Lap PRKT Farkol Diuretik New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI HUBUNGAN CARA PEMBERIAN - EFEK DIURETIK HCT ORAL – IP



KELOMPOK 2 REGULER 2 18B DISUSUN OLEH : ANGGOTA : 1. ASHARI YUSUF



(03422118061)



2. DEWI NOVILIA



(03422118114)



3. DIAN RAHMAWATI



(03422118124)



4. DONNA BERLYANA



(03422118135)



5. ELLA NURLATIFAH



(03422118135)



6. ERNA HADI SULISTIYANI



(03422118158)



AKADEMI FARMASI IKIFA JAKARTA 2019 JL. BUARAN II NO.30 A, KLENDER, DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR



1



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN



………...…………………………………………………3



1.1 LATAR BELAKANG



…………………...………………………………………3 …...………………………………………………4



1.2 RUMUSAN MASALAH



1.3 TUJUAN PRAKTIKUM ……. ……...……………………………………………4 1.4 MANFAAT PRAKTIKUM



...…………………………………………………5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



…………..……………………………….………6



2.1 TEORI UMUM ……………..……………………………………………….……6 BAB III METODE PERCOBAAN …..…………………………..…………………11 1. PROSEDUR KERJA 2. ALAT-BAHAN



…………..…………………………………………..…11



………………………..…………………………………..……11



3. PERHITUNGAN ……………………………..…………………………………..12 4. PEMBUATAN SEDIAAN



……………………………..…………………..16



5. DEFINISI OPERASIONAL



……………………………..…………………..18



6. CARA ANALISIS ……………………………..…………………………………..18 ……………………………..…………..19



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN I. HASIL



…………………..……………………………………………………..19



II.PEMBAHASAN



…………………………..……………………………………..21 …………………………..……………..23



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN I. KESIMPULAN II. SARAN



…………………………………………..……………………..23



……………………………………..…………………………………..23



BAB VI DAFTAR PUSTAKA



……………………………………..…………..24



LAMPIRAN …………………………………..……………………………………..24



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempertahankan homeostatis, ekskresi air dan elektrolit pada asupan harus melebihi ekskresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan diikat dalam tubuh. Jika asupan kurang dari ekskresi maka jumlah zat dalam tubuh akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk mengubah ekskresi natrium sebagai respon perubahan asupan natrium akan sangat besar. Hal ini sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya seperti klorida, kalium, kalsium, hidrogen, magnesium dan fosfat.



Obat diuretik adalah sekelompok obat yang dapat meningkatkan laju pembentukan urine. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat – zat terlarut dalam air.



Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Obat – obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat – obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorbsi Na + dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama – sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Perubahan osmotik dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak dalam tubulus ginjal, dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion dalam urine dan darah.



Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli bekerja sebagai saringan halus yang menyaring darah. Didalam darah



3



terkandung garam, air, dan glukosa. Filtrat yang diperoleh mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong ( kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil yaitu tubulus proksimal. Di sini terjadi peristiwa reabsorbsi secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam – garam antara lain ion Na+. Zat – zat ini di kembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli, sisanya yang tak berguna seperti “ sampah” perombakan metabolisme-protein(ureum) untuk sebagian besar tidak di serap kembali. Hasilnya urine akan diserap kembali di tubulus distal dan dikumpulkan di duktus kolektivus dan ditimbun di kandung kemih sebagai urin sesungguhnya.



Pada



praktikum



ini



kami



melihat



pengaruh



pemberian



obat



Hidroklorotiazid (HCT) terhadap perubahan kondisi fisiologis pada hewan percobaan (mencit)



1.2 Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenal, mempraktikan dan membandingkan hubungan cara pemberian - efek diuretik dari Hidroklorotiazid (HCT) oral – ip pada hewan percobaan (mencit).



1.3 Tujuan Praktikum



Tujuan Umum Praktikum Farmakologi Membuktikan bahwa: 



HCT mempunyai efek diuretika







Adanya hubungan cara pemberian dengan efek diuretik dari HCT oral – ip







HCT berkhasiat diuretik lemah



Tujuan Khusus Praktikum Farmakologi Diuretik



4







Untuk membandingkan hasil onset dan Rata2 % efek



1.4 Manfaat Praktikum Diharapkan pada praktikum ini para mahasiswa dapat membuktikan adanya hubungan cara pemberian dengan efek diuretik Hidroklorotiazid (HCT) dan serta membandingkan onset dan rata2 % efek dari tiap percobaan.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum



Diuretik merupakan senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urine yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam – garam. Secara normal, reabsorbsi garam dan air dikendalikan masing – masing oleh aldosteron vasopiesin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja dengan menurunkan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus. Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi udema pada gagal jantung kongesif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis.



Diuretik meningkatkan pengeluaran garam dan air di ginjal hingga volume darah dan tekanan menurun. Disamping itu, diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Natrium membuat dinding lebih kebal terhadap noradrenalin, hingga daya tahannya berkurang, efek hipotensifnya relatif ringan dan tidak meningkat dengan memperbesar dosis (sebagaimana halnya dengan reserpine).



Beberapa diuretik pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urine dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus.



6



Dengan demikian yang dapat digunakan secara terapeutik hanyalah kemampuannya untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme. Karena konsentrasi diuretik pada saat melawati nefron meningkat dengan hebat, maka efeknya pada ginjal dibandingkan dengan efeknya pada organ lain lebih dominan.



Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. 1.



Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang



reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. 2.



Status fisiologis dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati,



gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. 3.



Interaksi antara obat



diketahui,



diuretik



digunakan



dengan untuk



reseptor. Sebagaimana merangsang



terjadinya



umumnya diuresis.



Penggunaan diuretik sudah sedemikian luas.



Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : 1. Diuretik Osmotik 2. Penghambat mekanisme transport elektrolit



Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal terdiri atas : 1. Penghambat karbonik anhydrase 2. Benzotiadiazid 3. Diuretik hemat kalium 4. Diuretik kuat



7



Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal. Karena segmen ini punya fungsi – fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap kerjanya pada nefron dan fisiologis normal dari segmen tersebut.



Mekanisme Transpor Tubulus ginjal :



1. Tubulus Proksimal Dalam tubulus proksimal yang berada dalam korteks ginjal, hampir semua glukosa, bikarbonat, asam amino dan metabolit lain direabsorbsi. Sekitar dua pertiga jumlah Na+ juga direabsorbsi ditubulus proksimal, klorida dan air mengikuti denagn pasif untuk mempertahankan keseimbangan elektrik dan osmolaritas. Bila tidak untuk reabsorbsi ekstensif air dan zat – zat yang terlarut didalamnya pada tubulus proksimal, maka mamalia akan segara mengalami dehidrasi dan kehilangan osmolaritas normalnya.



2. Ansa Henle Pars Desendens Sisa filtrate yang isotonis, memasuki ansa henle pars desendens dan terus ke dalam medulla ginjal. Osmolaritas miningkat sepanjang bagian desendens dari ansa henle karena mekanisme arus balik. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi garam tiga kali lipat dalam cairan tubulus.



3. Ansa Henle Pars asendens Sel – sel epitel tubulus asendens unik karena impermeable untuk air. Reabsorbsi aktif ion-ion Na+ , K+ , dan Cl- dibantu oleh suatu kotransporter Na+ / K+ / Cl- , Mg++ dan Ca++. Jadi, pars asendens merupakan bagian pengencer dari nefron



8



4. Tubulus Distal Sel – sel tubulus distal juga impermeable untuk air. Sekitar 10% dari natrium klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter Na + / Cl, yang sensitive terhadap diuretik tiazid. Selain itu, ekskresi Ca ++ diatur oleh hormon paratiroid pada bagian tubulus ini.



5. Tubulus dan duktus renalis rektus Sel – sel utam dan sel - sel interkalasi dari tubulus renalis rektus bertanggung jawab untuk pertukaran Na+, K+ dan untuk sekresi H+ dan reabsorbsi K+. Stimulasi reseptor aldosteron pada sel – sel utama menyebabkan reabsorbsi Na+ dan sekresi K+



Khasiat antihipertensi diuretik berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah janutng sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi.



Penggolongan obat diuretik terbagi atas :



1. Penghambat karbonik anhidrase Mekanisme kerja obat ini yaitu menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel epitel tubulus proksimal. Dimana enzim karbonik anhidrase ini bekerja mengkatalisis reaksi CO2 dan H20 menjadi H+ dan HCO3(bikarbonat) yang akan diabsorbsi ditubulus proksimal. Peningkatan HCO 3 akan berbanding lurus dengan peningkatan cairan tubuh. Oleh karena itu, enzim karbonik anhidrase ini harus dihambat. Contoh : Asetazolamid



2. Loop diuretik Mekanisme kerja golongan obat ini yaitu menghambat kontranspor Na/K/Cl dari membran lumen pada pars asendens ansa henle. Karena itu, reabsorbsi Na, K, Cl menurun, sehingga tidak menyebabkan peningkatan cairan tubuh. Contoh : Asam etakrinat, bumetanide, furosemide, torsemid



9



3. Diuretik tiazid Mekaniseme kerja obat golongan ini yaitu menurunkan reabsorbsi NaCl dengan menghambat kontransporter Na/Cl di membran lumen tubulus distal, akibatnya obat – obat ini meningkatkan konsentrasi Na/Cl pada cairan tubulus. Karena tempat kerja derivat tiazid adalah membran lumen, maka obat – obat ini harus diekskresikan kedalam lumen tubulus untuk menjadi efektif. Peningkatan ekskresi Na dan Cl akan menyebabkan diuresis. Contoh : Klorotiazid, klortalidon, hidroklortiazid, indapamide, metolazon. Hidroklorthiazida o Efek diuresis lebih ringan o Bertahan lebih lama 6-12 jam o Bekerja di bagian depan tubuli distal o Dosis : 25 mg – 100 mg o Terutama digunakan untuk mengatasi hipertensi



4. Diuretik hemat kalium Diuretik hemat kalium merupakan obat yang bekerja ditubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorbsi Na+ sekresi K+ dan sekresi H+. Diuretik hemat kalium digunakan terutama bila aldosterone berlebihan, Contoh : triamterene Mekanisme kerja obat ini yaitu antagonis aldosterone, bersaing dengan aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma intraseluler. Contoh : spironolactone



5. Diuretik osmotik Mekanisme kerja golongan obat ini adalah menyeimbangkan cairan tubuh



intra



seluler,



mempertahankan



aliran



urine



yang



akan



mempertahankan fungsi ginjal dalam jangka waktu lama. Contoh : Manitol, urea



10



BAB III Metoda Percobaan



1.



Prosedur Kerja



Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum adalah menyiapkan 6 ekor mencit yang sudah di puasakan (kurang lebih 12-14jam sebelum di gunakan untuk praktik) dan kemudian di timbang untuk mengetahui berat badan mencit , setelah itu di tentukan dosis diuretik yang akan diberikan pada setiap mencit kemudian dilakukan penyuntikan menggunakan sonde (jarum suntik yang ujungnya tumpul) untuk dimasukan kedalam mulut mencit kemudian perlahan-lahan di masukan melalui tepi langit-langit kebelakang sampai ke esofagus. Dan di iv melalui jarum suntik dan disuntikan dibagian kaki kiri si mencit dengan kulit diperut nya ditarik supaya perut si mencit menjadi keras. Kemudian di lakukan pengamatan pada masing masing mencit dan melakukan pencatatan ketika mencit mengeluarkan air kemih



2.



Alat – Bahan



Bahan 



Larutan NaCl







HCT 25mg







Gom 2%







Mencit putih DDY, 20-25 g Alat







Timbangan mencit







Sonde oral mencit







Spuit injeksi 1 ml







Kapas dan alcohol 70%



11



3.







Kandang metabolisme individual







Alat gelas sesuai kebutuhan



Perhitungan



Perla-



dosis



sediaan untuk manuad kuan sia m'cit vol obat vol (ekor) Etiket (mg) (mg) (ml) (mg) (ml) Induktor 0,5 900 25 NaCl 3,6% Normal 0,5 500 100 Trag 1/2% Sediaan induk Fu 40 mg/tabl 40 10 Fu 4 mg/ml Fu40 40 0,164 0,5 4 12 24,3 Fu 4 mg/12ml Sediaan induk HCT 25 mg/tabl 25 10 HCT 2.5 mg/ml H50 50 0,206 0,5 5 12 24,3 HCT 5mg/12ml AED HCT 50 MG



= 50 mg / 60 kg X 12,3 X 0,02 kg = 0,205 mg = 0,205 mg / 5 mg X 12 ml = 0,492 ml



Sediaan Gom 2%



= 0,5 ml / 20 g



Sediaan NaCL 3,6%



= 0,5 ml /20 g



Mencit No. 7 H or



= 32g / 20g X 0,49 ml = 0,78 ml



I or



= 32g / 20g X 0,50 ml = 0,80 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,80 ml + 0,78 ml = 1,58 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,80 ml / 1,58 ml x 100% = 50,63 %



12



Mencit No. 8 H ip



= 26g / 20g X 0,49 ml = 0,64 ml



I or



= 26g / 20g X 0,50 ml = 0,65 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,65 ml + 0,64 ml = 1,29 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,6 ml / 1,29 ml x 100% = 46,51 %



Mencit No. 9 N or



= 26g / 20g X 0,5 ml = 0,65 ml



I or



= 26g / 20g X 0,5 ml = 0,65 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,65 ml + 0,65 ml = 1,30 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,6 ml / 1,30 ml x 100% = 46,15 %



Mencit No. 10 N ip



= 26g / 20g X 0,5 ml = 0,65 ml



I or



= 26g / 20g X 0,5 ml = 0,65 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,65 ml + 0,65 ml = 1,30 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,50 ml / 1,30 ml x 100% = 38,46



13



Mencit No. 11 H or



= 23g / 20g X 0,49 ml = 0,56 ml



I or



= 23g / 20g X 0,50 ml = 0,58 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,58 ml + 0,56 ml = 1,14 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,9 ml / 1,14 ml x 100% = 78,95 %



Mencit No. 12 H ip



= 28g / 20g X 0,49 ml = 0,69 ml



I or



= 28g / 20g X 0,5 ml = 0,70 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,69 ml + 0,70 ml = 1,39 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 1,10 ml / 1,39 ml x 100% = 79,14 %



Mencit No. 13 H or



= 29g / 20g X 0,49 ml = 0,71 ml



I or



= 29g / 20g X 0,50 ml = 0,73 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,73 ml + 0,71 ml = 1,39 ml



14



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,3 ml / 1,44 ml x 100% = 20,83 %



Mencit No. 14 H ip



= 23g / 20g X 0,49 ml = 0,56 ml



I or



= 23g / 20g X 0,50 ml = 0,58 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,58 ml + 0,56 ml = 1,14 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,5 ml / 1,14 ml x 100% = 43,86 %



Mencit No. 15 N or



= 17g / 20g X 0,5 ml = 0,42 ml



I or



= 17g / 20g X 0,5 ml = 0,42 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,42 ml + 0,42 ml = 0, 84 ml



Rata2 %efek



= VUT / VCB X 100% = 0,4 ml / 0,84 ml x 100% = 47,62 %



Mencit No. 16 N ip



= 22g / 20g X 0,5 ml = 0,55 ml



I or



= 22g / 20g X 0,5 ml = 0,55 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,55 ml + 0,55 ml = 1,1 ml



15



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,4 ml / 1,1 ml x 100% = 36,36 %



Mencit No. 17 H or



= 28g / 20g X 0,49 ml = 0,69 ml



I or



= 28g / 20g X 0,5 ml = 0,70 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,69 ml + 0,70 ml = 1,39 ml Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 0,4 ml / 1,39 ml x 100% = 28,79 %



Mencit No. 18 H ip



= 24g / 20g X 0,49 ml = 0,59 ml



I or



= 24g / 20g X 0,5 ml = 0,60 ml



VCB = A(ml) + B (ml) = 0,60 ml + 0,59 ml = 1,19 ml



Rata2 % efek



= VUT / VCB X 100% = 1,1 ml / 1,9 ml x 100% = 92,44 %



4.



Pembuatan 



Timbang 1 g gom, gerus dalam lumpang, +kan aq des sedikit – sedikit ad 50 ml  beaker beri etiket “gom 2%







NaCl 900 mg dilarutkan dalam aq des ad 25 ml  etiket NaCl 3,6%







1 tablet HCT 25 mg digerus dengan gom 2% sedikit-sedikit ad 10 ml  vial  etiket : HCT 2,5 mg/ml







HCT 50 dibuat dengan mengencerkan 2 ml (ad4) dengan gom 2% ad 12 ml



16



Karakteristik Mencit 



mudah ditangani







bersifat penakut, fotofobic







cenderung berkumpul sesamanya







kecenderungan untuk bersembunyi







lebih aktif pada malam hari.







Kehadiran manusia akan menghambat mencit



Pemberian oral : 



bentuk suspensi, larutan atau emulsi,







dengan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul (bentuk bola/kanulla) = SONDE







Sonde ini dimasukan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esofagus



Pemberian secara intraperitoneal (ip) 



Pindahkan ekor tikus/mencit dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik kulit abdomennya sehingga menjadi tegang.







Pada saat penyuntikan, posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya.







Jarum disuntikan dengan membentuk sudut 45o dengan abdomen. Agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.







Cek sk : jarum di rongga perut diturunkan : kulit tidak ikut turun



Cara memperlakukan mencit 



Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan



17







biarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya







Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.







pindahkan ekornya dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, sehingga mencit cukup erat dipegang



Pemberian obat dapat dimulai  oral  DESINFEKSI ALKOHOL 70%  ip, sk, im



5.



Definisi Operasional VCB : Volume Cairan Diberikan VUT : Volume Urin Tertampung



6.



Cara analisis Onset : waktu mulai kencing – waktu diberikan obat Ip



: intra parenteral



Oral



: pemberian dalam oral



18



Bab IV Hasil dan Pembahasan



1. Hasil



No



Perla



Berat



NaCL



Obat



Mencit



kuan



(g)



A(ml)



Jam



7



H-or



32



0,80



11



H-or



23



13



H-or



17



H-or



VCB



Onset



ml VUT jam ke -



Rata2 % efek



(ml)



Jam



(')



1



2



9.53



B (ml) 0,78



1,58



10.05



12



0,50



0,80



50,63



0,58



9.59



0,56



1,14



10.08



9



0,40



0,90



78,95



29



0,73



9.23



0,71



1,44



9.45



22



0,30



0,30



20,83



28



0,70



9.31



0,69



1,39



10.01



30



0,3



0,40



28,78



18



0,37



0,60



44,80



1,37



3



8



H-ip



26



0,65



9.23



0,64



1,29



9.45



22



0,30



0,60



46,51



12



H-ip



28



0,70



10.06



0,69



1,39



10.10



4



1,10



1,10



79,14



14



H-ip



23



0,58



9.32



0,56



1,14



9.52



18



0,50



0,50



44,25



18



H-ip



24



0,60



9.43



0,59



1,19



10.10



27



0,60



1,10



92,44



18



0,62



0,82



65,58



1,25 9



N-or



26



0,65



9.56



0,65



1,30



10.25



29



0,60



0,60



46,15



15



N-or



17



0,42



9.26



0,42



0,84



10.16



50



0,40



0,40



47,62



39



0,50



0,50



46,88



1,07 10



N-ip



26



0,65



10.02



0,65



1,30



10.30



28



0,00



0,50



38,46



16



N-ip



22



0,55



9.42



0,55



1,10



10.16



34



0,40



0,40



36,36



31



0,20



0,45



37,41



1,2



19



Diuretik 17-10-2019 Rata2 %efek 70 60 50 40 30 20



onset



%



H - or



18



44,80



Onset



H - ip



18



65,58



N - or



39



46,88



N - ip



31



37,41



10 0 H - or



H - Ip



N - Or



% Rata2



Perlakuan



Efek



N- ip



Diuretik 17-10-2019 ml Rata2 VUT ml Rata2



ml Rata2



VUT



VUT



JAM KE



JAM KE



1



2



H - or



0,37



0,60



H – ip



0,62



0,82



N – or



0,50



0,50



N – ip



0,20



0,45



1 Perlakuan



0.8 0.6



% Jam 1 % Jam 2



0.4



3-D Column 3 0.2 0 H - Or H - Ip N - Or N - Ip



20



2. Pembahasan



Percobaan ini menggunakan hewan coba mencit yang dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok diberi 6 mencit , dan dengan beberapa percobaan, dengan oral dan ip , dengan obat HCT , dan normal.



Diuretika dapat menyebabkan suatu keadaan meningkatnya volume urin. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Jadi diuretik meningkatkan volume urin dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dalam urin dan darah.



HCT( Hidroklortiazid) adalah obat diuretik yang sering digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi dan pembengkakkan karena penimbunan cairan. Kegunaan lain termasuk diabetes insipidus, renal tubular asidosis, dan untuk mengurangi resiko batu ginjal pada orang – orang dengan tingkat kalsium urin tinggi.



Dalam percobaan ini terdapat suatu hasil dimana mencit yang diberikan HCT



lebih



banyak



mengeluarkan



urin



dibandingkan



mencit



yang



mendapatkan perlakuan N.



Sediaan uji dinyatakan berkhasiat diuretik sedang jika VUT/VCB X 100 % = 80 -100% , dinyatakan berkhasiat lemah jika VUT/VCB X 100% = 40 80 %.



Mencit adalah hewan uji yang baik untuk dilakukan pengamatan dalam laboratorium. Mencit sebenarnya baik untuk pengujian diuretik ini, namun dalam pengujian ini memiliki kekurangan karena volume urin yang



21



dapat ditampung kandung kemih mencit hanya 0,15 ml, ini menyebabkan pengeluaran urin oleh mencit lebih kecil sehingga dikhawatirkan dapat menyulitkan dalam pengukuran secara kuantitas



22



Bab V



Kesimpulan dan Saran I.



Kesimpulan a) HCT berefek diuretika karena % diuresis lebih banyak dari normal b) Tidak terdapat hubungan cara pemberian dengan efek, teori tidak terbukti pada praktikum c) Onset : H-or (18’) = H-ip (18’) lebih cepat dari N-ip (31’) lebih cepat dari N-or (39’) d) Efek H-ip (65,58%) lebih lama dari N-or (46,88%) lebih lama dari H-or (44,80%) lebih lama dari N-ip (37,41%) e) H50 merupakan Diuretik lemah, karena termasuk range syarat diuretik lemah (40% - 80 %)



II.



Saran Saran yang dapat penulis berikan adalah agar mahasiswa dapat



memahami tentang diuretika juga tentang praktikum farmakologi .Pada makalah berikutnya menjadi lebih baik lagi.



23



Daftar Pustaka



1. Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, ed 5, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. (OOP) 2. Ganiswara, G.S., dkk, 2007, Farmakologi & Terapi, ed 5, Bagian Farmakologi Kedokteran UI, Jakarta. (FT) 3. Martindale ed 28,796-797 4. Hanafiah, Kemas Ali. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005. 5. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 1993, Kelompok kerja ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. (PF)



24