Kti Tika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN NYERI KEPALA SEDANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONJERUK TAHUN 2020



OLEH: LALE DWI KARTIKA PUTRI NIM. P07120117026



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM 2019



KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN NYERI KEPALA SEDANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONJERUK TAHUN 2020 Diajukan Untuk Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan



OLEH: LALE DWI KARTIKA PUTRI NIM. P07120117026



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM 2019



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tanngan dibawah ini: Nama



: Lale Dwi Kartika Putri



NIM



: P07120117026



Program studi : DIII Keperawatan Mataram Institusi



: Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan RI



Menyatakan dengan sebanarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulisan ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. ...............,...... ............... 2020 Pembuat Pernyataan



Lale Dwi kartika Putri NIM. P07120117026



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



Desty Emilyani, M. Kep NIP. 197412061998032001



H. Awan Dramawan. S.Pd., M.Kes NIP.197010161989092001



iii



LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Lale Dwi Kartika Putri dengan judul “asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja puskesmas bonjeruk” telah diperiksa dan mendapatkan persetujuan untuk diujikan di depan tim penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



Desty Emilyani, M. Kep NIP. 197412061998032001



H. Awan Dramawan. S.Pd., M.Kes NIP.197010161989092001



iv



LEMBAR PENGESAHAN Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh “LALE DWI KARTIKA PUTRI” NIM: P07120117026 dengan judul “asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja puskesmas bonjeruk” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal:



Dewan Penguji



1. Dr. G.A SRI PUJA WARNIS WIJAYANTI, M.Kes NIP. 196512171991012001



(……………………)Penguji I



2. DESTY EMILYANI, M.Kes NIP. 197412061998032001



(……………………)penguji II



3. H. AWAN DRAMAWAN.S.Pd., M.Kes NIP. 196402081984011001



(…………………....)Penguji III



Mengetahui, Ketua Jurusan Keperawatan



Rusmini, S.Kep,Ns., MM NIP. 197010161989032001



v



KATA PEGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja puskesmas bonjeruk “. Dalam menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram. sekaligus sebagai Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan semangat, masukan, arahan, dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns., MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram. 3. Ibu Desty Emilyani. M.kep selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan semangat, masukan, arahan, dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Kedua Orang Tua, Adik Adikku tercinta yang senantiasa memberikan do’a, semangat, dan dukungan baik material maupun spiritual kepada penulis dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.



vi



5. Sahabatku-sahabatku



yang



senantiasa



memberikan



semangat



dan



dukungan kepada penulis dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan serta dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan kepada para pembaca yang memerlukan.



Mataram, 22



Penulis,



vii



2020



Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Dengan Nyeri Kepala Sedang Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk Tahun 2020 Lale Dwi Kartika Putri1, Desty Emilyani, M.Kep2, H. Awan Dramawan.S.Pd., M.Kes.3 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Jl. Kesehatan V/10 Mataram Telp. (0370) 621383 Email: [email protected]



Keluhan utama dan yang sering muncul pada penderita hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteriarteri kecil dan arteriol menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Nyeri tersebut dapat ditangani dengan penatalaksanaan nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada penderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang diwilayah kerja puskesmas Bonjeruk. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif dengan menyusun asuhan keperawatan, dengan jumlah responden satu orang sesuai kriteris inklusi dan eksklusi. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Hasil penelitian setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x30 menit dengan intervensi kompres hangat pada leher, skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 3. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh kompres hangat pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala penderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang. Kata Kunci : Hipertensi, Kompres Hangat pada leher, Keluarga



viii



1 Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram 2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram. DAFTAR ISI



Contents PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................v KATA PEGANTAR....................................................................................................vi DAFTAR ISI................................................................................................................ix DAFTAR TABEL........................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii BAB I............................................................................................................................1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1 A.



Latar Belakang...........................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah......................................................................................................5



D.



Manfaat Penulisan......................................................................................................6



BAB II...........................................................................................................................8 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................8 A.



Konsep Keluarga........................................................................................................8



1.



Definisi Keluarga..........................................................................................8



2.



Ciri-ciri Keluarga..........................................................................................8



3.



Bentuk-bentuk Keluarga...............................................................................9



4.



Struktur dan Fungsi Keluarga.....................................................................10



5.



Pemegang Kekuasaan.................................................................................12



6.



Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga.................................................12



B.



Konsep Asuhan keperawatan keluarga.....................................................................14



1.



Pengkajian...................................................................................................15



2.



Diagnosa Keperawatan...............................................................................21



3.



Intervensi keperawatan keluarga.................................................................25



4.



Implementasi keperawatan..........................................................................34



ix



5.



Evaluasi Keperawatan.................................................................................35



6.



Dokumentasi...............................................................................................36



C. Konsep Teori Hipertensi..............................................................................................36



1.



Pengertian....................................................................................................36



2.



Etiologi........................................................................................................37



3.



Manifestasi Klinis.......................................................................................38



4.



Patofisiologi................................................................................................38



5.



Pemeriksaan Penunjang..............................................................................43



6.



Penatalaksanaan..........................................................................................44



D. Konsep Nyeri Kepala..................................................................................................47



1.



Pengertian....................................................................................................47



2.



Klasifikasi nyeri..........................................................................................48



3.



Patofisiologi nyeri kepala............................................................................49



4.



Penilaian Skala Nyeri..................................................................................50



E.



Kompres Hangat untuk mengurangi Nyeri...............................................................51



1.



Pengertian Kompres Hangat.......................................................................51



2.



Jenis-Jenis Kompres Hangat.......................................................................51



3.



Tehnik Prosedur Kompres hangat Kering Dengan Buli-buli......................52



BAB III.......................................................................................................................54 METODE PENULISAN.............................................................................................54 A.



Rancangan Studi kasus.............................................................................................54



B. Subjek Penelitian.........................................................................................54 C. Fokus Studi.................................................................................................55 D. Definisi Operasional...................................................................................55 E. Tempat dan Waktu......................................................................................56 F.



Pengumplan Data........................................................................................56



G. Penyajian Data............................................................................................57 H. Etika Studi Kasus........................................................................................58 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................91



x



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Skoring Diagnosa keperawatan........................................................



20



Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian........................................................



47



xi



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Pathway Hipertensi.......................................................................



34



Gambar 2.2 Skala Nyeri Deskriptif..................................................................



42



Gambar 2.3 Skala Nyeri Numeric....................................................................



42



xii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian Lampiran2. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 3. Cheklist Kompres Hangat Kering dengan Buli-Buli Lampiran 4. Format Asuhan keperawatan Keluarga



xiii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan pembunuh diam-diam karena pada sebagian besar kasu tidak menunjukkan gejala apapun. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya serangan jantung



dan



stroke,



yang



menyerang



sebagian



besar



penduduk



dunia.hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmhg untuk usia diatas 50 tahun. Pengukuran tekanan darah dilakukan maksimal 2 kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut Secara umum menurut (Adib, 2011) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu, hipertensi primer yang tidak dikethui penyebabnya da nada kemungkinan karena faktor keturunan dan genetik 90% dan hipertensi sekunder yaitu, hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit sistemi lainnya seperti kelainan pembuluh ginjal, dan gangguan kelenjar tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu dan karena penyakit diabetes militus Hipertensi adalah factor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian tertinggi disetiap Negara. Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2015-2019 dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan



1



2



dimulai dari unit terkecil yakni keluarga. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima. (Muhlisin, 2012) Menurut WHO dan the international society of hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta diantanya meninggal setiap tahunnya (Rahajeng & Tuminah, 2009). Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat, hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk Indonesia menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5 % (Rahajeng & Tumiyah, 2009). Data WHO (2018) menunjukkan sekitar 1012 juta orang atau 29,7% penghuni bumi mengidap penyakit hipertensi. Angka ini kemungkinan meningkat menjadi 32,5% ditahun 2025. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kemenkes 2018, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi yaitu 34,1% dari total penduduk dewasa. Peningkatan prevalensi penyakit hipertensi ternyata diikuti dengan peningkatan usia. Menurut beberapa survey adalah sekitar 5-10% pada dewasa dan akan lebih dari 20% pada kelompok umur 50 tahun keatas dan kejadiannya lebih banyak pada perempuan yaitu 36,9% dari pada laki-laki



3



hanya 31,3% (Riskesdas, 2018). Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat ke-3 setelah provinsi Riau dan Bangka Belitung yaitu sebanyak 148.959 angka kejadian (Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, 2011). Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2018 menunjukkan jumlah kasus hipertensi di di Lombok Tengah berada di urutan terbesar ke-3. Hasil ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi di Lombok Tengah masih sangat tinggi (Profil Dinas kesehatan Provinsi NTB, 2017). Berdasarkan data Profil Kesehatan Lombok Tengah dari tahun 2016 sebanyak 15.679 kasus, tahun 2017 sebanyak 8.918 kasus, sedangkan pada tahun 2018 yang didapat dari Profil Kesehatan NTB sebanyak 79.938 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang sangat tinggi dari tahun 2018 s/d 2019 dari 27 puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah yang paling tinggi angka penderita hipertensi menurut 10 besar penyakit terbanyak yaitu puskesmas bonjeruk sebesar 3,38% sedangkan yang terendar di puskesmas teratak sebesar 0,81%,. Data yang diambil di Puskesmas Bonjeruk Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah menunjukkan hipertensi berada dalam urutan ke-3 dalam 10 penyakit terbanyak dengan jumlah penderita 1.192 jiwa dan kebanyakan diderita oleh perempuan sebanyak 852 jiwa. (Profil Puskesmas Bonjeruk, 2019) Dampak dari hipertensi ini tidak dapat dirasakan oleh individu sebagai penderita, tetapi juga memberikan dampak pada keluarga. Peningkatan



4



tekanan darah yang signifikan menyebabkan individu mengalami gangguan fisik berupa muncul gejala-gejala seperti sakit kepala, efistaksis, marah, telinga terdengung, rasa berat ditengkuk, susah tidur, mata berkunangkunang, dan pusing. Ancaman lain yang sangat berbahaya bagi individu adalah kematian. Kematian yang mendadak sering terjadi pada penderita hipertensi karena hipertensi tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi (Arif M, 2011). Gejala klasik yg diderita pasien hipertensi antara lain nyeri kepala, epitaksis, pusing yang berhubungan dengan naikknya tekanan darah (Tambayong, 2000). Keluhan utama dan yang sering muncul



pada



penderita hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri yang dirasakan seperti kepala terasa berat. Nyeri kepala disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriol menyebabkan penymbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri terganggu dan terjadi penurunan O2dan peningkatan CO2 kemudian terjadi mekanisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan mengggunakan metodologi proses



5



keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan, (Suprajitno, 2012) Berdasarkan data diatas, serta masih banyak lagi angka kejadian hipertensi, maka penulis tertarik untuk mengelola pasien hipertensi dengan nyeri kepala sedang sebagai asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn”A”



Dengan Salah Satu Anggota Keluarga



Menderita Hipertensi dengan Nyeri Kepala sedang di Wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk “ B. Rumusan Masalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan keluarga dengan Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Salah Satu Anggota Keluarga Yang Menderita Hipertensi Dengan Nyeri Kepala Sedang Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Salah Satu Anggota Keluarga Yang Menderita Hipertensi Dengan Nyeri Kepala Sedang di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk”. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ini, agar penulis dapat:



6



a. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk c. Menyusun rencana tindakan (intervensi) yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk d. Menerapkan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pasien dan keluarga Pasien dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang 2. Bagi Institusi Pendidikan



7



Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada keluarga



3. Bagi Penulis Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam perawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Hipertensi dengan nyeri kepala sedang.



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di dalam satu atap dalam keadaan saling berketergantungan (Harmoko, 2012) Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu - individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama [ CITATION Kom10 \l 14345 ]. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga [ CITATION Fri13 \l 14345 ]. 2. Ciri-ciri Keluarga Ciri – ciri keluarga menurut, [ CITATION Placeholder1 \l 14345 ] yaitu; a.



Di ikat tali perkawinan



b.



Ada hubungan darah



c.



Ada ikatan batin



d.



Memiliki tanggung jawab masing –masing



9



10



e.



Ada pengambil keputusan



f.



Kerjasama



g.



Interaksi



h.



Tinggal dalam suatu rumah



3. Bentuk-bentuk Keluarga Ada beberapa bentuk keluarga menurut, [ CITATION Placeholder1 \l 14345 ] yaitu;



a.



Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.



b.



Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.



c.



Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah dengan keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian family).



d.



Keluargaberantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.



e.



Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.



11



f.



Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.



g.



Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.



h.



Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilainilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.



i.



Keluarga tradisional dan non tradisional, keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan.



4. Struktur dan Fungsi Keluarga Struktur dan fungsi keluarga menurut, [ CITATION Placeholder1 \l 14345 ] yaitu; a.



Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuat uuntuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psiko sosial anggota keluarga.



b.



Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membinasosialisasi pada anak, membentuk



12



norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan dmeneruskan nilai-nilai budaya keluarga. c.



Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.



d.



Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk



mengembangkan



kemampuan



individu



meningkatkan



penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e.



Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.



Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi a.



Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.



b.



Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.



c.



Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.



13



d.



Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.



e.



Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.



f.



Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.



g.



Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.



h.



Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serta pendidikan seks bagi anak-anak.



i.



Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.



5. Pemegang Kekuasaan Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan dalam keluarga. [ CITATION Placeholder1 \l 14345 ] membagi pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal



14



pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama memegang kekuasaan. 6. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga Menurut[ CITATION Placeholder1 \l 14345 ], tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap : a.



Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.



b.



Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.



c.



Keluarga dengan usia anak prasekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga yang lain.



15



d.



Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.



e.



Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini untuk menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam tanggung jawab dan mempertahankan filosofi hidup.



f.



Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tanggung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.



g.



Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas



perkembangan,



yaitu



mempertahankan



suasana



yang



menyenangkan, bertanggung jawab pada semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. h.



Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun



16



tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat. B. Konsep Asuhan keperawatan keluarga Proses keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi. Terperincinya sebagai beriku:



1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan, dimulai dari perawat



menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk



mengumulkan



data



tentang



klien.



Dalam



mengkaji



harus



memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (Sumber data primer), (sumber



data



dan data yang didapatkan dari orang lain



sekunder),



catatan



kesehatan



klien,



data



hasil



laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar (Hidayat, 2012). Pengkajian yang dilakukan meliputi: a. Data Umum 1) Identitas Kepala Keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan.) 2) Komposisi Keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram) 3) Tipe Keluarga



17



Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga untuk menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya, kemudian tentukan tipe keluarga sesuai dengan tipe yang ada. 4) Suku Bangsa Mengkaji budaya suku bangsa keluaga dapat digunakan untuk mengidentifikasi budaya suku bangsa yang terkait dengan kesehatan. 5) Agama Mengidentifikasi agama dan kepercayaan yang dianut keluaga. 6) Status Sosial Ekonomi Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga(orang tua maupun anak yang telah bekerja). Status social ekonomi keluarga juga dipengaruhi oleh barang ataupun kebutuhan keluarga. 7) Aktifitas Rekreasi Keluarga Yang dimaksud dengan rekreasi keluarga bukan hanya bepergian keluar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi, tetapi tetapi kesempatan berkumpul di rumah untuk menikmati hiburan televise bersama juga termasuk rekreasi. b.



Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti. 2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi



18



Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan



kendala



yang



dihadapi



keluarga.



Juga



dilakukan



pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya. 3) Riwayat kesehatan keluarga inti Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing



anggota



keluarga,



perhatian



terhadap



upaya



pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.



4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas keluarga tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini. c. Data Lingkungan 1) Karakteristik rumah Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck ( mandi, cuci dan kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan denah rumah. 2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya



19



Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/ kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang memengaruhi kesehatan. 3) Mobilitas geografis keluarga Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. 5) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan ( askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi atau yang lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga ( peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan. d. Struktur Keluarga 1)Struktur peran



20



Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat. 2)Nilai atau norma keluarga Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. 3)Pola komunikasi keluarga Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga memengaruhi komunikasi keluarga. 4)Struktur kekuatan keluarga Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan anngota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. e.



Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 2) Fungsi sosialisasi



21



Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. 3) Fungsi Perawatan Kesehatan a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang memengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga. b) Kemampuan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan c) Kemampuan



melakukan



perawatan



terhadap



anggota



keluarga yang sakit d) Kemampuan



menciptakan



lingkungan



yang



dapat



meningkatkan kesehatan e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada f.



Stress dan Koping Keluarga Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian kurang lebih 6 bulan. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan



22



keluarga berespon terhadap stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stressor yang ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang mekanisme pembelaan terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi adaptasi menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adaptif ketika mempunyai masalah. 1) Harapan Keluarga Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan maasalah kesehatan yang terjadi. 2)Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik ( rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu. 2. Diagnosa Keperawatan a.



Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Magalya (1978) sebagai berikut. No



Kriteria



1



Sifat masalah



2



Skor



1



Tidak/kurang sehat



3



Ancaman Kesehatan



2



Krisis atau keadaan sejahtera



1



Kemungkinan masalah dapat diubah



Bobot



2



23



3



4



Dengan Mudah



2



Hanya sebagian



1



Tidak dapat



0



Potensial masalah untuk dicegah



1



Tinggi



3



Cukup



2



Rendah



1



Menonjolkan masalah



1



Masalah berat, harus segera ditangani



2 1



Ada masalah tetapi tidak segera ditangani 0



Masalah tidak dirasakan



(Tabel 2.1 Skoring Diagnosis Keperawatan) Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan 1) Tentukan skor sesuai dengan kriteria yang sudah dibuat perawat 2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot 3) Jumlah skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5 Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan



dan



mendapatkan



lisensi



untuk



menanganinya



24



berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi keperawatan keluarga menurut suprajitno (2014) adalah sebagai berikut: 1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawata dengan cepat 2) Diagnosis resiko atau resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat 3) Diagnosis potensialadalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis keperawatan keluarga menggunakan lima skala ketidak mampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan yaitu: 1.



Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena: a.



Kurang pengetahuan atau ketidak tahuan fakta



b.



Rasa takut akibat masalah yang diketahui



c.



Sikap dan falsafah hidup



2. Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melaksanakan tindakan, disebabkan karena: a. Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah



25



b. Masalah kesehatan tidak begitu menonjol c. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga d. Tidak sanggup memilih tindakan dinatara beberapa pilihan e. Ketidak cocokan pendapat dari keluarga f. Tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang ada g. Takut dari tindakan yang dilakukan h. Sikap negatif terhadap tindakan petugas atau tenaga kesehatan i. Kesalahan informasi terhadap tindakan yang dilakukan. 3. Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan kerena: a. Tidak mengetahui keadaan penyakit b. Tidak mengetahui tentang perkembangan perawat yang dibutuhkan c. Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawat d. Tidak seimbangnya sumber daya yang ada dalam keluarga e. Sikap negatif terhadap penyakit f. Konflik individu dalam keluarga g. Sikap dan pandangan hidup h. Perilaku yang mementingkan diri sendiri 4. Ketidak mampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang kondusif yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena: a. Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,



26



tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi sarat b. Kurang dapat melihat untung dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah c. Ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan d. Konflik personal dalam keluarga e. Ketidak tahuan tentang usaha pencegahan penyakit f. Sikap dan pandangan hidup g. Ketidak kompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah. 5. Ketidak mampuan keluarga dalam menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena: a. Tidak mengetahui adanya fasilitas kesehatan b. Tidak memahami keuntungan yang diperoleh c. Kurang percaya terhadap petugas kesehatan atau lembaga kesehatan d. Pengalaman yang kurang baik dari petugas e. Rasa takut pada akibat tindakan f. Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan. b. Diagnosa Keperawatan keluarga Dengan Hipertensi diagnosa keperawatan individu yang muncul pada penyakit hipertensi menurut (Doenges, 2000) adalah sebagai berikut:



27



a. Resiko tinggi terhadap iskemia miaokardia berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga menegnal masalah kesehatan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit c. Nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga menegnal masalah kesehatan d. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan e. Koping individu inefektif berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber-sumber di masyarakat. 3. Intervensi keperawatan keluarga Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acaka, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja(Friedman, 2010). Adapun intervensi keperawatan Individu penderita hipertensi adalah sebagai berikut:



a. Resiko tinggi terhadap iskemia miaokardia berhubungan dengan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnose actual



28



1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal. Gunakan manset yang tepat dan teknik yang akurat Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vascular. 2) Catat keberadaan, kualitas denytan, dan perifer Rasioanal: denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis terpalpasi.



Denyut



pada



tungkai



mungkin



menurun,



mencerminkan efek dari vasoontriksi dan kongesti vena 3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas Rasional: s4 umum terdengan pada pasien hipertensi berat karena



adanya



hipertropi



atrium.



Perkembangan



S3



penunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi 4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler Rasional: adanya kulit pucat, dingin,kulit lembab dan pengisian



kapiler



lambat



mungkin



berkaitan



dengan



vasokontriksi curah jantung. 5) Catat edema umum Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler 6) Berikan



lingkungan



yg



tenang,



nyaman,



kurangi



aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal



29



Rasional: membantu menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi 7) Pertahankan pembatasan aktivitas spt. Istirahat di tempat tidur, kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan,bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan Rasional:



menurunkan



stress



dan



ketegangan



yang



memperngaruhi TD dan perjalanan penyakit hipertensi 8) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijitan punggung dan leher, meningkatkan kepala tempat tidur,. Rasional: mengurangi ketidaknyamanan dan menururnkan rangsangan simpatis. 9) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan Rasional: menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 1) Kaji respon pasien terhadap akivitas , perhatikan frekuensi, nadi



lebih



dari



20x/menit



diatas



frekuensi



istirahat.peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas, dyspnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan , diaphoresis, pusing atau pingsan Rasional: menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan, bila ada



30



merupakan indicator kelebihan kerja yang berkaitan dg tingkat aktivitas 2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut dll. Rasional: mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan Rasional: kemajuan aktivitas betahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. c. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekananvaskuler serebral 1) Mempertahan kan tirah baring selama fase akut Rasional: meminimalkan stimulaasi/ meningkatkan relaksasi 2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi dan aktivitas waktu senggang Rasional:



dapat



menghilangkan



sakit



kepala



dan



komplikasinya 3) Hilangkan aktivitas vasokontriski yang dapat meningkatkan sakit kepala, misa mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk



31



Rasional: aktivitas yang meningkatkan vaso kontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral 4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan Rasional: pusing dan penglihatan kabur sering buerhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural 5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur jika terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk mengehntikan perdarahan Rasional: meningkatkan kenyamanan umum,. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membuuthkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa d. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic 1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak , garam, dan gula sesuai indikais Rasional: kealahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya 2) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan



32



Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak makan program sama sekali tidak berhasil 3) Kaji ulang masukan kalori perhari dan pilihan diit Rasional: program



mengidentifikasi diit



terakhir.



kekuatan/kelemahan



Membantu



dalam



dalam



menentukan



kebutuhan individu untuk penyesuaian. 4) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan pasien. Mis. Penurunan berat badan 0,5 kg/minggu Rasional: menurunkan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori perhari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg /minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan 5) Dorong pasien memperthanakan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan 6) Instruksikn dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makan dengan kejenuhan lemak tinggi



33



Rasional: menghindari makanan tinggi lemakjenuh dan kolesterol



penting



dalam



mencegah



perkembangan



aterogenesis. e. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan hidup beragam 1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis. Kemmapuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan Rasional: mekanisme adaptif untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari 2) Catat



laporan



gangguan



tidur,



peningkatan



keltihan,



kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengtasi atau menyelesaikan masalah Rasional:



manifestasi



makanisme



koping



maladaptive



mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic 3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasi Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor 4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan



34



Rasional: keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik. 5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/ tuujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti”apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?” Rasional: foku perhatian pasien pada realita situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk control dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebuuthan personal 6) Bantu



pasien



untuk



mengidnentifikasi



dan



mulai



merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga Rasional: perubahan yang perlu harus di prioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan berdaya. f. Kurang pengetahuan berhubungan dnegan keterbatasan kognitif 1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat Rasional: kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan yang sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruh minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis.



35



2) Hindari mengatakan TD



normal dan gunakan istilah



terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yag diinginkan Rasional:



karena



pengobatan



untuk



hipertensi



adalah



sepanjang



kehidupan,makan



dengan



penyampaian



terkontrol



akan



pasien



untuk



membantu



ide



memahami



kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan 3) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak Rasional: memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunkan. 4) Bahas pentingnya mengehntikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok Rasional:



nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin,



mengakibatkan peningkatan frekuemsi jantung, TD, dan vasokontriski,



mengurangi



oksigensi



jaringan



dan



meningkatkan beban kerja miokardium. 5) Sarankan untuk sering merubah posisi dan olahraga kaki saat berbaring Rasional: menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditumbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu lama.



36



4. Implementasi keperawatan Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwati (2008) dalam bukunya Asuhan keperawatan keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Menstimulasi keasadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah



dan



kebutuhankesehatandengan



cara



memberikan



informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan



tindakan,



mengidentifikasi



sumber-sumber



yang



dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan



37



fasilitas. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealfaan yang terjadi selama tahap



pengkajian,



analisa,



perencanaan,



pelaksanaan



tindakan



(Nursalam, 2008) Dalam buku Nursalam (2008) Konsep dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan: a. Evaluasi proses, fokus pada evalusi proses adalah aktivitas dari proses



keperawatan



dan



hasil



kualitas



pelayanan



asuhan



keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplemetasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. b. Evaluasi hasil, fokus evalusi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, fleksibel, dan efesiensi.



38



6. Dokumentasi Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record”. Penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memebrikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawa C. Konsep Teori Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan angka morbidilitas dan angka kematian (Adib, 2009). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya



39



resiko tekanan stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah



di



atas



normal



atau



kronis



dalam



waktu



yang



lama( Saraswati,2009). 2. Etiologi Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial



(primer)



merupakan



hipertensi



yang



tidak



diketahui



penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).



40



3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007). Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung). 4. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh



41



darah.



Berbagai



mempengaruhi



faktor respons



seperti



kecemasan



pembuluh



darah



dan



ketakutan



terhadap



dapat



rangsang



vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus



ginjal, menyebabkan



peningkatan



volume



Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti



42



hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis



43



dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons



vasokonstriktor



pembuluh



darah.



Vasokonstriksi



yang



mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008)



44



Pathway Hipertensi



Obesitas



Merokok



Stress



Nikotin dan Pelepasan karbon adrenalin monoksida dan kortisol masuk aliran darah Penyempitan Merusak Vasokonstr pembuluh lapisan endotel iksi darah pembuluh pembuluh darah darah



Konsumsi garam berlebih



Penimbunan kolesterol



Ateroskleros is



Retensi cairan



Alkohol Peningkatan kadar kortisol



Peningkatan Meningkatn ya sel darah volume merah darah dan sirkulasi Meningkatn ya viskositas



Kurang olah Usia di atas Kelainan raga 50 tahun fungsi ginjal



Feokromosito ma



Tidak mampu Meningkatn Penebalan membuang dinding ya tahanan sejumlah aorta & perifer arteri garam dan air pembuluh di dalam tubuh darah besar Elastisitas Efek pembuluh konstriksi Volume darah arteri perifer darah dalam menurun tubuh Tahanan meningkat perifer meningkat



Jantung bekerja keras untuk memompa HIPERTE NSI



Otak



Suplai O2 ke otak menurun Sinkope Resiko tinggi cidera Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan serebral



Ginjal



Retensi pembuluh darah otak meningkat Tekanan pembuluh darah meningkat Nyeri kepala



Gangguan rasa nyaman nyeri



Vasokonstri ksi pembuluh darah ginjal Blood flow menurun Respon RAA Vasokonstri ksi Rangsang aldosteron Retensi natrium Oedem



Gangguan keseimbanga n volume cairan



Kenaikan beban kerja jantung



Indera Retina



Hidun g



Teling a



Spasme arteriole



Perdarahan



Suara berdengin g



Diplopia



Resiko tinggi cidera



Gangguan keseimbang an



Hipertrofi otot jantung Penurunan fungsi otot jantung Resiko penurunan curah jatung



Memacu stress



45



( Gambar 2.1 Pathway Hipertensi) 5. Pemeriksaan Penunjang a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi. b. Glukosa darah Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa. c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan. d. EKG Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. e. Hemoglobin/Hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. f. BUN/kreatinin Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.



46



g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat



diakibatkan



oleh



peningkatan



kadar



katekolamin



(meningkatkan hipertensi). h. Kalium serum Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic. i. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. j. Kolesterol dan trigliserida serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler). k. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. l. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). m. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes. n. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. o. Foto dada Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.



47



p. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John, 2003; Sodoyo, 2006). 6. Penatalaksanaan a. Terapi tanpa obat 1) Mengendalikan berat badan Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal. 2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na) mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup). 3) Berhenti merokok Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena



asap rokok diketahui



menurunkan aliran



darah



keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. 4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol. 5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. 6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.



48



Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. 7) Teknik-teknik mengurangi stress Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.



8) Manfaatkan pikiran Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya. b. Terapi dengan obat 1)



Penghambat saraf simpatis Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).



2) Beta Bloker Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10



49



mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor). 3) Vasodilator Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah. 4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase). 5) Calsium Antagonis Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes). 6) Antagonis Reseptor Angiotensin II Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan). 7) Diuretic Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga



50



mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009). D. Konsep Nyeri Kepala 1. Pengertian Nyeri kepala adalah gejala kelainan pada tubuh organik ataupun fungsional. Nyeri kepala merupakan rasa nyeri yang dirasakan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan emosi dan tidak terjadinya kerusakan pada jaringan sebagai salah satu ciri penyakit. Beberapa nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari dalam intrakranial atau exstrakranial (Ballenger, 2010). Nyeri kepala merupakan salah satu jenis nyeri kepala migren yang dipengaruhi nyeri kepala intrakranial. Nyeri kepala sammpai saat ini belum diketahui prosesnya, tetapi sering dintandai dengan pengelihatan kabur, mual, auravisual. Nyeri kepala timbul mulai 30 menit sampai dengan 1 jam. Penyebab migren pada nyeri kepala ini disebabka oleh emosi yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan ketegangan yang berlangsung lama yang dapat menimbulkan vasospasme menimbulkan iskemik sehingga terjadinya nyeri kepala. (Hall, 2012). 2. Klasifikasi nyeri Menurut Andarmoyo, 2013 sebagai berikut : a. Nyeri berdasarkan durasi 1) Nyeri kronik



51



Nyeri kronik merupakan nyeri yang menetap sepanjang periode tertentu. 2) Nyeri akut Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul setelah terjadi cidera, insisi/ pembedahan dengan intensitas bervariasi mualai ringan hingga berat, dan berlangsung secara singkat. b. Nyeri berdasarkan asal 1) Nyeri Neuropatik Nyeri neuropatik adalah nyeri yang disebabkan suatu cedera atau abnormalitas yang didapatkan pada struktur saraf perifer maupun sentral. 2) Nyeri Nosiseptif Nyeri nosiseptif merupakan yeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensitisasi nosiseptor perifer yang melainkan reseptor khusus yang menghantarkan stimulus noxions. c. Nyeri Berdasarkan lokasi 1) Viseral Dalam Viseral dalam adalah nyeri yang terjadi karena stimulus organ-organ internal. 2) Viseral Alih Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viceral karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri 3) Superfisikal atau kataneus Superfisikal atau kataneus adalah nyeri yang disebabkan oleh



52



stimulus kulit. 4) Radiasi Radiasi adalah sensasi nyeri yang menyebar dari tempat awal cidera kebagian tubuh yang lain. 3. Patofisiologi nyeri kepala Nyeri kepala pada pasien hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil dan arteola



menyababkkan



penyumbatan



pembuluh



darah,



yang



mengakibatkan aliran darah akan terganggu. Sehingga supalai oksigen akan menurun dan peningkatan karbondioksida kemudian terjadi metabolisme anaerob di dalam tubuh mengakibatkan peningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak (Price & Wilson, 2006, hlm.583). Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2012, hlm.180) nyeri kepala disebabkan kerak pada pembuluh darah atau aterosklerosis sehingga elastisitas kelenturan pada pembuluh darah menurun. Aterosklerosis tersebut menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri), sumbatan dan penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepala atau distensi dari struktur di kepala atau leher . 4. Penilaian Skala Nyeri a. Penilaian skala nyeri deskriptif 1 2 3



4



5



6



7



8



9



53



(Gambar 2.2 Skala Nyeri Deskriptif) b. Skala nyeri numeric Rating Scale (NRS)



0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



(Gambar 2.3 Skala Nyeri Numeric) Keterangan 0



= Tidak Nyeri



1-3 = Nyeri Ringan 4-6 = Nyeri sedang 7-9 = Nyeri Berat Terkontrol 10 = Nyeri Berat Tidak terkontrol.



E. Kompres Hangat untuk mengurangi Nyeri 1. Pengertian Kompres Hangat Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi spasme otot (Uliyah & Hidayat, 2008) Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit local, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah , mengurangi spasme otot, dan meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan sensari rasa nyeri serta memberikan ketenangan dan kenyamanan (Simkin, 2005) Kompres hangat adalah salah satu penatalaksanaan nyeri dengan memberikan energy panas melalui konduksi, dimana panas tersebut



54



dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan meningkatkan relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke jaringan (Potter & Perry, 2011) 2. Jenis-Jenis Kompres Hangat a. Kompres hangat kering Kompres hangat kering lebih mudah dilakukan, contoh kompres panas kering yang biasa dilakaukan adalah dengan menggunakan bantal pemanas, sauna, dan buli-buli hangat b. Kompres hangat basah Kompres ini lebih efekti jika dibandingkan dengan kompres panas kering, yaitu dengan manggunakan handuk yang direndam bukan dengan air mendidih melainkan air hangat, atau dengan cara mandi menggunakan air hangat. 3. Tehnik Prosedur Kompres hangat Kering Dengan Buli-buli a. Tahap Pra-Interaksi 1) Mempersiapkan lingkungan 2) Membuat kontrak waktu (temapt, waktu, dan tindakan yang akan dilakukan) 3) Persiapan alat 



Buli-buli panas dan sarungnya







Termos berisi air panas







Thermometer untuk mengukur suhu air







Lap kerja



55







Perlak dan alasnya



b. Tahap Orientasi 1) Memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelasakan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan 4) Menjelaskan kerahasiaan c. Tahap Pelaksanaan 1) Bawa alat ke dekat klien 2) Cuci tangan 3) Masukkan air hangat kedalam buli-buli sebanyak setengah bagian 4) Keluarkan udara dari buli-buli dengan melipatkan bagian yang kosong lalu tutup rapat 5) Periksa buli-buli apakah bocor atau tidak 6) Masukkan buli-buli kedalam sarungnya 7) Buka area yang akan di beri kompres dan atur posisi klien senyaman mungkin 8) Pasang pengalas pada bagian yang akan diberi kompres 9) Letakkan buli-buli pada bagian yang memerlukan kompres 10) Kaji keadaan kulit setiap terhadap nyeri,mati rasa, dan suhu tubuh (jika perlu) 11) Angkat buli-buli jika sudah selesai 12) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman



56



13) Bereskan alat-alat ketempat semula 14) Cuci tangan d. Tahap terminasi 1) Menanyakan klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan 2) Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 3) Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien e. Tahap Evaluasi Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan f. Tahap Dokumentasi Mencatat selurus hasil tindakan dalam catatan keperawatan.



57



BAB III METODE PENULISAN



A. Rancangan Studi kasus Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus dengan judul : Asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk Studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti. Penelitian



deskriptif



berguna



untuk



mendapatkan



makna



baru,



menggambarkan kategori suatu masalah, menjelaskan frekuensi suatu kejadian dari sebuah fenomena. (Putra, SR, 2012) Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian yang meneliti permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang menjadi studi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri , faktor yang mempengaruhi kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu (Notoatmojo, 2010). B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh. Pada studi kasus yang akan dilakukan, peneliti mengambil keluarga yang



58



dimana salah satu anggota keluarganya menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang sebagai objek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi: 1. Salah suatu anggota kelurga yg memiliki penyakit hipertensi dengan nyeri kepala sedang 2. Subjek adalah orang dewasa/lansia 3. Mampu berkomunikasi secara kooperatif 4. Bersedia sebagai subjek studi dari awal sampai akhir Kriteria eksklusi 1. Memiliki riwayat hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal. C. Fokus Studi Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah Pemberian kompres hangat pada leher pasien hipertensi dengan nyeri kepala sedang yang berada dalam suatu keluarga. D. Definisi Operasional



No



Variabel



1



Pasien Hipertensi



Definisi Operasional



Cara Ukur



Salah satu anggota keluarga yang menderita hipeertensi dengan nyeri



Dengan menggunakan skala nyeri numeric rating scale (NRS)



Hasil Ukur Skala nyeri 4-6 (Nyeri Sedang)



Skala ukur Nominal.



59



kepala sedang. (Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian)



E. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk, Kecamatan Jonggat kabupaten Lombok Tengah 2. Waktu a. Persiapan penilitian dilakukan mulai dari bulan November 2020 b. Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2020 F. Pengumplan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data melalui 3 cara : 1. Wawancara adalah metode yang akan



dipergunakan untuk



mengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang yang merupakan sasaran penelitian atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan seseorang tersebut (face to face). wawancara dengan pasien dan keluarga untuk menggali informasi kepada pasien dan keluarga meliputi biodata pasien, pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi, riwayat penggunaan obat hipertensi, riwayat penyakit keturunan dll. 2. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada



60



suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dari pengamatan akan mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya (Nana Syaodih, 2013). Observasi dilakukan oleh peneliti selama penelitian untuk mengoptimalkan. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan



fisik



dalam



keperawatan



digunakan



untuk



mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Tujuan dari pemeriksaan fisik keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe yaitu bagian kepala, leher, dada, abdomen, dan ekstremitas. Dalam pemerikaan fisik juga dilakukan pemeriksaan tekanan darah. G. Penyajian Data Dalam studi kasus ini penyajian data disajikan dalam bentuk tekstural yaitu penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang jumlahnya kecil dan hanya memerlukan kesimpulan yang sederhana dapat juga disertai cuplikan ungkapan verban



61



dari subjek penelitian yang merupakan data pendung. Dalam penelitian yang dilakukan, data yang akan disajika secara narasi meliputi data tentang biodata pasien, kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi, riwayat penggunaan obat hipertensi, riwayat penyakit keturunan, data hasil observasi dan data hasil pemeriksaan fisik. H. Etika Studi Kasus 1. Kejujuran Jujur dalam mengumpulkan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. 2. Integritas Tepati selalu janji dan perjanjian yang telah dibuat, lakukan dengan tulus dan mengupayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan. 3. Ketelitian Berlakulah teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian. Secara teeratur catat pekerjaan yang dilakukan bersama pasien seperti kapan tindakan dilakukan, dan dimana. 4. Keterbukaan Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru 5. Tidak melakukan Diskriminasi Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja karena alas an perbedaan ras, suku, agama dan faktor-faktor yang lain yang



62



sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah



63



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus Penelitian tentang pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri kepala pada penderita hipertensi ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Bonjeruk yang terletak di Jl. Raden Nune Umas, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Untuk menjangkau Puskesmas Bonjeruk relative lebih mudah, karena transportasi dan jalan sudah baik serta letaknya yang mudah dijangkau yaitu di pinggir jalan besar. upaya pembagunan/program yang dilakukan untuk keluarga adalah Program Keluarga Sehat (KS). Salah satu Dusun di desa Bonjeruk yang menjadi lokasi penelitian adalah dusun Manggong 2. Proses Keperawatan Studi Kasus ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. Y DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN NYERI KEPALA SEDANG KHUSUSNYA Ny.S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONJERUK PENGKAJIAN Data umum 1. Nama KK



: Tn. Y



2. Umur



: 64 Tahun



3. Pendidikan



: SPG



4. Pekerjaan



: Pensiunan PNS



5. Alamat



: Manggong RT 01/01



64



6. Komposisi kelaurga : No.



Nama



Umur



Jenis kelamin



Hubungan dengan kepala keluarga



Status perkawinan



Pekerjaan



1



Tn.Y



64 th



Laki-laki



KK



Kawin



Swasta



2



Ny.S



61 th



Perempuan



Istri



Kawin



IRT



3



An. R



38 th



Perempuan



Anak



-



Swasta



4



An. D



35 th



Perempuan



Anak



-



Swasta



7. Tipe keluarga Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. 8. Suku Bangsa Keluarga Tn.Y merupakan suku Sasak dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sasak 9. Agama Keluarga Tn.Y beragama Islam dan seluruh anggota keluarga juga beragama islam dan selalu melaksanakan Ibadah 10. Status sosoal ekonomi Penghasilan keluarga Tn.Y diperoleh dari Tn. Y sebagai pensiunan PNS dan bertani . Penghasilan rata-rata sebulan Rp. 1800.000 yang diperlukan untuk membayar listrik rumah Rp.85.000/ Bulan dan untuk membeli air bersih Rp.32.000/bulan 11. Aktivitas rekreasi dan waktu luang



65



Kelurag Tn. Y kadang pergi berlibur jika ada waktu luang, namun kalau tidak keluarga Tn.Y menghabiskan waktu luang bersama keluarga di rumah menonton Tv dan kadang bekerja di sawah Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 12. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Tn.Y saat ini termasuk keluarga dengan anak dewasa tugas perkembangan keluarga usia lanjut baik Tn.Y maupun Ny.S saat ini dalam masa pensiunan dimana Tn.Y sudah tidak lagi mengajar namun masih tetap menyadap sawahnya, sedangkan Ny.S masih melakukan kegiatan dirumah sebagai Ibu Rumah Tangga dengan dibantu oleh anaknya yang sudah menikah. Keluarga Tn.Y saling memberikan perhatian dan kasih saying baik kepada anak, menantu dan cucu. Serta tetap aktif dalam kegiatan social di masyarakat sebagai anggota masyarakat. 13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan keluarga yang saat ini belum terpenuhi yaitu An. D yang belum menikah sampai saat ini 14. Riwayat kesehatan keluarga inti a. Riwayat penyakit keturunan Tn.Y dan Ny. S sudah lama menikah, perkawinan direstui oleh kedua orang tuanya masing-masing. Penyakit yang diderita oleh kedua orang tuan Ny.S adalah hipertensi, sehingga Ny.S memiliki riwayat penyakit keturunan hipertensi dari kedua orang tuanya. b. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga



66



Anggota keluarga Tn.Y saat ini dalam keadaan sehat semua kecuali Ny.S sendiri yang sedang mengalami sakit hipertensi 15. Riwayat Keluarga Sebelumnya Riwayat orang tua pihak Tn.Y dan ibu Tn.Y tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai. Sedangkan orang tua baik dari Tn. Y dan Ny. S sudah meninggal dunia. Lingkungan 16. Karakteristik Rumah -



Denah Rumah KAMAR MANDI



KAMAR 1



RUANG TAMU KAMAR 2 RUANG TV



KAMAR 3



DAPUR -



Status Rumah



: Rumah Milik Sendiri



-



Keadaan



: Keadaan Rumah Baik



-



Kebersihan dan pencahayaan



: Rumah tampak bersih dan



menggunakan listrik sebagai sumber pencahayaan 17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Keluarga Tn. Y tinggal di lingkungan yang berpenduduk, mayoritas penduduknya bersuku sasak, lingkungan tetangga akrab dan saling menolong bila ada kesusahan. 18. Mobilitas Geografis Keluarga



67



Keluarga Tn. Y sudah lama tinggal di Mangoang sejak mereka menikah, kendaraan yang dipakai keluarga Tn.Y biasanya motor dan terkadang menggunakan sepeda jika ingin pergi ke sawah 19. Perkumpulan Keluaga dan Interaksi dengan Masyarakat Ny. S sudah tidak terlalu aktif mengikuti kegiatan di RT nya karena keadaanya yang sering sakit-sakitan 20. Sistem pendukung Keluarga Keluarga Tn.Y bila ada masalah keluarga biasanya dibantu oleh keluarganya yang lain. Struktur Keluarga 21. Pola Komunikasi Keluarga Interaksi dalam keluarga paling sering dilakukan pada malam hari, pola komunikasi keluarga terbuka antara Tn.Y, Ny.S dan anaknya. Bila ada masalah keluarga selalu mendiskusikan bersama untuk menemukan jalan keluarnya. 22. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga Tn.Y saling mendukung satu dengan yang lainnya, respond keluarga bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluar bersama sama 23. Struktur Peran Tn.Y sebagai kepala keluarga, mencari nafkah dan pensiunan PNS serta bekerja menyadap sawah.. Ny.S sebagai Ibu rumah tangga pengatur rumah tangga dan An.R yang sudah menikah tinggal satu rumah dengan



68



Tn.Y dan ikut bekerja menyadap sawah bersama Tn.Y dan An.D yang belum menikah dan bekerja serabutan. 24. Nilai dan Norma Keluarga Keluarga menerapkan nilai-nilai budaya sasak dan agama Islam Dalam kehidupan sehari-hari Fungsi Keluarga 25. Fungsi Afektif a. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan peran kasih sayang Cara keluarga mengekspresikan peran kasih sayang yaitu ketika salah satu anggota keluarga yang berulang tahun keluarga saling mengucapkan, walaupun hanya sekedar ucapan saja. b. Dukungan terhadap anggota keluarga Keluarga saling mendukung ketika ada anggota keluarga yang berbuat kebaikan. c. Saling menghargai, kehangatan Keluarga selal saling menghargai ketika ada salah satu anggota keluarga yang memeberikan pendapat 26. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi keluarga dengan masyarakat di sekitaran baik, tidak terdapat masalah dengan warga-warga sekitarnya. 27. Fungsi Reproduksi Keluarga Tn. Y memiliki dua orang anak yang berjenis kelamin perempuan keduanya, Tn.Y dan Ny.S tidak pernah merencanakan jumlah anak.



69



28. Fungsi Ekonomi Cukup baik, pendapatan keluarga dihasilak dari gaji Tn. Y sebagai pensiunan dan ditambah dengan hasil bertani Tn. Y dengan anaknya An.D yang bekerja serabutan, penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan beberapa keinginan keluarga. 29. Fungsi Perawatan Kesehatan (Data Spesifik) a. Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan Kurang baik, keluarga Tn.Y mengatakan tidak mengetahui penyakit hipertensi, apa saja faktor penyebabnya serta bagaimana cara penanganan hipertensi dirumah b. Kemampuan Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan Cukup baik c. Kemampuan melakukan Perawatan terhadap Anggota Keluarga Yang Sakit Kurang baik, keluarga Tn.Y kurang mengetahui bagaimana perawatan dirumah pada Ny. S yang menderita hipertensi, sehingga hanya diberikan obat dari dokter saja untuk mengatasi hipertensinya d. Kemampuan Menciptakan Lingkungan Yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Keluarga Tn. Y mengatakan selalu menjaga kebersihan rumah, lingkungan sekitar rumah selalu dibersihkan e. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Yang Ada Cukup baik, keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas ataupun ke



70



dokter, namun hanya mengonsumsi obat warung saja atau dengan obat-obatan tradisional, namun jika tidak kunjung sembuh baru memeriksakan diri ke puskesmas setempat. Stress dan Koping Keluarga 30. Stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan keluarga stressor jangka pendek keluarga mengatakan saat ini stress memikirkan masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarganya, khususnya Tn. Y. Sedangkan stressor jangka panjang keluarga mengatakan ingin An.D segerah menikah dan membina keluarg. 31. Respond keluarga terhadap stress Tn.Y selaku kepala keluarga, memberikan sara kepada anggota keluarganya jika ada masalah keluarga yang terjadi, juga membantu memecahkan masalah yang ada di keluarga tersebut. 32. Strategi koping yang digunakan Bila ada masalah dalam keluarga maka cara keluarga memecahkan masalah tersebut adalah dengan bermusyaarah sesame anggota keluarga. 33. Strategi adaptasi yang disfungsional Bila ada salah satu anggota keluarga yang melakukan kesalahan, Tn. Y selalu menegurnya dengan bahasa yang baik. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapi Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga Tn.Y khususnya Ny.S dan berharap tidak tejadi halhal yang merugikan kesehatan Ny.S



71



Pemeriksaan fisik head to toes Aspek pemeriks aan fisik



Anggota keluarga Tn.Y



Ny. S



Keadaan



Baik,



kesadaran Tampak



umum



composmentis



An. R lemah, Baik,



An.D



kesadaran Baik, kesadaran



kesadaran



composmentis,



composmentis,



composmentis,



badan ideal



badan gemuk



badan kurus TTV



TD: 120/80 mmhg



TD: 180/120 mmhg



TD:



110/80 TD:130/90



N: 80 X/mnt



N: 75x/mnt



mmhg



N: 88 X/mnt



S: 36,8℃



S: 36℃



N: 84 X/mnt



S: 36,5℃



RR: 20X/mnt



RR: 20 X/mnt



S: 37,0℃



RR: 20X/mnt



RR: 21X/mnt Kulit/



Kulit sawo matang, Kulit



kuning Kulit



kuning Kulit



sawo



kepala



kepala simetris dan langsat,



kepala langsat,



kepala matang,kepala



tidak ada kelainan, simetris dan tidak simetris dan tidak simetris



dan



rambut



ada



putih, ada



pendek,



kelainan, ada



kelainan tidak



tidak rambut putih dan rambut



rontok dan tidak sedikit ada ketombe



hitam kelainan rambut



ikal,tidak pendek



ada ketombe



tidak hitam



rontok dan tidak pendek,tidak ada ketombe



rontok dan tidak ada ketombe



Mata



simetris,



simetris,



simetris,



konjungtiva merah konjungtiva merah konjungtiva muda, sclera tidak muda, sclera tidak merah ikterik,



riwayat ikterik,



oerasi katarak Telinga



Simetris,tidak



ada Simetris,tidak



simetris, konjungtiva muda, merah



muda,



sclera



tidak sclera



tidak



ikterik



ikterik



ada Simetris,tidak ada Simetris,tidak



benjolan,tidak ada benjolan,tidak ada benjolan,tidak ada ada



72



nyeri



tekan



dan nyeri



pendengaran baik



tekan



dan nyeri tekan dan benjolan,tidak



pendengaran baik



pendengaran baik



ada nyeri tekan dan pendengaran baik



Hidung



Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris,



tidak Simetris,



tidak



lesi pada hidung, lesi pada hidung, ada



pada ada



pada



tidak



polip



dan tidak



polip



lesi



dan hidung,



lesi



tidak hidung,



tidak



tidak ada kelianan tidak ada kelianan polip dan tidak polip dan tidak bentuk



bentuk



ada



kelianan ada



bentuk Mulut



Mulut



simetris Mulut



simetris, Mulut



kelianan



bentuk simetris Mulut simetris,



tidak ada kelainan tidak ada kelianan tidak ada kelianan bibir bentuk,bibir



agak bentuk, bibir kering bentuk,



bibir lembab,gigi



hitam dan kering dan sedikit hitam, kering,gigi ,gigi lengkap dan gigi lengkap dan lengkap sedikit kuning



terdapat



tampak



lengkap



dan



dan bersih



sedikit bersih



karang gigi. Leher



Tidak ada lesi,tidak Tidak ada lesi,tidak Tidak



ada Tidak



ada



ada



ada lesi,tidak



ada



pembesaran ada



kelenjar tiroid,tidak kelenjar tiroid,tidak pembesaran



pembesaran



ada pembengkakan ada pembengkakan kelenjar



kelenjar



kelenjar limfe



Abdomen



pembesaran lesi,tidak



kelenjar limfe



tiroid,tidak



ada tiroid,tidak ada



pembengkakan



pembengkakan



kelenjar limfe



kelenjar limfe Datar,tidak



Datar,tidak



Datar,tidak



Datar,tidak



bunci,tidak



ada bunci,tidak



ada bunci,tidak



ada bunci,tidak ada



lesi,tidak



ada lesi,tidak



ada lesi,tidak



ada lesi,tidak



ada



benjolan dan nyeri benjolan dan nyeri benjolan



dan benjolan



dan



tekan.



tekan.



nyeri tekan.



nyeri tekan.



Ekstremit



Tidak edema,tidak Tidak edema,tidak Tidak



Tidak



as



atropi



edema,tidak



edema,tidak



atropi



atropi



atropi



73



1. ANALISA DATA N O 1



DATA



DIAGNOSA



Ds: 



Ny. S mengatakan setiap tekanan darahnya tinggi, Ny.S merasakan pusing dan nyeri di bagian kepala,serta pegal di daerah tengkuk.







Keluarga mengatakan jika Ny.S merasakan nyeri itu kadang mengganggu aktifitas Ny.S



Gangguan



rasa



nyaman



hipertensi



berhubungan



nyeri dengan



ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri



kepala



karena



hipertensi,



khususnya Ny.S



P: Nyeri karena tenakanan darah tinggi Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk R: Nyeri di bagian kepala S: Skala Nyeri 5 (Nyeri sedang) T: Nyeri datang ketika tekanan darah tinggi DO: 



Ny.S tampak lemah dan kesakitan memegang kepalanya







TTV: TD :180/120 mmhg N: 75X/mnt RR: 20X/mnt S: 36℃



2



Ds: 



Cemas Keluarga



mengatakan



cemas



dengan



penyakit Ny.S yaitu darah tinggi, keluarga mulai cemas ketika Ny.S mulai sakit, keluarga mengatakan cemas semenjak terjadi perubahan



statsu



khususnya



Ny.S,



kesehatan keluarga



keluarga mengatakan



berhubungan



dengan



perubahan status kesehatan pada keluarga Tn.Z behubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat Ny.S



74



cemas ketika Ny.S sakit, namun tidak segera ditangani Do: 



Keluarga tampak cemas dengan keadaan Ny.S







Keluarga tampak bertanya-tanya mengenai kesehatan Ny. S



3



Ds: 



Kurangnya Ny.S mengatakan tidak mengerti tentang penyakit hipertensi







Keluarga tentang



mengatakan penyakit



mengatakan hipertensi



Ny.S



tidak



hipertensi



mengetahui ,



keluarga



mengalami



penyakit



tetapi



tidak



mengatasinya.Keluarga



tahu



mengatakan



berhubungan mampuan



pengetahuan dengan keluarga



ketidak mengenal



masalah hipertensi, khususnya Ny.S



cara mau



mendengarkan penjelasan tentang penyakit hipertensi Do:: 



Keluarga Ny.S tampak bingung dan tida bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.



2. PENEPISAN MASALAH a. Gangguan rasa nyaman nyeri hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri kepala karena hipertensi, khususnya Ny.S



KRITERIAN



NILA I



SKOR



PEMBENARAN



75



Sifat masalah : Aktual



3/3x1



1



Setiap tekanan darah Ny.S tinggi, Ny.S merasakan



pusing



(Nyeri



dibagian



kepala)dan tidak dilakukan tindakan apapun Kemungkinan



masalah 2/2x1



2



Harapan keluarga terhadap kesembuhan Ny.S



untuk diubah: Sebagian



dari pusing(nyeri di bagian kepala) yang dapat disebabkan karena Ny.S stress



Potensi



masalah



dapat 2/3x1



2/3



Ny.S merasakan nyeri saat tekanan darah



dicegah:Cukup



Ny.S tinggi



Menonjolnya masalahnya



masalah: ½ x1 da



½



Keluarga



tetapi



mengatakan



jika



Ny.S



merasakan nyeri itu sudah biasa dan tidak



tidak segera ditangani



perlu ditangani.



TOTAL SKOR



4 1/6



b. Cemas berhubungan dengan perubahan statsu kesehatan pada keluarga Tn.Z behubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat Ny.S



KRITERIAN



NILAI SKOR



Sifat masalah : Aktual



3/3x1



1



PEMBENARAN Keluarga tampak cemas ketika Ny.S mulai sakit



Kemungkinan masalah untuk 1/2x2



1



diubah: Sebagian



Harapan



keluarga



terhadap



agar



penyakit Ny.S dapat sembuh agar keluarga tidak cemas lagi



Potensi masalah dapat dicegah:



2/3x1



2/3



rendah



Keluarga merasa cemas saat terjadi perubahan status kesehatan keluarga, khususnya Ny.S



Menonjolnya masalahnya



masalah: ½ x1 da



tetapi



½



tidak



sakit keluarga merasa cemas,



segera ditangani TOTAL SKOR



Keluarga mengatakan jika Ny.S tetapi tidak segera ditangani.



3 1/6



76



c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah hipertensi, khususnya Ny.S



KRITERIAN



NILAI SKOR



Sifat masalah : Aktual



3/3x1



1



PEMBENARAN Keluarga tidak tahu tentang masalah kesehatan penyakit hipertensi



Kemungkinan masalah untuk 1/2x2



1



diubah: Mudah



Keluarga



megataka



mendengarkan



apa



mau



yang



akan



dijelaskan Potensi masalah dapat dicegah:



1/3x1



1/3



Cukup



Keluarga



tidak



mengetahui



pentingnya kesehatan



Menonjolnya masalahnya



masalah: ½ x1 da



tetapi



1/2



tidak



Keluarga mengatakan jika Ny.S mengalami



segera ditangani



tetapi



penyakit



tidak



hipertensi



tahu



mengatasinya TOTAL SKOR



2 5/6



3. PRIOROTAS DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan rasa nyaman nyeri hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri hipertensi khususnya Ny.S b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada keluarga Tn.Y, khususnya Ny.S c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi khususnya Ny.S



cara



77



4. INTERVENSI KEPERAWATAN N O 1



DIAGNOSA Gangguan nyaman



TUJUAN



INTERVENSI



rasa Tujuan umum: setelah 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga nyeri dilakukan kunjungan



hipertensi



rumah



berhubungan



hari,diharapkan nyeri 2. Memberikan penjelasan pada keluarga



dengan



berkurang



ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri



hipertensi



khususnya Ny.S



selama



5



tentang nyeri dan hubungannya dengan hipertensi cara mengurangi nyeri



Tujuan



khusus:



setelah



dilakukan



tindakan keperawatan selama 3 X 30 menit



3. Mendemonstrasikan pada keluarga dan Ny.S cara kompres hangat dengan buli2 untuk mengurangi nyeri 4. Memantau TTV



keluarga mampu: 1. Mengenal masalah kesehatan 2. Mengambil keputusan 3. Merawat anggota keluarga



yang



sakit 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada



2



Cemas



Tujuan umum:setelah 1. Kaji penyebab dari kecemasan keluarga



berhubungan



dilakukan kunjungan 2. Memberikan



dengan



rumah



selama



5



perubahan status hari,diharapkan kesehatan



pada cemas



dan



kesehatan



mengenai cara mengatasi cemas 3. Memberikan



status



pendidikan pendidikan



kesehatan



kepada keluarga tentang bagaimana cara



78



keluarga



Ny.S kesehatan teratasi



behubungan dengan



ketidak



mampuan keluarga merawat Ny.S



merawat Ny.S dirumah dengan pemberian



Tujuan



khusus:



setelah



dilakukan



tindakan keperawatan selama 3 X 30 menit keluarga mampu:



kompres hangat pada leher 4. Memberikan



pendidikan



kepada keluarga tentang



kesehatan bagaima cara



mengontrol cemas 5. Menganjurkan kepada keluarga untuk membawa Ny.S ke fasilitas kesehatan terdekat



1. Mengenal masalah kesehatan 2. Mengambil keputusan 3. Merawat anggota keluarga



yang



sakit 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada



3



Kurangnya



Tujuan umum: setelah 1. Kaji



pengetahuan



dilakukan kunjungan



berhubungan



rumah



dengan



hari,diharapkan



ketidakmampuan



keluarga



keluarga



mengenal



mengenal



hipertensi



masalah hipertensi khususnya Ny.S



selama



tingkat



pengetahuan



keluarga



mengenai hipertensi



5 2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian, klasifikasi, tanda gejala dan



dapat



komplikasi hipertensi



masalah 3. berikan pendidikan kesehatan mengenai diet rendah garam untuk Ny.s



Tujuan



khusus:



setelah



dilakukan



tindakan keperawatan selama 3 X 30 menit keluarga mampu:



4. anjurkan kepada Ny.S untuk menurunkan tingkat stress yang ada dirumah 5. anjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.



79



1. Mengenal masalah kesehatan 2. Mengambil keputusan 3. Merawat anggota keluarga



yang



sakit 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada



6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO



1



HARI/T GL Sabtu



DIAGNOSA Gangguan nyaman



30 Mei 2020 Jam: 10.05



IMPLEMENTASI



EVALUASI FORMATIF



rasa 1. Mengkaji nyeri, skala nyeri



hipertensi



S: -Keluarga mengatakan



nyeri dan mengukur TTV 2. Memberikan penjelasan



mengerti dengan cara mengurangi



berhubungan



pada Ny.S dan keluarga



paham



dengan



cara mengurangi nyeri



yang



ketidakmampua n



keluarga



3. Mendemonstrasikan kepada



Ny.S



dan



keluarga cara mengurangi



anggota



nyeri



keluarga



yang



di



dengan



P: nyeri karena tekanan darah tinggi



kompres



Q: nyeri seperti di tusuktusuk



menggunakan



R: Nyeri di bagian kepala



4. Memberikan pendidikan



S: Skala Nyeri 5(nyeri sedang)



melakukan



mengalami nyeri



hangat



hipertensi



buli-buli



khususnya Ny.S



telah



apa



demonstrasikan,



merawat



kepala



dengan



serta



kesehatan pada keluarga tentang diet yang sesuai



T: Nyeri terasa ketika



80



dengan



penderita



hipertensi,



yaitu



diet



tekanan darah tinggi O: TD: 160/100 mmhg



rendah garam



N: 85x/mnt RR:: 20x/mnt S: 36℃



-



Keluarga tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ketika ditanya keluarga sedikit bisa menjawab



A: Masalah belum teratasi P: Melanjutkan intervensi berikan penjelasankepada keluarga



cara



mengurangi nyeri



2



Minggu



Cemas



31 Mei



berhubungan



2020 Jam: 01.09



1. Kaji



dengan



2.



perubahan status kesehatan pada keluarga



Ny.S 3.



behubungan dengan ketidak mampuan keluarga



4.



merawat Ny.S



5.



penyebab



dari S: - Keluarga mengatakan cemas karena tidak kecemasan keluarga tahu cara penanganan Memberikan pendidikan pada Ny.S kesehatan mengenaa cara - Keluarga mengatakan mengatasi cemas sekarang mengetahui Menganjurkan keluarga cara merawat Ny.S dirumah yaitu dengan untuk melakukan pemberian kompres kompres hangat pada hangat pada leher Ny.S sehingga Memberikan pendidikan - Ny. S mengatakan nyeri sedikit kesehatan kepada berkurang dan terasa keluarga tentang enak jika dikompres bagaima cara mengontrol S: Skala Nyeri 4 (nyeri cemas sedang) Menganjurkan kepada O: - keluarga tampak keluarga untuk membawa faham dan bertanya



81



Ny.S



ke



fasilitas



kesehatan terdekat



ketika dijelaskan



-



A:



Keluarga berdiskusi ketika dianjurkan untuk membawa Ny.S ke fasilitas kesehatan Keluarga tampak lebih tenang Masalah sebagian



teratasi



P: Intervensi dilanjutkan: memberikan pendidikn kesehatan



tentang



hipertensi



Kurangnya



3



Senin 01



pengetahuan



Juni 2020



berhubungan dengan



Jam 08.30



ketidakmampua n keluarga mengenal masalah hipertensi khususnya Ny.S



S: - keluarga mengatakan 1. Berikan kesehatan



apa yang dijelaskan



mengenai



pengertian, tanda



sedikit faham dengan



pendidikan klasifikasi, -



gejala



dan



akan memisahkan



komplikasi hipertensi 2. berikan



Keluarga mengatakan makanan untuk Ny.S



pendidikan -



Keluarga mengatakan



kesehatan mengenai diet



jarang memeriksakan



rendah garam untuk Ny.s



Ny.S ke fasilitas



3. Berikan



pendidikan



kesehatan



mengenai



pengertian,



klasifikasi,



tanda



gejala



dan



kesehatan kalau tidak terlalu sakit



O: - keluarga tampak mengangguk ketika



komplikasi hipertensi 4. berikan



dijelaskan mengenai



pendidikan



penyakit hipertensi



kesehatan mengenai diet rendah garam untuk Ny.s 5. anjurkan untuk



kepada



Ny.S



menurunkan



tingkat stress yang ada



-



Ny.S mengatakan kepalanya sudah tidak terlalu sakit



82



dirumah 6.



Memberikan kompres



S: Skala Nyeri 4 (nyeri sedang)



hangat pada leher Ny.S -



Keluarga hanya bisa



untuk mengurangi nyeri



menjawab 1 dari 3



kepala.



pertanyaan yang



7. Menganjurkan



keluarga



memanfaatkan



fasilitas



kesehatan yang ada.



diberikan A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan



7. EVALUASI SUMATIF NO



1



HARI/TGL Selasa 02 Juni 2020



DIAGNOSA



Gangguan rasa nyaman S: Ny.S mengatakan semenjak sering di nyeri



hipertensi



berhubungan Jam 04:15



EVALUASI SUMATIF



kompres myeri kepala dan kaku pada



dengan



leher belakang berkurang, Skala nyeri 3



ketidakmampuan keluarga



merawat



anggota keluarga yang mengalami hipertensi



TTV: TD: 150/100 mmhg N: 82x/mnt



nyeri



RR:: 19x/mnt



khususnya



Ny.S



S: 36,8℃



-



Keluarga mengatakan akan selalu memberikan kompres pada Ny.S jika penyakit kambuh



O: keluaga tampak lebih tenang, A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan



2



Selasa 02 Juni 2020



Cemas



berhubungan S: Keluarga mengatakan sudah tidak terlalu cemas karena sudah mengetahui cara dengan perubahan status perawatan Ny.S kesehatan pada keluarga Ny.S behubungan dengan



83



Jam 04:35



ketidak



mampuan



TTV: TD: 150/100 mmhg



keluarga merawat Ny.S



N: 82x/mnt RR:: 19x/mnt S: 36,8℃



-



Keluarga mengatakan akan selalu memberikan kompres pada Ny.S jika penyakit kambuh



O:keluarga tampak faham dan terkadang bertanya.. A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan



3



Selasa 02 Juni 2020



Kurangnya pengetahuan



S: Keluarga mengatakan masih sedikit



berhubungan dengan



binngung dengan penjelasan yang



ketidakmampuan Jam 04:52



diberikan



keluarga mengenal masalah hipertensi khususnya Ny.S



-



Keluarga mengatakan sudah mulai memisahkan makanan untuk Ny.S TTV: TD: 150/100 mmhg N: 82x/mnt RR:: 19x/mnt S: 36,8℃



-



Keluarga mengatakan akan selalu memberikan kompres pada Ny.S jika penyakit kambuh



O: keluaga tampak bingung jika diberikan pertanyaan



-



Keluarga hanya bisa menjawab 2 dari 5



84



pertanyaan yang diberikan A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dihentikan.



B. Pembahasan Studi Kasus Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Tn.Y dengan salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang, khususnya Ny.S diakukan selama 5 hari mulai tanggal 29 Mei sampai dengan 2 Juni 2020 dengan jumlah responden 1. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan tingkat nyeri kepala pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat pada leher. Proses pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti yaitu dimulai saat pencarian data keluarga yang salah satu anggota keluarga menderita hipertensi dengan nyeri kepala sedang yang sesuai dengan kriteri inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudia peneliti menemui responden pada hari jumat 29 mei 2020 untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan, memberikan informed consent kepada responden dan keluarga. Maka pada bab pembahasan penulis akan menjabarkan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan, merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi. a.



Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang di



85



dapat dari klien (sumber data primer), data yang di dapat dari orang lain (sumber data sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar [ CITATION Hid12 \l 1033 ].



Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian pada Ny K dengan menggunakan metode pengkajian keperawatan keluarga, wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).Namun dari hasil pengkajian yang di peroleh dari kasus dilapangan yaitu Ny.S mengatakan setiap tekanan darahnya naik, Ny.S selalu merasa kaku pada leher dan nyeri kepala sehingga sangat menggangu aktivitas Ny.S, keluarga Tn.Y mengatakan tidak mengetahuai bagaimana cara perawatan dirumah kepada Ny.S. Nyeri kepala yang dirasakan responden dengan skala nyeri 5 (Nyeri sedang). Responden dan keluarga mengatakan bahwa penanganan nyeri kepala hanya dengan cara istirahat saja. Berdasarkan data yang ada terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus yang di peroleh di lapangan karena gejala yang terdapat di teori



86



tidak semuanya ada pada kasus di lapangan. Ini dikarenakan responden hanya mengalami kaku pada leher dan nyeri kepala saja dan untuk tanda gejala yang lain responden tidak mengalaminya seperti sering gelisah, wajah merah, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).



b. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari Doengeos dan etiologi (E) berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan menurut (Friedman, 2010). Adapun diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi adalah sebagai berikut: 1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga 2. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat 3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi 4. Ketidak mampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi 5. Ketidak mampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi. Tetapi berdasarkan perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif dan objektif. Pada keluarga Tn.Y tidak semua diagnose keperawatan yang muncul, hanya ada 3 diagnosa



87



yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri hipertensi khususnya Ny.S, Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada keluarga Tn.Y, khususnya Ny.S



dan



Kurangnya



pengetahuan



berhubungan



dengan



ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi khususnya Ny.S. c. Intervensi keperawatan Intervensi



Keperawatan



adalah



bagian



dari



tahap



proses



keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan criteria hasil, penetapan rencana tindakan yang akan diberikan kepada klien untuk memecahkan masalah yang dialami klien serta rasional dari masingmasing rencana tindakan yang akan diberikan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi



masalah-masalah



yang



diidentifikasi



pada



diagnose



keperawatan [ CITATION Hut10 \l 1033 ]. Setelah ditemukan masalah keperawatan maka penulis melakukan intervensi pada setiap diagnose yang diangkat.perencanaa dirancang untuk merubah pengetahuan keluarga, sikap, dan tindakan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami keluarga. 1) Gangguan rasa nyaman nyeri hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri kepala karena hipertensi, khususnya Ny.S. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Mengkaji tingkat



88



pengetahuan keluarga tentang nyeri dan hubungannya dengan hipertensi,



Memberikan



penjelasan



pada



keluarga



cara



mengurangi nyeri, mendemonstrasikan pada keluarga dan Ny.S cara kompres hangat dengan buli2 untuk mengurangi nyeri, memantau TTV, memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang diet yang sesuai dengan penderita hipertensi, yaitu diet rendah garam. Intervensi keperawatan keluarga berdasarkan teori sama dengan intervensi yang telah direncanakan di lapangan. Tujuan dan kriteria hasil dari tindakan ini adalah keluarga dan responden mampu: Mengenal masalah kesehatan, Mengambil keputusan, Merawat anggota keluarga yang sakit, Memodifikasi lingkungan, Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada 2) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada keluarga Tn.Z behubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat Ny.S. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Kaji penyebab dari kecemasan keluarga, memberikan pendidikan kesehatan



mengenaa



cara



mengatasi



cemas,



memberikan



pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana cara merawat Ny.S dirumah, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang



bagaima cara mengontrol cemas,



menganjurkan kepada keluarga untuk membawa Ny.S ke fasilitas kesehatan terdekat. Sedangkan intervensi berdasarkan teori yang ada



adalah



telah



sama



dengan



rencana



tindakan



yang



89



direncanakan di lapangan karena tindakan keperawatan keluarga lebih banyak berkolaborasi dengan keluarga, berbeda dengan rencana tindakan pada penderita hipertensi di rumah sakit yang lebih banyak tindakan keperawatannya dilakukan oleh perawat dan kolaborasi dengan dokter. Tujuan dan kriteria hasil dari tindakan tersebut keluarga dan responden



mampu: Mengenal



masalah kesehatan, Mengambil keputusan, Merawat anggota keluarga yang sakit, Memodifikasi lingkungan, Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada 3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah hipertensi, khususnya Ny.S. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Kaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai hipertensi, berikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian, klasifikasi, tanda gejala dan komplikasi hipertensi, berikan pendidikan kesehatan mengenai diet rendah garam untuk Ny.s, anjurkan kepada Ny.S untuk menurunkan tingkat stress yang ada dirumah, anjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Rencana tindakan keperawatan keluarga berdasarkan teori adalah menjelaskan arti penyakit hipertensi, diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi, menanyakan kembali apa yang telah di diskusikan, intervensi keperawatan keluarga berdasarkan teori telah sama dengan intervensi yang telah direncanakan di lapangan. Tujuan dan kriteria hasil dari tindakan ini adalah keluarga dan responden



90



mampu: Mengenal masalah kesehatan, Mengambil keputusan, Merawat anggota keluarga yang sakit, Memodifikasi lingkungan, Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada d. Implementasi keperawatan Implemetasi dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk membantu memandirikan keluarga dimana didalam implementasi kita memberikan informasi atau penyuluhan kepada keluarga dengan tujuan menambah pengetahuan keluarga dan menganjarkan tindakan kepada keluarga untuk perawatan dirumah pada anggota yang menderita hipertensi. Didalam implementasi peneliti memperkenalkan kepada keluarga mengenai bagaimana perawatan Ny.S dirumah yaitu dengan mengajarkan Ny.S dan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada leher menggunakan buli-buli hangat, pengertian dari hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi, tanda dan gejala serta komplikasi pada hipertensi. Dalam melakukan implementasi keperawatan kepada keluarga Tn.Y, peneliti menyesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi setiap kali melaksanakan implementasi kepada keluarga Tn.Y peneliti lebih menekankan pada implementasi pemberian kompres hangat pada leher dikarena intervensi tersebut salah satu cara perawatan di rumah tanpa obat-obatan atau secara non-farmakologi yang dapat terus di terapkan oleh keluarga pada perawatan Ny.S. Kompres hangat dapat menurunkan tingkat nyeri kepala pada pada penderita hipertensi, yang dimana nyeri kepala tersebut terjadi karena kerusakan vaskuler pada



91



seluruh



pembuluh



perifer,



Perubahan



arteri



kecil



dan



arteola



menyababkkan penyumbatan pembuluh darah, yang mengakibatkan aliran darah akan terganggu. Sehingga supalai oksigen akan menurun dan peningkatan karbondioksida kemudian terjadi metabolisme anaerob di dalam tubuh mengakibatkan peningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak (Price & Wilson, 2006, hlm.583). vasodilatasi yang terjadi akibat kompres hangat pada leher dapat melebarkan pembuluh darah arteriol, sehingga mengakibatkan penurunan resistensi, peningkatan pemasukan O2 dan menurunkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah. Kompres hangat bisa dilakukan dengan bulibuli dengan suhu air 40℃ . Dengan lama kompres 15 menit, kompres hangat ini bisa dilakukan 1-2 kali dalam sehari. Berdasarkan hasil Study kasus yang telah dilakukan, menyatakan bahwa nyeri kepala sedang yang disebabkan oleh hipertensi dapat berkurang dengan pemberian kompres hangat pada leher, karena dapat merelaksasikan otot polos pada pembuluh darah dan melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan oksigen, dan nutrisi ke otak. Hal tersebut disukung dengan penelitian Dodi setyawan (2014) yang menyatakan bahwa terjadi penurunan skala nyeri yang dialami responden dimana sebelum diberikan kompres hangat sebagian besar responden mengalami nyeri kepala sedang sebesar 11 responden (61,1%) dan sesudah diberikan kompres hangat jumlah responden yang mengalami nyeri kepala sedang turun menjadi 10 responden (55,6%). Selain itu responden yang



92



semula mengalami nyeri kepala berat terkontrol sebesar 7 responden (38,9%), sesudah diberikan kompres hangat hasilnya tidak ada responden yang mengalami nyeri kepala berat terkontrol. e. Evaluasi keperawatan Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sesuai dengan teori yang menggunakan metode SOAP, evauasi di klasifikasikan menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat intevensi dengan respond segera dan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan (Nursalam, 2008 Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari pada keluarga Tn.Y adalah sebagai berikut: Subjective (S) : Ny.S mengatakan semenjak sering di kompres nyeri kepala dan kaku pada leher belakang berkurang, Skala nyeri menjadi 3, tanda-tanda vital TD: 160/100 mmhg, N: 82x/mnt, RR:: 19x/mnt, S: 36,8 ℃, Keluarga mengatakan akan selalu memberikan kompres pada Ny.S jika penyakit kambuh, keluarga mengatakan masih sedikit bingung mengenai berbagai penyakit hipertensi, keluarga sekarang sudak tidak terlalu cemas karena sudah mengetahu bagaimana cara merawat Ny.S jika mengalami nyeri kembali



93



Objective (O) : keluarga hanya dapat menjawab 2 dari 5 pertanyaan yang diberikan, keluarga masih tampak bingung jika diberikan pertanyaan Analysis (A) : masalah telah teratasi sebagian Planning (P) : intervensi dihentikan Evaluasi pada keluarga Tn.Y telah



didokumentasikan dalam bentuk



SOAP, sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan proses evaluasi yang tlah dilakukan peniliti di lapangan. Dalam evaluasi kita melihat seberapa jauh keberhasilah yang telah dicapai dari implemetasi keperawatan yang telah dilakukan. Dilihat dari selama berapa hari kita dari melakukan pengkajian dan kita melihat respond dari keluarga selama kita melakukan asuhan keperawatan. C. Kendala atau Hambatan selama Penelitian Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam melaksanakan penelitian. Adapun kendala atau hambatan peneliti selama proses penelitian ini antara lain yaitu: 1. Tidak tersedianya alat pengukur untuk mengukur suhu air yang akan digunakan untuk kompres, sehingga peneliti menggunakan alternatif lain untuk menentukan suhu air yang akan digunakan 2. Tidak tersedianya LCD untuk melakukan sosialisasi/ pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk menayangkan PPT atau Video, sehingga peneliti menggunakan leaflet dan ceklist.



94



3. Keterbatasan dalam melakukan pemeriksaan fisik terutama head to toe, peneliti tidak leluasa dalam mengkajinya dikarenakan harus memenuhi protocol corona (covid-19).



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan maka penulis dapat menyimpulkan pada pengkajian dengan gangguan sistem kardiovaskuler dengan didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif diperoleh dari wawancara dengan pasien dan keluarga dimana pasien mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk ketika tekanan darah tinggi sehingga mengganggu aktifitas pasien. Setelah diberikan asuhan keperawatan dan diberikan terapi non farmakologi seperti kompres hangat menggunakan bulibuli hangat , pasien mengatakan nyeri pada kepala berkurang sehingga dapat beraktifitas seperti biasanya. Di buktikan dengan responden nyeri yang dirasakan responden dari nyeri sedang skala 5 menjadi 3 B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Agar menambah jumlah buku sumber khususnya materi tentang hipertensi, untuk melengkapi refrensi dalam penyusunan selanjutnya. 2. Bagi Keluarga Keluarga mendapatkan tambahan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Bagi Penulis Agar lebih mengembangkan lagi pengetahuan tentang nyeri kepala pada penderita hipertensi sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan yang kompherensif dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas.



95



DAFTAR PUSTAKA



Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka. Arif, M (2011) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 4. Jakarta Achjar, H.A., Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika Ballenger, J.J. 2010 Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher.Jilid I Dialih bahasakan oleh staf ahli bagian THT RSCM-FKUI. Binarupa Aksara. Tangerang. Corwin, E J (2001). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Jakarta. Badan Penerbit IDAI, Kristiasari, W (2009) Doengoes, Marilynn, E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah.2019 Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga. Harmoko. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.



96



Notoatmojo, S. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: salemba Medika. Profil Puskesmas Bonjeruk Lombok Tengah tahun 2019. Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1. EGC. Jakarta. Putra. SR, Panduan Riset Keperawatan dan penulisan Ilmiah, Jogjakarta, DMedika:2012 Rohaedi (2008), Hipertensi. Jakarta : Gramedia Jakarta Utama Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem



Kardiovaskuler.



Jakarta:



UPT



Penerbitan



Universitas



Muhammadiyah Malang. Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya



97



98



LAMPIRAN



Lampiran 1.



PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP) 1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu Anggota keluargaa Menderita Hipertensi Dengan Nyeri Kepala Sedang Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk”. 2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memberikan gambaran asuhan keperawatan keluarga dengan pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri kepala pada penderita hipertensi yang dapat memberi manfaat untuk masyarakat setelah dilakukan tindakan kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri kepala pada penderita hipertensi dapat menambah pengetahuan tentang kompres hangat pada leher, untuk ilmu keperawatan dapat menjadi salah satu topik pembahasan terutama di keperawatan keluarga untuk menambah cara mengontrol nyeri dengan menggunakan jenis terapi non farmakologi, untuk penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penanganan nyeri dengan cara non farmakologis yaitu salah satunya dengan cara Kompres hangat dan untuk penderita Hipertensi setelah diberikan kompres hangat pada leher diharapkan penderita dapat memberikan informasi ke orang lain dan menerapkan tekhnik Kompres hangat yang merupakan salah satu jenis



terapi non farmakologis dalam penanganan



nyeri. Penelitian ini akan



berlangsung selama 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam). 3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-20 menit, Observasi dan pemeriksaan fisik. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan. 4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini



adalah



anda



turut



terlibat



aktif



mengikuti



perkembangan



asuhan/tindakan yang diberikan. 5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan. 6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081805307397



Peneliti,



(LALE DWI KARTIKA PUTRI)



Lampiran 2. Lembar Persetujuan (Informed Consent).



LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)



Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwasanya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Lale Dwi Kartika Putri . Penelitian ini berjudul “ Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Salah Satu Anggota Keluarga menderita Hipertensi dengan Nyeri Kepala Sedang di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk ” Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan untuk mengundurkan diri, maka saya dapat mengundrukan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Mataram,



Saksi



2020



Responden



(……………………………)



(……………………………)



Peneliti



(………………………….)



Lampiran 3. Checklist Kompres Hangat Kering Dengan Buli-Buli



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN Program Studi DIII Keperawatan Mataram



Nama : …………………………………………………



No. Mhs:



…………………………………… Definisi: Kompres hangat kering adalah memberikan rangsangan pada klien menggunakan buli-buli yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuan: 1. Melancarkan sirkulasi darah 2. Mengurangi rasa sakit 3. Merangsang paristaltik usus 4. Memperlancar pengeluaran getah radang 5. Memberi rasa nyaman atau hangat dan tenang



Nilai Aspek yang dinilai Indikasi dan kontra indikasi: Indikasi 1. Pada klien yang mengalami nyeri 2. Pada klien yang mengalami demam Kontra indikasi



0



1



2



1. Pada klien yang terdapat lesi Persiapan Alat : 1. Buli-buli hangat dan sarungnya 2. Termos berisi air hangat 3. Lap kerja 4. Perlak kecil dan alasnya 5. Sarung tangan (jika Perlu) Tahap Pra-Interaksi 1. Cuci tangan 2. Siapkan alat Tahap Orientasi 1. Memberi salam, panggil klien dengan nama yang disenangi 2. Memperkenalkan nama perawat 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga 4. Menjelaskan tentang kerahasiaan Tahap kerja 1. Berikan penjelasan pada klien mengenai prasat yang akan dilakukan 2. Bawa alat ke dekat klien 3. Cuci tangan 4. Pakai sarung tangan (Jika perlu) 5. Masukkan air hangat kedalam buli-buli 6. Keluarkan udara dari buli-buli deengan melipat bagian yang kosong lalu tutup rapat 7. Periksa buli-buli apakah bocor atau tidak 8. Masukkan buli-buli kedalam sarungnya 9. Buka area yang akan diberi kompres dan atur posisi klien sesuai kebutuhan 10. Pasang pengalas pada bagian tubuh yang akan diberi



kompres 11. Letakkan buli-buli pada bagian yang memerlukan kompres dan kompres selama 20 menit 12. Kaji keadaan kulit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh (jika perlu) 13. Angkat buli-buli jika sudah cukup/ selesai 14. Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman 15. Bereskan alat-alat dan simpan ke tempat semula 16. Cuci tangan Tahap Terminasi 1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan 2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien Tahap Evaluasi Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan Tahap Dokumentasi Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan



Keterangan: 0 = Tidak Dikerjakan 1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna 2= Dikerjakan dengan Benar/ Sempurna Pembimbing



(………………………………)



Lampiran 4. Asuhan keperawatan Keluarga ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA………….. DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA…………….. DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS……...... 5. Asuhan keperawatan pasien hipertensi a. Data umum 34. Nama KK



:



35. Umur



:



36. Pendidikan



:



37. Pekerjaan



:



38. Alamat



:



39. Komposisi kelaurga



:



No.



Nama



Umur



Jenis kelami n



Hubungan dengan kepala keluarga



40. Genogram



:



41. Tipe keluarga



:



42. Budaya



:



Status perkawinan



Pekerjaan



43. Agama



:



44. Status sosoal ekonomi



:



45. Aktivitas rekreasi dan waktu luang



:



b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 46. Tahap perkembangan keluarga saat ini



:



47. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi



:



48. Riwayat kesehatan keluarga inti c. Riwayat penyakit keturunan



:



d. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga: 49. Riwayat Keluarga Sebelumnya



:



e. Lingkungan 50. Karakteristik Rumah -



Denah Rumah



:



-



Status Rumah



:



-



Tipe Rumah



:



-



Luas Rumah



:



-



Keadaan



:



-



Kebersihan dan pencahayaan :



51. Karakteristik Tetangga dan Komunitas



:



52. Mobilitas Geografis Keluarga



:



53. Perkumpulan Keluaga dan Interaksi dengan Masyarakat : 54. Sistem pendukung Keluarga f. Struktur Keluarga



:



55. Pola Komunikasi Keluarga



:



56. Struktur Kekuatan Keluarga



:



57. Struktur Peran



:



58. Nilai dan Norma Keluarga



:



g. Fungsi Keluarga 59. Fungsi Afektif



:



60. Fungsi Sosialisasi : 61. Fungsi Perawatan Kesehatan (Data Spesifik) f. Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan : g. Kemampuan Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan



:



h. Kemampuan melakukan Perawatan terhadap Anggota Keluarga Yang Sakit



:



i. Kemampuan Menciptakan Lingkungan Yang Dapat Meningkatkan Kesehatan



:



j. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Yang Ada : h. Stress dan Koping Keluarga i. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapi j. Pemeriksaan fisik head to toes Anggota keluarga Kepala



Leher Dada Abdomen ekstremitas



DATA TAMBAHAN 1. Tanda-tanda vital 2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga a. Ayah b. Ibu c. Anak 3. Keluarga berencana 4. Tumbuh kembang a. Pemeriksaan tumbuh kembang anak o Anak 1 : o Anak 2 : b. Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak. ANALISA DATA N O



HARI/TANGGAL



DATA



DIAGNOSA



DIAGNOSA KEPEAWATAN 1. ……………………… 2. ……………………...



INTERVENSI KEPERAWATAN N O



TANGGAL DIAGNOSA



TUJUAN/KRITERIA HASIL



INTERVENSI



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO



HARI/TGL



DIAGNOSA



IMPLEMENTASI



EVALUASI FORMATIF



EVALUASI SUMATIF NO



HARI/TGL



DIAGNOSA



EVALUASI SUMATIF



Dokumentasi Hari 1 – Pengkajian



Hari Ke 2 – Intervensi



Hari ke 3 -intervensi



Hari ke 4 –Intervensi



Hari ke 5-evaluasi