Tubektomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI



Disusun oleh: 1. Ida Farida



NIM : 110320001



2. Tantri Rinukti



NIM : 110320014



3. Maslaha



NIM : 110320015



4. Yani Suryaningsih



NIM : 110320019



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP



PROGRAM STUDI KEBIDANAN 2020



BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga . Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurnawati, 2013) Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana (Depkes RI, 2000). Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara yaitu keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan jumlah kelahiran, karena setiap kehamilan yang berkaitan dengan beberapa resiko dengan sendirinya dapat dihindari. Keluarga berencana juga dapat mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang sangat muda dan pada wanita yang sudah tua.KB membantu menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi ancaman bagi kesehatan wanita (Farrer, 2001) Berdasarkan survei RPJMN 2018, Pemakaian kontrasepsi untuk semua cara di antara wanita kawin di Indonesia turun dari 60,9 persen di tahun 2016 menjadi 59,7 persen di tahun 2017 dan pada hasil Survei Kinerja Akuntabilitas Program (SKAP) 2018 naik menjadi 60 persen. Pemakaian



kontrasepsi modern di antara wanita kawin 15-49 tahun sebesar 57 persen dan belum mencapai target nasional yang ditetapkan Renstra 2015-2019, tahun 2018 yaitu sebesar 61,1 persen. Pemakaian kontrasepsi modern tertinggi di Provinsi Bangka Belitung dan Bengkulu 65 persen, sementara Provinsi Papua mencapai angka prevalensi pemakaian KB modern terendah yaitu 27%. Pemakaian suatu cara KB tertinggi di Provinsi Bangka Belitung 69 persen, sedangkan terendah di Papua 28 persen (BKKBN, 2018) Penggunaan berbagai metode kontrasepsi tersebut sebenarnya tidak bermasalah.Permasalahan terletak pada aspek pemilihan metode kontrasepsi tersebut.Aspek yang perlu diperhatikan adalah pemilihan alat kontrasepsi apakah sudah didasari oleh pertimbangan faktor keuntungan, kerugian, efektivitas dan efisiensi dari masing-masing metode.Oleh karena itu setiap calon akseptor pada prinsipnya harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai kelebihan dan kelemahan, efektivitas dan efisiensi dari masingmasing metode kontrasepsi.Pertimbangan utama adalah terkait dengan kesesuaian tujuan ber-KB yaitu menunda kehamilan, menjarangkan anak atau mengakhiri masa reproduksi. Jika akseptor belum memiliki pengetahuan yang baik tidak menutup kemungkinan akan timbul efek samping yang terjadi sehingga menurunkan minatnya untuk ikut program KB atau dengan timbulnya efek samping maka dapat menyebabkan akseptor berganti alat kontrasepsi atau bahkan menghentikan penggunakan alat kontrasepsi Untuk menekan angka kelahiran yang terus bertambah Indonesia melakukan program Keluarga Berencana (KB). Program KB di Indonesia juga telah berhasil meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi dari sekitar 10 persen pada 1970 menjadi sekitar 62 persen pada 2017. Angka kesuburan total (total fertility rate/TFR) mengalami penurunan dari 2,6 pada hasil survei sebelumnya menjadi 2,4. Metode yang biasa digunakan wanita dalam berKB yaitu suntik 29%; pil 12%; implant 5%; IUD 5% dan Metoda Operatif Wanita



(MOW) 4%, sedangkan metode KB pria dikenal dua yaitu kondom 3% dan vasektomi Metoda Operatif Pria (MOP) 0,30% (SDKI, 2017). Berdasarkan data dari dinas kesehatan selama tahun 2011, jumlah peserta KB di Indonesia ter- banyak adalah menggunakan KB suntik (51,21%), pil (40,2%), IUD/spiral (4%), implant (4,93%), MOW (2.7%), dan lainnya (1.1%) (Riskesdas,2013). Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). Metode Operatif Wanita (MOW) atau disebut dengan tubektomi adalah tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. Sedangkan Metode Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) memperlihatkan bahwa pencapaian peserta KB mantap tubektomi hingga saat ini masih belum menggembirakan. Hasil survei berskala nasional lain, yaitu Pemantauan PUS Melalui Mini Survei Tahun 2010 menunjukan pencapaian peserta KB sterilisasi masih rendah yaitu 2,2 % untuk tubektomi (BKKBN, 2011) Sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia menggunakan tubektomi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dengan lebih dari tiga-perempat akseptor tubektomi berada di Cina dan India. Di Inggris pada tahun 2001, prevalensi tubektomi sebagai metode kontrasepsi tinggi pada wanita yang lebih tua, diperkirakan 44% dari mereka berusia antara 45-49 tahun. Namun, sekarang tampaknya mulai menurun sampai 30% sejak tahun 1996, prevalensi vasektomi pada pria telah melampaui tubektomi di Inggris secara keseluruhan (Glasier, Gebbie, 2008)



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi? 2. Apa saja keuntungan dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi? 3. Bagaimana mekanisme kerja Tubektomi dan Vasektomi?



4. Apa saja kerugian dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi? 5. Apa saja efek samping yang ditimbulkan dari Tubektomi dan Vasektomi? 6. Bagaimana cara dan waktu penggunaan dari Tubektomi dan Vasektomi? 7. Apa saja kontra indikasi dari penggunaan dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi? C. Tujuan Tujuan penulisan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi 2. Untuk mengetahui keuntungan dari Tubektomi dan Vasektomi 3. Untuk mengetahui kerugian dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi 4. Untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi 5. Untuk mengetahui cara dan waktu penggunaan kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi 6. Untuk mengetahui kontra indikasi dari penggunaan kontrasepsi hormonal (pil dan suntik)? D. Manfaat Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai kontrasepsi Tubektomi dan Vasektomi Secara praktis, makalah ini berguna bagi: 1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan keilmuan tentang kontrasepsi hormonal. 2. Pembaca atau dosen sebagai media informasi dalam pembuatan makalah.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tubektomi 1. Definisi Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval (Saifuddin, 2007) Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010). Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma di tuba falopii (Everett, 2008) Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang



menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2008) 2. Keuntungan dan Kekurangan a. Keuntungan Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, kelebihan dari tubektomi antara lain: 1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) 2) Tidak mempengaruhi proses me nyusui (breastfeeding) 3) Tidak bergantung pada faktor senggama 4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius 5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal 6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang 7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) b. Kekurangan Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, kekurangan dari tubektomi antara lain: 1) Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi 2) Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.



3) Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan pembedahan 4) Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum 5) Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang dilakukan adalah proses laparoskopi 6) Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS. 3. Indikasi dan Kontraindikasi a. Indikasi Tubektomi 1) Usia >26 tahun 2) Memiliki keturunan > 2 3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya 4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius 5) Pasca persalinan 6) Pasca keguguran 7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini b. Kontraindikasi Tubektomi 1) Hamil 2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan 3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut 4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan 5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan 6) Belum memberikan persetujuan tertulis 7) Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang berat 4. Waktu Tubektomi Dilakukan



Waktu waktu yang dapat dilakukan tindakan pembedahan tubektomi yaitu, (Saifuddin, 2006): a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) c. Pascapersalinan; d. Minilap: di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan e. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja). 5. Penapisan Klien Metode Operasi Tubektomi Dapat dilakukan Pada Fasilitas Dilakukan



Keadaan klien



Keadaan



Rawat Jalan



Difasilitas



Rujukan Diabetes tidak terkontrol,



umum Kedaan umum baik, tidak ada riwayat



gangguan



(anamnesis



tanda-tanda apenyakit jantung, pembekuan



pemeriksaan fisik).



paru, atau ginjal.



tanda



Tenang Kurang dari 160/100mmHg 35-85 kg



jantung, paru atau ginjal. Cemas, takut ≥ 160/100mmHg >85kg ; < 35kg Operasi abdomen



Keadaan emosional Tekanan darah Berat badan Riwayat



operasi Bekas



abdomen/panggul.



secsio sesaria



-



darah, tanda



penyakit



(tanpa lainya,perlekatan



perlekatan).



terdapat



ada



kelaianan



atau pada



pemerikaan panggul. Riwayat



radang



panggul, hamil ektopik, Pemeriksaan dalam normal apendisitis.



Pemeriksaan kelainan.



dalam



ada



Anemia HB ≥ 8g% Sumber: (Saifuddin, 2006)



HB < 8g%



6. Faktor-Faktor MOW Faktor-faktor yang memepengaruhi pemilihan kontrasepsi medis operatif wanita dapat diukur melalui lima komponen yaitu: faktor dukungan suami, faktor dukungan keluarga, faktor pengetahuan ibu, fakor dukungan sikap, atau melalui faktor dukungan petugas medis (Rodiani dan Forcepta, 2017) 7. Pelaksanaan Pelayanan Tubektomi a. Teknik Operasi Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi, yang mana terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan dalam pelayanan tubektomi, aitu minilaparotomi dan laparoskopi. Teknik ini menggunakan anestesi lokal dan ila dilakukan secara benar, kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi pasca-bedah (Saifuddin, 2006) 1) Minilaparotomi Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil sekitar 3 cm baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini aman dan efektif 2) Laparoskopi Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang telah dilatih khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparoskopi dapat digunakan dengan anastesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalansetelah pelayanan.



b. Perawatan Pascabedah dan Observasi Pada masa observasi setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan nadi. Bila telah diperbolehkan minum, klien sebaiknya diberi cairan yang mengandung gula untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Lakukan romberg sign bila penderita tampak stabil, suruh mengenakan pakaian dan tentukan pemulihan kesadaran. Apabila semua berjalan dengan baik, klien dapat dipulangkan 8. Efek Samping a. Reaksi Alergi b. Infeksi luka bila terdapat abses c. Luka pada kandung kemih d. Perdarahan Dalam B. Vasektomi 1. Definisi Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat. Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan,



operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan (Siswosudarmo, 2007). Vasektomi adalah prosedur pembedahan kecil dimana deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki aliran mani (ejakulasi). Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibuat buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh. 2. Jenis-Jenis Vasektomi Jenis-jenis vasektomi antara lain adalah sbb : a. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy) Vasectomi tanpa pisau (diciptakan Key-Hole), di mana hemostat tajam, bukan pisau bedah, digunakan untuk tusuk skrotum dapat mengurangi waktu penyembuhan serta menurunkan kesempatan infeksi (sayatan). b. Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional) Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana dilakukan pembedahan kecil pada deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki aliran mani (ejakulasi). c. Vasektomi semi permanen



Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing. 3. Kelebihan Dan Kekurangan Vasektomi a) Kelebihan 1) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja. 2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan 3) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat 4) Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba, 1998) 5) Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak. 6) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus. 7) Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan istrinya. 8) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual. b) Kekurangan 1) Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma. 2) Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut. 3) Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks atau menyebabkan masalah ereksi. 4) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.



5) Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari. 6) Pasien



diminta



untuk



memakai



kondom



terlebih



dahulu



untuk



membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi. 7) Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV. 8) Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia 25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal. 9) Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi dapat bekerja efektif 100 persen atau tidak. 10) Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol kesuburan pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan. c. Vasektomi dianggap gagal bila: 1) Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa. 2) Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma 3) Istri ( pasangan ) hamil. 5. Efek Samping Vasektomi Vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan. Sperma yang diproduksi tubuh pria namun tidak bisa disalurkan karena prows vasektomi tersebut, akan kembali diserap tubuh tanpa menyebabkan gangguan metabolisme. Beberapa orang yang menggunakan vasektomi mengeluh tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat psikologis bukan gejala fisiologis. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri



Efek sampingnya Vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus dapat menimbulkan abses pada bekas luka dan juga dapat menyebabkan hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan. Vasektomi juga tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pria untuk melakukan hubungan badan malah beberapa kasus disebutkan potensi pria lebih baik karena pengaruh dari psikologis terhindar dari kecemasan terjadinya kehamilan dari istri. Oleh karena itu, seseorang untuk memutuskan divasektomi harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya konsultasi karena yg dipotong/diikat adalah saluran yg mengeluarkan sel sperma bukan cairan semennya. Waktu pembedahan juga singkat hanya sekitar 1 - 2 jam , setelah pembedahan akan terasa sedikit membengkak sekitar 3-5 hari. Selain itu komplikasi dari vasektomi yakni perdarahan dan dapat juga peradangan bila sterilisasi atau alat proses kurang. 6. Indikasi Dan Kontraindikasi Vasektomi 1) Indikasi Vasektomi Indikasi vasektomi adalah : a) Menunda kehamilan b) Mengakhiri kesuburan c) Membatasi kehamilan d) Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak. 2) Kontra Indikasi Vasektomi Kontraindikasi vasektomi adalah : a) Peradangan dalam rongga panggul b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut) c) Obesitas berlebihan



d) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain. e) Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan. f) Peradangan pada alat kelamin pria. g) Penyakit kencing manis. h) Kelainan mekanisme pembekuan darah. i) Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis j) Hernia (turun bero) k) Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar) l) Buah zakar membesar karena tumor m) Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar) n) Buah zakar tidak turun (kriptokismus) o) Penyakit kelainan pembuluh darah Beberapa hal yang dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya: 1) Perdarahan Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak, hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan operasi kembali dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuanbekuan darah dan kemudian mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan dilakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi. 2) Hematoma Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda, duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya. 3) Infeksi Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila



kering dengan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring, kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika. 4) Granuloma sperma Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1 – 2 minggu setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus. 5) Antibody sperma Separuh sampai dua per tiga akseptor vasektomi akan membentuk antibodi terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti adanya penyulit yangt disebabkan adanya antibodi tersebut 7.



Teknik Vasektomi Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau sel benih vasa deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Kita tahu saluran sel benih yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong buah zakar (scrotum), Pipa ini menjadi penghubung yang mengalirkan sel benih yang diproduksi oleh buah zakar menuju kelenjar prostat yang berada d atasnya, di luar kantong zakar. Di dalam prostat, sel benih lalu direndam oleh media berupa getah yang diproduksi oleh prostat. Selain itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga volumenya menjadi lebih banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang kita kenal sebagai air mani atau sperma. Jadi, sebagian besar air mani yang keluar itu sesungguhnya lebih banyak berisi getah prostat dan cairan seminal (sekitar 95 persen), dan hanya sebagian kecil saja berisi sel benih (sekitar 5 persen). Taruhlah sekali ejakulasi rata-rata mengeluarkan 5 cc air mani, volume sel benihnya mungkin hanya sekitar 0,15cc saja. Jadi, setelah seorang pria divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu saja yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva sudah dibikin buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal kesuburan, hampir tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks lainnya.



Teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan dengan cara memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung potongannya. Karena pipa alit ini ada pada kedua belah sisi buah zakar, pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi. Caranya, dengan membius lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu dibelek beberapa sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong. kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka belekan dijahit, dan selesai sudah. Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar. Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no scalpel vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama bikin buntu pipa penyalur sel benih. Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip). Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis alat kontrasepsi salah satunya oral kontrasepsi atau pil. Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval (Saifuddin, 2007) Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi, yang mana terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan dalam pelayanan



tubektomi,



aitu



minilaparotomi



dan laparoskopi.



Teknik



ini



menggunakan anestesi lokal dan ila dilakukan secara benar, kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi pasca-bedah (Affandi, 2012)



Vasektomi adalah prosedur pembedahan kecil dimana deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki aliran mani (ejakulasi).



B. Saran Sebaiknya kepada para petugas kesehatan agar dapat lebih memahami tentang kontrasepsi MOW dan MOP sehingga dapat mengaktualisasikan kepada para masyarakat/akseptor KB.



DAFTAR PUSTAKA



Affandi, dkk. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Astagina. 2008. Vasektomi (Kontrasepsi Pria). UFUK Press: Jakarta. BKKBN (2018) Survei Kinerja dan Program KKBPK. Edited by L. A. Kasmiyati, Flourisa Julian, Endah Winarni, Maria Anggraeni. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. BKKBN. 2003. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta. BKKBN. 2008. KB Nasional Dan peran pria dalam ber-KB. Jakarta: http://www.bkkbn.go.id/2008/07/18/kb-nasional-dan-peran-pria-dalamber-kb/ Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hartanto, Hanafi. 2010, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka. Sinar Harapan Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia



Rodiani dan Chabnia Forcepta. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis Operasi Wanita (MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur. Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: EGC; 2006. Saifuddin, AB. 2007. Buku panduan praktik pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :YBP – SP Siswosudarmo, dkk, 2007. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Medika fakultas Kedokteran UGM. Survei



Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Berencana.Jakarta: BKKBN, BPS, Kemenkes, dan ICF.



(2017).



Keluarga



Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka. Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan PelayananKB. Jakarta: EGC.