanya nyeri sendi akan semakin terasa saat seseorang melakukan hal seperti mandi malam, terkena udara dingin, dan berada diruangan ber- AC, karena hal tersebut akan menjadi penyebab rematik/nyeri sendi (Fadli, 2020). Menurut (Djie, 2019), penyakit rematik tidak dapat disembuhkan karena umumnya keluhan rematik ini bersifat menetap dan progresif atau disebut flare atau flare-up yang sulit diprediksi di mana gejalanya tiba-tiba akan memburuk. Tetapi dengan pengobatan yang tepat dan benar maka frekuensi flare-up dapat dikurangi dan dapat meminimalisir kerusakan jangka panjang pada sendi. Penyakit rematik ini dapat dialami oleh semua orang dari usia anak-anak hingga lanjut usia. Oleh karena itu, rematik merupakan masalah kesehatan yang sangat mengganggu yang dapat terjadi di mana-mana, meskipun penyakit tersebut bukan merupakan penyakit yang menyebabkan perhatian 1



2



masyarakat seperti hipertensi, diabetes, atau AIDS (American College of Rheumatology (2012) dalam Nadira 2019)). Dan tindakan untuk menghilangkan nyeri seperti nyeri sendi, secara nonfarmakologi yaitu menghangatkan persendian yang sakit dengan terapi kompres hangat, yang dilakukan dengan menggunakan kain yang direndam pada air hangat, terapi kompres hangat tersebut dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu air rebusan serei (Hembing dalam Nadira, 2019). Di dunia, RA adalah penyakit yang paling umum. (World Health Organization/WHO (2013) dalam Nadira (2019)), melaporkan prevalensi penyakit rematik tahun 2013, yaitu sebanyak 20% penduduk didunia ini mengalami penyakit tersebut dengan 5-10% terjadi pada usia 5 tahun – 10 tahun, kemudian sisanya berusia kurang lebih 55 tahun. Kemudian diperkirakan prevalensi rematik di Indonesia mencapai 29,35% pada tahun 2011, sedangkan tahun 2012 sebesar 39,47%, dan prevalensi tahun 2013 sebesar 45,59% (Bawarodi et al., (2017) dalam Susarti & Romadhon (2019)). Dan diungkapkan kembali dalam data Riset Kesehatan Dasar (2018), yaitu angka kejadian penyakit rematik tahun 2013 di Indonesia yaitu mencapai sekitar 45,59%, sedangkan data penderita rematik berdasarkan jenis kelamin di Indonesia cenderung terjadi pada wanita, dengan angka prevalensi 34% (Kesehatan Kementerian Riset dan Pengembangan (2018) dalam Susarti & Romadhon (2019)). Di Indonesia daerah Kabupaten OKU (Provinsi Sumatera Selatan)



penyakit RA menduduki peringkat kedua dari



sepuluh penyakit terbanyak, yaitu kasus RA pada tahun 2015 sebesar 9.057 (13,93%) , tahun 2016 sebesar 10.489 (12,34%) , dan kunjungan tahun 2017 sebesar 9.212 (14,83%) (Kesehatan Kementerian Riset dan Pengembangan (2018) dalam Susarti & Romadhon (2019)). RA memang dapat menyerang segala usia, namun dibandingkan dengan orang muda atau anak-anak, rematik lebih sering dialami pada usia lanjut. Hal tersebut dapat terjadi karena tubuh berubah seiring bertambahnya usia, dan rematik pada lansia biasanya lebih banyak menyerang wanita dari pada pria (Anonim (2019) dalam Mynurz (2015)). Sehingga menurut (RisKesDas Nasional) tingkat ketergantungan pada lansia dengan penyakit rematik di Indonesia pada



3



tahun 2018 yaitu sebanyak 67,4% mandiri, 28,4% ketergantungan ringan, 1,5% ketergantungan sedang, 1,1% ketergantungan berat, dan 1,5% ketergantungan total (Widyanto, 2020). Menurut (Nugroho (2008) dalam Setiyawan (2013)), dari usia dini hingga usia lanjut, Perubahan fisik terjadi pada seluruh jaringan serta organ tubuh, dan pada lanjut usia perubahan-perubahan tersebut akan banyak terjadi seperti perubahan psikis, sosial, serta perubahan fisik yang dapat berpengaruh dalam aktivitas sehari-hari dan juga dapat berpengaruh dalam kemampuan fungsionalnya. serta juga akan terjadi perubahan ekonomi dan spiritual. Hal ini membuat para lansia lebih mungkin menderita mengenai masalah kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu, tergantung dari jenis tubuhnya, diperkirakan 85% penduduk usia 65 tahun akan mengalami lebih dari satu masalah kesehatan.(Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Muhammadiyah & Lampung, 2019) , memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia dan nyeri sendi rematik akan menjadi keluhan favorit para lansia, karena diperkirakan 50% lansia memiliki rutinitas sehari-hari. Akibat dari nyeri tersebut maka aktivitas lansia akan dibatasi, dan 18% lansia tidak bisa bergerak sama sekali (HealthyPeople (2014) dalam Muhammadiyah & Lampung (2019)). Pada lansia, pengobatan kimia jarang dipakai dan lebih menyukai pengobatan alternatif atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan yang alami seperti jamu dari rempah-rempah tradisional, kompres menggunakan rebusan jahe, kompres rebusan serai dan lain-lain karena dapat meminimalisir efek samping dan risiko terjadinya komplikasi (Puji, 2017). Pengobatan untuk meredakan nyeri sendi rematik salah satunya yaitu dengan menghangatkan sendi yang sakit, atau kompres hangat. Pada kompres hangat terdapat banyak campuran herbal yang digunakan agar proses penyembuhannya juga maksimal seperti contohnya kompres hangat serai. Menurut (Andriani 2016 dalam Janosik, 2018), tanaman serai memiliki kandungan enzim siklo-oksigenase yang dapat mengurangi peradangan pada penderita arthritis rheumatoid, selain itu serai juga memiliki efek farmokologis yaitu rasa pedas yang bersifat hangat. Dalam buku herbal Indonesia tertulis bahwa serai digunakan untuk menghilangkan nyeri otot dan nyeri sendi pada masyarakat yang menderita penyakit rematik (Hembing,



4



2007 dalam Natalia, 2018).Terdapat penelitian sebelumnya menurut (Novi Dwi, 2019), salah satu pengobatan non farmakologis pada penderita rematik yaitu kompres hangat yang dikombinasikan dengan tanaman herbal, diantaranya menggunakan rebusan serai atau kayu manis dengan hasil yang didapat yaitu kompres rebusan serai dengan kompres rebusan kayu manis sama-sama efektif dalam mengurangi skala nyeri. Lalu terdapat penelitian yang lain juga yaitu menurut (Yanti, 2018), mengenai pengobatan non farmakologis pada penderita rematik yaitu kompres dengan campuran jahe merah dan kompres dengan campuran serai, dan hasil dari penelitian tersebut yaitu kompres serei hangat kurang efektif dibandingkan kompres jahe merah dalam menangani nyeri pada penderita rematik. Dari beberapa penelitian tersebut terdapat perbedaan pendapat antara peneliti satu dengan peneliti yang lain mengenai hasil kompres hangat serai terhadap nyeri. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai terapi kompres hangat serai untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kompres hangat serai terhadap penurunan intensitas nyeri pada lansia penderita rematik.



B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan



masalah dalam penelitian : “ Bagaimanakah Pemberian Kompres Hangat Serai Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik (Rheumatoid Arthritis) ? ”



C.



Tujuan Penelitian Untuk menjelaskan pengaruh pemberian kompres hangat serai terhadap



penurunan intensitas nyeri pada lansia penderita rematik.



5



D.



Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a.



Manfaat dari penelitian Literatur Review ini yaitu dapat menggali teori dan konsep dasar yang telah ditemukan oleh peneliti sebelumnya, serta menemukan permasalahan yang belum terpecahkan dalam penelitian yang telah dilakukan.



b. Manfaat bagi peneliti adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang terapi yang bisa dilakukan untuk menurunkan skala nyeri pada penderita rematik serta untuk mengetahui perbedaan hasil data dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan. c.



Manfaat bagi institusi pendidikan yaitu digunakan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah wawasan bagi tenaga kesehatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan. Seperti dalam hal terapi kompres hangat serai yang dapat mengurangi intensitas nyeri pada lansia penderita rematik.



d.



Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai informasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya agar dapat mengembangkan penelitian yang lebih baik dan bermanfaat tentang masalah kesehatan lansia salah satunya yaitu tentang rematik.



2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi masyarakat yaitu terapi kompres hangat serai ini menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia penderita rematik untuk mengurangi atau meredakan rasa nyeri pada sendi.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



A.



Lanjut Usia Menurut (WHO (2013) dalam Medika (2020)), lanjut usia atau lansia



merupakan seseorang yang usianya sudah di atas 55 tahun. Menurut ( Santoso (2009) dalam Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, (2019)), juga menemukan bahwa pada usia lanjut, kemampuan mempertahankan struktur jaringan dan fungsinya dengan normal serta dapat memperbaiki dirinya sendiri semakin menurun sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk menahan cedera. Akibat penurunan kemampuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya usia, manusia lambat laun akan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organnya. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia (Nugroho (2008) dalam Setiyawan (2013)). Menurut (World Health Organization (1999) dalam Dwi Sulastri (2017)) terbagi menjadi empat tahapan yaitu: 1. Umur 45-59 tahun : paruh baya (middle) 2. Umur 60-74 tahun : lansia (elderly) 3. Umur 75-90 : lansia tua (old) 4. Umur> 90 tahun : lansia sangat tua (very old)



B.



Rheumatoid Arthritis (Rematik)



1.



Definisi Rheumatoid Arthritis (Rematik) Rheumatoid Arthritis atau dikenal dengan rematik merupakan



peradangan yang terjadi pada sendi. Rematik ini biasanya terjadi pada usia anak-anak, 40 tahun hingga 70 tahun yang penyebabnya sendiri belum diketahui dengan jelas (Tsauri, 2006). Menurut (Smart, 2010), biasanya penyakit rematik ini diderita oleh seseorang selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Meskipun rematik tergolong penyakit yang tidak berbahaya, 6



7



tetapi penyakit ini sangat mengganggu aktivitas seseorang akibat dari nyeri yang ditimbulkan. Hal yang paling mengkhawatirkan tentang penyakit rematik adalah jika tidak disembuhkan atau ditangani dengan tepat akan menimbulkan kecacatan ringan, seperti kerusakan sendi atau cacat yang parah, yaitu kelumpuhan.



2.



Etiologi Rheumatoid Arthritis (Rematik) Menurut (Smart, 2010), ada mitos dan fakta mengenai penyebab dari



penyakit rematik yaitu : Tabel 2.1 Mitos dan fakta penyebab penyakit rematik No. 1



Mitos



Fakta



Jika seseorang terkena



Orang sehat maupun penderita rematik jika



cuaca dingin, sering



terkena cuaca dingin/air dingin maka kapsul



mandi malam, atau



sendi akan mengkerut. Hal tersebut akan



sering mandi, dan



menambah rasa nyeri atau rasa sakit bagi



seseorang yang sering



penderita rematik karena sendinya yang



berada di ruang yang



memang sudah sakit. Maka dianjurkan bagi



dingin/ber-AC



penderita rematik untuk mandi air hangat dan tidak sering terkena suhu dingin untuk mengurangi rasa nyerinya.



2 3



Karena seseorang



Tidak semua disebabkan oleh jeroan, hanya 1



sering makan jeroan



jenis rematik saja yaitu gout arthritis/asamurat.



Faktor keturunan



Hanya beberapa saja yang mempunyai faktor genetik/keluarga yang mendasarinya.



4



Faktor usia



Tidak semua karena usia. Artritis reumatoid dapat



menyerang



segala



usia,



kecuali



permasalahan pada seperti osteoporosis yang keumngkinan besar hanya terjadi pada usia dewasa hingga lansia.



8



( Suratun dkk (2008) dalam Yuliarti, (2010)), mengungkapkan bahwa penyebab penyakit rematik sendiri belum diketahui dengan jelas, namun faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu karena autoimun, faktor metabolik, dan infeksi virus.



3.



Patofisiologi Rheumatoid Arthritis (Rematik) Menurut (Yunita, 2018), perjalanan penyakit dari rematik yaitu karena



faktor infeksi dari virus/bakteri dan juga reaksi dari autoimun yang menyerang sendi menyebabkan sel-sel kekebalan tubuh dari darah bermigrasi kedalam sendi dan lapisan jaringan/sinovium. Sel tersebut menghasilkan zat inflamasi yang dapat membuat iritasi dan mengikis tulang rawan lalu mengakibatkan peradangan dan pembengkakan pada lapisan sendi, menghilangnya elastisitas dan kekuatan kontraksi pada otot, serta tulang-tulang menyempit/berdekatan dan bergesekan. Hal tersebut akan membuat cairan yang berlebihan pada sendi dan mengikis tulang yang berdekatan lalu terjadi kerusakan pengikat antar tulang yang akan membuat rasa nyeri, sakit, bengkak, dan rasa hangat saat disentuh.



4.



Klasifikasi Rheumatoid Arthritis (Rematik) Menurut (Buffer (2010) dalam Ambarsari (2018)), klasifikasi



Rheumatoid Arthritis (Rematik) dibagi dalam 4 jenis, yaitu : 1.



RA klasik : minimal 6 minggu dengan 6-7 tanda dan gejala



2.



RA defisit : minimal 6 minggu dengan 5 tanda dan gejala



3.



Probable rheumatoid arthritis : minimal 6 minggu dengan 3 tanda dan gejala



4.



5.



Possible rheumatoid arthritis : minimal 3 bulan dengan 2 tanda dan gejala



Manifestasi Klinik Rheumatoid Arthritis (Rematik) Menurut (Smeltzer & Bare (2002) dalam Yuliarti (2010)), gejala –



gejala rematik meliputi kehilangan energi, sering kelelahan, nafsu makan



9



berkurang, demam, kram otot dan kaku pada sendi. Kaku pada sendi serta nyeri atau kram otot sering terjadi pada pagi hari. Selain itu juga gejala pada penyakit rematik ini bervariasi, atau tergantung pada parahnya penyakit. Menurut (Buffer (2010) dalam Yuliarti (2010)), terdapat tanda dan gejala umum yang sangat serius dan terjadi pada lansia yaitu, dimulai dengan nyeri sendi dan kaku pada bahu, lutut, siku, jari tangan, serta pergelangan tangan dan kaki. Sendi akan terasa kaku di pagi hari dan kemudian terlihat bengkak setelah beberapa bulan. Jika area tersebut digosok akan terasa hangat kemudian akan ada kemerahan dan timbul rasa sakit, dan jika rasa sakit sudah tidak tertahankan akan menyebabkan demam, dan gejala ini akan terus kambuh atau terjadi berulang-ulang.



6.



Faktor Resiko Terdapat beberapa kondisi yang mengakibatkan meningkatnya resiko



terjadinya rematik dalam artikel (Pratama, 2000), yaitu : a) Umur:



Penyerapan



kalsium



pada



lansia



menurun



seiring



bertambahnya usia (Depkes, 2008). b) Jenis Kelamin: Perempuan akan kehilangan 30% -50% massa tulang, sedangkan laki-laki hanya akan kehilangan 20% -30% massa tulang (Depkes, 2008). c) Gaya hidup: Merokok, tembakau dapat menurunkan kadar estrogen dan meracuni tulang (Lane, 1999). Minum alkohol berlebihan dapat menyebabkan tulang keropos (Lane, 1999). d) Aktivitas fisik: Menurut Lane (1999), rematik ditemukan dalam banyak pekerjaan berat, terutama yang menggunakan banyak tenaga pada lutut. Ada hubungan penting antara pekerja yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian arthritis lutut. 7.



Nyeri pada rematik Menurut (Brunner & Suddart (2002) dalam (Goleman et al, 2019)),



Nyeri pada penyakit rematik ini hilang timbul atau bersifat persisten. Rasa



10



nyeri sendi ini akan menimbulkan keluhan yaitu mudah lelah karena memerlukan emosional dan energi fisik yang ekstra untuk menahan dan mengatasi rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri juga dapat mengganggu seseorang saat tidur sehingga akan mempengaruhi kualitas tidur dan mengakibatkan mudah lelah. Menurut (Prasetyo & Jannah (2006) dalam (Goleman et al, 2019)), nyeri pada penyakit rematik ini biasanya akan terasa ketika bangun tidur pada pagi hari, lalu akan membaik ketika siang hari, dan pada malam hari rasa nyeri akan lebih terasa. Rasa nyeri ini akan bertambah parah sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dari penderita. Semakin bertambah parah penyakitnya maka juga akan semakin bertambah pula rasa nyerinya. Tapi jika perjalanan penyakit rematik tersebut dihentikan maka rasa nyerinya akan berkurang. Menurut (Potter&Perry (2005) dalam (Goleman et al, 2019)), skala intensitas nyeri yaitu sebagai berikut :



Gambar 2.1 Skala nyeri Wong Beker



11



Gambar 2.2 Skala nyeri menurut Bourbanis



Tabel 2.2 Keterangan skala nyeri Keterangan skala nyeri : Skala Nyeri



Keterangan



0



Tidak ada rasa nyeri



1-3 (ringan)



Tidak mengganggu aktivitas sehari- hari, dan akan hilang tanpa pengobatan.



4-6 (sedang)



Rasa nyeri mulai menyebar ke daerah perut bagian bawah, menghambat kegiatan aktivitas sehari-hari, serta untuk meredakan rasa sakitnya perlu mengkonsumsi obat.



7-9 (berat)



Nyeri yang disertai sakit kepala dan pusing, yang juga mengakibatkan diare dan muntah serta mengganggu aktivitas sehari-hari.



10 (tidak



Menangis, membuat wajah marah, sesak napas, sering gelisah,



tertahankan)



menghindari percakapan dengan orang lain dan menghindari kontak sosial, tidak bergerak, mengekspresikan rasa sakit dengan menggigit bibirnya, dan kesadaran yang menurun.



8.



Penatalaksanaan a. Farmakologi Menurut (Meilyna, 2016), pengobotan farmakologi pada penderita rematik yaitu : - Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml - Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat - Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari: mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan. - Garam emas - Kortikosteroid



12



b. Non-Farmakologi Menurut Siahaan 2017 , pengobatan non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita rematik ini yaitu meliputi pijat, stimulasi elektrik syaraf kulit transkutan, teknik kompres dingin, kompres hangat dengan campuran tanaman herbal seperti jahe atau serai, teknik relaksasi dan istirahat.



C.



Terapi Kompres Hangat Serai



1.



Pengertian Terapi Kompres Hangat Serai Sereh merupakan tumbuhan beraroma tua yang bermanfaat untuk



berbagai keperluan dalam kehidupan (Fokom et al., 2019). Tanaman sereh adalah tumbuhan herbal menahun dan merupakan jenis tanaman rumputrumputan yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai aroma wangi yang kuat, dengan tinggi antara 50-100 cm, memiliki akar yang besar, jenis akarnya berselabut yang berimpang pendek dan berwarna coklat (Sastrapradja, 1978 dalam Wilis, 2017). Selain itu, ekstrak semua bagian serai memiliki efek antioksidan dan hipokolesterolemik yang sesuai (Tirawanchai et al., 2020). Penelitian dari The Science and Tecnology pada jurnal (Ridha Hidaya, 2020), disebutkan bahwa tanaman serai mengandung zat antibakteri dan antimikroba sebagai anti infeksi, dan tanaman tersebut juga memiliki analgesik yang dapat membantu meredakan rasa nyeri atau rasa sakit. Dan menurut para ilmuwan dari Universitas Gorin di Israil pada tahun 2006 dalam (Andriani, 2016) yaitu, dalam tanaman serai terkandung zat biotik yaitu minyak serai yang dikenal dengan minyak atsiri yang digunakan sebagai obat alternative untuk bahan pijat rematik. Menurut penelitian (Smetlzer (2001) dalam (Ridha Hidaya, 2020)), kompres hangat serai merupakan pengobatan tradisional dan dapat dilakukan secara mandiri. Terapi ini dapat meredakan nyeri karena senyawa aktif yang terkandung dalam serai dapat mengurangi peradangan sendi. Selain itu, serai juga memiliki efek menghangatkan, yang dapat meredakan nyeri, kaku dan kram otot.



13



2.



Langkah-langkah Pemberian Terapi Kompres Hangat Serai



Langkah-langkah pemberian kompres hangat serai pada penderita rematik menurut (Nova, 2019) dan (Oktarina, 2018) , yaitu : 1. Siapkan alat dan bahan : - Panci (Untuk merebus serai) - Baskom kecil - Kain Handuk - Serei (100 gram/6 batang yang sudah di cuci bersih) - Air 500 cc - Termometer air 2. Letakkan 6 batang serai ke dalam panci berisi air 500 cc 3. Rebus hingga mendidih dan biarkan sampai suhu air 37°C 4. Meletakkan air serei yang sudah direbus kedalam baskom kecil 5. Mendekatkan air serei dan kain handuk ke dekat klien 6. Menginstrusikan kepada klien untuk duduk dengan posisi kaki menggantung 7. Masukkan kain handuk kedalam baskom berisi air rebusan serei kemudian letakkan pada sendi yang sakit 8. Biarkan kompres serai hangat dengan suhu 37°C tersebut selama 20 menit, kemudian angkat. 9. Kompres hanya dilakukan 1x setiap harinya, setelah dilakukan kompres selama 20 menit dan handuk sudah dingin maka tidak dilakukan kompres lagi 10. Lakukan kompres tersebut dengan cara yang sama dihari berikutnya.



3. Pengaruh Kompres Hangat Serai Terhadap Nyeri Kompres serei hangat berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri karena kompres serei hangat bersifat vasodilatasi, meredakan nyeri dengan merelaksasi otot, menigkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menghilangkan sumber peradangan yang menimbulkan nyeri. Dengan



14



pemberian panas, pembuluh-pembuluh darah melebar sehingga akan memperlancar peredaran darah didalam jaringan. Dalam tanaman serai juga tekandung suatu enzim, yaitu enzim siklooksigenase yang dapat mengurangi peradangan yang diserap melalui kulit pada daerah yang meradang/bengkak (Ridha Hidaya, 2020). Enzim siklooksigenase (COX), secara resmi dikenal sebagai prostaglandin-endoperoksida sintase (PTGS), merupakan enzim yang bertanggung jawab untuk pembentukan prostanoid, termasuk tromboksan dan prostaglandin seperti prostasiklin (Wikipedia, 2017).



Ketika



seseorang mengalami infeksi atau inflamasi/peradangan, tubuh akan memberikan reaksi protektif antara lain menggerakkan sel darah putih, meminimalkan perdarahan. Reaksi protektif itu diawali oleh asam arakidonat. Selanjutnya, asam arakidonat akan merangsang pengeluaran prostaglandin



melalui



bantuan



enzim



siklooksigenase



(COX).



prostaglandin dari COX akan mengaktivasi sel darah putih. Sel darah putih akan mensekresikan zat radang yang mengakibatkan reaksi nyeri dan panas pada tubuh. Reaksi inilah yang sering membuat tubuh pasien tidak nyaman dan membutuhkan obat untuk menguranginya. Sehingga penghambatan COX dapat membantu meringankan gejala peradangan dan nyeri (YOP, 2015).



BAB 3 METODE



A.



Desain Studi Literatur Jenis dan metode dalam penelitian Literature Review ini yaitu



menggunakan Systematic Literature Review. Systematic literature review atau sering disingkat SLR atau dalam bahasa Indonesia disebut tinjauan pustaka sistematis adalah metode literature review yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007 dalam Polkesma, 2020). B.



Langkah-Langkah Penelusuran Literatur



1.



Menentukan Topik Dalam penelitian ini penulis mengambil topik Keperawatan Gerontik



yang berjudul “Pemberian Kompres Hangat Serai Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik (Rheumatoid Arthritis)”. Adapun yang pertama dilakukan yaitu memilih sesuai keinginan dan kemampuan yang diminati penulis dan disesuaikan dengan ada atau munculnya masalah, lalu menentukan topik sesuai dengan permasalahannya. Kemudian mengisi form peminatan Karya Tulis Ilmiah, lalu mengajukan judul kepada dosen pembimbing.



2.



Merumuskan PICO



Tabel 3.1 Format PICO dalam Literatur Review P (Population)



Lansia penderita rematik



I (Intervention)



Terapi kompres hangat serai



C (Comparison)



Tidak dilakukan terapi kompres hangat serai



O (Outcome)



Menurunkan intensitas nyeri sendi



15



16



3.



Membuat keywords (MeSH term/Medical Subject Heading Term) Pencarian artikel atau jurnal menggunakan Boolean Operator (AND, OR



NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau menentukan pencarian, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan artikel atau jurnal yang akan digunakan. Kata kunci dalam tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Kata kunci Literatur Review Lansia



Rematik



Nyeri



OR



OR Rheumatoid Arthritis



OR



Elderly



Pain



kompres hangat OR Warm compresses



Serai OR Lemongrass



Berdasarkan hasil penelusuran di tiga database, kata kunci yang diperoleh sebagai berikut (“elderly” OR “lansia” AND “rheumatoid arthritis” OR “rematik” AND “pain” OR “nyeri” AND “warm compress” OR “kompres hangat” AND “lemongrass” OR “serai”), dengan tahapan yaitu yang pertama, melakukan log in pada database pubmed, lalu membuat kata kunci satupersatu dengan menggunakan bahasa inggris dan berdasarkan MeSH / MeSH Therms, setelah itu menggabungkan dari masing-masing kata kunci yang telah diperoleh, dan kemudian melakukan telusur jurnal. Pada database pubmed dan science direct menggunakan kata kunci berbahasa Inggris, dan pada database google scolar dan portal garuda menggunakan kata kunci berbahasa Indonesia.



4.



Database Pencarian Pencarian pustaka dilakukan mulai Oktober hingga November 2020.



Dalam penelitian ini data yang digunakan bukan diperoleh berdasarkan observasi langsung melainkan data tambahan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Data tambahan yang didapatkan berupa jurnal dengan topik yang telah ditentukan dan



17



memiliki reputasi nasional. Penelusuran literatur dalam tinjauan pustaka ini menggunakan 4 database yaitu Pubmed, Science Direct, Portal Garuda dan Google Scholar. Dengan keterangan yaitu penggunaan database science direct tidak untuk digunakan pada telusur jurnal yang akan diteliti, tetapi hanya untuk proses telusur pada bab 2/ Tinjauan pustaka saja.



5.



Prisma Flow Chart



Studi diidentifikasi dari database Pubmed, Portal Garuda dan Google Schoolar (n = 118)



Artikel diidentifikasi berdasarkan duplikasi (n = 92)



Skrinning berdasarkan identifikasi judul (n = 66)



Eksklusi (n = 31) Populations Tidak berfokus pada lansia yang mengalami nyeri sendi rematik (n = 9) Intervention Tidak menggunakan terapi kompres hangat serei (n = 14) Outcome Tidak membahas terapi kompres hangat serai yang dapat menurunkan intensitas nyeri sendi rematik (n = 8)



Skrinning berdasarkan abstrak (n = 35)



Full text diambil dan dinilai kelayakannya (n = 8)



Artikel yang sesuai dan bisa digunakan (n = 6)



Eksklusi (n = 27) Populations Tidak berfokus pada lansia yang mengalami nyeri sendi rematik (n = 5) Intervention Tidak menggunakan terapi kompres hangat serei (n = 12) Outcome Tidak membahas terapi kompres hangat serai yang dapat menurunkan intensitas nyeri sendi rematik (n = 10)



18



Gambar 3.1. Diagram prisma flow chart literatur review



6.



Kriteria Inklusi dan Eksklusi Strategi untuk menemukan artikel menggunakan kerangka PICO meliputi : 1. Population, yaitu populasi atau masalah yang dianalisis berdasarkan tema yang diidentifikasi dalam tinjauan pustaka. 2. Intervention, yaitu penatalaksanaan tindakan kasus individu atau komunitas, serta pemaparan dan presentasi penelitian yang dilakukan terhadap tema-tema yang diidentifikasi dalam tinjauan pustaka. 3. Comparators



/



Perbandingan



adalah



intervensi



atau



metode



implementasi lain yang fungsinya yaitu sebagai pembanding. Jika tidak ada penyimpangan, gunakan kelompok kontrol pada studi terpilih. 4. Outcomes / Hasil desain penelitian yang akan digunakan dalam artikel. 5. Study design adalah desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di review. Tabel 3.3 Format kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria



Inklusi



Eksklusi



Population



Studi yang berfokus pada lansia penderita rematik



Studi tidak fokus pada lansia penderita rematik



Intervention



Intervensi yang diberikan terapi kompres hangat serai



Intervensi yang tidak diberikan terapi kompres hangat serai



Comparators



Tidak ada pembanding



Tidak ada pembanding



Outcomes



Menurunkan intensitas nyeri sendi pada penderita rematik



Tidak menurunkan intensitas nyeri sendi pada penderita rematik



Study design and publication tipe



Quasi-experimental studies and Pre-experimental



No exclusion



Tahun publikasi



Rentang waktu penerbitan jurnal Rentang waktu penerbitan setelah tahun 2015-2020 jurnal sebelum tahun 2016-



19



2020 Bahasa



7.



Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia dan Inggris Bahasa Inggris



Seleksi studi dan penilaian kualitas



1. Seleksi Studi Berdasarkan hasil pencarian publikasi dari tiga database yang sudah dipilih dengan menggunakan kata kunci yaitu, (“elderly” OR “lansia” AND “rheumatoid arthritis” OR “rematik” AND “pain” OR “nyeri” AND “warm compress” OR “kompres hangat” AND “lemongrass” OR “serai”). Peneliti menemukan 158 artikel jurnal dan dilakukan penyaringan berdasarkan tahun publikasi menjadi tersisa 118 artikel jurnal dengan menggunakan kata kunci yang telah dibuat. Kemudian hasil pencarian yang diperoleh diperiksa berdasarkan duplikasi, dan ditemukan 26 artikel yang serupa sehingga tersisa 92 artikel jurnal. Kemudian peneliti menyaring berdasarkan judul (n = 66), abstrak (n = 35), dan teks lengkap (n = 8), dan disesuaikan dengan pokok bahasan kajian pustaka. Evaluasi berdasarkan kelayakan untuk inklusi dan eksklusi yaitu 2 artikel dikeluarkan dan 6 artikel jurnal dapat digunakan dalam literatur review ini. 2. Penilaian Kualitas The Joona Briggs Institute (JBI) Critical Apprasial untuk beberapa jenis Studi Quasi-experimental studies, cross-sectional dan artikel review digunakan untuk menganalisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n=5). Checklist daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical Apparaisal telah tersedia beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Skor evaluasi standar adalah "ya", "tidak", "tidak jelas" atau "tidak berlaku", dan setiap skor standar dengan skor "ya" adalah 1 poin, dan skor lainnya adalah nol, lalu setiap studi dihitung dan diakumulasikan. Evaluasi dari penelitian yang memenuhi syarat atau sesuai dari kriteria akan dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian mencapai minimal 50% dan dapat memenuhi nilai kritis yang disepakati peneliti, maka penelitian tersebut akan dimasukkan dalam kriteria inklusi. Penelitian mengecualikan studi



20



berkualitas rendah untuk menghindari bias dalam validitas hasil dan rekomendasi yang ditinjau. Dalam skrining terakhir, 8 studi mencapai skor lebih tinggi dari 50% dan siap untuk melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap risiko bias, 2 studi dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature review terdapat 6 buah. Risiko bias dalam literature review ini menggunakan assessment pada metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri atas: a. Teori : Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang kurang b. Desain : Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian c. Sample : Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi, sampel, sampling, dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan sampel d. Variabel : Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi jumlah, pengontrolan variabel perancu, dan variabel lainnya e. Instrumen : Instrumen yang digunakan tidak memiliki sesitivitas, spesivikasi, dan validasi-reliabilitas f. Analisis Data : Analis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai dengan standar (Nursalam & Nurs, 2020).



C. Melakukan Review Langkah terakhir setelah mendapatkan literatur yang diinginkan, yaitu ekstraksi data (data extraction), kemudian melakukan sintesis berbagai hal yang ditemukan dari literaturliteratur yang sudah dipilih (synthesis of evidence). Tujuan utama dari sintesis data yaitu untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai hasil penelitian dari berbagai literatur, dan untuk memilih metode yang paling tepat untuk mengintegrasikan penjelasan dan interpretasi dari berbagai temuan tersebut (Cruzes & Dyba, 2011 dalam Satria, 2016). Sintesis yang dilakukan yaitu berbentuk naratif. Dan langkah terakhir ini adalah langkah penting yang harus dilakukan dengan detail dan hati-hati, karena kualitas SLR akan



21



ditentukan dari hasil sintesis dan analisis yang telah dilakukan (Satria, 2016). D. Rencana Penyajian Hasil Literatur Review Hasil data penelitian literatur disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang memuat seluruh aspek literatur yang ada, mulai dari judul artikel (author, nomor jurnal, nama jurnal, tahun terbit), tujuan penelitian, metode penelitian, populasi sampel, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, instrumen atau alat pengumpulan data, dan analisis data.



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Literature Review 1.



Karakteristik Studi Enam artikel yang memenuhi kriteria inklusi semuanya menyajikan tentang pengaruh kompres hangat serai pada lansia penderita rematik di berbagai macam wilayah di Indoensia, jurnal 1 di Riau, jurnal 2 di Kalimantan Selatan, jurnal 3 di Jambi, jurnal 4 dan 6 di Sumatra Utara, dan jurnal 5 di Sumatra Barat. Desain atau metode yang digunakan yaitu pre-eksperimental, dengan besar sampel minimal 15 responden dan maksimal 33 responden. Semua studi dilakukan di luar pulau jawa. Semua studi menggunakan variabel dependen dan independen, dengan pengambilan data yaitu mayoritas menggunakan NRS (Numeric Rating Scale) dan skala nyeri wajah (wong barker), dan untuk analisis data 4 jurnal menggunakan uji t-test dependent atau paired test dan 2 jurnal menggunakan uji wilcoxon.



Tabel 4.1. Karakteristik Penelitian Author, Tahun (Ridha Hidayat, 2020)



Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre- Eksperimen dalam satu kelompok ( one group pre test-pos test design). Sampel : sampel penelitian ini sebanyak 33 orang yang diambil denggan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel : Dependen dan Independen Instrumen : Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan Numerical Rating Scale (NRS) dan Skala nyeri wajah. Analisis data : Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariate 22



Outcome Of Analysis Factor Skala nyeri



Ringkasan Hasil Terjadi penurunan skala nyeri sesudah dilakukan kompres serai hangat pada lansia.



23



dengan menggunakan uji T-Dependent. Metode : Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu rancangan pre-eksperimental design dengan one group pretestpostest Sampel : sampel yang diambil yaitu sebanyak 30 responden Variabel : Dependen dan Independen Instrumen : Pengambilan data dilakukan menggunakan waslap dan lembar observasi Numeric Rating Scale (NRS). Analisis data : analisia data dilakukan menggunakan unvariate dan bivariate dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurfitri Metode : metode yang diambil pada penelitian ini ani, Tina yaitu menggunakan rancangan Pre – Eksperiment Yuli dengan One Group Pre – Post Tes Design. Fatmawa Sampel : Sampel pada penelitian ini diambil dari ti, 2020) jumlah populasi yang tersedia dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 15 orang Variabel : Dependen dan Independen Instrumen : instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer yang diambil dari hasil kuisioner dan lembar observasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan terapi sedangkan pengambilan data untuk mengukur skala nyeri yaitu menggunakan skala numerik 0-10. Analisis data : Analisa data yang digunakan yaitu univariate dan bivariate dengan t- test dependent. (Syaferi Metode : metode yang digunakan dalam penelitian Anwar, ini yaitu menggunakan desain pre-eksperimental one Rizka group pre test and post test. Ramada Sampel : sampel yang diambil sebanyak 15 orang na Variabel : Dependen dan Independen Barus, Instrumen : Pengambilan data di lakukan dengan 2020) menggunakan lembar observasi. Analisis data : Analisa data dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan univariat dan bivariat menggunakan Uji paired t-test (Marlina Metode : Metode yang diambil yaitu metode preAndriani eksperimen one-group pretestposttets design , 2016) Sampel : sampel pada penelitian ini sebanyak 20 orang Variabel : Dependen dan Independen Instrumen : Instrumen pada penelitian ini yaitu dilakukan melalui wawancara dan untuk penilaian hasil ukur skala nyeri menggunakan numeric rantingscale (NRS) dan juga diambi dari hasil observasi dengan penilaian hasil ukur menggunakan (Yurida Olviani, Erna Lidia Sari, 2020)



Skala nyeri



Responden mengalami penurunan nyeri setelah dilakukan kompres hangat serai.



Skala nyeri



Terjadi penurunan intensitas nyeri Arthrtitis Rheumatoid pada lansia setelah diberikan kompres serai hangat.



Skala nyeri



Terjadi penurunan skala nyeri pada lansia penderita rematik setelah dilakukan kompres hangat serai.



Skala nyeri



Ada pengaruh pemberian kompres serei hangat terhadap penurunan intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut



24



skala Wong Barker atau skala wajah Analisis data : analisa data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan uji t-test Metode : Metode yang diambil yaitu metode preeksperimen one-group pretestposttets design Sampel : sampel pada penelitian ini sebanyak 20 orang Variabel : Dependen dan Independen Instrumen : Instrumen pada penelitian ini yaitu menggunakan numeric rantingscale (NRS) Analisis data : analisa data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan uji wilcoxon



(Amelia Sarma, Syahfitri Adinda Riski, 2020)



2.



usia. Skala nyeri



Ada pengaruh efektivitas pemberian kompres hangat rebusan air serei terhadap penurunan intensitas nyeri rheumatoid arthritis pada lanjut usia.



Karakteristik Responden Studi Dari keenam artikel, berdasarkan variabel usia didapatkan lansia yang mengalami penyakit rematik yaitu berusia 60-74 Tahun, lalu berdasarkan variabel jenis kelamin dari keenam artikel jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami penyakit rematik daripada laki-laki, dan berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar adalah IRT yang ditandai dengan nyeri sendi berskala ringan (1-3) , sedang (4-6), berat terkontrol (7-9), hingga berat tidak terkontrol (10). Dan untuk pemberian kompres hangat serai pada lansia yang menderita penyakit rematik yaitu dengan mengkompres bagian sendi yang merasa nyeri menggunakan kain lap yang sudah diletakkan di air rebusan serai. Dengan memberikan kompres hangat serai menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan skala nyeri, hal ini



ditunjukkan



pada



kelompok



intervensi



atau



kelompok



eksperimen. 1.



Temuan Review Hasil riset pertama pada penelitian yang diambil oleh Ridha Hidayat pada tahun 2019 yang berjudul “Efektifitas Kompres Serei Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Arthritis Rheumatoid Pada



25



Lansia Di Desa Naumbai Wilayah Kerja Puskesmas Kampar”. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat penurunan skala nyeri rematik pada lansia di Desa Naumbai wilayah kerja puskesmas Kampar, karena kompres serei hangat bersifat vasodilatasi, meredakan nyeri dengan merelaksasi otot, menigkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menghilangkan sumber peradangan yang menimbulkan nyeri. Menurut Baughman 2000), RA adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Faktor usia juga sangat berpengaruh terhadap nyeri seseorang, usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada lanjut usia, individu lanjut usia memiliki risiko tinggi mengalami situasi – situasi yang membuat mereka merasakan nyei ( Potter & Perry, 2005 ). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai mean sebelum kompres serai hangat (pretest) sebesar 4,94, minmax skala 3-6 yaitu nyeri ringan 1 orang dan nyeri sedang 32 orang, lalu sesudah kompres serai hangat (postest) sebesar 2,97, min-max skala 2-4 yaitu nyeri ringan 26 orang dan nyeri sedang 7 orang, dengan selisih nilai mean 1,97 dan nilai P- value sebesar 0,000 (p