Makalah Tika Tubektomi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ayu
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENANGANAN FISIOTERAPI PADA KASUS TUBEKTOMI



Disusun oleh : Tika Prashida 1710306014



PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2018



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Ibu dosen maupun penulis jurnal, orang tua, serta teman-teman sekalian, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang telah diberikan. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik yang di sengaja maupun tidak di sengaja, penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Surabaya,19 Februari 2018



Penyusun



Tika Prashida



ii



HALAMAN PENGESAHAN



MAKALAH PENANGANAN FISIOTERAPI PADA KASUS TUBEKTOMI



MAKALAH Disusun oleh : Tika Prashida 1710306014



Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Oleh : Pembimbing : Niniek Soetini, M.Fis Tanggal : 26 Februari 2018



Tanda tangan:



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................



i



KATA PENGANTAR .....................................................................................



ii



HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................



iii



DAFTAR ISI ...................................................................................................



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ...........................................................................



2



C. Tujuan Penelitian .............................................................................



2



D. Manfaat Penulisan ...........................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Tubektomi ..........................................................................



4



B. Etiologi Tubektomi ..........................................................................



5



C. Jenis Tubektomi...............................................................................



5



D. Indikasi dan Kontra Indikasi Tubektomi .........................................



6



E. Keuntungan dan Kekurangan Tubektomi ........................................



7



F. Diagnosa Fisioterapi ........................................................................



7



G. Tujuan Fisioterapi ............................................................................



8



H. Program Fisioterapi .........................................................................



8



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................



10



B. Saran ................................................................................................



10



DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina yang hanya 20 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi. Salah satu upaya prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan pemakaian kontrasepsi secara rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya lebih aman dari pada tidak memakai kontrasepsi. Menurut data survei kesehatan dan demografi Indonesia tahun 2003 kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah peserta KB yang memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,15% bahkan hanya sekedar 38% pasangan yang mengetahui kontrasepsi mantap tubektomi. Menurut Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono salah satu kontrasepsi paling aman sesuai hasil penelitian dan pola kontrasepsi rasional adalah pemakaian kontrasepsi mantap seperti tubektomi sayangnya kontrasepsi mantap itu belum populer di masyarakat Indonesia. Kontrasepsi berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya, wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual. Menurut sebuah studi baru yang lansir dari Health 24, wanita yang telah menjalani sterilisasi untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu. Para peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan prosedur tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu. Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks daripada wanita lain. Laporan BKKBN Provinsi D.I Yogyakarta 2011 menunjukan hasil pelayanan KB baru kumulatif menurut metode kontrasepsi tubektomi sebanyak 2,90%. Di Kota Yogyakarta pencapaian KB baru tubektomi hanya sebanyak 202 1



(6,69%) masih jauh dari target 591 (9,91%). Pencapaian pelayanan KB baru kumulatif kontrasepsi tubektomi di Kota Yogyakarta menduduki angka terendah di Provinsi Yogyakarta. Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai dalam jangka waktu panjang, walaupun kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. (Mulyani, 2013, hal.119120).



B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan definisi tubektomi 2. Menjelaskan etiologi tubektomi 3. Menjelaskan jenis tubektomi 4. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi tubektomi 5. Menjelaskan keuntungan dan kekurangan tubektomi



C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami tentang tubektomi 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui definisi tubektomi b. Untuk mengetahui etiologi tubektomi c. Untuk mengetahui jenis tubektomi d. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi tubektomi e. Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan tubektomi



D. Manfaat Penulisan 1.



Bagi Profesi Fisioterapi Untuk menambah pengetahuan untuk teman sejawat fisioterapi dalam pemberian penanganan fisioterapi pada pasien tubektomi



2.



Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan pendalaman penulis tentang tubektomi



2



3.



Bagi institusi Untuk member bahan masukan kegiatan belajar mengajar terutama pada penanganan tubektomi juga sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa fisioterapi universitas aisyiyah Yogyakarta.



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval (Saifuddin, 2006). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadangkadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula.Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klienKontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterine (Muhammad, 2011). Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan 4



klien kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. B. Etiologi 1. Alasan medis Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006). 2. Obsetri Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih. 3. Genetic Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain. 4. Kontrasepsi Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi. 5. Indikasi ekonomi Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga (Sudarmo, 2010).



C. Jenis Tubektomi 1. Minilaparotomi Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah (suprapubik)/ subumbilikal (pada lingkar pusat bawah) Laparoskopi (sayatan besar) Pemeriksaan rongga perut dengan peneropongan memakai alat melalui



5



sayatan pada dinding perut, setelah lebih dahulu dilakukan pengisian dengan udara atau gas ke dalamnya (KBBI daring). 2. Vasectomy Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy) Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional) Vasektomi semi permanen Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing.



D. Indikasi dan Kontra Indikasi 1. Indikasi a. Usia >26 tahun b. Memiliki keturunan > 2 c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya d. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius e. Pasca persalinan f. Pasca keguguran g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini 2. Kontra indikasi a. Hamil b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan f. Belum memberikan persetujuan tertulis g. Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang berat h. Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak.



6



E. Keuntungan dan Kekurangan Tubektomi 1. Keuntungan Keuntungan kontrasepsi tubektomi menurut Sujiyatini (2009) adalah sebagai berikut: a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuanselama tahun pertama penggunaan) b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding) c. idak bergantung pada faktor senggama d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risikokesehatan yang serius e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengananestesi local f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. 2. Kekurangan Menurut Sujiyatini (2009) keterbatasan kontrasepsitubektomi adalah sebagai berikut: a. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali) b. Klien dapat menyesal dikemudian hari c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakananestesi umum) d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendeksetelah tindakan e. Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokterspesialis ginekologi untuk proses laparoskopi) tidakmelindungi diri dari infeksi menular seksual.



F. Diagnosa Fisioterapi 1) Impairment :Adanya nyeri insisi, Penurunan kekuatan otot dan Adanya Gangguan kemampuan Fungsional. 2) Fungsional Limitation : sulit bergerak karna adanya luka. 3) Partisipation Restriction :belum bisa mengikuti kegiatan sosial seperti biasa.



7



G. Tujuan Fisioterapi 1. Tujuan jangka pendek Mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kemampuan Fungsional. 2. Tujuan jangka panjang Meningkatkan kemampuan fungsional, membuat pasien mandir dalam ADL.



H. Program Fisioterapi 1) Breathing exercise Suatu latihan pernapasan yaitu penderita menarik nafas melalui hidung



hingga



rongga



dada



mengembang



setelah



itu



pasien



menghembuskan secara perlahan melalui mulut dengan mencucu. Tujuan dari pemberian latihan ini adalah untuk memelihara dan meningkatkan volume paru pada kasus paska operasi, selain itu juga bertujuan untuk rileksasi menghilangkan rasa nyeri pada saat latihan. 2) Free active movement Free activemovement adalah gerakan yang terjadi akibat dari otot yang bersangkutan tanpa adanya bantuan dan tahanan dari luar, kecuali gaya gravitasi. Efek dan penggunaannya adalah untuk memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan mobilisasi otot sehingga kekuatan otot meningkat (Priatna, 1985). 3) Static Contraction Static contraction yaitu suatu kontraksi dari otot secara isometric didalam melawan suatu kekuatan atau memepertahankan suatau kestabilan tetapi tidak diikuti adanya gerakan.Seperti mengkontraksikan perut dan pantat serta otot dasar panggul yang di tahan 5 detik kemudian rileksasi. 4) Latihan duduk Bila pasien tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan latihan duduk. Dari posisi tidur terlentang ke posisi duduk dilakukan dengan cara kedua tungkai dirapatkan, salah satu lutut sedikit di tekuk, kemudian tubuh diputar miring bersamaan dengan kedua tungkai kesisi tempat tidur. Kedua tungkai bawah diturunkan dari Bed sambil mendorong tubuh ke posisi duduk dengan menggunakan dorongan kedua tangan, kemudian terapis 8



harus menanyakan kepada pasien apabila pusing atau mual serta dapat dilihat pada wajah pasien apakah pucat atau tidak. 5) Latihan berdiri Untuk latihan berdiri dimulai dari urutan latihan duduk sampai pasien sudah duduk di tepi Bed dengan kaki menggantung, dilanjutkan pasien menggeser pantat dan tubuhnya ke salah satu sisi tangannya untuk menapakkan salah satu kakinya di lantai, hal ini dilakukan dengan kedua tungkai tetap merapat. Setelah menapak lalu berdiri tegak dan tetap harus ditanyakan oleh terapis pada pasien adakah keluhan pusing dan mual. Jika tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan latihan berjalan di sekitar Bed.



9



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadangkadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula.Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klienKontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterine. Tubektomi adalah tindakan/ pengikatan/ pemotongan pada dua saluran (Tuba Falopi) untuk wanita atau saluran (Vasdeveren) yang mengakibatkan pasangan bersangkutan tidak mendapatkan keturunan. Kontrasepsi Pria/ Wanita dengan cara Vasektomi dan Tubektomi dapat di benarkan oleh islam, sebab Vasektomi dan tubektomi pada saat ini tidak membawa akibat kemandulan permanent, karena kemajuan teknologi kedokrteran yang canggih dengan hasil yang cukup memuaskan. Namun pelaksanaanya harus selektif (tidak masal).



B. Saran Keberhasilan terapi ditentukan oleh tim medis dan penderita sendiri. Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan program fisioterapi yang telah ditetapkan maka diharapkan pasien latihan di rumah sesuai dengan yang diajarkan dan dianjurkan terapis.



10



DAFTAR PUSTAKA BKKBN. Arah Kebijakan dan Strategi Program Kependudukan dan KB Tahun 2011. Jakarta: Depkes RI. 2001. Penantaan Sistem Kesehatan Daerah, Jakarta. Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta. Huliana. 2003. Perawatan Ibu Pascamelahirkan, Jakarta. Latief, A. 2010. Fisioterapi Obstetri-Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta. Manuaba. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta. Meilani N, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta. Muhammad. 2011. Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka Cendekia Utama. Mulyani. 2013. Kanker payudara dan Penyakit kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.



Menular



Seksual



Pada



Notoatmodjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Priatna, H. 1985. Exercise Therapy; Akademi Fisioterapi Surakarta, Surakarta, hal 3. Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta :NuhaMedika.