20 0 457 KB
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Kerangka Konsep Tingkat Resiliensi pada Orang dengan Skizofrenia (ODS) Gambar 2 Kerangka Konsep 1.2 Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimen dan menggunakan metode penelitian desain deskriptif survei. Penelitian deskriptif atau sering disebut studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan dengan menganalisa situasi dan memastikan apakah situasi terkait dapat memunculkan teori baru atau sejalan dengan teori yang sudah ada(igwenagu 2016). Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk mendeskripsikan fakta dan sifat-sifat populasi
tertentu
di
suatu
wilayah
secara
sistematis,
faktual
dan
akurat(suryana,2010). Survei merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan baik secara langsung maupun dengan bantuan media kuesioner. Survei dengan media kuesioner dapat memudahkan peneliti
untuk
memperoleh
data
secara
terstruktur,
ekonomis
dan
cepat(walliman,2011). Selain itu, metode survei memungkinkan kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti(priyono,2015). 3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.3.1
Populasi Penelitian Populasi adalah istilah untuk menggambarkan kuantitas dari suatu objek, organisasi, orang, atau bahkan kejadian tertentu yang menjadi target penelitian (priyono, 2016). Populasi dibedakan menjadi dua, yaitu populasi target dan populasi survei. Populasi target
24
merupakan keseluruhan unit yang memenuhi kriteria penelitian, sedangkan populasi survei adalah bagian dari populasi target yang nantinya akan diambil sebagai sampel penelitian(Sabri,2014). Populasi target dalam penelitian ini adalah semua orang dengan skizofrenia (ODS) di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Populasi survei dalam penelitian ini adalah orang dengan skizofrenia (ODS) yang menjalani perawatan di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang berdasarkan data bulan Januari 2019 sampai juni 2019, yaitu sebanyak 168 orang. 3.3.2
Sampel penelitian dan Teknik Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk menduga karakteristik populasi dengan cara mengukur nilai atau karakteristiknya . Hasil penelitian atau kesimpulan yang diperoleh dari sampel dapat diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (sugiyono,2015). Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (sugioyono, 2015). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sampling, yaitu setiap unit dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian (alvi 2016), dengan jenis Incidental Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan telah memenuhi kriteria penelitian dapat digunakan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan jumlah pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam satu bulan, yaitu sebanyak 168 orang. Setelah jumlah unit dalam populasi diketahui, selanjutnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin.
3.4 Besar Sampel Penelitian Penentuan besar sampel bertujuan untuk memperoleh sampel yang bersifat representatif atau mewakili populasi yang diteliti. Semakin besar
sampel yang digunakan, semakin baik pula representasi yang ditunjukkan (sugiyono 2011). Dalam penelitian ini, jumlah populasi orang dengan skizofrenia (ODS) di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo adalah 168 orang dan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin berikut: N n= 1 + Ne2 Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi e = tingkat kesalahan (1%, 5%, atau 10%) Penelitian ini menggunakan keakuratan sebesar 5%, sehingga: N n= 1+Ne2 168 n= 1+(168 x 0,12) 168 n= 1+(168 x 0,001) 168 n= 1+1,68 168 n= 2,68 n = 62,6 dibulatkan menjadi 63 dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah 63 orang. untuk mengatasi drout dengan ditambahi 10% jumlah responden. 10% dari respon adalah 7 orang jadi total keseluruhkan adalah 70 orang Sampel dalam
penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi. Peneliti menentukan kriteria inklusi dan eksklusi responden sebagai berikut: 1.
Kriteria inklusi Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek/responden yang ditentukan guna mengurangi bias hasil penelitian (nursalam. 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini, antara lain: a.
Responden merupakan orang dengan skizofrenia (ODS) yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
b.
Responden berusia 18-60 tahun. Menurut beberapa ahli, masa dewasa dibagi menjadi tiga ketegori, yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir atau usia lanjut (di atas 60 tahun) (yudrik J. 2011).
c.
Responden tidak mengalami gangguan komunikasi verbal.
d.
Responden dalam keadaan stabil (maintenance).
2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (nursalam 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini, antara lain: a. Selama penelitian berlangsung, responden mengundurkan diri. b. Ketika penelitian berlangsung, responden mengalami kekambuhan (relapse). 3.5
Tempat Dan Waktu Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 sampai Juni 2019 di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Juni 2019
April 2019 Ruang
Jumlah Responden
Srikandi
18 orang
UPIP
2 orang
R.6
20 orang
R.8
23 orang
Jumlah
63 orang
Total
3.6
Jumlah Responden Ruang R1
10 orang
R2
7 orang
R 12
14 orang
R3
18 orang
R4
3 orang
Upip
2 orang
R7
5 orang
R 10
7 orang
Jumlah
70 orang
133
Penelitian, Definisi Operasional, Dan Skala Pengukuran 3.6.1
Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut, nilai, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya(sugiyono,2015). Variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu tingkat resiliensi orang dengan skizofrenia (ODS).
3.6.2
Definisi Operasional Definisi
operasional
merupakan
definisi
berdasarkan
karakteristik dari sesuatu yang diamati dan dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi (Nursalam 2008). Rancangan variabel, definisi operasional, alat ukur, cara pengukuran,
hasil pengukuran dan skala pengukuran dalam penelitian ini penulis sampaikan pada tabel berikut: Tabel 1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Pengukuran, Hasil Pengukuran dan Skala Cara pengukuran Responden mengisi kolom usia
Variabel Usia
Definisi Usia responden saat mengikuti penelitian
Alat Ukur Kuesioner A
Jenis kelamin
Jenis kelamin responden
Kuesioner A
Status perkawinan
Status ikatab perjanjian hukum antarpribadi yang membentuk hubungan yang biasanya bersifat intim dan seksual Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh, dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki
Kuesioner A
Kuesioner A
Responden melingkari pendidikan terakhir yang sesuai dengan kondisinya
Suatu tugas yang dilakukan oleh keluarga yang menghasilkan sebuah nilai
Kuesioner A
Responden melingkari pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Responden melingkari pilihan jenis kelamin yang sesuai Responden melingkari status perkawinan yang sesuai dengan kondisinya
Hasil pengukuran 1. usia 18-40 tahun 2. usia 41-60 tahun 3. usia > 60 tahun 1. laki-laki 2. perempuan
Skala Interval
Nominal
1. belum menikah 2. menikah 3. bercerai 4. cerai mati
Nominal
1. tidak sekolah 2. tidak tamat SD/sederajat 3. tamat SD/sederajat 4. tamat SMP/sederaj at 5. tamat SMA/sederaj at 6. Akademi/per guruan tinggi 1. tidak bekerja 2. pegawai 3. wiraswast a 4. petani/nel
Ordinal
Nominal
Agama
Situasi tinggal
Riwayat penyakit jiwa di keluarga
Pengalaman traumatis
Usia ketika didiagnosa skizofrenia
Lama dirawat di rumah sakit jiwa
Diagnosa gangguan jiwa yang dialami
dengan bentuk uang yang dilakukan oleh responden Kepercayaan/k eyakinan spiritual yang dianut responden Orang-orang yang tinggal serumah dengan responden Ada/tidkanya anggota kelaurga lain yang pernah atai sedang mengalami penyakit jiwa Pernah/tidakny a responden mengalami pengalaman yang menyebabkan trauma Usia responden ketika dinyatakan menderita gangguan jiwa pertama kali Jangka waktu responden dirawat di rumah sakit jiwa saat dilakukan penelitian Diagnosa penyakit jiwa yang ditegakkan oleh dokter sesuai dengan kondisi
ayan/buru h 5. lainnya Kuesioner A
Responden melingkari pilihan agama sesuai dengan kondisinya
Kuesioner A
Responden melingkari situasi tinggal sesuai dengan kondisinya Responden melingkari penyakit jiwa keluarga sesuai dengan kondisinya
Kuesioner A
Kuesioner A
Kuesioner A
Responden melingkari pilihan pengalaman traumatis sesuai dengan kondisinya Responden mengisi sendiri kolom usia ketika didiagnosa skizofrenia
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2.
islam kristen katolik hindu budha lainnya sendiri dengan keluarga
Nominal
1. ada 2. tidak ada
Nominal
1. pernah 2. tidak pernah
Nominal
Nominal
Angka absolut dalam tahun. misalnya : 17 tahun
Rasio
Kuesioner A
Responden mengisi sendiri kolom lama dirawat di rumah sakit jiwa
Angka absolut dalam bulan. misalnya: 3 Bulan
Rasio
Kuesioner A
Peneliti melihat di catatan klinis responden
1. Skizofrenia Paranoid (F20.0) 2. Skizofrenia disorganisasi (F20.1) 3. Skizofrenia
Nominal
responden
Gambaran tingkat resiliensi orang dengan skizofrenia (ODS)
3.6.3
Resiliensi adalah kemampuan beradaptasi dalam menghadapi situasi sulit, trauma, ancaman, maupun kondisi yang mampu menyebabkan stres
katatonik (F20.2) 4. Skizofrenia tak terdiferensiasi (F20.3) 5. Skizofrenia residual (F20.5)(35) 6. L ainnya Ordinal
CD-RISC-10 (ConnorDavidson ResilienceScal e-10) kuesioner.
Kuesioner dengan 10 item Pertanyaan dengan pilihan jawaban dan skor: tidak setuju (0), kurang setuju (1), agak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4).
Total skor 40, dengan kategori: Skor 0-29= resiliensi renda Skor 30-32= resiliensi sedang Skor 33-36= resiliensi tinggi Skor 37-40 = resiliensi sangat tinggi
Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal, yaitu pengukuran yang tidak hanya membagi objek ke dalam kelompok yang tidak tumpang tindih, melainkan antara kelompok tersebut memiliki tingkatan (ranking) (sabri 2014).
3.7
Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data 3.7.1
Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner, alat tulis, kertas dan alat-alat pengolah data yang selanjutnya akan diproses dalam laptop. Kuesioner merupakan salah satu instrumen penelitian yang berisi beberapa pertanyaan dan tersusun dalam struktur yang baku(prioyo 2016). Terdapat dua jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuesioner A dan kuesioner B. 1. Kuesioner A
Kuesioner A dalam penelitian ini berisi data demografi responden yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, situasi tinggal, dan riwayat penyakit jiwa di keluarga. Data demografi tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik orang dengan skizofrenia di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Peneliti juga mengumpulkan data klinis guna mengetahui
riwayat
penyakit
responden
yang
meliputi
pengalaman traumatis, usia ketika didiagnosa skizofrenia, lama menderita skizofrenia, berapa kali dirawat di rumah sakit jiwa, sudah berapa lama dirawat di rumah sakit jiwa, dan diagnosa gangguan jiwa yang dialami. 2. Kuesioner B Kuesioner B dalam penelitian ini adalah kuesioner ConnorDavidson Resilience Scale-10 (CD-RISC-10), yaitu versi pendek dari Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang terdiri dari 25 item pertanyaan. Kuesioner CD-RISC disusun oleh Kathryn M. Connor dan Jonathan R.T. Davidson pada tahun 2003 serta dikembangkan oleh Laura Campbell-Sills dan Murray Stein di University of California, San Diego menjadi CD-RISC10 pada tahun 2009(connor, 2016). Kuesioner CD-RISC-10 yang peneliti gunakan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yuristie Lamsinar. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengukur tingkat resiliensi dengan jawaban yang didasarkan pada seberapa setuju responden terhadap pernyataan yang diberikan. Terdapat lima pilihan jawaban dan masingmasing memiliki skor penilaian berbeda, yaitu tidak setuju (0), kurang setuju (1), agak setuju (2), setuju (3) dan sangat setuju (4). Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula tingkat resiliensi responden.
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) Variabel
Dimensi Kompetensi pribadi, tingginya standar dan ketahanan Keyakinan terhadap insting seseorang, toleransi terhadap dampak negatif dan memperkuat dampak stres Penerimaan postif terhadap perubahan dan hubungan yang kuat Resiliensi Jumlah
3.7.2
Nomor Item
Jumlah
6, 8, 9
3
3, 4, 7, 10
4
1, 2, 5
3 10
Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Validitas merupakan derajat ketepatan atau kesesuaian data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (sugiono, 2015). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) 10 yang disusun oleh Kathryn M. Connor dan Jonathan R.T. Davidson pada tahun 2003 serta dikembangkan oleh Laura Campbell-Sills dan Murray Stein pada tahun 2009( swajana, 2016). Peneliti telah meminta izin kepada penyusun dan mendapatkan izin untuk menggunakan kuesioner tersebut. Peneliti telah memperoleh versi asli dari kuesioner CD-RISC 10 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yuristie Lamsinar. Kuesioner CD-RISC 10 merupakan kuesioner baku dan telah melalui uji validitas dalam berbagai populasi, seperti orang dewasa, lanjut usia, pasien dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan sebagainya. Sebuah studi oleh Knows-His-Gun et al pada tahun 2013 menunjukkan hasil validitas konvergen kuesioner CD-RISC dalam mengukur tingkat depresi sebesar r = 0,51 (CDRISC 25 dan CD-RISC 10), self efficacy dengan r = 0,47 (CD-
RISC 25) dan r = 0,45 (CD-RISC 10), penguasaan diri dengan r = 0,29 (CD-RISC 25) dan r = 0,31 (CD-RISC 10), serta dukungan sosial dengan r = 0,27 (CD-RISC 25) dan r = 0,21 (CD-RISC 10)(66). Octaryani dan Baidun juga telah melakukan uji validitas konstruk resiliensi terhadap kuesioner CD-RISC ditambah beberapa item dari adaptasi skala Likert terhadap 200 orang lakilaki petugas pemadam kebakaran di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 dan terdapat 13 item yang tidak signifikan dari 48 item yang diuji. Meskipun demikian, 10 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner CD-RISC 10 semuanya menunjukkan nilai t > 1,96 (connor 2018). Akan tetapi, dikarenakan terdapat perbedaan responden, peneliti akan melakukan uji validitas terhadap 20 ODS yang tidak menjadi sampel penelitian di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
Uji
validitas
dilakukan
dengan
menghitung masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus Pearson Product Moment. rxy = N Σ XY - (Σ X) - (Σ Y) √[N Σ X2 - (Σ X)2 ] [N Σ Y2 - (Σ Y)2]
Keterangan: rxy = koefisien korelasi product moment ΣX = jumlah skor item ΣY = jumlah skor total N = jumlah responden
Valid atau tidaknya instrumen dilihat dari perbandingan r hitung dan r tabel. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel, begitu pula sebaliknya. 2.
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat konsistensi atau stabilitas data(59). Reliabilitas juga memiliki arti sejauh mana suatu alat ukur mampu menghasilkan
nilai
yang
konsisten
meskipun
dilakukan
pengukuran berulang atau beberapa kali pengukuran terhadap subyek dan aspek yang sama, selama aspek dalam subyek tersebut belum mengalami perubahan (swarjana 2016). Pada penelitian terhadap para siswa di Jepang oleh Ito et al (2009), kuesioner CD-RISC menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha 0,94 dan 0,90 untuk dua sampel, serta menunjukkan nilai 0,94 dan 0,83 ketika dilakukan uji reliabilitas ulang (re-reliability test). Pada penelitian terhadap orang dewasa di Korea oleh Baek et al (2011), kuesioner ini juga menunjukkan homogenitas dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,93 untuk dua sampel dan nilai 0,70 pada uji reliabilitas ulang. Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,93 juga diperoleh dari penelitian terhadap pasien psikiatris dan pasien rawat jalan di Brazil yang diteliti oleh Solano et al pada tahun 2016 (connor 2018). Namun, karena terjadi perbedaan responden, maka peneliti akan melakukan uji reliabilitas terhadap 20 ODS yang tidak menjadi sampel penelitian di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini, antara lain: 1.
Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian (ethical clearance)
kepada
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro untuk diberikan kepada Direktur RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang melalui bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang). 2.
Setelah surat izin penelitian disetujui oleh Direktur RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, peneliti melakukan eji etik (ethical clearance) yang diajukan oleh bidang Litbang RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sebagai syarat penelitian.
3.
Peneliti meminta izin kepada Kepala Ruang untuk melakukan penelitian dengan menunjukkan surat izin penelitian yang telah disetujui oleh Kepala Bidang Keperawatan RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
4.
Peneliti melakukan pengumpulan data di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
5.
Selanjutnya, proses pengambilan data dilakukan dengan tahaptahap sebagai berikut: a. Peneliti memperkenalkan diri.
b. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Responden yang bersedia berpartisipasi selanjutnya diberi kuesioner. c. Saat memberikan kuesioner kepada responden, peneliti membacakan
petunjuk
pengisian
dan
memberikan
kesempatan bagi responden untuk bertanya apabila ada pertanyaan atau petunjuk yang kurang dimengerti d. Peneliti membantu membacakan dan mengisikan kuesioner sesuai dengan permintaan responden bagi responden mengalami keterbatasan dalam membaca maupun menulis. e. Apabila terdapat jawaban yang kurang lengkap, peneliti meminta responden untuk meneliti saat itu juga. Peneliti juga memeriksa jawaban responden dengan melihat informasi yang terdapat pada rekam medis responden sehingga informasi yang didapat peneliti menjadi lebih lengkap. f. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan kuesioner dan melakukan perhitungan serta pengecekan kembali. 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1
Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1.
Penyuntingan data (editing) Penyuntingan data (editing) merupakan suatu proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data (instrumen menghitung
penelitian). banyaknya
Pemeriksaan lembar
tersebut
pertanyaan,
mencakup banyaknya
pertanyaan yang telah terjawab secara lengkap, serta pertanyaan yang belum terjawab. Pada tahap editing, peneliti memiliki
kesempatan untuk melengkapi data yang kurang maupun memperbaiki atau mengoreksi data yang sebelumnya kurang jelas (canova 2017). 2. Pemberian kode (coding) Coding
adalah
suatu
proses
pemberian
kode
dengan
mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden sesuai dengan jenis atau kategorinya. Tahap coding ini berfungsi untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan tabulasi (pengolahan data), serta dalam pembacaan data. Dalam penelitian ini, pemberian kode dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Kuesioner A 1) Usia 18-40 tahun diberi kode 1, 41-60 tahun diberi kode 2, dan >60 tahun diberi kode 3. 2) Jenis kelamin laki-laki diberi kode 1, perempuan diberi kode 2. 3) Status perkawinan, belum menikah diberi kode 1, menikah diberi kode 2, bercerai diberi kode 3, dan cerai mati diberi kode 4 4) Pendidikan terakhir, tidak sekolah diberi kode 1, tidak tamat SD/sederajat diberi kode 2, tamat SD/sederajat diberi kode 3, tamat SMP/sederajat diberi kode 4, tamat SMA/sederajat diberi kode 5, dan akademi/perguruan tinggi diberi kode 6. 5) Pekerjaan, tidak bekerja diberi kode 1, pegawai diberi kode 2, wiraswasta diberi kode 3, petani/nelayan/buruh diberi kode 4, dan lainnya diberi kode 5 6) Agama Islam diberi kode 1, Kristen diberi kode 2, Katolik diberi kode 3, Hindu diberi kode 4, Budha diberi kode 5, dan lainnya diberi kode 6
7) Situasi tinggal, sendiri diberi kode 1, dengan keluarga diberi kode 2, dan lainnya diberi kode 3. 8) Riwayat penyakit jiwa di keluarga, jika ada diberi kode 1, tidak ada diberi kode 2. 9) Pengalaman traumatis, pernah diberi kode 1, tidak pernah diberi kode 2. b. Kuesioner B Kuesioner B dalam penelitian ini adalah kuesioner ConnorDavidson Resilience Scale-10 (CD-RISC-10) yang terdiri dari 10 item pertanyaan. Terdapat lima pilihan jawaban, yaitu tidak setuju (diberi kode 0), kurang setuju (diberi kode 1), agak setuju (diberi kode 2), setuju (diberi kode 3) dan sangat setuju (diberi kode 4). 3. Memasukkan data (data entry) atau processing Data entry atau processing adalah kegiatan memasukkan data yang telah diberikan kode tertentu ke dalam komputer. Data yang telah dimasukkan selanjutnya akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan software komputer 4.
Pembersihan data (cleaning) Pembersihan data atau cleaning adalah tahap pengecekan ulang oleh peneliti untuk memastikan kelengkapan data. Pada tahap ini, peneliti dapat memeriksa kemungkinan adanya kesalahan kode atau ketidaklengkapan data, sehingga peneliti dapat melakukan koreksi terhadap data-data tersebut.
3.8.2
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis univariat. Analisis univariat berfungsi untuk mendeskripsikan penyebaran variabel tunggal dalam suatu sampel (canova 2017). Hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
tabel selanjutnya akan diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian. 3.9 Etika Penelitian Etika penelitian merupakan sebuah pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian sebagai upaya menemukan jawaban atas pertanyaannya(alvi, 2016). Berikut merupakan beberapa etika penelitian menurut International Ethical Guidelines for Health-related Research Involving Humans ( council, 2016): 1. Mengandung nilai sosial (social value) Nilai sosial mengacu pada pentingnya informasi yang akan diperoleh dari proses penelitian. Informasi tersebut dianggap penting karena dapat meningkatkan pemahaman serta penatalaksanaan terhadap masalah kesehatan terkait. Penelitian yang dilakukan diharapkan menghasilkan informasi yang nantinya dapat meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat. 2. Mengandung nilai keilmuan (scientific value) Nilai keilmuan mengacu pada kemampuan penelitian untuk menghasilkan informasi yang valid, reliabel dan mampu menggambarkan kondisi objektif
dari
suatu
variabel.
Peneliti
harus
memastikan
bahwa
penelitiannya memiliki standar keilmuan yang tinggi demi menjaga integritas firma penelitian atau almamater dan memenuhi fungsi sosialnya. 3. Kualifikasi personel penelitian Sponsor, peneliti, maupun komite etik penelitian harus memastikan bahwa semua personel yang terlibat dalam penelitian memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang cukup agar dapat melaksanakan penelitian secara kompeten dan penuh integritas. Kualifikasi personel penelitian harus dijelaskan dalam materi yang diberikan kepada komite etik penelitian. 4. Menghargai hak dan kesejahteraan responden Semua penelitian yang melibatkan manusia harus dilakukan dengan cara yang mengedepankan hak dan kesejahteraan individu maupun komunitas
yang terlibat dalam penelitian. Hal ini termanifestasi dalam bentuk pemberian informed consent, memastikan bahwa penelitian tersebut memiliki risiko yang minimal dan layak demi kepentingan penelitian, mementingkan aspek keadilan dan kejujuran. Dalam menentukan masalah kesehatan yang perlu diteliti, peneliti harus mempertimbangkan risiko, halangan, mengantisipasi persebaran manfaat penelitian bagi individu dan siapa saja yang berpeluang mengakses informasi maupun intervensi dari penelitian. 5. Menyebarluaskan hasil penelitian Penyebaran hasil penelitian penting dilakukan demi terpenuhinya nilai sosial. Hasil penelitian, bahkan penemuan negatif sekalipun tetap harus disebarluaskan setelah melalui proses review oleh komite etik penelitian, baik pada tingkat institusi, lokal, regional, nasional, hingga internasional.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Igwenagu, Chinelo. 2016. Fundamental of research methodology and data collection. Enugu: LAP Lambert Academic Publishing.
2.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.
3.
Walliman, Nicholas. 2011. Research Methods: the basics. New York: Taylor & Francis e-Library.
4.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
5.
Alvi, Mohsin. A Manual for Selecting Sampling Techniques in Research. Munich Personal RePEc Archive. 2016. Available from: https://mpra.ub.uni-muenchen.de/70218/
6.
Sabri, Luknis & Sutanto Priyo Hastono. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
7.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
8.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatidf, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
9.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pendekatan
10. Yudrik, J. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. 11. Connor, Kathryn M. & Jonathan R.T. Davidson. CD RISC: The Connor Davidson Resilience Scale [internet]. 2016. Available from: www.connordavidson-resiliencescale.com/about.php 12. Octaryani, Meggi & Akhmad Baidun. Uji Validitas Konstruk Resiliensi. JP3I. 2017; VI (1). 13. Swarjana, I Ketut. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI. 14. Connor, Kathryn M. & Jonathan R.T. Davidson. 2018. Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) Manual. Unpublished. Partly accessible at: www.cd-risc.com 15. Canova, Stefania, Diego Luigi Cortinovis and Federico Ambrogi. How to describe univariate data. Journal of Thoracic Disease. 2017; 9(6): 17411743.
16. Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS) & World Health Organization (WHO). 2016. International Ethical Guidelines for Health-related Research Involving Humans, Fourth Edition. Geneva: Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS).