11 0 2 MB
DOSEN MATA KULIAH
:Dr. H. Ronny Muntu, SKM.,M.Kes : Administrasi Dan Manajemen Kesehatan Lingkungan
“JURNAL HUBUNGAN DEBIT AIR SUMUR GALI DENGAN KADAR KLORIDA ( Cl)”
Oleh KELOMPOK II IV B DEVI MARDIANA DIONA ZAKIA EKA HARDANINGSIH FATMAWATI RAHIM FITRIANI HAMZAH ILFAH INDAH DWI LESTARI IRIANTI APRILLA
PO.71.422.15.1.053 PO.71.422.15.1.054 PO.71.422.15.1.055 PO.71.422.15.1.056 PO.71.422.15.1.057 PO.71.422.15.1.059 PO.71.422.15.1.060 PO.71.422.15.1.061
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D.IV 2018
TPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
ANALISA KESADAHAN TOTAL DAN KADAR KLORIDA AIR DI KECAMATAN TANGGULANGIN SIDOARJO Devyana Dyah Wulandari Staf Pengajar Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Surabaya, Indonesia Abstract Subdistrict Tanggulangin was relatively close to the source of the Lapindo mud flow, the release of mud content into the water will cause the death of aquatic organisms and lead to serious consequences for humans who depend their life on these waters. Therefore, researchers seek to determine the total water hardness and chloride content in Tanggulangin district. Water make up the population and sample, taken from 15 points in Tanggulangin, Sidoarjo. Total hardness determination was conducted using complexometric titration method, whereas chloride content was performed using argentometry Mohr titration method. Water sample from 3 of 10 regions in Tanggulangin is drinkable, namely the sample A (320 mg / L), sample C (170 mg / L), sample E (304 mg / L), sample F (298 mg / L), sample I (372 mg / L), samples J (340 mg / L). While the in the other samples, the content of total hardness exceeds the maximum threshold (> 500 mg / L) which means unfit for consumption, and 5 of the 10 areas in the district is drinkable, namely the sample A (123.2 mg / L), sample C (49.7 mg / L), sample E (245.7 mg / L), sample I (182.4 mg / L), and samples J (64 mg / L). Keywords: Total Hardness, Chloride Levels, Water Abstrak Kecamatan Tanggulangin merupakan daerah yang cukup dekat dengan sumber lumpur Lapindo. Kandungan pelepasan lumpur ke perairan akan menyebabkan kematian hewan air dan menyebabkan akibat serius bagi manusia yang tergantung pada perairan tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui kandungan kesadahan total dan kadar klorida air di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah air yang diambil dari 15 titik di wilayah Tanggulangin, Sidoarjo. Kesadahan total dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, sedangkan kadar klorida air dilakukan menggunakan metode titrasi argentometri metode Mohr. Diperoleh hasil 3 dari 10 daerah di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (320 mg/L), C (170 mg/L), E (304 mg/L), F (298 mg/L), I (372 mg/L), dan J (340 mg/L). Sedangkan pada kode sampel lainnya, kandungan kesadahan total melebihi ambang batas maksimal (> 500 mg/L) yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi, dan 5 dari 10 daerah di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (123.2 mg/L), C (49.7 mg/L), E (245.7 mg/L), I (182.4 mg/L), dan J (64 mg/L). Sedangkan pada kode sampel lainnya, kandungan kadar klorida melebihi ambang batas maksimal yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi. Kata Kunci: Kesadahan total, Kadar klorida, Air Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 14
PENDAHULUAN
sewajarnya dalam sumber air minum tersebut
Air merupakan kebutuhan pokok bagi
(Azwar, 1995). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
manusia, hampir 2/3 bagian massa tubuh manusia berisi cairan, oleh karena itu setiap hari
492/Menkes/IV/2010
dianjurkan untuk minum air sebanyak delapan
minum yang sehat harus memenuhi persyaratan
gelas atau sekurang-kurangnya dua setengah
fisik,
liter, dan sebaiknya mengkonsumsi air putih,
persyaratan tersebut antara lain air harus jernih
karena air putih memiliki daya larut yang tinggi,
atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar,
sehingga metabolisme tubuh berjalan dengan
pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun,
baik. Hal ini sangat penting apalagi hidup di
kesadahannya
iklim tropis dimana akan lebih banyak cairan
mengandung bakteri patogen seperti Escherichia
tubuh yang keluar sehingga akibatnya jika tubuh
coli.
kurang minum maka terjadi dehidrasi dan dapat
disebutkan bahwa salah satu syarat yang harus
merusak sel saraf tubuh; Air juga membantu
dipenuhi dalam kualitas air minum dengan
oksigen
parameter
bersirkulasi
keseluruh
sel
tubuh.
kimia,
menyatakan
dan
mikrobiologi.
rendah,
Berdasarkan
kimia
bahwa
dan
peraturan
adalah
air
Beberapa
tidak tersebut
kesadahan.
boleh jelas
Kadar
Meskipun air begitu vital, masyarakat jarang
kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam
sekali mengawasi mutu air yang dikonsumsi dan
air minum adalah 500 mg/L (Permenkes, 2010).
sering kali menganggap ringan tentang hal ini.
Kecamatan
Tanggulangin
merupakan
Air minum yang sehat harus memenuhi
daerah yang cukup dekat dengan sumber lumpur
persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis.
Lapindo. Berdasarkan Laporan “Environmental
Untuk mendapatkan kualitas air yang baik maka
assasment” oleh UNDAC Tahun 2006 di daerah
air perlu diproses terlebih dahulu sebelum
sekitar luapan lumpur Sidoarjo, disebutkan
dikonsumsi.
bahwa kandungan pelepasan lumpur ke perairan
Air minum tidak boleh mengandung racun,
akan menyebabkan kematian hewan air dan
zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam
menyebabkan akibat serius bagi manusia yang
jumlah melampaui batas yang telah ditentukan
tergantung pada perairan tersebut. Kandungan
(Sutrisno et al, 2004). Zat ataupun bahan kimia
logam berat yang bersifat toksik dan ditemukan
yang terdapat di dalam air minum tidak boleh
pada konsentrasi yang tinggi adalah merkuri
sampai menimbulkan kerusakan pada tempat
(Hg) yang berpotensi terakumulasi dalam tubuh
penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan
manusia melalui kegiatan mengkonsumsi ikan.
kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui
tubuh, hedaknya harus terdapat dalam kadar yang
kandungan kesadahan total dan kadar klorida
15 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
pada air kran di beberapa daerah di kecamatan
Analisis Kadar Klorida:
Tanggulangin Sidoarjo.
a. Ukur dengan teliti 100 ml contoh yang mempunyai nilai pH 7-10, apabila contoh
METODE PENELITIAN
tidak berada dalam kisaran pH tersebut,
Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimental karena data diambil melalui uji laboratorium.
Populasi
dan
sampel
pada
penelitian ini adalah air yang diambil dari 15 titik
di
wilayah
Kesadahan
total
Tanggulangin, dilakukan
Sidoarjo.
menggunakan
tambahkan H2SO4 N atau NaOH 1 N menjadi pH 7-10; b. Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4 ; c. Titrasi dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) sampai timbul warna kuning kemerah-merahan;
metode titrasi kompleksometri, sedangkan kadar
d. Lakukan titrasi blanko dengan mengukur
klorida air dilakukan menggunakan metode
dengan teliti 100 ml air suling dan
titrasi argentometri metode Mohr.
selanjutnya
Analisis Kesadahan total
perlakuan contoh;
a. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo,
kerjakan
sama
e. Lakukan pengerjaan duplo;
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250
f. Hitung kadar klorida (Cl-) dalam
mL, encerkan dengan air suling sampai
contoh. Perhitungan
volume 50 mL.
mg Cl/l = (A - B) x N × 35450 V
b. Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL dengan:
larutan penyangga pH 10 + 0,1. c. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai titrasi
dengan
A adalah volume AgNO3 yang dipakai penitaran contoh (ml);
dengan 50 mg indikator EBT. d. Lakukan
dengan
larutan
baku
Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
B adalah volume AgNO3 yang dipakai penitaran blanko (ml);
terjadi perubahan warna merah keunguan
N adalah normalitas AgNO3; V
menjadi biru.
adalah volume contoh (m.l)
e. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
f. Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata-
Kesadahan Total
ratakan volume Na2EDTA yang digunakan.
Telah
Kesadahan Total (mg CaCO3/L) = 1000 x VEDTA X MEDTA X 100 Vsampel
dilakukan
penelitian
analisis
kesadahan total (CaCO3) air di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo dengan jumlah sampel diambil di 15 titik daerah yang berbeda. Sampel
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 16
air kran diambil
secara acak dan pada
Kesadahan Total (mg CaCO3/L) =
pengambilan sampel dilakukan dalam satu hari.
1000 x VEDTA X MEDTA X 100
Dari jumlah 15 sampel tersebut dilakukan
Vsampel
pemeriksaan secara duplo (dua kali). Penetapan
Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai
kesadahan total ini menggunakan metode
berikut:
kompleksometri, yaitu pembentukan kompleks
Saat sebelum titik ekuivalen:
berwarna oleh logam. Dengan menggunakan
Ca
larutan standar Na2EDTA dan indikator EBT.
2+
2-
-
+ HIn (biru) → CaIn + H Merah
+
Bila penambahan indikator EBT pada larutan yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian dititrasi dengan Na2EDTA, ion Ca
Saat setelah titik ekuivalen: -
2-
2-
2-
CaIn + H2Y → CaY + HIn + H Biru
+
dan Mg sudah terikat, larutan yang berwarna merah anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir titrasi. Hasil titrasi Na2EDTA pada pemeriksaan kesadahan total (CaCO3) disajikan
A B C D E F G H I J
I
II
8 21.7 4.5 20 7.4 7.6 14 13 8.8 8.2
8 22.1 4 18 7.8 7.3 14 13 9.8 8.8
Volume Kadar Titran Klorida Rata-Rata (mg/L) (mL) 8 21.9 4.25 19 7.6 7.45 14 13 9.3 8.5
320 876 170 760 304 298 560 520 372 340
Kesadahan total dihitung menggunakan rumus (SNI 01- 3554-2006):
492/MENKES/PER/IV/2010,
batas
maksimal kesadahan total dalam air minum diketahui bahwa 3 dari 10 daerah di kecamatan
Tabel 1 Hasil analisa kesadahan total air Kode Sampel
Nomor
adalah 500 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat
dalam Tabel 5.1 berikut. Volume Titran (mL)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (320 mg/L), kode sampel C (170 mg/L), kode sampel E (304 mg/L), kode sampel F (298 mg/L), kode sampel I (372 mg/L), dan kode sampel J (340 mg/L). Sedangkan
pada
kode
sampel
lainnya,
kandungan kesadahan total melebihi ambang batas maksimal (> 500 mg/L) yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi. Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan dampak, terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular (penyumbatan darah jantung)
dan
urolithiasis
(batu
ginjal),
menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan energi menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam
17 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
MTPH Journal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017
karena endapan CaCO3, dan pemakaian sabun
dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis,
menjadi
pH 6,5 – 9,0. Apabila ion klorida telah habis
lebih
boros
karena
buih
yang
dihasilkan sedikit.
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat
Kadar Klorida
akan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan
bereaksi
kromat
yang
membentuk berwarna
endapan
perak
coklat/merah
bata
di laboratorium biokimia Universitas Nahdlatul
sebagai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi
Ulama Surabaya menggunakan metode titrasi
saat titrasi adalah sebagai berikut:
argentometri berdasarkan SNI 01- 3554-2006 diperoleh hasil sebagai berikut:
Saat sebelum titik ekuivalen:
Tabel 2 Hasil analisa kadar klorida air Kode Sampel A B C D E F G H I J
Volume Titran Volume Titran (mL) RataRata I II (mL) 20 18 19 77 77.4 77.2 8 8.4 8.2 77 77.2 77.1 37 37 37 40 40.6 40.3 46.6 46.4 46.5 43 43 43 28 27.4 27.7 10 10.6 10.3
-
Kadar Klorida (mg/L) 123.2 519.3 49.7 518.6 245.7 268.2 310.4 286.5 182.4 64.0
-
+ Cl AgCl(s) + NO3 Endapan putih Saat setelah titik ekuivalen: AgNO3 + K2CrO4
Ag
2CrO4(s) + NO3 Endapan merah bata
-
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010,
batas
maksimal kadar klorida dalam air minum adalah 250 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa 5 dari 10 daerah di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo yang layak dikonsumsi, yaitu pada kode sampel A (123.2 mg/L), kode sampel C (49.7 mg/L), kode sampel E (245.7
Kadar klorida dihitung menggunakan rumus (SNI 01- 3554-2006):
mg/L), kode sampel I (182.4 mg/L), dan kode sampel J (64 mg/L). Sedangkan pada kode sampel
mg Cl/l = (A - B) x N × 35450
menggunakan titrasi argentometri metode Mohr. dapat
kadar
klorida
tidak layak untuk dikonsumsi.
Analisa kadar klorida air dilakukan Mohr
kandungan
melebihi ambang batas maksimal yang berarti
V
Metode
lainnya,
digunakan
untuk
menetapkan kadar klorida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
Kadar klorida yang tinggi dapat berbahaya bagi
kesehatan
diantaranya
dapat bersifat
merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, selain itu juga berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan.
K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi ini dilakukan
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 18
Heruna
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dapat disimpulkan bahwa: dari
10
daerah
di
kecamatan
tingkat kesadahan < 500 mg/L (kesadahan ringan). dari
2011.
Analisis
Beberapa Proses Filtrasi Air Minum Menggunakan One-Way Manova. Jurusan
Tanggulangin Sidoarjo yang memiliki
2. 5
Statistika.
Kandungan Zat Kimia Anorganik pada
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan 1. 3
Tanty
Matematik & Statistik, Fakultas Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 2. Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
10
daerah
di
kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo yang memiliki kadar klorida < 250 mg/L.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
Saran
Gadjah Mada University
Press
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Sunaryo, T.M. 2005. Pengelolaan Sumber Daya
untuk mengetahui kadar logam lain seperti Pb,
Air.
Cd dan Hg untuk mendukung penelitian ini.
Anggota IKAPI Jatim
Malang:
Bayumedia
Publishing
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah REFERENSI Campbell,
dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.
J
and
Peterson,
D.
2010.
Determination Of Water Hardness From Common Water Sources Using Flame Atomic
Absorbance
Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta Tae-Kee Hong, Myung-Hoon Kim, and Myung-
Spectrometry.
Zoon
Czae.
2010.
Research
Article
Concordia College Journal of Analytical
Determination of Chlorinity of Water
Chemistry 1, 4-8 4
without the Use of Chromate Indicator.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis
International
Journal
of
Analytical
Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Chemistry Volume, Article ID 602939, 7
Erlangga
pages
Depkes
RI.
2010.
Permenkes
492/MENKES/PER/IV/2010.
RI
No.
Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Pres
19 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)
ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol. 28, No.1, Juni 2018 (25-35) DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.636
HIDROGEOKIMIA AIRTANAH TIDAK TERTEKAN KAWASAN PESISIR DI PEMUKIMAN NELAYAN KECAMATAN TEUPAH SELATAN, KAB. SIMEULUE, PROVINSI ACEH HYDROGEOCHEMICAL OF UNCONFINED GROUNDWATER OF COASTAL AREA AT FISHERMAN’S SETTLEMENT IN SOUTHERN TEUPAH, SIMEULUE DISTRICT, ACEH PROVINCE Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, Guntur Adhi Rahmawan Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Email : [email protected]
ABSTRAK Kecamatan Teupah Selatan merupakan salah satu kawasan pesisir Kabupaten Simeulue yang dijadikan sebagai sentra kegiatan perikanan dan kelautan. Permasalahan pencemaran akibat kegiatan antropogenik manusia maupun pengaruh airlaut dikhawatirkan menjadi pemicu menurunnya kualitas airtanah di pesisir Teupah Selatan dan sekitarnya. Oleh sebab itu, penelitian terhadap kondisi kualitas airtanah dan kelayakannya berdasarkan beberapa parameter fisika dan kimia di Teupah Selatan sangat penting dilakukan. Analisis dan interpretasi hidrokimia airtanah dilakukan dengan menggunakan diagram Piper serta perhitungan rasio Na/Cl dan Cl/HCO3. Hasil analisa menunjukkan bahwa fasies airtanah daerah penelitian didominasi oleh fasies MgHCO 3 diikuti oleh fasies CaHCO 3. Secara keseluruhan airtanah di kawasan pesisir Teupah Selatan dan sekitarnya masuk dalam kategori memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Kata kunci: Hidrogeokimia, airtanah, akuifer tidak tertekan, pesisir, Simeulue. ABSTRACT South Teupah Sub District is one of coastal areas in Simeulue District that becomes ____________________________________ Naskah masuk : 09 Januari 2018 Naskah direvisi : 01 Februari 2018 Naskah diterima : 27 Maret 2018 ____________________________________ Wisnu Arya Gemilang
©2018 Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
the center of marine and fisheries activities. Pollution issues due to anthropogenic factors as well as seawater influence are feared to trigger groundwater quality declination in South Teupah coast area. Study regarding groundwater quality condition and consumption advisability according to hydrogeochemical analysis is essential. Physical and chemical assessment of groundwater parameters were employed. Groundwater hydro-chemical analysis and interpretation were done by employing Piper diagram and ratio calculation of Na/Cl and Cl/HCO3-. Analysis result indicated that groundwater facies in the study area is predominated by MgHCO3 facies, followed by CaHCO3 facies. Overall, groundwater in the South Teupah coast and surrounding can be consumed.
Keywords: Hydrogeochemical, groundwater, unconfined aquifer, coastal, Simeulue. PENDAHULUAN Airtanah merupakan sumber utama air untuk keperluan rumah tangga, lahan pertanian dan industri di banyak negara, pencemaran dan kontaminasi airtanah diakui sebagai salah satu permasalahan serius (Belkhiri et al., 2010). Selain permasalahan pencemaran dan kontaminasi, permasalahan tingkat eksploitasi airtanah yang berlebihan terhadap akuifer pesisir dapat meningkatkan peluang terjadinya intrusi air laut (Ramkumar et al., 2010). Pulau Simeulue selain kebencanaan juga memiliki potensi sumberdaya pesisir dan perairan yang besar diantaranya terumbu karang, hutan bakau, perairan yang bersih
25
Gemilang et al. / Hidrogeokimia Airtanah tidak Tertekan Kawasan Pesisir di Pemukiman Nelayan Kecamatan Teupah Selatan, Kab. Simeulue, provinsi aceh
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Gambar 2. Peta geologi regional daerah penelitian.
26
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Juni 2018, 25-35
dan jernih dengan biota laut antara lain ikan, rumput laut, lobster, kepiting dan teripang (Nazaruddin et al., 2015). Perubahan mencolok pasca tsunami di Pulau Simeulue adalah terjadinya akresi pada sebagian besar pantai, yang ditandai dengan semakin melebarnya pantai ke arah laut akibat pergerakan lempeng tektonik subduksi Busur Sunda (Natawidjaja, 2007). Kondisi ini memiliki dampak positif diantaranya makin bertambahnya luas kawasan pantai yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperluas kawasan budidaya dan wisata. Kecamatan Teupah Selatan merupakan salah satu kawasan di Pulau Simeulue yang dijadikan sebagai sentra kegiatan kelautan dan perikanan. Kondisi tersebut dikhawatirkan dengan semakin banyaknya pemukiman dan kegiatan di kawasan pesisir menjadikan potensi airtanah terancam tercemar baik oleh kegiatan antropogenik manusia maupun kondisi intrusi air laut. Komposisi kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti komposisi presipitasi, mineralogi akuifer, iklim, topografi dan aktivitas antropogenik (Kumar dan Riyazuddin, 2008; Chenini dan Khemiri, 2009). Umumnya pendekatan hidrogeokimia adalah dengan membagi sampel ke dalam kelompok fasies hidrokimia yang memiliki kesamaan karakteristik kimiawi yang kemudian dikorelasikan dengan lokasi penelitian (Ishaku et al., 2012). Fasies airtanah mencerminkan efek kompleks proses kimia hidrokimia di bawah permukaan yang terjadi antara mineral litologi formasi dan airtanah, selain itu juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabilitas spasial kimia airtanah dalam hal evolusi hidrokimia (Kumar, 2013). Studi hidrogeokimia adalah alat atau metode yang berguna untuk mengidentifikasi prosesproses yang berhubungan dengan kimia airtanah (Jeevanandam et al., 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik airtanah kawasan pesisir Teupah Selatan berdasarkan analisis hidrogeokimia airtanah, serta mengindentifikasi kualitas airtanah dengan menggunakan beberapa baku mutu airtanah. LOKASI DAN PENELITIAN
GEOLOGI
DAERAH
Teupah Selatan adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Simeulue, Aceh, Indonesia yang terdiri
atas 19 desa. Fokus penelitian dilaksanakan di wilayah pesisir dan daratan Kecamatan Teupah Selatan dan Sekitarnya yang meliputi desa Labuan Bajau dan Labuan Bakti (Gambar 1). Luas wilayah Kecamatan Teupah Selatan seluas 224,90 km2 dengan jumlah penduduk 8.798 orang (BPS Kab. Simuelue, 2016). Iklim di daerah penelitian termasuk dalam zona iklim tropika basah dengan suhu udara berkisar antara 23°-34,5° dan curah hujan rata-rata cukup tinggi yaitu 2.884 mm/tahun. Kecamatan Teupah memiliki topografi berbukit dengan ketinggian rata-rata daratan mencapai 10 mdpl. Daratan di kawasan ini bertopografi curam dengan kemiringan 45 derajat, secara umum didominasi oleh topografi landai. Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dataran rendah dan berbukit, yang dikelilingi oleh perairan laut yang jernih dengan pantai yang berpasir putih dan batu karang. Pulau Simeulue umumnya tersusun atas batuan sedimen yang berupa batupasir, batulempung dan batugamping yang termasuk ke dalam Formasi Sibigo, Anggota Lasikin, Formasi Sigulai, Formasi Layabaung, Formasi Dihit dan komplek batugamping terumbu. Endapan batuan sedimen ini berumur Miosen Awal-Holosen. Batuan mélange yang muncul di Pulau Simeulue termasuk ke dalam Bancuh Kuala Makmur yang berumur Oligosen (Gambar 2) (Endharto dan Sukido, 1994; Aldiss et al., 1993). Lokasi penelitian didominasi oleh endapan alluvium (Qa) yang terdiri dari lumpur, pasir, lempung, kerikil dan kerakal yang dijumpai sebagai endapan sungai dan pantai. Litologi daerah penelitian berbatasan dengan Formasi Dihit (Tmpd) yang tersusun atas arenit berlapis dengan sisipan batulanau dan batulempung. Selain itu juga berbatasan langsung dengan Anggota Lasikian dan Fm. Sigulai (Tmls) yang tersusun atas batuan konglomerat dan litologi batugamping terumbu (Qps) yang berbatasan langsung dengan kawasan pesisir (Qa). Mata air dijumpai dibeberapa tempat, umumnya pada formasi Dihit antara lain di Desa Labuan, Desa Kuala Makmur, Desa Kampung Air dan dibanyak tempat lainnya lagi. Debit air rata-rata 25 NTU. Ali, F (2015) mengatakan bahwa efek musim kemarau terhadap kualitas air berkaitan dengan faktor pencemaran
1
terhadap bahan-bahan yang terserap ke dalam tanah, sehingga konsentrasi zat tersebut meningkat. Berdasarkan informasi di atas dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan kadar parameter tertentu dengan metode filtrasi dan aerasi.
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi yang ada. o. Sedimentasi p. Koagulasi/Flokulasi q. Filtrasi Filtrasi (Penyaringan) Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi (yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori-pori (Ditjen PPM & PLP, 1998). Media filter merupakan alat filtrasi yang digunakan untuk memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka bahanbahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan mselalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, maka saringan yang digunakan adalah single medium. Sebaliknya, apabila ukuran beragam maka digunakan saringan dual medium atau three medium. (Sanropie,1984). Pada penelitian ini penulis menggunakan saringan three media, media filter yang digunakan yaitu pasir kuarsa, karbon aktif dan zeolit. Tebal media filter yang di gunakan yaitu 60 cm, 30cm, 15 cm; 50 cm, 30 cm, 25 cm dan 40 cm, 30 cm, 35 cm dengan variasi waktu aerasi secara terus menerus.
B. Tinjauan Pustaka Kualitas air yang baik adalah jernih dan tidak keruh, batas maksimal kekeruhan air layak minum menurut Peraturan Kementrian Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 adalah skala 5 NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel – partikel yang tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh, kotor dan berlumpur. Kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara, di samping dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada diding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian (Erlani,2011). Dari pemahaman beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa metode filtrasi, jenis media filter, serta kombinasi ketebalan media dapat meningkatkan kualitas air. Sesuai dari pemahaman tersebut maka penulis akan mencoba menerapkan alat pengolahan air bersih skala rumah tangga dengan menggunakan kombinasi media filter. Alat pengolahan ini terbuat dari bahan yang mudah diperoleh sehingga
masyarakat akan mudah memanfaatkannya dan dengan biaya yang terjangkau. Teknik untuk Menghilangkan Kekeruhan Air Pada Sumur Gali Dalam menghilangkan kekeruhan pada air ada beberapa teknik yang dapat digunakan. Pemilihan penggunaan teknik dapat
Analisa Regresi Analisa regresi merupakan suatu metode/cara yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan antara 2 variabel atau lebih. Regresi yang berarti ramalan/taksiran ini pertama kali
2
diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877. Regresi Polinomial Regresi polinomial adalah regresi dengan sebuah variabel bebas sebagai faktor dengan pangkat terurut. Bentukbentuk fungsinya adalah sebagai berikut: Y = a + bX + cX2 (fungsi kuadratik) Y = a + bX + cX2 + bX3 (fungsi kubik) Y = a + bX + cX2 + dX3 + eX4 (fungsi kuartik) Y = a + bX + cX2 + dX3 + eX4 + fX5 (fungsi kuinik) Anova (Analisis Of Variance) Pada penelitian ini jenis metode anova yang digunakan adalah Anova satu arah (Anova Single Factor), metode ini digunakan pada kelompok yang berasal dari sampel yang berbeda pada tiap kelompok.
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan
faktor penting demi keberhasilan penelitian, dalam teknik pengumpulan data ada 2 macam cara yang digunakan: ← Data Primer MM Data primer yang diperoleh di laboratorium melalui uji sampel sebelum dan sesudah melalui media filtrasi untuk mengetahui kadar Besi (Fe), Kalium Permanganat (KMNO4), dan Derajat Keasaman (pH). NNData primer yang didapat dilapangan melalui hasil pengamatan secara visual yang pengamatan terhadap air sumur yang airnya keruh. ← Data Sekunder 5. Penelusuran kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penurunan kadar Besi (Fe), Kalium Permanganat (KMNO4), dan Derajat Keasaman (pH). 6. Wawancara dengan orang-orang yang lebih ahli dengan bidang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Bahan Bahan yang akan digunakan sebagai media filter dalam penelitian ini ada 3 (tiga) macam yaitu pasir kuarsa, karbon
Persentase efektifitas filter Besarnya efisiensi dinyatakan dalam bentuk presentase (%), menggunakan rumus sebagai berikut:
Co Ci
100%
Co
Keterangan: Ef= Efisiensi proses penurunan parameter (%) Co= Konsentrasi parameter saat masuk ke proses Ci= Konsentrasi parameter saat keluar dari proses C. Metode Penelitian Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan harus sesuai dengan bagan yang telah direncanakan, untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1.
3
aktif, zeolit. Penelitian ini menggunakan saringan three media. Secara keseluruhan tebal media filter yang digunakan dalam saringan three media masing-masing disusun dalam variasi filter O1, O2, O3, (dari atas ke bawah) adalah 60 cm, 30 cm, 20 cm; 50 cm, 30 cm, 30 cm, dan 40 cm, 30 cm, 50 cm.Untuk lebih jelasnya gambar penampang filter three media dengan media filter zeolit, karbon aktif dan pasir secara berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 3.3.
2.Mengatur debit air sebelum dialirkan ke dalam alat media filter, 3.Mengalirkan air sampel kealat filtrasi serta mengusahakan air yang dituangkan diminimalisir kontak dengan udara dan sifat aliran terjadi secara gravitasi,
4.Proses aerasi dilakukan dengan menggunakan pompa air yang langung dialirkan ke dalam pipa dengan tinggi 1,5 meter di atas tandon,kemudian air disemburkan ke dalam tandon air. Proses ini dilakukan selama filtrasi berlangsung,
5.Setelah kondisi di atas terpenuhi, selanjutnya pada tahap pengoperasian alat dilakukan dengan cara membuka kran air dan mengalirkan kebotol penampungan serta menyimpan air tersebut dan membawa ke laboratorium, 6.Untuk pengambilan sampel O1, O2, dan
O3 dilakukan sebanyak 15 sampel, sebelum filtrasi diambil 3 sampel sebagai control, setelah proses aerasi 3 sampel, dan setelah proses filtrasi 9 sampel dengan waktu dan ketebalan yang berbeda. dilihat pada Gambar 3.6 dan Tabel 3.1 untuk jumlah sampel air.
FO1 FO2 FO3 Gambar 3.3 Variasi Lapisan Filter Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Pipa PVC Alat filtrasi yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari pipa PVC berdiameter 6 inchi dan tinggi 110 cm, serta dilengkapi dengan outlet model leher angsa sebagai output air sesudah melewati alat filtrasi. 2. Pompa Air Pompa Air berfungsi untuk mengambil air dari sumur menuju tandon air dan selanjutnya untuk dilakukan proses aerasi dan filtrasi. Pompa air yang digunakan merk nasional dengan kapasitas debit 35 lt/dt.
Gambar 3.6 Prosedur penelitian Tabel 3.1 Jumlah Sampel
Pelaksanaan Penelitian Melaksanaan penelitian dengan melakukan prosedur sebagai berikut : 1.Mempersiapkan air sumur yang akan dialirkan menuju alat filtrasi,
4
D. Has il Hasil pengambilan sampel awal yang dilakukan pada tanggal 23 September 2017 pada musim kemarau dapat dilihat pada Tabel 4.1.
KesehatanNo.416/Menkes/PER/IX/1990 secara fisik dinyatakan bahwa persyaratan air bersih sebagai berikut: e. Tidak Berbau. f. Tidak ada rasa. g. Tidak Berwarna. h. Tidak Keruh. i. Suhu Sejuk. j. Jumlah Zat Padat Terlarut
Tabel 4.1 Hasil pengujian kualitas air
Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Penelitian Berdasarkan Gambar 4.1 air tidak berwarna dan tidak keruh, maka peneliti mencoba melakukan penelitian dengan parameter yang berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Sumber : Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta Hasil pengambilan sampel penelitian yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2018 pada musim hujan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Laboratorium
Tabel 4.3 Hasil pengujian kualitas air
Sumber: Laboratorium Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Berdasarkan hasil Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 pengambilan sampel awal pada musim kemarau dan pengambilan sampel hasil penelitian pada musim hujan, terjadi perbedaan pada beberapa parameter.
Sumber: Laboratorium Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Pada parameter warna dan kekeruhan pada saat dilakukannya penelitian air tidak berwarna dan tidak keruh secara fisik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keterangan : O1 : Filter 1 O2 : Filter 2
5
O3 : Filter 3 1, 2, 3 : Uji Sampel
Data Debit Filtrasi Data debit di dapat dari hasil pembagian volume air pada tandon dengan lama waktu pengambilan air, yaitu:
Hasil pengujian sampel air untuk parameter derajat keasaman (pH) di laboratorium menunjukkan adanya penurunan derajat keasaman (pH) dari awal (kontrol), untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Tabel 4.7, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Pada pengujian debit air yang digunakan pada filtrasi masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6.
Tabel 4.7 Data Analisis Derajat Keasaman (pH)
Tabel 4.4 Data debit filtrasi FILTER-1
Berdasarkan Tabel 4.7 untuk memperjelas pengaruh Pk dan Ze maka dilakukan analisis regresi hubungan antara bilangan tak berdimensi (Pk/Ze) dengan nilai pH, Lihat Gambar 4.2 dan Gambar 4.3. Dalam perhitungan ini Pk/Ze = TR
Tabel 4.5 Data debit filtrasi FILTER-2
Tabel 4.6 Data debit filtrasi FILTER-3
Keterangan f. = Debit (l/dt) V= Volume (l) t= Waktu (dt)
Gambar 4.2 Hasil filtrasi kadar pH
Hasil Filtrasi Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ada beberapa parameter yang belum sesuai dengan syarat ketentuan air bersih sesuai Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990. Data yang mengalami perubahan yaitu pH, Fe, KMnO4, Cl, untuk selanjutnya dilakukkan pembahasan sebagai berikut. 1. Analisis Derajat Keasaman (pH)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara TR dengan pH Penurunan derajat keasaman (pH) dari setiap filter berbeda, untuk persentase penurunan derajat keasaman (pH) ditunjukkan pada Tabel 4.8.
6
Tabel 4.8 Persentase derajat keasaman (pH)
Tabel 4.9 Hasil anova derajat keasaman (pH)
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-1 belum dapat memperbaiki derajat keasaman (pH) air dibanding kadar awal (kontrol). Hasil derajat keasaman (pH) sampel air kontrol 7.54 mg/l dan sampel pada O1 rata-rata 6.44 mg/l, sehingga terjadi penurunan kadar derajat keasaman (pH) sebesar -14,93%.
Dari Tabel 4.9 di atas nilai F < Fcrit maka Ho diterima dan Ha ditolak,rata-rata hasil filter tidak ada perbedaan sehingga disimpulkan bahwa variasi filter tidak berpengaruh terhadap peningkatan pH.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disampaikan formulasi untuk mengethui nilai pH berdasarkan uji filtrasi dengan menggunakan saringan pasir kuarsa dan zeolite sebagai berikut : pH= 0.1247(Tr)2 - 0.7379 (Tr) + 7.5349 dengan : pH = derajat keasaman Tr = Ketebalan relative = Pk/Ze
Hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-2 ternyata belum dapat memperbaiki derajat keasaman (pH) dibanding kadar awal (kontrol). Hasil derajat keasaman (pH) sampel air kontrol 7.54 mg/l dan sampel pada O2 rata-rata sebesar 6.67 mg/l (Tabel 4.3), sehingga terjadi penurunan kadar derajat keasaman (pH) sebesar -11.89 %, namun demikian dapat dinyatakan masih
Analisis Kadar Besi (Fe) Hasil pengujian sampel air untuk parameter besi (Fe) di laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar besi (Fe) dari awal (kontrol), untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Tabel 4.10, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
aman sesuai Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 6,5
– 9 mg/l. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dengan FILTER -1, maka pengujian dengan FILTER-2 menunujukkan hasil yang lebih baik yaitu meningkat sebesar 0,23 (Tabel 4.8). Selanjutnya bila dibandingkan dengan hasil pengujian air yang diambil dari FILTER-3, dapat diketahui bahwa derajat keasamannya menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu naik sebesar 0,46. Untuk memastikan pengaruh variasi filter terhadap kadar pH, maka telah dilakukananalisisanovadengan Microsoft Excel yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.10 Analisa kadar besi (Fe)
Berdasarkan Tabel 4.10, maka untuk memperjelas perbedaan kemampuan saringan menaikkan nilai Fe dibuat histogram hubungan antara Pk/Ze, Fe dengan jenis saringan yang digunakan. Lihat Gambar 4.4.
7
peningkatan kadar besi (Fe) sebesar 41.94%. Hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-2 ternyata belum dapat memperbaiki kadar besi (Fe) dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar besi (Fe) sampel air kontrol 0.31 mg/l dan sampel pada O2 rata-rata sebesar 0.45 mg/l (Tabel 4.3), sehingga terjadi penurunan kadar besi (Fe) sebesar
Gambar 4.4 Hasil filtrasi kadar Fe Selanjutnya guna menformulasikan hubungan pengaruh Pk dan Ze terhadap peningkatan Fe dilakukan analisis regresi hubungan antara bilangan tak berdimensi (Pk/Ze) dengan nilai Fe. Untuk uraian selajutnya nilai Pk/Ze penyusun beri notasi ketebalan relative dengan notas Tr.
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara Tr dengan Fe.
45.16%, namun demikian dapat dinyatakan masih aman sesuai Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 1 mg/l. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dengan FILTER -1 dan FILTER-2, hasil pengujian air yang diambil dari FILTER-3, dapat diketahui bahwa derajat keasamannya menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu turun sebesar 0.04 mg/l.
regresi
Untuk memastikan pengaruh variasi filter terhadap kadar Fe, maka telah dilakukan analisis anova dengan Microsoft Excel yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil anova kadar besi (Fe)
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara TR dan Fe Peningkatan kadar besi (Fe) dari setiap filter berbeda, untuk persentase peningkatan kadar besi (Fe) ditunjukkan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Persentase kadar besi (Fe)
Dari Tabel 4.12 di atas nilai F > Fcrit maka Ho ditolak dan Ha diterima, ada perbedaan rata-rata hasil sampel sehingga
disimpulkan bahwa variasi filter berpengaruh terhadap peningkatan Fe. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disampaikan formulasi untuk mengetahui nilai Fe berdasarkan uji filtrasi dengan menggunakan saringan pasir kuarsa dan zeolite sebagai berikut : Fe= -0.0172(Tr)2 + 0.0999(Tr) + 0.3009 dengan : Fe = Kadar besi
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-1 belum dapat memperbaiki kadar besi (Fe) air dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar besi (Fe) sampel air kontrol 0.31 mg/l dan sampel pada O1 rata-rata 0.44 mg/l, sehingga terjadi
8
Tr = Ketebalan relative = Pk/Ze Analisa Klorida (Cl) Hasil pengujian sampel air untuk parameter kadar klodida (Cl) di laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar klorida (Cl) dari awal (kontrol), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13, Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik hubungan TR dengan Cl Peningkatan kadar klorida (Cl) dari setiap filter berbeda, untuk persentase peningkatan kadar klorida (Cl) ditunjukkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.13 Analisa kadar klorida (Cl)
Tabel 4.14 Persentase kadar klorida (Cl) Berdasarkan Tabel 4.13, maka untuk memperjelas perbedaan kemampuan saringan menaikkan nilai Cl dibuat histogram hubungan antara Pk/Ze, Cl dengan jenis saringan yang digunakan. Lihat Gambar 4.6.
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-1 belum dapat memperbaiki kadar klorida (Cl) air dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar klorida (Cl) sampel air kontrol 30.09 mg/l dan sampel pada O1 rata-rata 33.87 mg/l, sehingga terjadi peningkatan kadar klorida (Cl) sebesar 12.55%.
Gambar 4.6 Hasil filtrasi kadar Cl
Hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-2 ternyata belum dapat memperbaiki kadar klorida (Cl) dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar klorida (Cl) sampel air kontrol 30.09 mg/l dan sampel pada O2 rata-rata sebesar 31.71 mg/l (Tabel 4.3), sehingga terjadi penurunan kadar klorida (Cl) sebesar 12.02 %, namun demikian dapat dinyatakan masih aman sesuai Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 300 mg/l. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dengan FILTER -1, maka pengujian dengan FILTER-2 menunujukkan hasil yang lebih baik yaitu menurun sebesar 0.16 mg/l (Tabel 4.8).
Selanjutnya guna menformulasikan hubungan pengaruh Pk dan Ze terhadap peningkatan Cl dilakukan analisis regresi hubungan antara bilangan tak berdimensi (Pk/Ze) dengan nilai Cl. Untuk uraian selajutnya nilai Pk/Ze penyusun beri notasi ketebalan relative dengan notas Tr.
Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara Tr dengan Cl
regresi
9
Tabel 4.16 Analisa kadar kalium permanganat (KMnO4)
Selanjutnya bila dibandingkan dengan hasil pengujian air yang diambil dari FILTER-3, dapat diketahui bahwa kadar klorida (Cl) menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu menurun sebesar 2.05 mg/l.
Untuk memastikan pengaruh variasi filter terhadap kadar Cl, maka telah dilakukan analisis anova dengan Microsoft Excel yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.15.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka untuk memperjelas perbedaan kemampuan saringan menaikkan nilai KMnO4 dibuat histogram hubungan antara Pk/Ze, KMnO4 dengan jenis saringan yang digunakan. Lihat Gambar 4.8.
Tabel 4.15 Anova kadar klorida (Cl)
Dari Tabel 4.15 di atas nilai F < Fcrit maka Ho diterima dan Ha ditolak, rata-rata hasil sampel tidak ada perbedaan sehingga disimpulkan bahwa variasi filter tidak berpengaruh terhadap penurunan Cl.
Gambar 4.8 Gambar hasil filter KMnO4 Selanjutnya guna menformulasikan hubungan pengaruh Pk dan Ze terhadap peningkatan KMnO4 dilakukan analisis regresi hubungan antara bilangan tak berdimensi (Pk/Ze) dengan nilai KMnO4. Untuk uraian selajutnya nilai Pk/Ze penyusun beri notasi ketebalan relative
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disampaikan formulasi untuk mengetahui nilai Cl berdasarkan uji filtrasi dengan menggunakan saringan pasir kuarsa dan zeolite sebagai berikut : Cl = -0.4987(Tr)2 + 2.8249 (Tr) + 29.962 dengan : Cl = kadar klorida Tr = Ketebalan relative = Pk/Ze
dengan notas Tr. Gambar 4.9 menunjukkan regresi hubungan antara Tr dengan KMnO4.
Analisa Kalium Permanganat (KMnO4) Hasil pengujian sampel air untuk kadar kalium permanganat (KMnO4) di laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar kalium permanganat (KMnO4),dari kadar awal (kontrol), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16, Gambar 4.8 dan Gambar 4.9
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara TR dengan KMnO4 Peningkatam kadar kalium permanganat (KMnO4) dari setiap filter berbeda, untuk persentase peningkatan
10
dilakukan analisis anova Microsoft Excel yang ditunjukkan pada Tabel 4.18.
kadar kalium permanganat (KMnO4) ditunjukkan pada Tabel 4.17. Tabel 4.17 Persentase kadar kalium permanganat (KMnO4)
dengan
hasilnya
Tabel 4.18 Anova kadar kalium permanganate
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-1 belum dapat memperbaiki kadar kalium permanganat (KMnO4) air dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar kalium permanganat (KMnO4) sampel air kontrol 0.66 mg/l dan sampel pada O1 rata-rata 7.42 mg/l, sehingga terjadi peningkatan kadar kalium permanganat (KMnO4) sebesar 1018.59%.
Dari Tabel 4.18 di atas nilai F > Fcrit maka Ho ditolak dan Ha diterima, rata-rata hasil sampel ada perbedaan sehingga disimpulkan bahwa variasi filter
berpengaruh KMnO4.
terhadap
peningkatan
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disampaikan formulasi untuk mengetahui nilai KMnO4 berdasarkan uji filtrasi dengan menggunakan saringan pasir kuarsa dan zeolite sebagai berikut :
Hasil pengujian kualitas air dari sampel yang diambil dari FILTER-2 ternyata belum dapat memperbaiki kadar kalium permanganat (KMnO4) dibanding kadar awal (kontrol). Hasil kadar kalium permanganat (KMnO4) sampel air kontrol 0.66 mg/l dan sampel pada O2 rata-rata sebesar 6.58 mg/l (Tabel 4.3), sehingga terjadi penurunan kadar kalium permanganat (KMnO4) sebesar 891.96%, namun demikian dapat dinyatakan masih
KMnO4= -0.9403(Tr)2 + 5.0877(Tr) + 0.6333 dengan : KMnO4 = kadar kalium permanganat Tr = Ketebalan relative = Pk/Ze
Pe mbahas an Berdasarkan uraian di atas selanjutnya didapat pembahasan sebagai berikut.
aman sesuai Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 10 mg/l. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dengan FILTER-1, maka
Kadar Derajat Keasaman (pH) Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa hasil pengujian air sesudah filtrasi dengan saringan three media belum memberikan hasil yang efektif, parameter pH mengalami penurunan di semua variasi ketebalan media filter, walaupun penurunannya tidak linier. Hal ini dapat dijelaskan karena untuk saringan three media terjadi mekanisme clogging. Pada ketebalan pasir kuarsa 60 cm terjadi penurunan, untuk ketebalan selanjutnya 50 cm terjadi kenaikkan dan terjadi kenaikkan lagi pada ketebalan 40
pengujian dengan FILTER-2 menunujukkan hasil yang lebih baik yaitu menurun sebesar 084. mg/l (Tabel 4.17). Selanjutnya bila dibandingkan dengan hasil pengujian air yang diambil dari FILTER-3, dapat diketahui bahwa kadar
kalium permanganat (KMnO4) menunjukkan nilai yang lebih baik yaitu menurun sebesar 2.72 mg/l. Untuk memastikan pengaruh variasi filter terhadap kadar KMnO4, maka telah
11
cm. Ketebalan pasir kuarsa tidak boleh lebih dari 60 cm dan harus kurang dari 60 cm, karena ketebalan 60 cm dengan hasil filtrasi 6.44 kurang dari kadar yang diperbolehkan sesuai Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 6.5-9.
filtrasi 30.09 mg/l dari kadar yang diperbolehkan sesuai Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 600 mg/l. Kadar Kalium Permanganat Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa hasil pengujian air sesudah filtrasi dengan saringan three media belum memberikan hasil yang efektif, parameter Fe mengalami kenaikkan di semua variasi ketebalan media filter, walaupun kenaikkannya tidak linier. Hal ini dapat dijelaskan karena untuk saringan three media terjadi mekanisme clogging. Pada ketebalan pasir kuarsa 60 cm terjadi kenaikkan, untuk ketebalan selanjutnya 50 cm terjadi kenaikkan dan terjadi penurunan pada ketebalan 40 cm. Ketebalan pasir kuarsa tidak boleh lebih dari 60 cm dan harus kurang dari 60 cm, karena ketebalan 60 cm dengan hasil filtrasi 7.54 mg/l dari kadar yang diperbolehkan sesuai Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 10 mg/l.
Kadar Besi (Fe) Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa hasil pengujian air sesudah filtrasi dengan saringan three media belum memberikan hasil yang efektif, parameter Fe mengalami kenaikkan di semua variasi ketebalan media filter, walaupun kenaikkannya tidak linier. Hal ini dapat dijelaskan karena untuk saringan three media terjadi mekanisme clogging. Pada ketebalan pasir kuarsa 60 cm terjadi kenaikkan, untuk ketebalan selanjutnya 50 cm terjadi kenaikkan dan terjadi penurunan pada ketebalan 40 cm. Ketebalan pasir kuarsa tidak boleh lebih dari 60 cm dan harus kurang dari 60 cm, karena ketebalan 60 cm dengan hasil filtrasi 0.44 mg/l dari kadar yang diperbolehkan sesuai Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 1 mg/l.
E. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang penyusun lakukan, maka dapat diambil kesimpilan dan saran sebagai berikut: h. Ketebalan variasi filter belum dapat memperbaiki parameter pH, Fe, Cl, dan KMnO4 pada musim hujan. i. Variasi filter dapat menghilangkan kekeruhan dan warna pada musim hujan. j. Pada variasi filter-1 dan filter-2 belum dapat memperbaiki kualitas air dari kadar awal, namun pada filter-3 dapat memperbaiki kualitas air dari filter-1 dan filter-2. F. Daftar Pustaka
Kadar Klorida (Cl) Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa hasil pengujian air sesudah filtrasi dengan saringan three media belum memberikan hasil yang efektif, parameter Fe mengalami kenaikkan di semua variasi ketebalan media filter, walaupun kenaikkannya tidak linier. Hal ini dapat dijelaskan karena untuk saringan three media terjadi mekanisme clogging. Pada ketebalan pasir kuarsa 60 cm terjadi kenaikkan, untuk ketebalan selanjutnya 50 cm terjadi kenaikkan dan terjadi
penurunan pada ketebalan 40 cm. Ketebalan pasir kuarsa tidak boleh lebih dari 60 cm dan harus kurang dari 60 cm, karena ketebalan 60 cm dengan hasil
ErlanI., 2011, Variasi Luas Wilayah CascadeTerhadap Penurunan Kadar
12
Besi, Jurusan kesehatan Lingkungan Poltekes Makasar, Makasar. Permenkes No.416/MenKes/Per/IX/1990 Tentang PersyaratanKualitas Air Bersih, Jakarta. Selintung, M., dkk., 2012, Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung), Universitas Hasanudin, Makasar. Setyorini, G., A., 2017, Peningkatan Kualitas Air Sumur Di Sumbersari, Purwodadi, Purworejo Dengan Metode Filtrasi Gravitasi, Universitas Tidar, Magelang. Said, Nusa Idaman. 2003, Metoda Praktis penghilangan Zat besi dan Mangan Di Dalam Air Minum. Jakarta : Kelair – BPPT Sanropie, D., et., al., 1984, Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih, APK-TS Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga dan Sanitasi Pusat,Jakarta
13
EKSAKTA Vol. 19 No. 1 30 April 2018 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724
PENGARUH PENGGUNAAN KARBON AKTIF AMPAS TEBU TERHADAP PENURUNAN SALINITAS PADA SUMUR GALI DI RT 003 RW 006 KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2017 1
2
Noviana , Hevi Horiza , Gina Dwi Nur Kusuma
3
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang e-mail: [email protected], [email protected] DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
ABSTRACT Salinity levels of one dug well water in RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Tanjungpinang exceeded the quality standard that is 2 ‰ so need do the processing of dug well water is one of them using activated carbon bagasse. The purpose of this study was to determine the rate reduction salinity dug wells in RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Tanjungpinang after being treated with activated carbon bagasse. This research was experimental (experimental research), with the design of One Group Pretest Posttest results measurement performed before and after treatment. Data were analyzed using univariate and bivariate, then tested with One Way Anova statistic. The results showed decreased levels of salinity using bagasse activated carbon with dose variations of 2 grams and a contact time of 30, 60, 90, 120 and 150 minutes with percentages respectively 11.5%, 26.5%, 61.5% , 76.5% and 91.5%. From the research results can be concluded that there is the effect of adding activated carbon bagasse in reducing the salinity of the water wells in RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Tanjungpinang 2017. Suggestions for further research to combine with aeration and filtration media to obtain results better. Keywords: Activated Carbon, Cane Dregs, Salinity PENDAHULUAN Salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air. Bagi manusia, air berperan dalam kegiatan pertanian, industri dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas dan kuantitasnya. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi. Bahkan, di daerah-daerah tertentu air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern (Kusnaedi, 2010).
Kota Tanjungpinang merupakan salah satu daerah ketersediaan air yang
memenuhi syarat kesehatan sangat terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut kota Tanjungpinang telah melakukan pengolahan air melalui PDAM namun tidak semua wilayah di kota Tanjungpinang yang dapat mengaksesnya. Pada tahun 2014 rata-rata rumah tangga menggunakan air kemasan atau air isi ulang sebagai sumber air minum sebesar 70,29%, sedangkan yang menggunakan air sumur sebanyak 17,47%. Berdasarkan data Statistik Kota Tanjungpinang tahun 2015 rumah tangga yang telah menggunakan air PDAM mengalami penurunan menjadi 6,05%. Akses air bersih menurut sarana yang digunakan oleh Kelurahan yang
http://www.eksakta.ppj.unp.ac.id DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
EKSAKTA Vol. 19 No. 1/30 April
201 8
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang tahun 2016, untuk persentase tertinggi yaitu pada air sumur gali dan air PDAM masing-masing sebesar 19% dan 8%, sedangkan untuk persentase terendah yaitu sumber air bersih yang berasal dari sumber lainnya sebesar 0,4%. Air sumur yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya tidak memenuhi syarat kesehatan, karena airnya yang kuning, keruh, bau besi, berlapisan minyak, memiliki rasa asin, dan pahit. Rasa asin dan pahit ini disebabkan karena tingginya angka salinitas dari air tersebut. Sumursumur yang memiliki angka salinitas tinggi pada umumnya adalah daerah yang berada di pesisir pantai atau daerah sekitar rawa. Secara kuantitas, daerah pesisir umumnya memiliki air yang melimpah, tetapi sering mengalami kesulitan karena berkaitan dengan kelangkaan air tawar yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih. Pengaruh air laut terhadap air sumur sangat kuat di wilayah pesisir dan mempengaruhi kualitas air sumur secara umum. Secara kimia, besarnya pengaruh air laut tercermin pada tingginya salinitas (Lestari, 2014). Salah satu daerah di Kota Tanjungpinang yang memiliki air dengan angka salinitas tinggi atau payau adalah kelurahan Tanjung Unggat. Berdasarkan hasil observasi sebelumnya yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Unggat Kota Tanjungpinang, masyarakatnya bertempat tinggal di pesisir-pesisir pantai, sangat memungkinkan untuk terjadinya instrusi air laut ke air sumur mereka, hal ini menyebabkan kondisi air mereka menjadi payau sehingga dari hasil pengukuran terhadap angka salinitas di o sumur gali tersebut diperoleh hasil 2 /oo. Air yang memiliki salinitas terlalu tinggi dapat mendatangkan kerugian apabila sering digunakan untuk kegiatan sehari-hari, misalnya berbahaya untuk
kesehatan apabila digunakan sebagai air minum, menyebabkan kegagalan panen pada pertanian, korosi pada peralatan dan bangunan yang terbuat dari unsur logam, o untuk air bersih kadar salinitas < 0,5 /oo o dan air minum maksimal 0,2 /oo (Kurniawan, 2014). Kondisi ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang khusus agar diperoleh air dengan kualitas yang memenuhi standart, kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada penggunaannya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tingginya angka salinitas adalah dengan teknik adsorbsi menggunakan karbon aktif. Karbon aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon. Bahan yang dapat dibuat menjadi arang aktif adalah tulang, kayu lunak, sekam, bonggol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batu bara. Karbon aktif biasanya digunakan sebagai katalis, penghilangan bau, penyerap warna, zat purifikasi dan sebagainya (Adinata, 2013). Karbon aktif yang sering digunakan adalah karbon aktif dari tempurung kelapa, bahan lain yang sering digunakan sebagai karbon aktif adalah ampas tebu. Seiring berjalannya waktu, ampas tebu mulai jarang dimanfaatkan sehingga dianggap sebagai limbah yang tidak berguna dan menimbulkan pencemaran. Perkembangan Ilmu dan Teknologi, ampas tebu dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Serat ampas tebu mengandung karbon aktif murni 80%, daya serap terhadap larutan 12% (Asbahani, 2013). Menurut penelitian yang dilaksanakan Sutiyani (2015) arang aktif yang terbuat dari ampas tebu dapat dijadikan sebagai adsorben yang efektif dalam menurunkan kadar zat pewarna
Noviana, Hevi Horiza, Gina Dwi Nur Kusuma
Hal 2
http://www.eksakta.ppj.unp.ac.id DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
EKSAKTA Vol. 19 No. 1/30 April
201 8
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
jeans dalam air limbah, karena belum adanya penelitian yang memanfaatkan karbon aktif dari ampas tebu dalam menurunkan angka salinitas air sumur gali, maka peneliti tertarik untuk menurunkan angka salinitas menggunakan bahan tersebut. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Desain Penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Rancangan penelitian ini tidak ada kelompok pembanding (control), dan dilakukan observasi pertama pretest (O1) yaitu pengukuran kadar salinitas pada air sumur gali, kemudian diberi perlakuan atau intervensi (x) pada air sumur tersebut dan dilakukan posttest (O2) yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh kadar salinitas setelah diberi perlakuan (eksperimen). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang dari bulan Januari sampai dengan Juni 2017. Alat-alat yang digunakan adalah Jerigen 2 liter, Ember timba, Corong, Ember / wadah, Ayakan / jaring ukuran 200 mesh, Drum besi / tong, Tungku, Oven, pisau, Korek api, Beaker glass, Timbangan Analitik, Magnetik Stirer, Saringan, Corong, Stopwacth, Refraktometer, Pipet Tetes. Bahan yang digunakan adalah kertas label, ampas tebu, bahan bakar minyak, aquades, HCl, NaOH dan Air Sumur r. Pengambilan Sampel Air Sumur Siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan jenis air yang akan diuji. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3 kali. Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis. Masukkan kedalam wadah yang sesuai peruntukan analisis. Lakukan segera pengukuran PH dan suhu. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku. Berikan
label yang berisikan (tujuan, sarana, lokasi atau tempat, waktu, tanggal, petugas, dan paraf petugas). r.
Pembuatan Karbon Aktif Sebelum melakukan karbonisasi, ampas tebu tersebut dikeringkan selama 5 hari Kemudian lakukan proses karbonisasi sebagai berikut: Siapkan alat dan bahan. Masukkan ampas tebu disusun secara tegak di dalam drum yang diberikan cerobong asap. Nyalakan api dan biarkan beberapa saat hingga proses karbonisasi keseluruhan ampas tebu merata sempurna hingga asap yang keluar berwarna putih. Karbon aktif ampas tebu diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Selanjutnya diaktivasi, pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Johan (2015), proses pengaktivasian arang menggunakan aktivasi secara kimia yang menggunakan larutan Asam Klorida (HCl) dilanjutkan dengan menggunakan larutan Natrium Hidroksoda (NaOH). ←Aktivasi dengan asam (HCl) Aktivasi dengan asam dilakukan dengan mencampurkan karbon dengan asam klorida (HCl) 0,5 M pada perbandingan karbon : asam yaitu 1:3 (100 gr karbon dalam 300 ml HCl 0,5 M) campurkan kemudian o diaduk selama 1 jam pada suhu 70 C dan didiamkan semalam pada suhu ruang kemudian cuci karbon menggunakan aquades hingga pH netral, karbon di keringkan dalam o oven pada suhu 110 C selama 4 jam. ←Aktivasi dengan basa (NaOH) Aktivasi dengan basa dilakukan dengan mencampurkan karbon dengan natrium hidroksida (NaOH) 0,5 M pada perbandingan karbon: basa yaitu 1:3 (100 gr karbon dalam ← ml NaOH 0,5 M) campurkan
Noviana, Hevi Horiza, Gina Dwi Nur Kusuma
Hal 3
http://www.eksakta.ppj.unp.ac.id DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
201 8
EKSAKTA Vol. 19 No. 1/30 April
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
kemudian diaduk selama 1 jam pada o suhu 70 C didiamkan semalam pada suhu ruang kemudian cuci arang menggunakan aquades hingga pH netral, karbon dikeringkan dalam o oven pada suhu 110 C selama 4 jam. 5. Perlakuan terhadap sampel Dalam menentukan waktu kontak optimum dengan dosis karbon 2 gr, dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Asbahani (2013) yaitu sebagai berikut : Siapkan alat dan bahan. Timbang karbon aktif ampas tebu sebanyak 2 gr. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass masing-masing sebanyak 100 ml. Masukkan karbon aktif ampas tebu yang telah ditimbang ke dalam masingmasing beaker glass yang berisi air sampel. Aduk menggunakan stirer dengan kecepatan 100 rpm dalam waktu 30 menit. Endapkan larutan dengan waktu kontak 30, 60, 90, 120, dan 150 menit, kemudian saring filtrat ampas tebu. Kandungan salinitas dalam sampel di ukur dengan Refraktometer dan dilakukan 2 kali pengulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Angka salinitas sebelum diberi O perlakuan yaitu 2 /OO, setelah diberi perlakuan dengan 2 gram karbon aktif ampas tebu dan variasi waktu kontak karbon aktif ampas tebu, pada waktu kontak 150 menit diperoleh rata-rata penurunan angka salinitas sebesar 1,83 O /OO atau terjadi penurunan sebesar 91,5%, dan terjadi penurunan secara signifikan angka salinitas dalam air O hingga mencapai konsentrasi 0,2 /OO, angka salinitas dalam sampel air sumur gali setelah perlakuan dengan karbon aktif ampas tebu memenuhi persyaratan berdasarkan permenkes no 416 tahun 1990 yaitu nilai ambang batas kadar
O
salinitas dalam air bersih 0,5 /OO (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pengukuran Penentuan Waktu Kontak Optimum Karbon Aktif Ampas Tebu Waktu Sebelum Kontak Perlakuan (o/oo) (Menit) 30 2 60 2 90 2 120 2 150 2 Rata-rata Penurunan
Setelah Perlakuan (o/oo) 1,77 1,47 0,77 0,47 0,17 1,07
Persen Penurunan (%) 11,6 26,5 61,5 76,5 91,5 54
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan karbon aktif ampas tebu dalam menurunkan angka salinitas air sumur gali di RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Kota Tanjungpinang. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil nilai p = 0,333 untuk data dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Hal ini menunjukan nilai p > 0,05 sehingga data penelitian ini berdistribusi normal. Maka analisis data menggunakan uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemanfaatan ampas tebu dalam menurunkan angka salinitas air sumur gali di RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Kota Tanjungpinang. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan perangkat komputer diperoleh hasil nilai p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima yaitu ada pengaruh penggunaan karbon aktif ampas tebu terhadap penurunan angka salinitas sumur gali di RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Kota Tanjungpinang. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terjadi penurunan terhadap angka salinitas sampel air sumur gali setelah diberi perlakuan menggunakan karbon aktif ampas tebu terjadi penurunan
Noviana, Hevi Horiza, Gina Dwi Nur Kusuma
Hal 4
http://www.eksakta.ppj.unp.ac.id DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
201 8
EKSAKTA Vol. 19 No. 1/30 April
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
rata-rata sebesar 1,07 o/oo. Hal ini sejalan dengan penelitian Dahlan (2013) yang melakukan pengolahan air payau digunakan rangkaian alat yang terdiri atas 3 buah media dengan kadar penyaringan yang berbeda-beda. Air payau di lewatkan melalui media 1 yaitu batu kuarsa (250 gr), partikel-partikel pengotor dengan ukuran yang maksimal akan di tangkap sehingga mengurangi kadar pengotor yang akan masuk ke media ke 2, untuk media kedua tersedia karbon aktif (500 gr). Keberadaan karbon aktif pada filter untuk proses adsorpsi sehingga terjadi proses penyerapan kadar garam pada air tersebut. Akar mangrove yang diproses menjadi karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben untuk proses desalinasi air laut menjadi air tawar melalui proses adsorpsi. Penurunan kadar klorida terbesar senilai 15,3% menggunakan karbon aktif akar mangrove dengan aktivasi H2SO4 (Caroline, 2017). Karbon aktif yang memiliki pori-pori lebih kecil akan menangkap pengotor yang terbawa dari media. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000 7. terhadap berat karbon aktif. Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,01 - 0,0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Pengolahan air payau dengan menggunakan 3 media yaitu batu kuarsa, karbon aktif dan membran keramik bertujuan untuk menghasilkan air payau yang lebih jernih dengan kadar garam yang lebih sedikit. Waktu kontak terbaik dalam menurunkan konsentrasi kadar garam pada air sumur gali dengan karbon aktif dari ampas tebu dengan aktivator HCl dan NaOH konsentrasi 0,5 M adalah 150 menit dan dosis 2 gram. Semakin lama waktu kontak karbon aktif terhadap sampel maka semakin besar
daya serapnya terhadap angka salinitas dalam air, hal ini sejalan dengan penelitian Asbahani (2013) menyatakan bahwa kapasitas adsorbsi berbanding lurus dengan waktu sampai pada titik tertentu, kemudian mengalami penurunan setelah melewati titik tersebut dan berdasarkan penelitian Manocha (2003) adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan permukaan di mana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas dengan molekul padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul yang menutupi permukaan tersebut. Kapasitas adsorbsi dari karbon aktif tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang mungkin dapat digunakan untuk mengadsorbsi. Sehingga disimpulkan waktu kontak berpengaruh terhadap daya serap karbon aktif ampas tebu terhadap angka salinitas dalam air. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Penelitian ini membuktikan bahwa karbon aktif ampas tebu memiliki daya serap yang cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki kualitas air bersih khususnya menurunkan angka salinitas atau kandungan garam pada air. KESIMPULAN Kandungan kadar garam / salinitas pada air sumur gali di RT 003 RW 06 Kelurahan Tanjung Unggat Kota Tanjungpinang o
/oo
sebelum diberi perlakuan adalah
sebesar
2
dan
setelah
menggunakan karbon aktif ampas tebu terjadi penurunan rata-rata sebesar 1,07 o/oo. Waktu kontak optimum karbon aktif ampas tebu teraktivasi dalam menurunkan angka o
/oo
salinitas adalah pada waktu kontak 150 menit yang mengalami penurunan sebesar
1,83
atau
persentase
penurunan sebesar 91,5%. DAFTAR PUSTAKA Adinata,M.R. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang, Jurnal Jurusan Teknik Kimia.
Noviana, Hevi Horiza, Gina Dwi Nur Kusuma
Hal 5
http://www.eksakta.ppj.unp.ac.id DOI : 10.24036/eksakta/vol19-iss01/97
EKSAKTA Vol. 19 No. 1/30 April
201 8
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Asbahani 2013. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Karbon Aktif Untuk Menurunkan Kadar Besi pada Air Sumur. Alumnus Prodi Teknik Arsitektur. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik. Universitas Tanjungpura, Vol 13. Dahlan, H. 2013. Prototipe Alat Penyaringan Air Payau (sungai Sugihan) menjadi Sumber Air Bersih Menggunakan Tabung Filter Bagi Masyarakat Pangkalan Sakti, Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Organ Komering Ilir Sumsel. Teknik Kimia. Kurniawan. A, Bambang R, L, D. 2014. Pengaruh Zeolit Alam Termodiikasi Hdtma Terhadap Penurunan Salinitas Air Payau.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. Lestari, A.D., & Sambodho, K. 2014. Pengaruh Kenaikan Permukaan Air Laut pada Intrusi Air Laut Di Akuifer Pantai. Manocha, S.M. 2003. Porous Carbons, 28 April 2017. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sutiyani,
& Tama, A. 2015. Untuk Pengolahan Air Limbah Pewarnaan Jeans.
PENURUNAN SALINITAS AIR PAYAU DENGAN MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ION
Ratih Suci Apriani, Putu Wesen Prodi teknik lingkungan, fakultas teknik sipil dan perencanaan Universitas pembangunan nasional “Veteran” jawa timur Jl. Raya Rungkut Madya. Surabaya Air payau memiliki salinitas yang tinggi yang memberikan rasa asin pada air. Proses desalinasi yang selama ini dilakukan adalah dengan evavorasi dan reverse osmosis. Namun cara ini memerlukan biaya dan perawatan yang mahal.alternatif proses yang mungkin bisa lebih sederhana adalah dengan resin penukar ion yang selama ini banyak digunakan untuk keperluan industri. Proses ini menggunakan resin penukar ion Amberjet 1200 H+ dam Amberjet 4400 OH. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium dengan dua kolom gelas masing-masing dengan ketinggian 60 cm, diameter 5 cm yang dihubungkan secara seri dan masing-masing disi kation H+ dan resin anion OH+ . percobaan dilakukan dengan variasi debit aliran pada kisaran 100140 ml/menit dan rentang waktu pada kisaran 1.5-7.5 jam. Faktor yang mempengaruhi penurunan kandungan garam terlarut dalam air payau dengan menggunkan resin penukaran ion. Debit aliran mempengaruhi waktu kontak, dimana semakin besar debit aliran yang masuk maka waktu kontak semakin pendek perukaran ion semakin sedikit. Hal ini disebabkan waktu tinggal atau kontak air payau dengan media resin cuman sebentar begitu pula sebaliknya (KirkOthmer,1967)
REMOVAL KLORIDA, TDS DAN BESI PADA AIR PAYAU MELALUI PENUKARAN ION DAN FILTRASI CAMPURAN ZEOLIT AKTIF DENGAN KARBON AKTIF Oleh : Wahyu Nugroho dan Setyo Purwanto Penelitian bertujuan untuk membandingkan efesiensi penurunan kadar parameter uji, yaitu besi, klorida dan TDS pada air payau terhadap masing-masing varian reaktor A (50% zeolit aktif : 50% karbon aktif); varian reaktor B (25% zeolit aktif: 75% karbon aktif); varian reaktor C (75% zeolit aktif : 25 % karbon aktif). Ketebalan media pengolahan sebesar 70 cm pada masing-masing tabung reaktor, dengan tinggi tabung reaktor 100 cm. Debit aliran ditentukan sebesar 0.3 L/menit. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variasi campuran C dengan komposisi 75% zeolit aktif : 25% karbon aktif mempunyai efesiensi penurunan yang paling tinggi diantara variasi lainnya, yaitu kadar klorida 65% . semakin banyak zeolit pada campuran pada campuran media antara zeolit aktif dan karbon aktif, maka mempunyai efesiensi penurunan yang semakin tinggi terhadap kadar parameter klorida
THE ANALYSIS OF CHLORIDE IN ARGENTOMETRY ON DIG WELL WATER IN KUPANG REGENCY OF KUPAN TENGAH DISTRICT OEBELO VILLAGE IN 2014 1
Agustina Welhelmina Djuma , Marce Selvince Talaen 1
2
2
Politeknik Kementerian Kesehatan , Program Diploma 3 Jurusaan Analis Kesehatan, Kupang ABSTRACT
The allocation of the water wich for human consumption must be of source have clear and healthy. Limites of the source water is clear and safe it must be free from the chemistryes have dangerous and poisenes is fill of minimal standard which fixes by WHO or healthyes ministry of RI. Source of the water is benefities by society in regency of Kupang four orchard village Oebelo is dig well. Beside as a tool, it is also used to be needed of salt production. This manner can be resulties of raising as consequence presence chloride from five results production salts which have can be blacknened of dig well water by citizen is using as source clear water to everyday needed. The aim of this research is to know degree of chloride on dig well of water in regency of Kupang four orchard village Oebelo. Measuring of the degree be does by Argentometry method of Mohr. According to descrptive of result of the data analysis and appealing with Permenkes RI number 492/menkes /PER /IV /2014 about the rules of qualities water s maximum degree of chloride which be premitted in drinks water is 250 mg/L. Result of this research sample A degree of chloride 249,18 mg/L, sample B degree of chloride is 491,34 mg/L, sample C degree of chloride is 425,24 mg/L, sample D degree of chloride 173,14 mg/L and the last sample E degree of chloride is 261,46 mg/L. Three of five sample which have researches is sample B, sample C and sample E not fill the rules of qualities drink waters. Keywords : Dig well water, Chloride, Argentometri
PENDAHULUAN
karena persediaan air bersih yang
Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan keperluan
antara
lain
untuk
minum, mandi, memasak,
terbatas
memudahkan
berbagai
penyakit di
timbulnya masyarakat.
Volume rata-rata kebutuhan air setiap
mencuci, membersihkan rumah, pelarut
individu per hari berkisar antara 150 -
obat dan pembawa bahan buangan
200 liter atau 35 - 40 galon. Kebutuhan
industri. Ditinjau dari sudut ilmu
air tersebut bervariasi dan bergantung
kesehatan
pada keadaan iklim, standar kehidupan
masyarakat,
penyediaan
sumber air bersih harus dapat
dan kebiasaan masyarakat
memenuhi
2006).
kebutuhan
masyarakat
(Chandra,
*) Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kupang
Agustina Welhelmina Djuma1 , Marce Selvince Talaen2, The Analysis of Chloride in Argentometry on Dig Well 1084
Water in Kupang Regency of Kupan Tengah District Oebelo Village in 2014
Air
yang
bagi
mineral. Kadar klorida yang tinggi,
konsumsi manusia harus berasal dari
yang diikuti oleh kadar kalsium dan
sumber yang bersih dan aman. Batasan-
magnesium yang juga tinggi, dapat
batasan sumber air yang bersih dan
meningkatkan sifat korosivitas air. Hal
aman tersebut antara lain bebas dari
ini mengakibatkan terjadinya perkaratan
kontaminasi kuman atau bibit penyakit,
peralatan
bebas
merupakan komponen lain dari garam
dari
diperuntukkan
substansi
kimia
yang
logam.
yang
dan tidak bebau, dapat dipergunakan
Klorida
untuk mencukupi kebutuhan domestik
hormon pada retensi air dan garam
dan rumah tangga, memenuhi standar
melalui pengaruhnya pada ginjal. Ginjal
minimal yang ditentukan oleh WHO
menghasilkan suatu enzim yang disebut
atau
renin yang mengatur kadar air dalam
Kesehatan
RI
(Chandra, 2006).
dengan
juga
berbahaya atau beracun, tidak berasa
Departemen
berkaitan
Klorida
mempengaruhi
hipertensi. pengaturan
badan. Enzim renin juga membantu
Air yang sehat harus memenuhi
pengaturan tekanan darah tetapi klorida
persyaratan kualitas air meliputi syarat
mungkin mengurangi sekresi enzim ini
fisik, syarat bakteriologi dan syarat
dan menyebabkan tekanan darah tetap
kimiawi. Salah satu bahan kimia yang
tinggi.
harus memenuhi standar kualitas air
Desa Oebelo merupakan desa yang
minum adalah klorida. Dalam Peraturan
terbagi atas empat wilayah yaitu Dusun
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Satu, Dusun Dua, Dusun Tiga dan
Nomor
Dusun
492/MENKES/PER/IV/2010
Empat.
Sebagian
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
masyarakat
kadar maksimum klorida dalam air
pencarian sebagai petani garam yang
minum adalah 250 mg/L. Konsentrasi
memanfaatkan air sumur gali sebagai
klorida yang melebihi ambang batas
sumber air bersih untuk keperluan
maksimum
sehari-hari termasuk untuk keperluan
atau
standar
dapat
Dusun
mengakibatkan timbulnya rasa payau
produksi
atau asin pada air minum.
menyebabkan
Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar
garam.
Empat
besar
Hal
terjadinya
klorida dalam air sumur gali.
ini
bermata
dapat cemaran
1085 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 14, NOMOR 2 DESEMBER 2015
Berdasarkan uraian masalah di atas maka
peneliti
penelitian
telah
dengan
warna, rasa dan suhu. Selanjutnya
melakukan
sampel dibawah ke laboratorium dan
“Analisa
dilakukan pemeriksaan menggunakan
judul
Klorida Pada Air Sumur Gali Di Dusun
metode argentometri cara mhor.
Empat Desa Oebelo Kecamatan Kupang
Analisis Klorida pada Air Sumur
Tengah
Analisis
Kabupaten
Kupang
sampel BAHAN DAN METODE dilakukan
di
Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kupang pada bulan Juni 2014. Jenis penelitian yang
digunakan
adalah
penelitian
deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di Dusun Empat Oebelo
Tengah
Kecamatan
Kabupaten
air
sumur
untuk
dengan melihat
larutan adanya
kandungan klorida didalam sampel. Sampel
yang
positif
klorida
kemudia
menggandung
dianalisa
secara
kuantitatif menggunakan larutan AgNO3 sebagai
titran
dan
ditambahkan
indikator K2CrO4 5 % untuk melihat titik akhir titrasi yang ditandai dengan
Populasi dan sampel
Desa
direaksikan
AgNO3
Lokasi dan rancangan penelitian ini
dalam
diawali dengan uji kualitatif dimana
Menggunakan Metode Argentometri”.
Penelitian
klorida
Kupang
Kupang
yang
terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan. HASIL Setelah
dilakukan
uji
rumah
organoleptik yang meliputi pemeriksaan
produkuksi
parameter bau, warna, rasa, suhu dan
garam. Sampel dalam penelitian ini
pH terhadap kelima sampel di lokasi
adalah air dari 5 sumur gali.
pengambilan sampel, maka diperoleh
Metode pengumpulan data
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1.
digunakan tangga
untuk
dan
Pengambilan
konsumsi
keperluan
sampel
air
dilakukan
berdasarkan SNI 6989.58:2008 tentang caraa pengambilan sampel air sumur gali
kemudian
dilakukan
organoleptik yang meliputi pH, bau,
uji
Agustina Welhelmina Djuma1 , Marce Selvince Talaen2, The Analysis of Chloride in Argentometry on Dig Well 1086 Water in Kupang Regency of Kupan Tengah District Oebelo Village in 2014
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Parameter Bau
A Tidak berbau
B Tidak berbau
Sampel C Tidak berbau
D Tidak berbau
D Tidak berbau
Warna
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Tidak berasa
Sedikit asin
Sedikit asin
Sedikit asin
Sedikit asin
Suhu ( C)
30
31
31
30
30
pH
7
7
7
7
7
Rasa 0
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa
kelima
sampel
yang
diuji
meliputi parameter bau, warna dan pH
fisik maka suhu air tersebut masih memenuhi standar kualitas air minum. Penelitian
yang
dilakukan
di
masih memenuhi persyaratan kualitas
Laboratorium Kimia Jurusan Analis
air minum yang ditetapkan bahwa air
Kesehatan
yang sehat tidak berbau, tidak berwarna
pelaksanaan
atau jernih dan pH air harus netral, tidak
kualitatif, pembuatan dan pembakuan
boleh
larutan baku NaCl serta penetapan kadar
bersifat
asam
atau
basa,
Kupang
dengan
penelitian
tahap
meliputi
uji
sedangkan uji parameter rasa, pada
klorida
sampel
telah
kualitatif menunjukkan reaksi positif
ini
dengan terbentuknya endapan putih
B
memberikan
dan rasa
sampel asin.
C Hal
dalam
sampel.
Hasil
uji
menunjukkan bahwa secara fisik, air
bergumpal saat direaksikan dengan
tersebut tidak memenuhi persyaratan
AgNO3.
Selanjutnya
kualitas air minum dan tidak layak
pengujian
klorida
untuk dikonsumsi karena air yang sehat
pertama
seharusnya tidak memberikan rasa atau
AgNO3. Data pembakuan AgNO3 dan
tawar pada lidah. Suhu pada air berkisar
penetapan kadar klorida dapat dilihat
0
0
antara 30 C-31 C, jika dibandingkan dengan persyaratan kualitas air secara
adalah
dilakukan
dengan
pembakuan
pada Tabel 2 dan Tabel 3.
tahapan larutan
1087 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 14, NOMOR 2 DESEMBER 2015
Tabel 2. Hasil pembakuan larutan perak nitrat No
Volume pemipetan (mL)
V.Tat * (mL)
V.Tat* blanko (mL)
1
5
14.6
0.3
0.0099
2
5
14.6
0.3
0.0099
3
5
14.6
0.3
0.0099
N AgNO3
Rata - rata N AgNO3
0.0099
*V.Tat : Volume titik akhir titrasi Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Klorida Pada Air Sumur Gali di Dusun Empat Desa Oebelo Sampel
A B C D E
Kadar klorida (mg Cl-/L)
Standar Permenkes RI Nomor : 492/MENKES/PE /IV/2010
249.18
250 mg Cl-/L
491.34 425.24 173.14 261.46
Keterangan
Memenuhi syarat
-
Tidak memenuhi syarat
-
Tidak memenuhi syarat
-
Memenuhi syarat
-
Tidak memenuhi syarat
250 mg Cl /L 250 mg Cl /L 250 mg Cl /L 250 mg Cl /L
menggunakan wadah ember, setelah
PEMBAHASAN Pada penelitian ini sampel air
terisi ember diangkat lalu sampel air
diambil dari 5 buah sumur gali yang
dituang
mewakili seluruh sumur gali yang
dilakukan uji organoleptik meliputi
terdapat di daerah tersebut dengan
suhu, warna, rasa, bau dan pH
kriteria sampel yaitu air sumur gali yang
kemudian
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
selanjutnya dibawa ke laboratorium dan
sehari-hari (termasuk untuk minum) dan
dilakukan pemeriksaan.
juga
digunakan
untuk
keperluan
produksi garam. Pengambilan sampel
dalam
botol
diberi
sampel
etiket
dan
untuk
Dalam penelitian ini, parameter yang diuji yaitu kadar klorida dalam air
Agustina Welhelmina Djuma1 , Marce Selvince Talaen2, The Analysis of Chloride in Argentometry on Dig Well 1088
Water in Kupang Regency of Kupan Tengah District Oebelo Village in 2014
sumur gali dengan metode Argentometri
persyaratan kualitas air minum adalah
cara Mohr. Pemeriksaan ini diawali
sampel A dan sampel D. Kadar klorida dalam air dapat
dengan analisa kualitatif dimana sampel air direaksikan dengan larutan AgNO3
digunakan sebagai indikator adanya
untuk
pencemaran
melihat
adanya
kandungan
(Chandra,2006).
Air
klorida di dalam sampel. Uji kualitatif
dikatakan tercemar apabila mengandung
ini didasarkan pada kenyataan bahwa
bahan yang melebihi ambang batas dan
-
Anion Cl dengan larutan perak nitrat
sifat-sifat air yang tidak sesuai dengan
(AgNO3) akan membentuk endapan
standar
perak klorida (AgCl) berwarna putih. Ia
(Sumardjo, 2009). Kadar klorida dari
tak larut dalam air dan dalam asam
sampel B, sampel C dan sampel E tidak
nitrat encer tetapi larut dalam larutan
sesuai dengan standar kualitas air
ammonia encer dan dalam larutan-
minum yang telah ditetapkan.
larutan kalium siannida dan tiosulfat (Svehla,1985).
telah
ditentukan
Dusun Empat terletak kurang lebih 2 Km dari tepi pantai. Dilihat dari
Sampel
yang
mengandung dianalisa
yang
klorida secara
positif
jarak pantai dengan lokasi pengambilan
kemudian
sampel, sumur sampel D dan sumur
kuantitatif
sampel E mempunyai jarak yang paling
menggunakan larutan AgNO3 sebagai
dekat dengan pantai diikuti lokasi sumur
titran.
Sebelum
menentukan
kadar
digunakan
untuk
sampel C, sampel B dan yang terjauh
klorida
dalam
adalah lokasi sumur sampel A. Tabel 3
sampel, larutan AgNO3 dibakukan
menunjukkan bahwa kadar klorida pada
terlebih dahulu menggunakan baku
sampel
primer NaCl 0,0282 N. Hasil penetapan
memenuhi persyaratan yang ditentukan
kadar yang telah diperoleh pada Tabel 4,
sedangkan pada sampel B, sampel C
Setelah dibandingkan dengan
dan sampel E mempunyai kadar klorida
Permenkes
RI
Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010
A
dan
sampel
D
masih
:
yang cukup tinggi. Tingginya kadar
Tentang
klorida dalam sampel B, sampel C dan
Persyaratan Kualitas Air Minum, maka
sampel E kemungkinan disebabkan oleh
sampel
adanya cemaran dari limbah produksi
yang
masih
memenuhi
garam
1089 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 14, NOMOR 2 DESEMBER 2015
karena
kebiasaan
kurang
masyarakat
memperhatikan
yang
kelanjutan dari penelitian disarankan
penanganan
untuk melihat hubungan konsumsi air
limbah produksi dan kebersihan sumber
dengan
air yang ada. Akibatnya air menjadi asin
terhadap tekanan darah, melakukan
ketika diminum dan jika dikonsumsi
penelitian atau kajian lebih mendalam
secara terus – menerus mempunyai
tentang
dampak
menyebabkan rasa asin pada air sumur
kurang
baik
terhadap
klorida
yang
faktor-faktor
tinggi
yang
gali dan Melihat perbandingan kadar
kesehatan. Dilihat
kadar
dari siklus
pemakaian
air,
klorida pada air sumur gali di Dusun
kemungkinan penyebab tersebut sangat
Empat
kecil karena air tersebut secara terus-
sesudah pemakaian air sumur untuk
menerus digunakan untuk keperluan
produksi garam serta disarankan kepada
produksi garam sehingga salah satu
masyarakat untuk mengurangi konsumsi
penyebab tingginya kadar klorida pada
air minum dari sumur gali yang
sampel tersebut berkaitan dengan waktu
mempunyai kadar klorida lebih dari
pengambilan
ambang batas dan lebih memperhatikan
sampel.
Waktu
Desa Oebelo
sebelum
dan
pengambilan sampel yang berdekatan
penanganan
dengan waktu penggunaan air untuk
kebersihan
produksi
sehingga tidak mencemari sumur gali
dapat
memberikan
hasil
dengan kadar klorida yang tinggi.
limbah sumber
produksi air
yang
dan ada,
sebagai satu-satunya sarana air bersih bagi masyarakat di Dusun Empat Desa
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil peneitian pada
Oebelo.
lima sumur di Dusun Empat Desa Oebelo Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten
Kupang
yang
diteliti,
DAFTAR PUSTAKA
diperoleh hasil sumur A kadar klorida -
249,18 mg Cl /L, sumur B kadar klorida -
491,34 mg Cl /L, sumur C kadar klorida -
425,24 mg Cl /L, sumur D kadar klorida -
173,14 mg Cl /L dan sumur E kadar -
klorida 261,46 mg Cl /L. Sebagai
Anonim. 1990. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI. Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES RI), Nomor :
Agustina Welhelmina Djuma1 , Marce Selvince Talaen2, The 109 Analysis of Chloride in Argentometry on Dig Well 0 Water in Kupang Regency of Kupan Tengah District
Oebelo Village in 2014
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. BSN. 2004. Air dan Limbah (Cara Uji Klorida(Cl )dengan Metode Argentometri (Mohr))SNI-066989.19-2004. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC Pitojo, Setijo dan Purwantoyo, Eling. 2003. Deteksi Pencemaran Air Minum. Ungaran : Aneka Ilmu.
Sumardjo, Damin.2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta,cetakan I. Jakarta : EGC Sutrisno, C. Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro, Edisi Kelima. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Muhammad Al Kholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand
TINGKAT PENYISIHAN CEMARAN AIR SUNGAI MENGGUNAKAN COAGULANT AID, SEDIMENT POLYPROPYLENE, DAN MANGANESE GREENSAND Muhammad Al Kholif1), Teguh Yudha Ma’fuddin1), dan Sri Widyastuti1),
s.
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Email Korespondesi : [email protected]
Abstrak Air sungai merupakan salah satu sumber air bersih, namun air sungai telah banyak dicemari oleh limbah domestik maupun limbah cair industri, sehingga kualitas air sungai tidak memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Oleh sebab itu, air sungai harus diberikan perlakuan lebih lajut agar dapat memenuhi syarat baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar Total Dissolved Solids (TDS) dan Mangan (Mn) menggunakan sistem filtrasi Sediment Polypropylene dan Manganese Greensand dengan penambahan Succolite SP211 sebagai koagulan. Air baku yang digunakan adalah air Kali Surabaya. Variabel penelitian ini adalah debit air baku 1 L/menit, 1,5 L/menit, dan 2 L/menit. Dari hasil penelitian efisiensi penurunan yang paling efektif yaitu debit 1 L/menit, yang mampu menurunkan parameter TDS lebih dari 60% dan parameter Mn lebih dari 85%. Kata Kunci: Filtrasi, Succolite SP211, Sediment Polypropylene, Manganese Greensand
Abstract River water is one of source of clean water, but river water has been heavily contaminated by a grey water or an industrial waste, so the river water quality does not meet requirements that involve physics, chemical and microbiology. That force, river water should be given more treatment to fulfill the quality standard of clean water according to Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. This study intend to know the effectivity of the reduction of Total Dissolved Solids (TDS) and Mangan (Mn) by using filtration system Sediment Polypropylene and Manganese Greensand with water addention of Succolite SP211 as a coagulant. Samples used come from Surabaya river. The variables of this study is the raw are water’s debit 1 L/min, 1,5 L/min, 2 L/min. Based on the test study the most effective debit is 1 L/min, that can reduce TDS more than 60% and Mn more than 85%. Keywords: Filtration, Succolite SP211, Sediment Polypropylene, Manganese Greensand
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
1
Muhammad Alkholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand PENDAHULUAN Air bersih merupakan kebutuhan yang penting bagi makhluk hidup. Manusia, hewan, dan tumbuhan pasti membutuhkan air untuk kelangsungan hidup dan kebutuhan sehari-hari. Untuk menunjang kehidupan manusia saat ini banyak dibutuhkan air bersih, terutama di daerah perkotaan. Sumber air bersih yang banyak terdapat di daerah perkotaan yaitu air sungai. Beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah perkotaan banyak mengandalkan air sungai sebagai bahan baku kebutuhan air bersih. Menurut Purwoto (2017) air sungai juga menjadi bahan baku bagi Perusahaan Air Minum di Indonesia. Ini karena keterkaitan tiga hal yang saling mendukung, yaitu: 1) Jumlah cukup, 2) Kualitasnya lebih baik (dibanding air laut), dan 3) Fluktuasi laju alir relatif memenuhi keberlanjutan produksi. Kandungan lumpur, zat padatan terlarut (TDS), dan tingginya tingkat kekeruhan di air sungai merupakan masalah utama dalam hal pengolahan awal untuk keperluan air bersih. Kondisi air sungai Surabaya (saat dan lokasi tertentu) yaitu pH 6,33-7,51 dan TDS (Total Dissolved Solids) 200-1000 NTU, kekeruhan 71s. NTU, DO (Dissolve Oxygen) 4,5512,42 ppm, BOD (Biological Oxygen Demand) 6,241135 - 12,48227 ppm, COD (Chemical Oxygen Demand) 20OO ppm. Kandungan besi (Fe) yaitu berada pada rentang 0,7486-39,2775 ppm sedangkan pada sedimen yaitu 16944,24 - 83096,96 ppm (Putri et al, 2015). Air yang mengandung Total Dissolved Solids (TDS) tinggi, sangat tidak baik untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila terlalu banyak mineral anorganik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian tubuh (Nugroho, 2013). Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa
2
mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrit, sulfat, klorida, dan larut dalam air. Jika perairan kembali mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan (Fahmi, 2012). Salah satu perlakuan untuk menurunkan kandungan TDS dan Mn adalah dengan menggunakan teknologi berupa pengolahan air dengan treatment : Coagulant Aid, Sediment Polypropylene (SPP), dan Manganese Greensand. Koagulan yang dapat digunakan pada instalasi pengolahan air diantaranya adalah Succolite SP 211. Succolite berbentuk cairan, tidak berwarna dan tidak berbau. Succolite mempunyai pH pada suhu 20ºC sebesar 11-11,5 selain itu cairan ini mempunyai berat jenis 1,35 gr/cm3. Sediment Polypropylene berfungsi untuk menyaring air dari kandungan lumpur, pasir, tanah dan partikel kotoran zat padat terlarut dalam air lainnya sehingga menghasilkan air jernih, bersih bebas dari pencemaran zat padat terlarut dalam air. Sediment Polypropylene mempunyai removal ratings : 0.2 ,0.45, 1, 5, 10, 20, 50 μm. Dengan suhu maksimum 82 oC, dan rekomendasi tekanannya adalah 35 psig (Nurhayati, 2014a). Manganese Greensand merupakan absorben untuk menurunkan kadar besi dan mangan pada air. Dimana reaksi dari Fe2+ dan Mn2+ dalam air dengan oksida mangan tinggi (Higher Mangan Oxide) menghasilkan filtrat yang mengandung ferri-oksida dan mangan-oksida yang tidak dapat larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan penyaringan. removal Mn2+ dapat dilakukan dengan adsorbsi oleh Mangan oksida dalam Manganese Oxide Coated Zeolite (MOCZ) (Taffarel, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar efisiensi penurunan parameter TDS dan Mn dalam air sungai dengan menggunakan
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
Muhammad Al Kholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand pengolahan Coagulant Aid, SPP, dan Manganese Greensand. Penelitian terdahulu menggunakan filtrasi Manganese Greensand terpadukan resin memiliki efektivitas removal kadar Mn sebesar 93,97% (Qaswaini, 2017). Sedangkan efektivitas removal kadar TDS menggunakan treatment Succolite SP211, Sediment Polypropylene, Manganese Greensand, resin penukar ion, dan membran Reverse Osmosis (RO) yaitu sebesar 90,8% (Nurhayati, 2014a). Purwoto et al. (2014) menyimpulkan bahwa removal parameter air bersih menggunakan treatment Sediment PolyPropylene, Carbon Block, Manganese Zeolite, IonExchange, dan Reverse Osmosis (RO) adalah : Total Disolved Solid (TDS) 2686ppm, kesadahan total 371.43 mg/L CaCO3, klorida 1144 ppm, Total Coliform 4 MPN/100mL, Besi 0.18 ppm, Natrium 737.70 ppm, Seng 0.08 ppm, Sulfat 24.56 ppm, senyawa organik 15.03 mg/L KMnO4, dan detergen 0.10 mg/L LAS. Pada pengolahan air sungai menggunakan treatment Coagulant Aid, pasir silika, Ferrolite, Manganese Greensand, dan resin sintetis (anion kation) dapat menurunkan parameter air bersih antara lain: Kekeruhan 148,02 Skala NTU, Warna 148 PtCo Unit, Besi 8,74 mg/L Fe, kesadahan total 35,71 mg/L CaCO3, Zinc 0,03 mg/L Zn, Bahan Organik 12,79 Mg/L KMnO4, deterjen 0,26 mg/L LAS, Total Coliform 1,6983 juta Jumlah per 100 mL (MPN) (Purwoto, 2017). Pada penelitian ini teknologi yang digunakan oleh peneliti diharapkan mampu menurunkan kadar TDS dan Mn pada air sungai secara signifikan. Alasan dipilih Succolite SP211 karena efisiensi pemakaian fasa cair. Dipilihnya Manganese Greensand karena biaya cukup murah, bebas dari bahan kimia berbahaya pada efluennya, dan sederhana dalam pengoperasian. Sedangkan Sediment Polypropylene dipilih karena praktis, mudah didapat, dan daya filter tinggi (Purwoto, 2016).
METODE Rancangan penelitian dalam penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel air baku, kemudian dilakukan pengolahan menggunakan Coagulant Aid pada tandon air baku. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pengolahan Sediment Polypropylene dan diakhiri dengan menggunakan pengolahan Manganese Greensand. Variable air baku yang diterapkan dalam penelitian yaitu 1 L/menit, 1,5 L/menit, dan 2 L/menit dengan sampel penelitian yang digunakan adalah air Kali Surabaya. Secara lengkap rangkaian alat penelitian disajikan dalam gambar 1 berikut. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Bahan reaktor yang digunakan catridge filter housing. Fungsi housing filter adalah untuk menempatkan cartridge filter (katrid filter) yang mana dalam proses penyaringan air maka cartridge filter tidak dapat berdiri sendiri sehingga diperlukan housing filter sebagai rumahnya. b. Untuk memudahkan setting dan efisiensi aliran, pipa yang digunakan PVC, dengan setting sambungan water-mur. c. Pompa supplay menggunakan submersible-pump bahan plastik guna menghindari korosi. d. Succolite SP 211 yang berfungsi mempercepat sedimentasi oleh kinerja koagulasi. e. Sediment Polypropylene berfungsi sebagai filtrasi suspense, koloid, dan partikel diskrit. f. Manganese Greensand untuk menghilangkan kandungan Mangan (Mn2+), dan lapisan atas berminyak di dalam air sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferrioksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
3
Muhammad Alkholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand
Gambar 1. Rancangan Treatment Air Sungai Keterangan Gambar 1: (A) : Penambahan Coagulant Aid pada tandon air baku olahan (B) : Sediment Polypropylene pada catridge filter dalam tabung housing filter 8. : treatment Manganese Greensand pada catridge filter dalam tabung housing filter 9. :Sediment Polypropylene pada catridge filter dalam tabung housing filter 10. : treatment Manganese Greensand pada catridge filter dalam tabung housing filter k. : Submersible Pump Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah : a. Debit yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 L/menit, 1,5 L/menit, 2 L/menit. Debit yang diatur dilakukan dengan cara manual yaitu Trial Error.
4
b. Air baku ditampung dalam tandon air, selanjutnya dilakukan penambahan Succolite SP211 sebagai Coagulant Aid. Penambahan Succolite SP 211 yaitu sebesar 90 ppm. c. Kemudian air baku dipompa menggunakan submersible-pump menuju filtrasi Sediment Polypropylene sebagai cartridge pada housing filter (B), dilanjutkan treatment Manganese Greensand pada catridge filter dalam housing filter (C), berikutnya berturut-turut treatment Sediment Polypropylene, treatment Manganese Greensand yang dirangkai secara seri. Dilakukan susunan catridge seperti itu dikarenakan Sediment Polypropylene berfungsi menyaring air dari kandungan lumpur, pasir, tanah dan partikel kotoran zat padat terlarut dalam air. d. Model aliran dalam penelitian ini adalah up-flow. Lama waktu pengaliran air baku dalam penelitian ini adalah 30 menit per sampel. e. Material yang digunakan untuk treatment harus dicuci terlebih dahulu.
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
Muhammad Al Kholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand f. Sampel air hasil olahan dianalisis dengan menggunakan metode penelitian air untuk menguji parameter air bersih. g. Replikasi dilakukan sebanyak 2 kali. Setiap pengulangan seluruh media yang terdapat pada instalasi diganti dengan media yang baru. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kejenuhan pada media yang dapat menyebabkan turunnya efisiensi penurunan. Analisis data yang digunakan adalah persen removal (% removal), yaitu untuk mengetahui seberapa besar penurunan parameter-parameter terkandung dalam air baku. Metode yang digunakan dalam analisis data ini yaitu analisis secara tabel dan grafik kemudian dijelaskan dengan jalan membandingkan antar variasi debit. Data yang diperoleh merupakan data dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya dan Laboratorium Kualitas Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Debit 1 L/menit
HASIL DAN PEMBAHASAN Efisiensi Penurunan Parameter TDS Total Dissolved Solids (TDS) atau Padatan Terlarut Total adalah bahanbahan terlarut (diameter < 10 -6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm - 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm (Rao dalam Effendi, 2003). Air dengan TDS tinggi memiliki rasa yang buruk atau tidak enak. Selain itu, perubahan konsentrasi TDS dapat berbahaya karena berhubungan dengan massa jenis air. Massa jenis air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Jika konsentrasi terlalu tinggi kejernihan air akan menurun dan menghambat fotosintesis dan memungkinkan terjadi gabungan senyawa beracun dan logam berat akan meningkatkan suhu air (Effendi, 2003). Efisiensi penurunan parameter TDS seperti tersaji pada gambar 2.
Debit 1,5 L/menit
Debit 2 L/menit
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi IV
Gambar 2. Efisiensi Penurunan Kadar TDS Dari gambar 2 (Grafik Efisiensi Penurunan kadar TDS) dapat dilihat bahwa efisiensi penurunan kadar TDS paling tinggi dihasilkan dari debit 1
L/menit yaitu pada replikasi IV yang mampu menurunkan kadar TDS sebesar 64%. Kadar TDS air baku sebelum treatment yaitu 1400 mg/L. Setelah
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
5
Muhammad Alkholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand mengalami treatment menjadi 500 mg/L. Sedangkan efisiensi penurunan kadar TDS paling rendah dihasilkan dari debit 2 L/menit yaitu pada replikasi IV yang mampu menurunkan kadar TDS sebesar 21%. Kadar TDS awal yaitu 1400 mg/L, setelah mengalami treatment menjadi 1100 mg/L. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi debit aliran, semakin rendah penurunannya. Namun ini tidak berlaku pada kadar TDS yang rendah, tidak ada perbedaan yang signifikan antar debit pada penurunan kadar TDS. Debit yang paling efektif dalam menurunkan kadar TDS yaitu debit 1 L/menit yang mencapai 64%. Dapat dikatakan bahwa pada kadar TDS yang rendah tidak ada pengaruh debit, sedangkan pada kadar TDS yang tinggi terjadi pengaruh debit. Removal parameter air bersih oleh perpaduan treatment Coagulant Aid, filtrasi Sediment Polypropylene (SPP), Manganese Greensand, dilanjutkan dengan Ion Exchanger, dan membran RO memenuhi persyaratan air bersih yang mampu menurunkan kandungan TDS sebesar 82% (Nurhayati, 2014b). Hasil yang didapatkan tidak sebesar pada penelitian sebelumnya, hal ini dikarenakan tidak adanya pengolahan
menggunakan Ion Exchange, dan Reverse Osmosis (RO). Penyisihan kadar TDS lebih maksimal karena adanya treatment menggunakan Reverse Osmosis. Reverse Osmosis memiliki membran semi permeabel yang dapat menyisihkan kadar TDS yang tidak dapat dihilangkan pada treatment sebelumnya. Meskipun hasil yang didapat tidak sebesar pada penelitian sebelumnya, tetapi sudah dapat memenuhi persyaratan baku mutu untuk TDS yang ditetapkan Permenkes Nomor 416 Tahun 1990. Efisiensi Penurunan Parameter Mn Mn merupakan unsur logam golongan VII. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, valensi 6. dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air. Mn dalam air dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap (Said, 2011). Efisiensi penurunan Mn seperti tersaji pada gamabr 3.
Debit 1,5 Debit 1 L/menit L/menit
Debit 2 L/menit
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi IV
Gambar 3. Efisiensi Penurunan Kadar Mn
6
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
Muhammad Al Kholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand Dari gambar 3 (Grafik Efisiensi Penurunan Kadar Mn) di atas dapat dilihat bahwa penurunan kadar Mn paling tinggi dihasilkan dari debit 1 L/menit yaitu pada replikasi III yang mampu menurunkan kadar Mn sebesar 92%, Kadar Mn sebelum treatment yaitu 1,65 mg/L. Setelah mengalami treatment menjadi 0,13 mg/L. Sedangkan penurunan kadar Mn paling rendah dihasilkan dari debit 2 L/menit yaitu pada replikasi I yang tidak dapat menurunkan kadar Mn. Artinya kadar Mn sebelum dan sesudah treatment kadarnya sama. Hasil yang tidak stabil dari penurunan kadar Mn dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yaitu pada replikasi I dan II sempat terjadi penyumbatan pada saat proses treatment yang mempengaruhi kinerja filter dan media penyaring, sehingga media tidak dapat bekerja dengan optimal. Debit yang paling efektif dalam menurunkan kadar Mn yaitu debit 1 L/menit yang mencapai 92%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi debit aliran, semakin rendah penurunannya. Efisiensi penuruan kadar Mn menggunakan media Manganese Greensand terpadukan resin penukar ion adalah 99% (Rahmawati, 2016). Hasil yang didapatkan tidak sebesar pada penelitian sebelumnya, hal ini dikarenakan tidak ada pengolahan lebih lanjut menggunakan resin penukar ion. Proses pertukaran ion melibatkan reaksi kimia antara ion dalam fasa cair dengan ion dalam fasa padat. Ion-ion tertentu dalam larutan lebih mudah terserap oleh solid penukar ion, dan karena elektronetralitas harus dijaga, solid penukar melepas ion dan dipertukarkan ion dalam larutan. Dalam proses demineralisasi, maka sebagai contoh: kation Na+ dan anion Cl- disisihkan dari air dan solid resin melepas ion H+ untuk ditukar dengan ion Na+, serta OHditukar dengan Cl- dari air sehingga kandungan Na+ dan Cl- dalam air menjadi berkurang atau hilang (Lee,
2005). Meskipun hasil yang didapat tidak sebesar pada penelitian sebelumnya, tetapi sudah dapat memenuhi persyaratan baku mutu untuk TDS yang ditetapkan Permenkes Nomor 416 Tahun 1990. Mengacu pada temuan Rachmah, N dan Purwoto, S (2014) filter zeolit alam Manganese Green Sand dan zeolit teraktivasi dengan pemanasan, dimana reaktor yang digunakan memiliki ukuran tinggi 100 cm, kedalaman media 60 cm, diameter zeolit alam mess 16-7, diameter manganese green sand mess 30-12 dan diameter zeolit teraktivasi dengan pemanasan mess 16-7 diperoleh penurunan kandungan Mn rata-rata sebesar 0,099 mg/L dari 2,53 mg/L. terdapat perbedaan kemampuan removal Mn dengan penelitian tersebut karena adanya perbedaan perlakuan. KESIMPULAN Efisiensi penurunan TDS dan Mn yang paling efektif yaitu terjadi pada debit 1 L/menit. Hal ini dikarenakan semakin kecil debit aliran, maka semakin lama waktu kontak antara air baku dengan media, sehingga semakin besar efektivitas penurunannya. Debit 1 L/menit mampu menurunkan parameter TDS hingga 64% dan parameter Mn hingga 92%. Kadar TDS air baku sebelum treatment yaitu 1400 mg/L, setelah mengalami treatment menjadi 500 mg/L. Sedangkan kadar Mn sebelum treatment yaitu 1,65 mg/L, setelah mengalami treatment menjadi 0,13 mg/L. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Setyo Purwoto yang telah banyak membantu dalam penelitian dan memfasilitasi dalam penggunaan alat pengolahan air baku serta kepala laboratorium Teknik Lingkungan Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA) Surabaya atas fasilitas yang sudah disediakan selama penelitian.
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867
7
Muhammad Alkholif, Teguh Yudha M, & Sri Widyastuti : Tingkat Penyisihan Cemaran Air Sungai Menggunakan Coagulant Aid, Sediment Polypropylene, dan Manganese Greensand DAFTAR PUSTAKA Effendi, H.(2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Fahmi, A. N., 2012. “Pengaruh Variasi Debit Terhadap Efisiensi Penurunan Konsentrasi Besi dan Mangan pada Air Sumur Gali dengan Menggunakan Teknik Saringan Pasir Aktif.” Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Indonesia, Permenkes. (1990). PersyaratanAir Bersih, Nomor: 416/Menkes/Per/IX/199. Lee, C.C.,Lin, S.D., (2005). Handbook of Environmental Engineering. McGraw-Hill Publishing, Tokyo. Nugroho, W., Purwoto, S. (2013). “Removal Klorida, TDS dan Besi pada Air Payau Melalui Penukar Ion dan Filtrasi Campuran Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif.” Jurnal Teknik WAKTU Volume 11 Nomor 01 – Januari 2013 – ISSN: 1412-1867. Nurhayati, I., Purwoto, S. (2014a). “Pengolahan Air Payau Berbasis Kimiawi melalui Tekno Membran Reverse Osmosis (RO) Terpadukan dengan Koagulan dan Penukaran Ion.” Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-00-3. Nurhayati, I., Purwoto, S. (2014b). “The Combination of Coagulant Aid, Ion Exchanger, and Reverse Osmosis (RO) on Brackish Water Treatment.” Journal of Natural Sciences Research, ISSN 2224-3186 (Paper); ISSN 2225-0921 (Online) 4(24): 26-30. Purwoto, S., Purwanto, T., & Hakim, L. (2016). “Penjernihan Air Sungai Dengan Perlakuan Koagulasi, Filtrasi, Absorbsi dan Pertukaran Ion.” WAKTU, 13(2), 45-53. Purwoto, S., Sopandi, T., Kusuma, P.S.W., & Nurcahyanie, Y.D. (2014), “Removal Parameters of Clean Water using Treatment; Sediment PolyPropylene, CarbonBlock, Manganese Zeolite, Ion Exchange, and Reverse Osmosis(RO).” Journal of Environment and Earth Science 4(23),72- 77 Purwoto, S., Sutrisno, J. (2017), “Decreasing of Multiple Clean Water Parameters in River Water Treatment” Journal of Civil and Environmental Research 9(7), 1-6. Putri, A. D. N., Utomo, Y., & Kusumaningrum, I. K. (2013). “Analisis Kandungan Besi Di Badan Air Dan Sedimen Sungai Surabaya.” Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Negeri Malang. Malang. Qaswaini, A. (2017). “Penurunan Kadar Mangan (Mn) dalam air menggunakan Manganese Greensand dan Zeolit Terpadukan Resin.” Tugas Akhir Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Rachmah, N dan Purwoto, S. (2014). “Efektifitas Penurunan Mn dan Total Coliform pada Air Sumur Gali Berbasis Zeolit”. Jurnal WAKTU 12 (01) Halaman 1-7 Rahmawati, N., Sugito, S. (2016). “Reduksi Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Pada Air Tanah Menggunakan Media Filtrasi Manganese Greensand dan Zeolit Terpadukan Resin.” WAKTU, 13(2), 63-71. Said, N. I. (2011). “Metoda Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik.” Jurnal Air Indonesia, 1(3). Taffarel , S. R., Rubio, J. (2010). "Removal of Mn 2+ from Aqueous Solution by Manganese Oxide Coated Zeolite." Minerals Engineering 23(14): 1131-1138.
8
Jurnal Teknik WAKTU Volume 16 Nomor 01 – Januari 2018 – ISSN : 1412-1867