Soal Osce THT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DIVISI OTOLOGI 1. Penderita pria, 25 tahun, keluar cairan dari kedua telinga kumat-kumatan (kronis), sejak 5 tahun yang lalu. Gambar : perforasi membran timpani subtotal kanan dan kiri, basah. Jawab : I. Anamnesis a. Onset : sejak kapan? b. Lokasi : telinga mana (kanan/kiri/keduanya)? c. Kronologi : bagaimana kejadian dari awal sampai telinga keluar cairan d. Faktor memperberat dan memperingan : sudah berobat? e. Kualitas : sifat cairan (encer/kental), warna cairan, bau, seberapa sering keluar cairan, apakah sampai mengganggu aktivitas? f. Kuantitas : berapa banyak keluar cairannya? g. Penyerta (demam, batuk, pilek), gangguan pendengaran? h. Riwayat penyakit sebelumnya : waktu kecil pernah mengalami gangguan telinga, sering batuk pilek? Dulu pernah keluar cairan? i. Riwayat keluarga : ada riwayat penyakit yang sama? j. Riwayat sosial : Kebiasaan mengurek telinga, membersihkan telinga dengan air? Apakah sering berenang? II. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan otoskopi b. Tes fungsi pendengaran (untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran) c. Audiometri (untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran) : audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) ; Timpanometri d. Foto rontgen mastoid dengan proyeksi schuller e. Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga III. Penatalaksanaan a. Toilet telinga menggunakan H2O2 3% (tujuan : membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme) b. Antibiotik broad spectrum (topikal maupun sistemik) c. Timpanoplasti, bila sekret telah kering KIE hindari telinga terkena air, jika ada infeksi di hidung, maupun tenggorokan akan kambuh lagi IV. Persiapan jika pasien akan dilakukan timpanoplasti a. Konsultasi interna dan anestesi b. Pemeriksaan lab (darah lengkap, ptt aptt), fungsi hati, fungsi ginjal, c. Rontgen toraks V. Hasil tes pendengaran, jika menurut penderita pendengaran telinga kanan lebih baik dari kiri b. Tes garputala : tes Rinne AD(-) AS (-), tes weber (lateralisasi ke AD dan AS), tes swabach AD AS memanjang c. Audiometri : derajat conduction hearing loss pada telinga kanan lebih baik VI. Masalah sosial yang dihadapi pasien jika tidak dioperasi a. Gangguan komunikasi b. Perasaan rendah diri c. Menurunnya kesempatan kerja 2. Jelaskan gambaran kolesteatoma dan fase OMSK maligna Jawab: Tanda OMSK maligna a. Perforasi marginal atau atik b. Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga) c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) d. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani e. Terlihat koleastoma pada telinga tengah f. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. Massa kolesteatoma ini akan mendesak



organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang (bersifat destruktif). Gambaran : amorf, konsistensi seperti mentega, warna putih. 3. Stadium Otitis Media Akut a. Stadium oklusi tuba eustachius. Tandanya : gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. b. Stadium hiperemis. Membran timpani tampak hiperemis (akibat pelebaran pembuluh darah) serta edem. c. Stadium supurasi. Edem pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah telinga luar. d. Stadium perforasi. Ruptur membran timpani dan nanah mengalir keluar dari telinga tengah ke telinga luar. e. Stadium resolusi. Bila MT tetap utuh maka keadaan MT perlahan-lahan akan normal kembali. Bila MT sudah perforasi, sekret akan berkurang dan akhirnya kering. 4. Coba jelaskan bagaimana langkah-langkah pemeriksaan dengan menggunakan otoskop! a. Cara memakai lampu kepala : Pasang lampu kepala, sesuaikan dengan lingkar kepala Tabung lampu berada diantara kedua mata Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata Atur fokus lampu, diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm b. Cara duduk : Penderita duduk di depan pemeriksa Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita Waktu memeriksa telinga yang kontralateral hanya posisi kepala penderita yang diubah. Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada posisi semula c. Cara memegang telinga : Kanan: aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE Kiri: aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior. d. Cara memegang otoskop : Pilih spekulum telingan yang sesuai dengan besar lumen MAE Nyalakan lampu otoskop Masukkan spekulum telinga pada MAE e. Deskripsikan membran timpani yang dilihat : Warna Permukaan Refleks cahaya Abnormal : sikatriks, perforasi, ruptur 5. Lakukan pemeriksaan garpu tala (Rinne, Weber, dan Schwabach) pada manekin! 6. Membran timpani kanan pada anak dan alat. Sebutkan terapi? Miringotomi + pemasangan goormet tube untuk drainase sekret pada pasien otitis media efusa



DIVISI RINOLOGI 1.



Seorang pasien berusia 43 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari hidung sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan tidak terlalu deras tapi tidak dapat berhenti sendiri. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala. Pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan : Anamnesis : Apakah darah tiba tiba keluar sendiri atau didahului dengan mengurek hidung atau terbentur sesuatu? Apa yang dilakukan untuk menangani perdarahan? Apa ada gejala lain selain sakit kepala? Seperti telinga berdenging, hidung tersumbat, pandangan double, demam, ada bintik kemerahan dikulit? Apakah pernah mengalami hal seperti sebelumnya? Tindakan apa yang dilakukan? Riwayat penyakit sistemik seperti HT, gangguan darah? Jika ada HT apakah terkontrol dengan obat? Riwayat penyakit sistemik dikeluarga? Pemeriksaan : Vital sign (tekanan darah, suhu tubuh, respirasi, denyut nadi, vas) Inspeksi : darah keluar dari kedua hidung? Ada luka akibat trauma? Deformitas tulang hidung Palpasi : ada krepitasi? Pemeriksaan rinoskopi anterior : bersihkan stolsel, evaluasi asal perdaahan, Pemeeriksaan faring untuk melihat aliran darah yang jatuh ke belakang Tindakan : Stabilisasi ABC jika perdarahan di anterior lakukan tampon anterior dengan kapas atau kasa berisi adrenalin yang telah diencerkan (1:200.000) pada hidung yang berdarah evaluasi 15 menit, jika masih berdarah dapat dilakukan pemasangan tampon permanen dengan menggunakan kasa pita dengan diisi vaselin atau antibiotic salep, tampon dipertahanan selama 2x24 jam, setelah itu dievaluasi sambil dicari etiologinya, jika setelah dua hari perdarahan tidak berhenti, diterapi etiologinya atau bisa dilakukan intervensi bedah. Jika ada riwayat HT dan ada perdarahan di posterior lakukan tampon posterior.



2.



Pasien dengan keluhan pilek-pilek sejak lama, kental, dan berbau. Kemudian dilakukan anamnesis yang lebih rinci, pada pasien juga ditemukan sakit menelan. Jawab : I. Anamnesis Sejak kapan pileknya? Sejak kapan mulai pilek berbau? Apakah keluhan tersebut terjadi pada satu hidung atau keduanya? Bagaimana kronologinya? Apakah pileknya terus menerus atau saat ada debu atau saat cuaca dingin? APakah sudah pernah berobat? Kapan pilek tersebut memberat? Apakah disertai nyeri di kepala dan pipi? Apakah ada terasa mengganjal di tenggorokan? Ada gangguan penciuman? Bila tidur dengan posisi kepala sisi berlawanan, dari hidung tersebut keluar ingus? Ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama? Apakah ada riwayat infeksi gigi? Riwayat sosial : bagaimana keadaan lingkungan rumah? Apakah berdebu? II. Prosedur pemeriksaan yang perlu dilakukan a. Pemeriksaan fisik Rinoskopi anterior: apakah mukosa hidung hiperemis dan edema; apakah terdapat sekret mukopurulen di meatus nasi media dan superior; konfirmasi dengan posture test (pemeriksaan sinusitis) Rinoskopi posterior: apakah ada post nasal drip b. Pemeriksaan penunjang Foto polos waters: dilakukan bila ada kecurigaan adanya cairan di sinus Transiluminasi : pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap, alat dimasukkan ke rongga mulut sinar keluar/terlihat di rongga sinus (normal: pipi-tipis ; infeksi: pipi-tebal,suram). Pemeriksaan bermakna jika 1 suram dan 1 terang, jika keduanya suram belum tentu. CT scan sinus paranasalis untuk melihat rongga sinus dan rongga hidung



3.



Anamnesis pada kelainan hidung



Jawab : a. Apa keluhannya? (hidung tersumbat, bersin, rinore, epistaksis, gangguan penghidu deskripsikan) b. Sejak kapan? Pada satu atau kedua hidung? d. Apakah dipengaruhi cuaca/stress/debu/makanan? e. Apakah ada sakit kepala, sakit di pipi? g. Apakah ada gangguan: pendengaran; pernafasan; pencernaan; sengau?



masing-masing



Jawaban panjang : Keluhan utama? Hidung tersumbat, bersin, rinore, epiktasis, gangguan penghidu 1. Sumbatan pada hidung Apakah terjadi pada satu sisi atau keduanya? Sudah berapa lama mengalami, apakah terus menerus atau hilang timbul? Apakah ada riwayat trauma? Apakah ada riwayat alergi? Apakah ada kontak dengan zat alergi? Apakah ada riwayat pemakaian tetes hidung dekongestan dalam jangka waktu yang lama? 2. Sekret di hidung Apakah terjadi pada satu sisi atau keduanya? Sudah berapa lama mengalami, apakah terus menerus atau hilang timbul? Apakah sekret encer berwarna bening? Bening seperti air, kental, nanah atau bercampur darah? Apakah sekret hanya keluar pada pagi hari atau pada waktu tertentu misalnya musim hujan? 3. Bersin Apakah bersin terjadi berulang? Sekali bersin bisa lebih dari 5 kali? Apakah bersin timbul akibat menghirup sesuatu diikuti dengan keluar sekret encer disertai rasa gatal pada hidung, tenggorok atau mata? 4. Perdarahan dari hidung Berapa lama terjadi? Sudah berapa lama terjadi perdarahan dari hidung Apakah perdarahan terjadi pada salah satu atau kedua hidung? Apakah ada riwayat trauma? Apakah ada riwayat sering berdarah sendiri? APakah ada riwayat hipertensi? Riwayat gangguan pembekuan darah, kanker? 5. Kehilangan atau perubahan dalam menghidu Apakah berkaitan dengan trauma, infeksi saluran nafas atas, atau penyakit sistemik? Apakah terjadi pernurunan fungsi penciumana atau sama sekali tidak bisa menghdu? APakah ada riwayat penyakit hidung atau sinus? Apakah ada gejala lain? 4.



Seorang wanita berumur 53 tahun datang dengan keluhan hidung buntu pada kedua sisi sejak 2 tahun yang lalu. Penderita datang setelah secara tidak sengaja melihat ada benda putih yang menyumbat kedua hidung, disertai adanya ingus yang kental. Sebutkan urut-urutan pemeriksaan pada penderita ini. Jawab: I. Pemeriksaan dari luar a. Inspeksi: Kerangka dorsum nasi: lebar (polip nasi), miring (fraktur), “saddle nose” pada Lues, “lorgnette nose” (pada abses septum nasi) Luka-luka, warna, edema, ulkus naso labial Bibir atas: maserasi akibat sekresi dari sinusitis, adenoiditis b. Palpasi: Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis) Pemeriksaan sinus maksilaris: Tekan pada kedua pipi, apakah terasa sakit? Rinoskopi anterior a. Memeriksa vestibulum nasi : pinggir lubang hidung, posisi septum nasi) b. Memeriksa kavum nasi bagian bawah : warna mukosa dan konka inferior (hiperemi, pucat, biru), besar kavum nasi, lantai kavum nasi, sekret, septum deviasi (bentuk krista atau spina) c. Memeriksa fenomena palatum mole Px mengucapkan huruf “iiii”. Positif : pada waktu mengucapkan “iiii” palatum mole bergerak, akan tampak benda gelap yang bergerak ke atas. Gelap karena cahaya lampu tidak tegak lurus pada palatum mole. Selesai mengucapkan “iiii” palatum mole bergerak ke bawah dan tampak sebagai benda gelap menghilang ke arah bawah. Fenomena palatum mole “negative” pada :



5.



6.



- Paralisa palatum mole (post difteri) - Spasmus dari palatum mole (abses peritonsil) - Sikatrik - Tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses retrofaring, adenoid) d. Memeriksa kavum nasi bagian atas (kepala ditengadahkan) Perhatikan: kaput dari konka media, meatus medius (pus, polip), septum bagian atas (mukosa, posisi), fissure olfaktoria, e. Memeriksa septum nasi (seluruhnya) Septum deviasi berbentuk spina septi, Krista septi, huruf S. Sebutkan keluhan-keluhan pada hidung yang menyebabkan penderita datang berobat ke poliklinik THT Jawab: a. Sumbatan hidung b. Sekret di hidung c. Bersin d. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala e. Perdarahan dari hidung f. Gangguan penghidu Pasien usia 6 tahun mengeluh pilek dengan sekret kental yang tidak sembuh-sembuh, dari anamnesia lebih lanjut diketahui bahwa pasien juga sakit saat menelan dan mengorok saat tidur. Apa kemungkinan diagnosis dan prosedur pemeriksaan THT dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Adenoid hipertrofi? I.



Anamnesis : sama dengan nomor 1 Sejak kapan mulai pilek lama? Pilek pada satu sisi atau dua sisi? Awal gejalanya bagaimana? Pileknya muncul terus menerus? Hilang timbul? Pileknya encer kental? Warna apa? Berbau atau tidak? Pilek memberat saat kapan? Membaik saat kapan? Sudah diobati? Ada gejala lain selain tidur ngorok, sakit tenggorokan seperti sering bernafas lewat mulut, ada perubahan suara? Ada keluar air ditelinga? Susah menelan? Pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya? Di keluarga ada yang pernah seperti ini? II. Pemeriksaan Fisik: a. Rinoskopi anterior: melihat tertahannya gerakan velum palatum mole pada waktu fonasi b. Rinoskopi posterior: terlihat adanya massa (pada anak biasanya sulit) III. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan radiologi-foto lateral kepala IV. Indikasi adenotonsilektomi: Sumbatan hidung yang menyebabkan bernafas melalui mulut, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, facies adenoid Infeksi adenoid berulang, OMA berulang, kecurigaan neoplasma jinak/ganas 7 Coba sebutkan urut-urutan pemeriksaan hidung sampai diagnosis dapat ditegakkan Inspeksi : bentuk hidung (ada cacat, deformitas, tumor), warna hidung, ada tidaknya pembengkakakan Palpasi : Adanya krepitasi, palpasi region frontalis dan sinus maksilaris (ada nyeri tekan?) Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior Nasoendoskopi Pemeriksaan fungsi pembau hidung Pemeriksaan transiluminasi sinus Pemeriksaan xray sinus



DIVISI FARING-LARING



1.



1. Seorang usia dewasa mengeluh terdapat bengkak pada leher sebelah kanan mulai dari 6 bulan yang lalu, diperberat lagi pada saat menelan makanan dan menghirup bau bauan (ada gambar) Jawab: I. Anamnesis a. Bengkak sejak kapan? b. Dimana awalnya bengkak? c. Bagaimana awalnya terjadi bengkak? Apakah didahului dengan demam? Apakah semakin membesar? d. Apakah bengkaknya sempat mengempis? e. Apakah terdapat pembengkakan selain di tempat yang dikeluhkan pertama tadi? Pada pasien pria, tanya apakah ada pembengkakan pada buah zakar atau testisnya juga? f. Pada saat kapan bengkaknya makin besar? Apakah sudah diobati? i. Apa ada keluhan lain seperti nyeri otot, sakit kepala, penurunan nafsu makan, kaku pada rahang, dan nyeri pada saat menelan j. Tanyakan riwayat kontak dengan penderita gondong di rumah atau tetangga (penularang bisa melalui kontak langsung dari percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin) II. Pemeriksaan fisik, yang diperhatikan: a. Vital sign: suhu (38,5-39,5oC), keadaan umum bervariasi tergantung system imun dan masa inkubasi penyakitnya) b. Keluhan nyeri di daerah parotis dan disertai pembesaran c. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas untuk beraktivitas d. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid) III. Pemeriksaan penunjang : CBC (parotitis)



clinical diagnosis



IV. Penanganan a. Istirahat selama penderita demam dan kelenjar (parotitis) membengkak b. b. Antipiretik dan analgesik : parasetamol simptomatis c. Dirujuk ke THT sub divisi faring laring



2. Anak laki-laki usia 8 tahun dikeluhkan orangtuanya tidur ngorok dan sering pilek-pilek Jawab: I. Anamnesis Sejak kapan mulai pilek lama? Pilek pada satu sisi atau dua sisi? Awal gejalanya bagaimana? Pileknya muncul terus menerus? Hilang timbul? Pileknya encer kental? Warna apa? Berbau atau tidak? Pilek memberat saat kapan? Membaik saat kapan? Sudah diobati? Ada gejala lain selain tidur ngorok, sakit tenggorokan seperti sering bernafas lewat mulut, ada perubahan suara? Ada keluar air ditelinga? Susah menelan? Pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya? Di keluarga ada yang pernah seperti ini? II. Pemeriksaan Fisik: a. Rinoskopi anterior: melihat tertahannya gerakan velum palatum mole pada waktu fonasi b. Rinoskopi posterior: terlihat adanya massa (pada anak biasanya sulit) III. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan radiologi-foto lateral kepala IV. Indikasi adenotonsilektomi: Sumbatan hidung yang menyebabkan bernafas melalui mulut, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, facies adenoid Infeksi adenoid berulang, OMA berulang, kecurigaan neoplasma jinak/ganas



3. Penderita anak-anak 2 tahun datang dengan sesak nafas dan suara tangisnya serak. Ada gambar : tampak cekungan di dada pada waktu inspirasi



Jawab: I. Anamnesis 1. Kapan kejadian? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? 2. Bagaimana awalnya bisa sesak? Apa ada memasukkan benda/makanan ke dalam mulut? Benda apa? Ukurannya? 3. Apa ada batuk atau tersedak tiba-tiba? 4. Ada muntah? Apa yang dimuntahkan? Ada perdarahan? 5. Ada usaha untuk mengeluarkan benda tersebut? 6. Sudah makan / minum? II. Apabila ada stridor inspirasi + retraksi suprasternal  konservatif dengan kortikostreoid , o2 sungkup Stridor inspirasi + retraksi suprasternal + retraksi epigastrium  trakeostomi elektif Stridor inspirasi + retraksi suprasternal + retraksi epigastrium + retraksi intercostae  trakeostomi emergency Penurunan kesadaran  krikotiroidektomi III. Pemeriksaan penunjang : laringoskopi langsung (anak) IV. Penanganan penderita stadium sesuai stadium. 4. Laringoskopi indirect : a. Alat: cermin laringoskop yang besar, lampu spiritus, larutan tetrakain buat faring yang sensitive, kain kasa yang dilipat b. Tahap pemeriksaan: Memeriksa radiks linguae, epiglottis, dan sekitarnya Memeriksa lumen laring dan rima glotidis Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotidis Pelaksanaan: Anestesi faring dengan tetrakain (tunggu 10 menit). Pada umumnya anestesi ini tak diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat sensitif. Mulut harus dibuka lebar-lebar, harus bernafas dari mulut Penderita diminta menjulurkan lidahnya panjang-panjang Bagian lidah yang ada diluar mulut dibungkus dengan kain kasa dan dipegang dengan tangan kiri. Jari I di atas lidah, jari III di bawah lidah, dan jari II menekan pipi. Dipegang dengan tenaga yang optimal. Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil, arah cermin ke bawah Cermin dipanasi (lebih sedikit dari 37oC), supaya nanti tidak menjadi kabur Panas cermin dikontrol dengan menyentuhkan pada kulit lengan bawah kiri pemeriksa Cermin dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung cermin, cermin disinari. Yang diperhatikan : Tahap 1: Radiks linguae, epiglottis yang menutup introitus laringis, plika glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan Tahap 2: anatomi laring berupa epiglotis dan pinggirnya, aritenoid kiri dan kanan, plika ari-epiglotika kiri dan kanan, sinus piriformis kiri dan kanan, dinding posterior dan dinding lateral faring, plika ventrikularis kiri dan kanan, komisura anterior dan posterior, korda vokalis kiri dan kanan. Tahap 3: trakea 6.



Penyebab disfonia: Radang Tumor (neoplasma) Paralisis otot-otot laring Sikatriks akibat operasi Fiksasi pada sendi krikoaritenoid Trauma laring Gangguan psikis Kongenital



7. Penderita laki-laki 26 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok yang luar biasa. Berat badannya menurun secara tajam dan ada riwayat batuk lama. I. Anamnesa apa yang perlu ditambahkan? Jawab: a. Nyeri sejak kapan? Sudah berapa lama? b. Nyeri yang dirasa seperti apa?



c. Nyeri tenggorokan terus menerus atau hilang timbul? d. Batuk sudah berapa lama? Berdahak atau kering? Kalau berdahak, warnanya seperti apa? e. Gejala penyerta (otalgia)? f. Riwayat pengobatan? g. Keluarga, tetangga, orang di lingkungan kerja ada yang menderita penyakit yang sama? h. Pekerjaannya apa? Aktivitas sehari-hari apa? i. Lingkungan tempat tinggal bagaimana? II. Pemeriksaan fisik yang dikerjakan? Jawab: a. Pemeriksaan keadaan umum (vital sign) b. Pemeriksaan status lokal THT c. Pemeriksaan kelenjar limfa III. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan? Jawab: a. Pemeriksaan sputum basil tahan asam b. Foto toraks (untuk melihat adanya tuberculosis paru) c. Biopsy jaringan yang terinfeksi (untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di jaringan) IV. Apa diagnosis dan penanganannya? DD: Faringitis tuberculosis Terapi : sesuai dengan terapi tuberculosis paru 5. Penderita laki-laki 38 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok di sisi kanan. Penderita tidak bisa makan dan minum, bahkan menelan ludahsulit. Sebelumnya penderita sering mengeluh nyeri menelan kumatkumatan. Pertanyaan : Anamnesa tambahan Sejak kapan mengalami nyeri menelan? Dimana terasa nyeri menelan? Bagaimana awalnya terjadi keluhan? Makin lama makin memburuk atau tiba tiba? Menetap atau hilang timbul? Kapan makin berat? Kapan membaik? Sudah diobati? Apakah adagejala lain seperti demam, nyeri kepala, lemas, muah muntah, nyeri telinga, suara bergumam? Apakah pernah seperti ini sebelumnya? Pemeriksaan fisik yang dikerjakan Pemeriksaan rongga mulut  didapatkan ovula terdorong ke arah kontralateral Untuk mengetahui abses apa yang dilakukan Aspirasi benjolan yang dcurigai abses untuk menegakkan diagnosis Diagnosis dan penanganannya Abses peritonsilar Penangananya Stadium infilrasi berikan antibiotik, analgetik, antipiretik. Jika sudah terbentuk abses, insisi untuk keluarkan nanah. 7.



Penderita laki-laki 15 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok berulang. Nyeri lebih dirasakan pada saat menelan dan kadang-kadang nyeri di telinga. (ada gambar pembesaran tonsil 14 Juli 2017) Anamnesa apa yang dikerjakan? Nyeri tenggorokanya sejak kapan? Dimana terasa nyeri? Bagaimana awalnya? Apakah ada didahului dengan demam? Nyerinya hilang timbul atau terus menerus? Dari 1-10 seberapa nyeri? Memberat saat kapan? Membaik saat kapan? Apakah sudah diobati? Apakah ada gejala lain? Seperti mengorok? Pernah seperti ini sebelumnya? Dikeluarga ada yang seperti ini? Bagaimana cara menulis pembesaran tnsil pada status pasien? T3/T3



PEmeriksaan penunjang apa yang diperlukan? Pemeriksaan gram bakteri Apa diagnosis dan penangannya? Tonsilitis bacterial akut terapinya istirahat dan pemberian cairan yang adekuat, pemberian analgetik, antipiretik, antibiotic amoksisilin atau eritromycin, obat kumur



DIVISI BRONKO-ESOFAGOLOGI Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ke UGD oleh orangtuanya dikeluhkan muntah-muntah dan sakit menelan setelah menelan uang logam. Jawab: I. Anamnesis a. Kapan kejadiannya? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? b. Dimana dirasakan mengganjal? c. Bagaimana awal kejadiannya (kronologisnya)? d. Berapa besar uang logamnya (uang logam berapaan)? e. Ada keluhan batuk/tersedak/ sesak/biru(sianosis)? f. Ada muntah? g. Ada usaha untuk mengeluarkan benda tersebut (mengambil dengan tangan)? h. Ada makan / minum setelah kejadian? 1.



II. Pemeriksaan fisik Vital sign Inspeksi adanya retraksi Palpasi (ada pergerakan dada yang tertinggal)? dan Perkusi (apakah ada hipersonor?) untuk mengevaluasi masuknya makanan ke saluran nafas Auskultasi : ada wheezing, rhonki III. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa: a. Tes makan dan minum b. Foto esophagus (Cervical AP Lateral) c. Foto toraks AP IV. Indikasi esofagoskopi a. Diagnostik: swab esophagus b. Terapi: korpal di esophagus c. Diagnostik dan terapi : korpal di trakeo bronchial V. Penanganan Benda asing di esophagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi (1 kali 24 jam) dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilaki adanya kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.



Seorang pasien dikeluhkan sulit menelan sejak lama, kumat-kumatan. Sejak 3 hari yang lalu tidak bisa menelan air. Jawab: I. Anamnesis Sejak kapan terjadi sulit menelannya? Awal kejadiannya seperti apa? Tiba tiba? Atau semakin lama semakin memberat? Memberatnya saat kapan? Sudah pernah berobat? Apakah bisa makan dan minum? Ada gejala lain? Riwayat penyakit psikologi? Stroke? Penyakit saraf? Pernah seperti ini sebelumnya? II. Diagnosis penyakit yang dicurigai : jika terjadi secara progresif disfagia mekanik 2.



III. Penyebab disfagia : a. Disfagia mekanik (penyempitan lumen esophagus) Massa tumor atau benda asing Keradangan mukosa esophagus Striktur lumen esophagus Penekanan lumen esophagus dari luar (pembesaran kelenjar timus, tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta) b. Disfagia motorik (kelainan neuromuscular yang berperan dalam proses menelan Lesi di pusat menelan di batang otak Kelainan saraf otak nervus 5, 7, 9, 10, 11



Kelumpuhan otot faring dan lidah Akalasia esophagus Spasme difus esophagus c. Disfagia oleh karena gangguan emosi IV. Pemeriksaan penunjang a. Esofagoskopi b. Rontgen esophagus dan dengan kontras c. Fluoroskopi d. Pemeriksaan manometrik V. Penanganan pada pasien tersebut bila pada pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran ekor tikus: a. Sifat terapi pada akalasi adalah paliatif, karena fungsi peristaltic esophagus tidak dapat dipulihkan kembali b. Diet tinggi kalori c. Medikamentosa (preparat hunt, antikolinergik, penghambat adrenergic, nifedipine-calcium antagonist) d. Tindakan dilatasi dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller) e. Psikoterapi 3. Seorang anak berusia 5 tahun, makan rempeyek kacang. Kemudian tiba-tiba sesak dan batuk, lalu dibawa ke rumah sakit. a. Apa yang terjadi pada anak tersebut? Jawab : Rempeyek kacang masuk ke saluran nafas b. Apa diagnosis pastinya? Benda asing di trakeo-bronkus atau di saluran nafas Jika diperlukan endoskopi, apa indikasinya? Jawab: Diagnosis dan terapi 3.



Bayi usia 9 bulan dibawa ke UGD oleh orangtuanya dengan keluhan sesak, gelisah, dan batuk-batuk. Sebelumnya bayi makan dan tiba-tiba tersedak.



Jawab: Kemungkinan ada sesuatu yang masuk ke saluran nafas (bronkus), dan bisa kemungkinan ada aspirasi. I. Anamnesis a. Kapan kejadiannya? Dari kejadian sampai dibawa ke rumah sakit berapa lama? b. Apa ada sesak? Kapan mulai sesak? Berapa lama? c. Bagaimana awalnya bisa sesak? d. Dikasih makan apa? e. Apa ada muntah? Muntah apa? II. Pemeriksaan fisik Vital sign inspeksi : liat tanda obstruksi laring (ada pergerakan dada tertinggal palpasi : ada pergerakan dada yang tertinggal? perkusi : ada hipersonor? auskultasi : ada penurunan suara nafas? Stridor? Wheezing? III. Bagaimana menegakkan diagnosis? Perlu bronkoskopi, kalau ada kecurigaan aspirasi dapat dilakukan fleksibel endoskopi.



4.



Seorang ibu usia 45 tahun mengeluh gangguan menelan yang terjadi kumat-kumatan disertai dengan nyeri di dada dan epigastrium. Kadang-kadang terjadi regurgitasi. Anamnesis apa yang perlu ditanyakan lagi? Apakah sedang hamil? Apakah sering engonsumsi alkohol atau merokok? Apaka sedang mengonsumsi obat berjenis antikholinergik, beta adrenergic dan kalsum chanel bloker? Apakah nyeri seperti rasa terbakar? Apakah memiliki kebiasaan makan sebelum tidur? Apakah ada penurunan berat badan? Pemeriksaan penunjang yang diusulakn untuk menegakkan diagnosis? Esofagografi dengan kontras barium Esofagoskopi Pemeriksaan monometri



DD? Akalasia dan Gastroesofageal reflux Ada foto esophagus, interpretasi dan diagnosis? Diagnosa kerja, berdasarkan adanya gambaran radiologi berupa penyempitan di bagian distal esophagus menyerupai ekor tikus : Akalasia Penanganan? V. Penanganan a. Sifat terapi pada akalasi adalah paliatif, karena fungsi peristaltik esophagus tidak dapat dipulihkan kembali b. Diet tinggi kalori c. Medikamentosa (preparat hunt, antikolinergik, penghambat adrenergic, nifedipine-calcium antagonist) d. Tindakan dilatasi dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller) 6. Seorang perempuan, 19 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan muntah-muntah, saliva menetes disertai luka bakar pada bibir dan mulutnya. Pasien mengeluh nyeri menelan, tidak bisa makan dan minum. Terjadi mendadak setelah dimarahi orang tuanya. Jawab: I. Anamnesis a. Sejak kapan? b. Bagaimana awal kejadiannya (kronologis)? c. Ada menelan zat kimia (asam kuat, basa kuat, zat organik)? Jenisnya apa? Berapa banyak? Berapa lama kontak dengan dinding esophagus? Sengaja atau tidak? Sempat dimuntahkan? II. Pemeriksaan penunjang a. Esofagoskopi (dilakukan pada hari ketiga setelah kejadian atau bila luka bakar di bibir, mulut, dan faring sudah tenang) : melihat adanya luka bakar di esophagus (mukosa yang hiperemis, edema, dan kadang-kadang ditemukan ulkus) b. Foto rontgen toraks PA lateral : mendeteksi adanya mediastinitis atau aspirasi pneumoni c. Esofagogram (pemeriksaan rontgen esophagus dengan kontras barium) : dibuat jika ada kecurigaan perforasi akut esophagus atau lambung serta rupture esophagus akibat trauma tindakan, atau setelah minggu kedua untuk melihat ada tidaknya striktur esophagus dan diulang setelah 2 bulan (evaluasi). d. Pemeriksaan laboratorium: elektrolit darah (jika terdapat tanda-tanda gangguan elektrolit) III. Kemungkinan diagnosa : Esofagitis korosif fase akut (1-3 hari), laten (2-6 minggu), kronis (1-3 tahun) IV. Penanganan fase akut Perbaiki keadaan umum pasien Pasang NGT, jaga keseimbangan elektrolit Berikan susu atau putih telur untuk melindungi selaput lendir esophagus Jika dibawah 6 jam netralisasi sesuai zat yang masuk ex : asam kuat dinetralisasi dengan antasida), basa kuat dinetralisasi dengan air atau susu. Antibioik, analgetk dan kortikosteroid Antibiotik (selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam). Kortikosteroid untuk mencegah pembentukan fibrosis yang berlebihan. Diberikan sejak hari pertama dengan dosis 200-300 mg sampai hari ketiga. Setelah itu dosis diturunkan perlahan tiap 2 hari. Dosis yang dipertahankan ialah 2x50 mg per hari. Analgesik (morfin, jika pasien sangat kesakitan) c. Esofagoskopi Dilakukan pada hari ketiga setelah kejadian atau bila luka bakar di bibir, mulut, dan faring sudah tenang. Jika ditemukan ulkus, esofagoskop tidak boleh dipaksa melalui ulkus tersebut karena takut terjadi perforasi. Pada keadaan demikian dipasang pipa nasogaster selama 6 minggu. Setelah 6 minggu esofagoskopi diulang kembali. 7 Penderita datang ke poli THT dengan keluhan gangguan menelan makanan yang terjadi sejak lama kumatkumatan dan semakin hebat sehingga berat badan menurun. Pertanyaan : Sebutkan beberapa penyebab disfagia Disfagia mekanik Disfagia motorik Disfagia karena emosi Apa yang ditanyakan pada anamnesa yang lengkap



Sejak kapan mengalami nyeri menelan? Dimana terasa nyeri menelan? Bagaimana awalnya terjadi keluhan? Makin lama makin memburuk atau tiba tiba? Menetap atau hilang timbul? Kapan makin berat? Kapan membaik? Sudah diobati? Apakah ada gejala lain seperti kelumpuhan satu sisi tubuh? Ada riwayat stroke? Ada penurunan BB drastis? APakah sulit menelan jenis makanan padat saja atau sulit menelan makanan padat dan cair dalam waktu bersamaan? Apakah pernah seperti ini sebelumnya? Apakah keluarga pernah seperti ini sebelumnya? Bagaimana riwayat makan dan minum sebelumnya? Pemeriksaan penunjang apa yang dikerjakan? Foto polos esophagus dengan kontras, CT Scan leher Pada kasus diatas apa kira kira penyebab disfagianya? Disfagia mekanik



DIVISI ONKOLOGI 1. Pasien dengan keluhan benjolan pada leher kiri sejak 3 tahun yang lalu (ada foto). Benjolan makin lama makin membesar dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluh pilek-pilek sejak 4 bulan yang lalu dengan ingus bercampur darah. Telinga mendenging dan pendengaran terganggu. I. Anamnesis apa lagi yang diperlukan? Jawab: b. Awalnya benjolan sebesar apa? Apakah benjolan tersebut membesar dengan cepat? Menetap atau hilang timbul? Apakah sudah pernah berobat? d. Hidung: apakah pilek terus menerus atau hilang timbul? Apakah lama kelamaan makin berat? Apakah ada keluhan hidung tersumbat pada satu hidung atau kedua hidung? Yang mana yang lebih dulu? Bau ingus? Ingus encer/kental? Apakah dirasakan cairan di belakang mulut / post nasal drip? e. Telinga: apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga? Apakah disertai dengan rasa penuh? Keluar cairan? Terus menerus atau hilang timbul? f. Penyerta: sakit kepala, pandangan kabur, diplopia, gangguan gerakan bola mata, kelopak mata turun, rasa nyeri pada wajah, suara serak atau hilang, kesulitan menelan, gangguan pergerakan kepala Apakah ada riwayat penyakit serupa di keluarga? Apakah pernah mengalami benjolan seperti ini sebelumnya? II. Informasi apa yang diperoleh dari pemeriksaan benjolan pada leher? Jawab: a. Ukuran b. Warna c. Unilateral/bilateral d. Konsistensi e. Mobilitas dan perlekatan dengan jaringan sekitar (terfiksir atau tidak) f. Tepi/batas g. Jumlah h. Permukaan (ada ulkus/tidak) i. Nyeri tekan III. Apa kemungkinan diagnosa pasien ini? Jawab: suspect Karsinoma Nasofaring IV. Selanjutnya pasien dirujuk kemana? Jawab: THT sub bagian onkologi V. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan Jawab: Foto rontgen tengkorak (basis, lateral, AP, waters) dan toraks USG CT scan kepala Lab rutin: Darah lengkap, ptt appt, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal Biopsi nasofaring – PA 2. Laki-laki 40 tahun mengeluh hidung tersumbat sejak 6 bulan yang lalu, sejak 2 bulan yang lalu disertai dengan ingus bercampur darah. Anamnesis apa lagi yang diperlukan? Sejak kapan hidung tersumbat? Hidung tersumbat pada hidung kanan atau kiri? Bagaimana awalnya terjadi hidung tersumbat? Apakah ada riwayat pilek lama? Hidung tersumbat terjadi sepanjang hari? Atau memberat pada saat kapan? Membaik saat kapan? Telah berobat ke dokter? APakah ada gejala lain selain ingus bercampur darah? Seperti telinga berdenging, sakit kepala, pandangan kabur dan terasa benjolan di leher? b. Awalnya benjolan sebesar apa? Apakah benjolan tersebut membesar dengan cepat? Menetap atau hilang timbul? Apakah ada riwayat penyakit serupa di keluarga? Apakah pernah mengalami benjolan seperti ini sebelumnya? II. Pemeriksaan fisik yang diperlukan Jawab:



Foto rontgen toraks USG CT scan kepala Lab rutin: Darah lengkap, ptt appt, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal Biopsi nasofaring – PA (gold standard) III. Selanjutnya dirujuk kemana Jawab: THT sub bagian onkologi 3.



Seorang penderita dengan keluhan tidak bisa mencium bau bauan dan terdapat pembengkakak pada pipi sebelah kanan. Mengarah ke Tumor Sinonasal



I. Anamnesis a. Gejala nasal: obstruksi hidung unilateral, rinore, sekret bercampur darah, epistaksis, deviasi hidung, ingus berbau karena jaringan nekrotik b. Gejala orbital: gangguan visus, proptosis atau penonjolan bola mata, diplopia c. Gejala oral: ulkus di palatum, nyeri gigi, gigi geligi goyang d. Gejala fasial: penonjolan pipi, anesthesia atau parestesia e. Gejala intrakranial: sakit kepala, oftalmoplegia, gangguan visus, likuorea (keluarnya cairan otak lewat hidung) II. Pemeriksaan fisik a. Wajah: asimetris/distorsi, proptosis b. Cavum nasi dan nasofaring dengan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior, massa (permukaan, mudah rapuh, berbenjol-benjol) III. Pemeriksaan penunjang a. Rontgen sinus paranasal untuk diagnosis awal erosi tulang dan perselubungan pada unilateral b. CT scan c. MRI d. Rontgen toraks metastase IV. Diagnosis: Tumor sinonasal V. Penanganan awal: rujuk ke bagian THT sub divisi onkologi, kemudian segera dilakukan pemeriksaan histopatologis untuk memastikan tipe tumor, sel-sel yang menyusun tumor seperti apa, sehingga dapat menentukan penanganan yang tepat.



THT KOMUNITAS 1.



Seorang anak usia 3 tahun dikeluhkan orangtuanya belum bisa bicara. Saat ibu hamil menderita panas tinggi dan didiagnosis malaria dan kemarin minum obat malaria.



I. Anamnesis apa lagi yang diperlukan guna menunjang diagnosis anak? Jawab: a. Umur kehamilan berapa mulai minum obat? b. Apa nama obatnya? c. Berapa lama minumnya? d. Riwayat melahirkan normal/tidak? Cukup bulan atau tidak? BBL berapa? e. Apakah anak pernah menderita panas tinggi saat bayi? Minum obat apa? h. Riwayat trauma? i. Riwayat peyakit dahulu (retardasi mental, gangguan emosional)? II. Perlu rujuk kemana? Jawab: Pediatri THT RM (Speech therapy) Psikiater 2.



Pasien mengeluh pendengaran menurun dan tinitus kumat-kumatan.



I. Anamnesis apa yang diperlukan? Jawab: a. Identitas (umur, pekerjaan) b. Sejak kapan? Salah satu atau kedua telinga? c. Bagaimana munculnya, didahului apa (berenang, naik pesawat, dll) Semakin berat setelah apa? Membaik ketika kapan? Apakah telah berobat? Apakah ada gejala lain? Seperti pusing, sakit kepala, mual muntah, telinga trasa penuh, nyeri.keluar cairan, penglihatan ganda, sekret bercampur darah? Apakah pernah seperti ini sebelumnya? Riwayat demam tinggi? Riwayat penyakit di telinga? Riwayat mengonsumsi obat-obatan ototoksik? Seperti obat antibiotic aminoglikosida, antimalaria, diuretic? Riwayat trama? Pemeriksaan apa yang diperlukan? Jawab: a. Pemeriksaan otoskopi b. Tes fungsi pendengaran c. Tes keseimbangan d. Tes kalori 3.



Laki-laki usia 55 tahun bekerja di bandara sebagai pengisi bahan bakar pesawat. Belakangan mengeluh pendengaran terganggu.



I. Anamnesis Sejak kapan mulai merasa pendengaran terganggu? Salah satu atau kedua telinga? Bagaimana awalnya? Setelah berapa lama kerja sebagai pengisi bahan bakar pesawat baru menimbulkan gejala? Berapa lama terpapar dengan suara bising? Apakah memakai ear plug? APakah ada gejala lain? Riwayat penyakit pada telinga? II. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan a. Tes penala b. Audiometri nada murni c. Tes keseimbangan d. Tes kalori



III. Penatalaksanaan a. Pindah kerja atau pindah bagian b. Pemasangan alat bantu dengar c. Pemasangan implan koklea (tuli total bilateral) d. Psikoterapi 4.



Indikasi penggunaan implant koklea Pemasangan implant koklea dilakukan pada keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli total bilateral pada dewasa atau anak yang endapat manfaat dengan alat bantu dengar konvensiona, tidak ada kontraindikasi (tuli akibat jalur saraf pusat, koklea tidak berkembang dan terjadi penulangan koklea), dan pasien mempunyai perkembangan kognitif yang baik.



DIVISI AUDIOLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Pasien dengan NIHL (Noice Induced Hearing Loss) sering mengeluh : Pendengaran berkurang dan tinnitus Diagnosis NIHL dikarakterisasi oleh takik pada : Frekuensi 2000 hz Pemeriksaan yang berguna pada NIHL? Otoskopi, tes garpu tala (tes rinner, tes weber dan tes swabach, tes audiometri Apa penanganan pasien dengan NIHL? KIE untuk pindah kerja dari lingkungan bising atau memakai tutup telinga, pemasangan alat bantu dengar dan pemasangan impan koklea pada tuli total bilateral) Pada usia berapa mulai terjadi presbicusis? Usia 65 tahun ketas Pada prebicusis terjadi gangguan dengar yang bersifat? Progresif, simetris pada kedua telinga Faktor predisposisi terjadinya prebiscusis lebih dini? Gangguan metabolic, infeksi, sering ditempat bising



DIVISI ALERGI IMUNOLOGI Alergen bisa masuk ke tubuh kita melalui beberapa jalan, sebutkan! : Inhalasi : debu, serbuk sari, udara dingin Oral : makanan, obat-obatan