Kumpulan Soal OSCE THT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



IV.



DIVISI : OTOLOGI 1.



Penderita pria, 25 tahun, keluar cairan dari kedua telinga kumat-kumatan (kronis), sejak 5 tahun yang lalu. Gambar : perforasi membran timpani subtotal kanan dan kiri, basah. Jawab : I. Anamnesis a. Onset : sejak kapan? b. Lokasi : telinga mana (kanan/kiri/keduanya)? c. Kronologi : bagaimana kejadian dari awal sampai telinga keluar cairan d. Faktor memperberat dan memperingan : sudah berobat? e. Kualitas : sifat cairan (encer/kental), warna cairan, bau, seberapa sering keluar cairan, apakah sampai mengganggu aktivitas? f. Kuantitas : berapa banyak keluar cairannya? g. Penyerta (demam, batuk, pilek) h. Riwayat penyakit sebelumnya : waktu kecil pernah mengalami gangguan telinga, sering ISPA, alergi? i. Riwayat keluarga j. Riwayat sosial : sosioekonomi, lingkungan tempat tinggal II. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan otoskopi b. Tes fungsi pendengaran (untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran) c. Audiometri (untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran) : audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) ; Timpanometri d. Foto rontgen mastoid mastoid dengan proyeksi schuller e. Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga III. Penatalaksanaan a. Toilet telinga menggunakan H2O2 3% (tujuan : membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme) b. Antibiotik broad spectrum (topikal maupun sistemik) c. Timpanoplasti, bila sekret telah kering



V.



VI.



2.



Persiapan jika pasien akan dilakukan timpanoplasti a. Konsultasi interna dan anestesi b. Pemeriksaan lab (darah) c. Rontgen toraks Hasil tes pendengaran, jika menurut penderita pendengaran telinga kanan lebih baik dari kiri a. Tes bisik : b. Tes garputala : c. Audiometri : conduction hearing loss pada telinga kanan lebih baik d. Tes kalori : dengan air steril /rivanol - normal Masalah sosial yang dihadapi pasien jika tidak dioperasi a. Gangguan komunikasi b. Perasaan rendah diri c. Menurunnya kesempatan kerja



Jelaskan gambaran kolesteatoma dan fase OMSK maligna Jawab: Tanda OMSK maligna a. Perforasi marginal atau atik b. Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga) c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) d. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani e. Terlihat koleastoma pada telinga tengah f. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. Massa kolesteatoma ini akan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang (bersifat destruktif). Gambaran : amorf, konsistensi seperti mentega, warna putih.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)







3.



4.



Stadium Otitis Media Akut a. Stadium oklusi tuba eustachius. Tandanya : gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. b. Stadium hiperemis. Membran timpani tampak hiperemis (akibat pelebaran pembuluh darah) serta edem. c. Stadium supurasi. Edem pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah telinga luar. d. Stadium perforasi. Ruptur membran timpani dan nanah mengalir keluar dari telinga tengah ke telinga luar. e. Stadium resolusi. Bila MT tetap utuh maka keadaan MT perlahanlahan akan normal kembali. Bila MT sudah perforasi, sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Coba jelaskan bagaimana langkah-langkah pemeriksaan dengan menggunakan otoskop! a. Cara memakai lampu kepala :  Pasang lampu kepala, sesuaikan dengan lingkar kepala  Tabung lampu berada diantara kedua mata  Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata  Atur fokus lampu, diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm b. Cara duduk :  Penderita duduk di depan pemeriksa  Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita  Waktu memeriksa telinga yang kontralateral hanya posisi kepala penderita yang diubah. Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada posisi semula c. Cara memegang telinga :  Kanan: aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE



d.



e.



5.



Kiri: aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior. Cara memegang otoskop :  Pilih spekulum telingan yang sesuai dengan besar lumen MAE  Nyalakan lampu otoskop  Masukkan spekulum telinga pada MAE Deskripsikan membran timpani yang dilihat :  Warna  Permukaan  Refleks cahaya  Abnormal : sikatriks, perforasi, ruptur



Lakukan pemeriksaan garpu tala (Rinne, Weber, dan Schwabach) pada manekin!



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



DIVISI : AUDIOLOGI



1.



Pada anak : a. b. c. d. e.



Seorang pria dengan gangguan pendengaran dan didapatkan perforasi membran timpani kanan lebih berat dari kiri. Berdasarkan ilustrasi kasus bagaimanakah hasil tes tajam pendengaran yang meliputi tes berbisik, tes Weber, Schwabach, Rinne, batas atas dan batas bawah serta audiometrinya? Jawab: 3. No 1



2 3 4 5 6



2.



Pemeriksaan Suara bisik



Rinne Weber Schwabach Batas atas Batas bawah Audiometri (tuli konduksi)



Kanan 26 dB BC ≤ 26 dB ABG > 10 dB



Kiri >6m



Behavioral observation audiometric (BOA) Timpanometri Play audiometry OAE BERA



Gangguan keseimbangan ada 2, yaitu sentral dan perifer. Sebutkan perbedaannya! Perbedaan Onset Durasi Pengaruh gerakan kepala Gejala otonom (mual, muntah, keringat) Tuli / gejala pendengaran Gangguan kesadaran Nystagmus Kelainan neurologis Intensitas Hubungan dengan penyakit lain



Memanjang Normal Naik AC > 26 dB BC ≤ 26 dB ABG > 10 dB



Sebutkan macam-macam tes fungsi pendengaran! Jawab : a. Tes Bisik b. Tes Garputala (Rinne, Weber, Schwabach, batas atas, batas bawah) c. Tes audiometri  Subjektif: audiometri nada murni, audiometri tutur, audiometri bekessy  Objektif: audiometri impedans (timpanometri), BERA, OAE



Perifer Paroksimal (sesaat) Menit-minggu + +



Sentral Segera (menetap) Minggu-bulan -



+ + Ringan-berat -



+ +/- vertikal + Ringan +



4.



Apa keistimewaan organ keseimbangan dengan organ lain? a. Selalu mengirim impuls walaupun tanpa rangsangan b. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem lain (mata, serebelum, proprioseptif lain) c. Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap konsentrasi O2 dan darah



5.



Jelaskan bagaimana melakukan tes keseimbangan tanpa alat khusus! a. Uji Romberg: berdiri, lengan dilipat di dada, mata ditutup, pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik. b. Uji berjalan (Stepping test) : berjalan ditempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari 30o berarti sudah terdapat gangguan keseimbangan.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



c.



Past pointing test : penderita diminta untuk mengangkat salah satu tangan (bisa juga keduanya) keatas, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk pemeriksa dengan mata terbuka maupun tertutup.



6.



Tanda-tanda gangguan keseimbangan ringan: a. Nadi cepat dan lemah disertai kelemahan secara umum b. Jantung berdebar c. Keringat dingin d. Mual sampai muntah e. Konsentrasi menurun



7.



Skrining pendengaran bayi baru lahir adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran pada bayi baru lahir. Baku emas pemeriksaan adalah OAE dan Automated Auditory Brainstem Response (AABR).



8.



Pemeriksaan pendengaran yang bersifat objektif  Audiometri impedans / Timpanometri  Evoked response audiometry / BERA  Oto Acoustic Emission (OAE)



9.



Pemeriksaan pendengaran yang bersifat subjektif  Tes SISI (short increment sensitivity index)  Tes ABLB (alternate binaural loudness)  Tes kelelahan (tone decay)  Audiometri tutur (speech audiometry)  Audiometri Bekesy



10.



Tuli Konduktif : terdapat gangguan hantaran suara disebabkan oleh gangguan (kelainan atau penyakit) di telinga luar atau telinga tengah. Seorang dengan tuli konduksi sering merasakan  Kelainan telinga luar : otalgia, atresia liang telinga, sumbatan serumen, OE sirkumskripta, OE difusa, OE maligna, osteoma liang telinga.  Kelainan telinga tengah : sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



11.



Tuli Sensorineural : ketidakmampuan fungsi pendengaran karena kerusakan telinga dalam (tuli saraf / tuli perseptif). Terbagi atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea.  Tuli sensorineural koklea disebabkan: aplasia, labirinitis, intoksikasi obat ototoksik atau alkohol, tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan pemaparan bising.  Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neoroma akustik, tumor sudut pons serebellum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



DIVISI : RHINOLOGI 1.



Pasien dengan keluhan pilek-pilek sejak lama, kental, dan berbau. Kemudian dilakukan anamnesis yang lebih rinci, pada pasien juga ditemukan sakit menelan. Jawab : I. Anamnesis a. Apakah keluhan tersebut terjadi pada satu hidung atau keduanya? b. Apakah disertai nyeri di kepala dan pipi? c. Apakah terasa nyeri disekitar mata, gigi, atau telinga? d. Bila tidur dengan posisi kepala sisi berlawanan, dari hidung tersebut keluar ingus? e. Apakah ada demam? f. Apakah ada batuk? g. Apakah ada gangguan pendengaran? II. Prosedur pemeriksaan yang perlu dilakukan a. Pemeriksaan fisik  Rinoskopi anterior: apakah mukosa hidung hiperemis dan edema; apakah terdapat sekret mukopurulen di meatus nasi media dan superior; konfirmasi dengan posture test (pemeriksaan sinusitis)  Rinoskopi posterior: apakah ada post nasal drip b. Pemeriksaan penunjang  Foto polos waters: dilakukan bila ada kecurigaan adanya cairan di sinus  Transiluminasi : pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap, alat dimasukkan ke rongga mulut  sinar keluar/terlihat di rongga sinus (normal: pipi-tipis ; infeksi: pipi-tebal,suram). Pemeriksaan bermakna jika 1 suram dan 1 terang, jika keduanya suram belum tentu.  Pungsi sinus maksilaris : apakah keluar pus  Sinuskopi: apakah terlihat pus atau jaringan abnormal pada sinus yang diperiksa  Pemeriksaan mikrobiologis  CT scan: kecurigaan komplikasi orbita  MRI: kecurigaan komplikasi intrakranial



2.



Anamnesis pada kelainan hidung Jawab : a. Apa keluhannya? (hidung tersumbat, bersin, rinore, epistaksis, gangguan penghidu  masing-masing deskripsikan) b. Pada satu atau kedua hidung? c. Sejak kapan? d. Apakah dipengaruhi cuaca/stress/debu/makanan? e. Apakah ada sakit kepala, sakit di pipi? f. Apakah ada gatal di mata? g. Apakah ada gangguan: pendengaran; pernafasan; pencernaan; sengau?



3.



Seorang wanita berumur 53 tahun datang dengan keluhan hidung buntu pada kedua sisi sejak 2 tahun yang lalu. Penderita datang setelah secara tidak sengaja melihat ada benda putih yang menyumbat kedua hidung, disertai adanya ingus yang kental. Sebutkan urut-urutan pemeriksaan pada penderita ini. Jawab: I. Pemeriksaan dari luar a. Inspeksi:  Kerangka dorsum nasi: lebar (polip nasi), miring (fraktur), “saddle nose” pada Lues, “lorgnette nose” (pada abses septum nasi)  Luka-luka, warna, edema, ulkus naso labial  Bibir atas: maserasi akibat sekresi dari sinusitis, adenoiditis b. Palpasi:  Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)  Ala nasi: sangat aktif pada furunkel vestibulum nasi  Regio frontalis untuk sinus frontalis: - Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibu jari, tekan kea rah medio-superior, dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri=kanan). Nilai: mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit ialah sinus yang patologis. Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari, tekan ke arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris, pada tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen supra orbitalis sebab disana ada N. supraorbitalis. Nilai: seperti diatas.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



c.



 Fosa kanina (untuk sinus maksilaris): syarat-syarat seperti di atas, tetapi jangan tekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada N. infraorbitalis. Perkusi  Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat diganti dengan perkusi  Syarat-syarat buat palpasi juga berlaku buat perkusi



II. Rinoskopi anterior a. Memeriksa vestibulum nasi : bibir atas (maserasi), pinggir lubang hidung (kruste, merah), posisi septum nasi) b. Memeriksa kavum nasi bagian bawah : warna mukosa dan konka inferior (hiperemi, pucat, biru), besar kavum nasi, lantai kavum nasi, sekret, septum deviasi (bentuk krista atau spina) c. Memeriksa fenomena palatum mole  Px mengucapkan huruf “iiii”. Positif : pada waktu mengucapkan “iiii” palatum mole bergerak, akan tampak benda gelap yang bergerak ke atas. Gelap karena cahaya lampu tidak tegak lurus pada palatum mole. Selesai mengucapkan “iiii” palatum mole bergerak ke bawah dan tampak sebagai benda gelap menghilang ke arah bawah. Fenomena palatum mole “negative” pada : Paralisa palatum mole (post difteri) Spasmus dari palatum mole (abses peritonsil) Sikatrik Tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses retrofaring, adenoid) d. Memeriksa kavum nasi bagian atas (kepala ditengadahkan)  Perhatikan: kaput dari konka media, meatus medius (pus, polip), septum bagian atas (mukosa, posisi), fissure olfaktoria, e. Memeriksa septum nasi (seluruhnya)  Septum deviasi berbentuk spina septi, Krista septi, huruf S. III. Rinoskopi posterior a. Tahap I: pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koana, dan tuba kanan b. Tahap II: koana dan tuba kiri c. Tahap III: atap nasofaring d. Tahap IV: kauda konka inferior



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



4.



Sebutkan keluhan-keluhan pada hidung yang menyebabkan penderita datang berobat ke poliklinik THT Jawab: a. Sumbatan hidung b. Sekret di hidung c. Bersin d. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala e. Perdarahan dari hidung f. Gangguan penghidu



5.



Pasien usia 6 tahun mengeluh pilek dengan sekret kental yang tidak sembuh-sembuh, dari anamnesia lebih lanjut diketahui bahwa pasien juga sakit saat menelan dan mengorok saat tidur. Apa kemungkinan diagnosis dan prosedur pemeriksaan THT dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. I. Anamnesis : sama dengan nomor 1 II. Prosedur pemeriksaan THT : sama dengan nomor 1 III. Pemeriksaan penunjang : sama dengan nomor 1 IV. Kemungkinan diagnosis : Sinusitis



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



DIVISI : ALERGI IMUNOLOGI 1.



Pasien laki-laki, 20 tahun mengeluh sering pilek-pilek saat bangun pagi dan juga alergi terhadap debu. Jawab: a. Anamnesis yang diperlukan/ gejala klinis:  Bersin berulang >5x tiap serangan  Serangan terutama pagi hari atau kontak dengan udara sejuk  Ingus sangat encer, bening, tidak berbau, dan banyak  Hidung tersumbat  Rasa gatal pada hidung, mata, dan palatum mole  Lakrimasi  Riwayat alergi dalam keluarga  Riwayat kontak dengan debu dan allergen lainnya b.



Pemeriksaan fisik yang dilakukan:  Rinoskopi anterior : mukosa edema, basah, pucat, sekret encer, pembengkakan konka, kadang ada deviasi septum dan polip nasi



c.



Bagaimana cara mengindari atau mengurangi debu di rumah penderita? Jawab:  Hindari kontak dengan debu  Ganti kasur atau bantal kapuk dengan busa  Sprei atau bantal dicuci dengan air hangat  Memakai masker saat bersih-bersih  Lantai langsung dipel, tidak usah disapu dulu  Menyiram halaman rumah



d.



Pemeriksaan penunjang yang diperlukan:  Uji kulit (uji gores, uji cukit, Skin End-point Titration/SET)  Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST atau ELISA  Pemeriksaan sitologi hidung (pemeriksaan sekret hidung eosinophil count)  Rontgen Waters



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



e.



Penanganan rhinitis alergi  Menghindari dan mengurangi allergen  Medikamentosa  simptomatis (antihistamin, dekongestan, steroid, ipratropium bromide, sodium kromoglikat, operatif, konkotomi jika kauterisasi dengan AgNO3 25% atau triklor asetat gagal; imunoterapi: desensitisasi dan hiposensitisasi)  Menjaga kondisi tubuh (olahraga, makan teratur, istirahat cukup)



f.



Klasifikasi rhinitis alergi:  Menurut WHO initiative ARIA tahun 2001, berdasarkan sifat berlangsungnya: intermiten/kadang-kadang (terjadi < 4 hari/minggu atau < 4 minggu), persisten/menetap (terjadi > 4 hari / minggu, atau > 4 minggu)  Berdasarkan tingkat beratnya penyakit: ringan (jika tidak ada gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, olahraga, belajar, bekerja, dll); sedang-berat (jika ada 1 atau lebih dari gangguan tersebut)  Berdasarkan sifat berlangsungnya: musiman dan sepanjang tahun



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



b. c.



DIVISI : FARING-LARING 1.



Seorang usia dewasa mengeluh terdapat bengkak pada leher sebelah kanan mulai dari 6 bulan yang lalu, diperberat lagi pada saat menelan makanan dan menghirup bau bauan (ada gambar) Jawab: I. Anamnesis a. Bengkak sejak kapan? b. Dimana awalnya bengkak? c. Apakah pembengkakan diawali pada satu sisi dulu atau langsung keduanya muncul? d. Apakah bengkaknya sempat mengempis? e. Apakah terdapat pembengkakan selain di tempat yang dikeluhkan pertama tadi? Pada pasien pria, tanya apakah ada pembengkakan pada buah zakar atau testisnya juga? f. Jenis makanan yang memperberat gejala? g. Jenis bau-bauan yang memperberat gejala? h. Apa ada demam? (kalau ada berapa lama, panasnya berapa) i. Apa ada keluhan lain seperti nyeri otot, sakit kepala, penurunan nafsu makan, kaku pada rahang, dan nyeri pada saat menelan j. Tanyakan riwayat kontak dengan penderita gondong di rumah atau tetangga (penularang bisa melalui kontak langsung dari percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin) II. Pemeriksaan fisik, yang diperhatikan: a. Vital sign: suhu (38,5-39,5oC), keadaan umum bervariasi tergantung system imun dan masa inkubasi penyakitnya) b. Keluhan nyeri di daerah parotis dan disertai pembesaran c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas untuk beraktivitas d. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid) III. Pemeriksaan penunjang : CBC (parotitis)  clinical diagnosis



IV. Penanganan a. Istirahat selama membengkak



penderita



demam



dan



kelenjar



(parotitis)



2.



Antipiretik dan analgesik : parasetamol  simptomatis Dirujuk ke THT sub divisi faring laring



Anak laki-laki usia 8 tahun dikeluhkan orangtuanya tidur ngorok dan sering pilekpilek Jawab: I. Anamnesis a. Sejak kapan? b. Pilek atau tidur ngorok yang lebih dulu? c. Pilek pada satu hidung atau kedua hidung? d. Pilek hilang timbul atau terus menerus? Ada yang memperberat? e. Ingus encer atau kental? Bau atau tidak? Hidung tersumbat? f. Ngorok hilang timbul atau terus menerus? Apa yang memperberat? g. Apakah sering mengalami ISPA? h. Apakah sering bernafas lewat mulut? i. Apakah anak mengalami retardasi mental dan pertumbuhan fisik berkurang? j. Apakah ada keluhan di telinga? k. Apakah ada gangguan pada tenggorok dan saluran nafas (faringitis, brokitis)? II. Pemeriksaan Fisik: a. Rinoskopi anterior: melihat tertahannya gerakan velum palatum mole pada waktu fonasi b. Rinoskopi posterior: terlihat adanya massa (pada anak biasanya sulit) c. Pemeriksaan digital: perabaan daerah nasofaring dengan jari III.



Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan radiologi-foto lateral kepala



IV.



Indikasi adenotonsilektomi:  Serangan tonsillitis lebih dari tiga kal per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat  Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



     



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



c.



Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus  hemoliticus. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan Otitis media efusa / otitis media supuratif (Sumber : Buku THT FK UI Edisi Ketujuh)



3.



Penderita anak-anak 2 tahun datang dengan sesak nafas dan suara tangisnya serak. Ada gambar : tampak cekungan di dada pada waktu inspirasi Jawab: I. Anamnesis 1. Kapan kejadian? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? 2. Bagaimana awalnya bisa sesak? Apa ada memasukkan benda/makanan ke dalam mulut? Benda apa? Ukurannya? 3. Apa ada batuk atau tersedak tiba-tiba? 4. Ada muntah? Apa yang dimuntahkan? Ada perdarahan? 5. Ada usaha untuk mengeluarkan benda tersebut? 6. Sudah makan / minum? II. III. IV.



4.



Pelaksanaan:  Anestesi faring dengan tetrakain (tunggu 10 menit). Pada umumnya anestesi ini tak diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat sensitif.  Mulut harus dibuka lebar-lebar, harus bernafas dari mulut  Penderita diminta menjulurkan lidahnya panjang-panjang  Bagian lidah yang ada diluar mulut dibungkus dengan kain kasa dan dipegang dengan tangan kiri. Jari I di atas lidah, jari III di bawah lidah, dan jari II menekan pipi.  Dipegang dengan tenaga yang optimal.  Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil, arah cermin ke bawah  Cermin dipanasi (lebih sedikit dari 37oC), supaya nanti tidak menjadi kabur  Panas cermin dikontrol dengan menyentuhkan pada kulit lengan bawah kiri pemeriksa  Cermin dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula  Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung cermin, cermin disinari. Yang diperhatikan :  



Apabila ada sianosis pasien berada pada stadium 4 Pemeriksaan penunjang : laringoskopi langsung (anak) Penanganan penderita stadium 4 : krikotirotomi



Laringoskopi indirect : a. Alat: cermin laringoskop yang besar, lampu spiritus, larutan tetrakain buat faring yang sensitive, kain kasa yang dilipat b. Tahap pemeriksaan:  Memeriksa radiks linguae, epiglottis, dan sekitarnya  Memeriksa lumen laring dan rima glotidis  Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotidis



 5.



Tahap 1: Radiks linguae, epiglottis yang menutup introitus laringis, plika glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan Tahap 2: anatomi laring berupa epiglotis dan pinggirnya, aritenoid kiri dan kanan, plika ari-epiglotika kiri dan kanan, sinus piriformis kiri dan kanan, dinding posterior dan dinding lateral faring, plika ventrikularis kiri dan kanan, komisura anterior dan posterior, korda vokalis kiri dan kanan. Tahap 3: trakea



Penyebab disfonia:  Radang  Tumor (neoplasma)  Paralisis otot-otot laring  Sikatriks akibat operasi  Fiksasi pada sendi krikoaritenoid



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



  



6.



Trauma laring Gangguan psikis Kongenital



Penderita laki-laki 26 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok yang luar biasa. Berat badannya menurun secara tajam dan ada riwayat batuk lama. I. Anamnesa apa yang perlu ditambahkan? Jawab: a. Nyeri sejak kapan? Sudah berapa lama? b. Nyeri yang dirasa seperti apa? c. Nyeri tenggorokan terus menerus atau hilang timbul? d. Batuk sudah berapa lama? Berdahak atau kering? Kalau berdahak, warnanya seperti apa? e. Gejala penyerta (otalgia)? f. Riwayat pengobatan? g. Keluarga, tetangga, orang di lingkungan kerja ada yang menderita penyakit yang sama? h. Pekerjaannya apa? Aktivitas sehari-hari apa? i. Lingkungan tempat tinggal bagaimana? II. Pemeriksaan fisik yang dikerjakan? Jawab: a. Pemeriksaan keadaan umum (vital sign) b. Pemeriksaan status lokal THT c. Pemeriksaan kelenjar limfa III. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan? Jawab: a. Pemeriksaan sputum basil tahan asam b. Foto toraks (untuk melihat adanya tuberculosis paru) c. Biopsy jaringan yang terinfeksi (untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di jaringan) IV. Apa diagnosis dan penanganannya? DD: Faringitis tuberculosis Terapi : sesuai dengan terapi tuberculosis paru



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



DIVISI : BRONKO-ESOFAGOLOGI 1.



Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ke UGD oleh orangtuanya dikeluhkan muntah-muntah dan sakit menelan setelah menelan uang logam. Jawab: I. Anamnesis a. Kapan kejadiannya? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? b. Dimana dirasakan mengganjal? c. Bagaimana awal kejadiannya (kronologisnya)? d. Berapa besar uang logamnya (uang logam berapaan)? e. Ada keluhan batuk/tersedak/ sesak/biru(sianosis)? f. Ada muntah? g. Ada usaha untuk mengeluarkan benda tersebut (mengambil dengan tangan)? h. Ada makan / minum setelah kejadian? II. Pemeriksaan fisik a. Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif b. Ronkhi, mengi (wheezing), demam III. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa: a. Tes minum b. Foto esophagus (Cervical AP Lateral) c. Foto toraks AP IV. Indikasi esofagoskopi a. Diagnostik: swab esophagus b. Terapi: korpal di esophagus c. Diagnostik dan terapi : koral di trakeo bronchial V. Penanganan Benda asing di esophagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi (1 kali 24 jam) dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilaki adanya kelainankelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



2.



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



Seorang pasien dikeluhkan sulit menelan sejak lama, kumat-kumatan. Sejak 3 hari yang lalu tidak bisa menelan air. Jawab: I. Anamnesis a) Jenis makanan apa yang menyebabkan disfagia? b) Apakah kesulitan menelan makanan padat dan cair terjadi dalam waktu bersamaan atau progresif? c) Sejak kapan? Berapa lama? d) Dimana lokasi terasa sumbatan? e) Apa gejala lain yang menyertai disfagia (penurunan BB)? II. Diagnosis penyakit yang dicurigai : jika terjadi secara progresif  disfagia mekanik III. Penyebab disfagia : a. Disfagia mekanik (penyempitan lumen esophagus)  Massa tumor atau benda asing  Keradangan mukosa esophagus  Striktur lumen esophagus  Penekanan lumen esophagus dari luar (pembesaran kelenjar timus, tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta) b. Disfagia motorik (kelainan neuromuscular yang berperan dalam proses menelan  Lesi di pusat menelan di batang otak  Kelainan saraf otak nervus 5, 7, 9, 10, 11  Kelumpuhan otot faring dan lidah  Akalasia esophagus  Spasme difus esophagus c. Disfagia oleh karena gangguan emosi IV.



Pemeriksaan penunjang a. Esofagoskopi b. Rontgen esophagus dan dengan kontras c. Fluoroskopi d. Pemeriksaan manometrik



V.



Penanganan pada pasien tersebut bila pada pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran ekor tikus: a. Sifat terapi pada akalasi adalah paliatif, karena fungsi peristaltic esophagus tidak dapat dipulihkan kembali b. Diet tinggi kalori c. Medikamentosa (preparat hunt, antikolinergik, penghambat adrenergic, nifedipine-calcium antagonist) d. Tindakan dilatasi dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller) e. Psikoterapi



3.



Seorang anak berusia 5 tahun, makan rempeyek kacang. Kemudian tiba-tiba sesak dan batuk, lalu dibawa ke rumah sakit. a. Apa yang terjadi pada anak tersebut? Jawab : Rempeyek kacang masuk ke saluran nafas b. Apa diagnosis pastinya? Jawab: Benda asing di trakeo-bronkus atau di saluran nafas c. Jika diperlukan endoskopi, apa indikasinya? Jawab: Diagnosis dan terapi



4.



Bayi usia 9 bulan dibawa ke UGD oleh orangtuanya dengan keluhan sesak, gelisah, dan batuk-batuk. Sebelumnya bayi makan dan tiba-tiba tersedak. Jawab: Kemungkinan ada sesuatu yang masuk ke saluran nafas (bronkus), dan bisa kemungkinan ada aspirasi. I. Anamnesis a. Kapan kejadiannya? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? b. Apa ada sesak? Kapan mulai sesak? Berapa lama? c. Bagaimana awalnya bisa sesak? d. Dikasih makan apa? e. Apa sempat batuk atau tersedak tiba-tiba? f. Apa ada muntah? Muntah apa? Warna muntah? g. Ada alergi makanan/debu/dll? h. Sebelumnya pernah mengalami seperti ini?



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



II. Pemeriksaan fisik Karena pasien bayi belum bisa dievaluasi lebih jauh seperti orang dewasa lakukan dulu inspeksi : liat tanda sianosis III. Bagaimana menegakkan diagnosis? Perlu bronkoskopi, kalau ada kecurigaan aspirasi dapat dilakukan fleksibel endoskopi. Bila sesak dirasakan sangat berat, dilakukan tindakan emergensi seperti intubasi 5.



Seorang ibu usia 45 tahun mengeluh gangguan menelan yang terjadi kumatkumatan disertai dengan nyeri di dada dan epigastrium. Kadang-kadang terjadi regurgitasi. I. Anamnesis a) Jenis makanan apa yang menyebabkan disfagia? b) Apakah kesulitan menelan makanan padat dan cair terjadi dalam waktu bersamaan atau progresif? c) Sejak kapan? Berapa lama? d) Dimana lokasi terasa sumbatan? e) Apa gejala lain yang menyertai disfagia (penurunan BB)? II. Pemeriksaan penunjang a. Esofagoskopi b. Rontgen esophagus dan dengan kontras c. Fluoroskopi d. Pemeriksaan manometrik III. Kelainan yang dicurigai (DD) : Akalasia, penyakit chagas, skleroderma IV. Diagnosa kerja, berdasarkan adanya gambaran radiologi berupa penyempitan di bagian distal esophagus menyerupai ekor tikus : Akalasia V. Penanganan a. Sifat terapi pada akalasi adalah paliatif, karena fungsi peristaltik esophagus tidak dapat dipulihkan kembali b. Diet tinggi kalori c. Medikamentosa (preparat hunt, antikolinergik, penghambat adrenergic, nifedipine-calcium antagonist) d. Tindakan dilatasi dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller)



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)



e. 6.



Psikoterapi



Seorang perempuan, 19 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan muntah-muntah, saliva menetes disertai luka bakar pada bibir dan mulutnya. Pasien mengeluh nyeri menelan, tidak bisa makan dan minum. Terjadi mendadak setelah dimarahi orang tuanya. Jawab: I. Anamnesis a. Sejak kapan? b. Bagaimana awal kejadiannya (kronologis)? c. Ada menelan zat kimia (asam kuat, basa kuat, zat organik)? Jenisnya apa? Berapa banyak? Berapa lama kontak dengan dinding esophagus? Sengaja atau tidak? Sempat dimuntahkan? d. Ada demam/batuk/tersedak/sesak? II. Pemeriksaan penunjang a. Esofagoskopi (dilakukan pada hari ketiga setelah kejadian atau bila luka bakar di bibir, mulut, dan faring sudah tenang) : melihat adanya luka bakar di esophagus (mukosa yang hiperemis, edema, dan kadang-kadang ditemukan ulkus) b. Foto rontgen toraks PA lateral : mendeteksi adanya mediastinitis atau aspirasi pneumoni c. Esofagogram (pemeriksaan rontgen esophagus dengan kontras barium) : dibuat jika ada kecurigaan perforasi akut esophagus atau lambung serta rupture esophagus akibat trauma tindakan, atau setelah minggu kedua untuk melihat ada tidaknya striktur esophagus dan diulang setelah 2 bulan (evaluasi). d. Pemeriksaan laboratorium: elektrolit darah (jika terdapat tandatanda gangguan elektrolit) III.



Kemungkinan diagnosa : Esofagitis korosif fase akut



IV.



Penanganan fase akut a. Perawatan umum :  Jika ada gangguan keseimbangan elektrolit berikan infuse aminofusin 600 2 botol, glukosa 10% 2 botol, NaCl 0,9% + KCl 5 Meq/liter 1 botol  Untuk melindungi selaput lender esophagus bila muntah dapat diberikan susu atau putih telur



PUTRI ULI SAKTINA (1102005056)







Jika zat korosif yang tertelah diketahui jenisnya (