Laporan 1 Madukismo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIK KERJA MANAJEMEN PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DI PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL



LAPORAN MAGANG I Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian



Oleh : YOANES KRISOSTOMOS NARGY JUSTRA SEPTARISCO NIM : 522014009



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017



i



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG I



PRAKTIK KERJA MANAJEMEN PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DI PABRIK GULA MADUKISMO BANTUL



oleh : Yoanes Krisostomos Nargy Justra Septarisco 522014009 Proposal magang ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing pada tanggal :



Salatiga, …………….. Mengesahkan, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana



Menyetujui, Pembimbing,



(Dr. Tinjung Mary Prihtanti S.P., M.P)



Ketua Program Studi Agribisnis,



(Dr. Ir. Bayu Nuswantara, M.M) ii



RINGKASAN Pabrik Gula Madukismo di Bantul ini memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menghasilkan produk gula yang berkualitas. Kualitas gula sangat di perhatikan baik pada saat di kebun, panen, pengangkutan, pengolahan, pengemasan sampai pada distribusi. Manajemen yang dilakukan perusahaan meliputi perencanaan dan pengoperasian. Perencanaan terdiri dari persiapan mesin dan peralatan perusahaan, perencanaan bahan baku utama, perencanaan bahan baku tambahan dan Raw Sugar Pengoperasian terdiri dari proses produksi gula dari tebu, proses produksi gula dari Raw Sugar, manajemen SDM pada proses produksi, manajemen kualitas pada proses produksi dan manajemen perawatan alat dan mesin. Secara keseluruhan PG. Madukismo sudah menerapkan manajemen yang baik pada setiap tahapan produksi baik pada saat persiapan sampai pada pada saat pabrik beroperasi. Walaupun terdapat beberapa permasalahan yaitu persiapan ketel uap yang kurang maksimal diawal produksi, permasalahan tenaga kerja dan kerusakan alat – alat namun PG. Madukismo mampu mengatasinya. Dengan manajemen yang baik tersebut PG. Madukismo mampu menghasilkan produk gula berkualitas SHS (Super High Sugar) yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula.



iii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL



i



HALAMAN PENGESAHAN



ii



RINGKASAN



iii



DAFTAR ISI



iv



DAFTAR TABEL



vi



DAFTAR GAMBAR



vii



KATA PENGANTAR



viii



BAB I. PENDAHULUAN



1



1.1. Latar Belakang



1



1.2. Maksud dan Tujuan Magang



2



1.3. Ruang Lingkup



2



1.4. Signifikansi



2



BAB II. TELAAH TEORI



4



2.1. Manajemen Produksi



4



2.2. Perencanaan Produksi



4



2.3. Pengoperasian sistem produksi



8



BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 3.1. Rencana Kerja



9 9



3.1.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang



9



3.1.2. Metode Pelaksanaan Magang



9



3.1.3. Ketrampilan Kegiatan Magang



9



3.2 Realisasi pelaksanaan



10



3.2.1. Pelaksanaan Magang



10



3.2.2. Dampak kegiatan magang terhadap perusahaan yang dimagangi



12



BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan



13 13



4.1.1. Sejarah Perusahaan



13



4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan



14



4.1.3. Struktur Organisasi



14



4.1.4. Ketenagakerjaan



16



1. Karyawan



16 iv



2. Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja (K3)



17



3. Waktu Kerja



17



4.1.5. Lokasi dan layout perusahaan



18



3.1 Lokasi



18



3.2. Layout



18



4.1.6. Kapasitas Produksi



19



4.1.7. Desain Produk



19



4.2 Manajemen Perencanaan Perusahaan



20



1. Persiapan mesin dan peralatan perusahaan



20



2. Perencanaan bahan baku utama



21



3. Perencanaan bahan baku tambahan dan Raw Sugar



23



4.3 Manajemen pengoperasian



23



4.3.1. Proses Produksi Gula dari Tebu



23



1. Stasiun Timbangan



23



2. Stasiun Gilingan



27



3. Stasiun Pemurnian



29



4. Stasiun Penguapan



30



5. Stasiun Masakan/Kristalisasi



31



6. Stasiun Putaran



32



7. Stasiun Penyelesaian



33



4.3.2. Proses Produksi Gula dari Raw Sugar



37



4.3.3. Manajemen SDM pada proses produksi



38



4.3.4. Manajemen kualitas pada proses produksi



39



4.3.5. Manajemen perawatan alat dan mesin



39



BAB V. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN



41



BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN



42



DAFTAR PUSTAKA



43



LAMPIRAN



45



v



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rencana Kegiatan Magang



10



vi



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi PG-PS Madukismo



15



Gambar 2. Layout Perusahaan



19



Gambar 3. Gula Kemasan 1 kg



20



Gambar 4. Gula Kemasan 50 kg



20



Gambar 5. Mesin Uap di Stasiun Ketel



21



Gambar 6. Tebu Varietas BZ 132



22



Gambar 7. Pos Timbangan KA



24



Gambar 8. Pos Timbangan Bruto



25



Gambar 9. Proses pemindahan tebu ke lori



26



Gambar 10. Pos Timbangan Netto



26



Gambar 11. Emplacement



27



Gambar 12. Pengangkatan ke meja tebu



28



Gambar 13. Unigator



28



Gambar 14. Alur Stasiun Gilingan



29



Gambar 15. Pengangkutan Blotong



30



Gambar 16. Evaporator



30



Gambar 17. Skema Klare Gula



31



Gambar 18.Gambaran alat pemisah stroop dan klare



32



Gambar 19. Penimbangan manual



34



Gambar 20. Pengangkutan Gula



34



Gambar 21. Gula yang sudah tertata



34



Gambar 22. Eskalator Gula



35



Gambar 23. Mesin Packing Otomatis



35



Gambar 24. Packing Manual



36



Gambar 25. Penumpukan pada karung 25 kg



36



Gambar 26. Penyimpanan Raw sugar



37



Gambar 27. Peraturan menggunakan perlengkapan keselamatan



38



Gambar 28. Pengecekan Kristal Gula



39



vii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul Praktik Kerja Manajemen Produksi Gula Kristal Putih di PG. Madukismo Bantul dengan baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang sudah membantu proses berjalannya kegiatan magang ini, tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan laporan magang ini dengan baik. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis yang telah membantu penulis memberikan saran dan dukungan terhadap kegiatan yang penulis laksanakan. 2. Dr. Ir. Suprihati, MS dan Dr. Ir. Bayu Nuswantara, MM, selaku Ketua Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis. 3. Dr. Tinjung Mary Prihtanti S.P., M.P selaku dosen pembimbing yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari pembuatan proposal magang hingga penyusunan laporan magang. 4. Bapak Maryoto selaku pembimbing lapangan selama kegiatan magang di PG. Madukismo. 5. Mandor, Staff dan karyawan PG.Madukismo yang telah membantu selama kegiatan magang berlangsung. 6. Keluarga yang selalu mendukung selama kegiatan magang berjalan. Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap dibutuhkan guna penyempurnan laporan magang ini. Penulis berharap laporan magang ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan mempelajarinya. Sekian dan terimakasih. Salatiga, ………………….



Penulis



viii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Gula kristal putih atau yang sering disebut gula pasir merupakan produk olahan pertanian dari tanaman tebu dan secara ekonomi sangat berpotensi karena permintaanya yang cenderung meningkat. Tercatat di tahun 2015 rata – rata konsumsi gula pasir nasonal perkapita dalam seminggu mengonsumsi 1,305 ons dan akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus pada pabrik – pabrik gula yang masih berproduksi. Salah satu pabrik gula yang masih memproduksi gula kristal putih yaitu Pabrik Gula Madukismo. Pabrik Gula Madukismo dalam kegiatan produksinya beroperasi hanya pada bulan tertentu yaitu bulan Mei sampai September. Bulan tersebut adalah bulan dimana terjadi panen raya tebu dimana kandungan sukrosa paling tinggi. Dengan produksi gula yang dilakukan pada bulan - bulan tertentu tersebut dibutuhkan manajemen produksi yang baik supaya perusahaan terus dapat beroperasi dan memenuhi kebutuhan konsumen serta menghasilkan produksi yang maksimal. Manajemen produksi diperlukan untuk mengatur dan mengkordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa. Tanpa adanya manajemen produksi yang baik semua kegiatan produksi tidak akan berjalan teratur dan tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi yaitu perancangan atau disain sistem produksi dan pengoperasian sistem produksi dan operasi. Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis jurusan Agribisnis, kegiatan magang tentang manajemen produksi ini sangat diperlukan sebagai penerapan materi – materi ekonomi pertanian melalui praktik kerja yang dilakukan. Dengan kegiatan magang ini mahasiswa juga dapat memiliki keterampilan dan pengalaman kerja dalam hal manajemen produksi melalui praktik kerja yang dilakukan di PG. Madukismo.



1



1.2 Maksud dan Tujuan Magang a. Tujuan Umum : 1. Mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja.



b. Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam perencanaan sistem produksi dan operasi. 2. Mahasiswa



memperoleh



ketrampilan



dan



pengalaman



kerja



dalam



pengoperasian sistem produksi dan operasi.



1.3 Ruang Lingkup Kegiatan 1. Ruang lingkup perencanaan sistem produksi dan operasi yaitu : a. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi. b. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan. c. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi. d. Rancangan tata letak (layout) dan arus kerja atau proses. e. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas. 2. Ruang lingkup pengoperasian sistem produksi dan operasi yaitu: a. Pengendalian persediaan dan pengadaan bahan. b. Pemeliharaan mesin dan peralatan. c. Pengendalian mutu dan proses. d. Manajemen tenaga kerja (SDM).



1.4 Signifikansi / Manfaat Magang a. Bagi PG. Madukismo Kegiatan magang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PG. Madukismo dalam hal menjalin kerjasama dengan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. b. Bagi Fakultas Pertanian dan Bisnis Kegiatan magang ini bermanfaat bagi Fakultas Pertanian dan Bisnis dimana akan terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan fakultas, serta meningkatkan kualitas pendidiknya.



2



c. Bagi Mahasiswa Kegiatan magang ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan ilmu yang dimiliki dalam dunia kerja sesungguhnya, khususnya dalam hal perencanaan produksi dan rantai produksi.



3



BAB II TELAAH TEORI



2.1 Manajemen Produksi Handoko



(1984)



yang



menguraikan arti



manajemen



produksi



dan



operasional adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan : a. Sumberdaya-sumberdaya atau yang sering disebut dengan faktor-faktor produksi. b. Tenaga kerja c. Mesin-mesin d. Peralatan d. Bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa.



2.2 Perencanaan Produksi 1. Lokasi Alfred Weber (1929), memiliki teori yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.



Dalam menjelaskan



keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar. 2. Layout Operasi Macam – macam tipe layout: a. Layout Proses Layout Proses yaitu proses pengaturan dan penempatan semua fasilitas pabrik seperti mesin dan peralatan yang memiliki karakteristik kerja yang sama



4



atau memiliki fungsi yang sama ditempatkan pada satu departemen atau bagian, misalnya mesin bubut, mesin bor, mesin las, mesin sekrap dan lain sebagainya. b. Layout Produk Yaitu pengaturan tata letak fasilitas pabrik berdasarkan aliran dari produk tersebut. Tujuannya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan dalam kegiatan produksi. Pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, mesin cuci, televise, dan sebagainya.Dengan menggunakan layout produk ini, satu masalah yang tidak dapat dihindari adalah sulitnya realokasi operasi diantara pekerja untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan. c. Layout Kelompok Adalah pengaturan tata letak fasilitas pabrik ke dalam daerah daerah atau kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan pemrosesan yang sama. d. Layout Posisi Tetap Yaitu pengaturan material atau komponen produk yang dibuat akan tinggal tetap pada posisinya, sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin-mesin, manusia, serta komponen-komponen kecil lainnya akan bergerak atau berpindah menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut. e. Layout Bentuk-U Adalah pintu masuk dan keluar bahan baku dan produksi akhir berada pada posisi yang sama. d. Layout Gabungan Garis dan Proses Yaitu penggabungan kedua tipe layout proses dan layout produk dengan cara menempatkan mesin-mesin dalam masing-masing departemen menurut tipe mesin yang sama atau menurut prinsip pengaturan berdasarkan proses. e. Layout Gabungan Garis dan Bentuk-U Untuk mengatasi angka pecahan dalam jumlah pekerja, dapat ditempuh dengan menggabungkan beberapa lini bentuk-U menjadi satu lini terpadu. Prinsip dasar penyusunan layout: a. Integrasi Secara Total



5



Menyatakan bahwa tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara terintegrasi dari semua factor yang mempengaruhi proses produksi menjadi satu unit organisasi yang besar b. Jarak Perpindahan Bahan Paling Minimun Waktu perpindahan bahan dari satu proses ke proses yang lain dalam suatu industry dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan tersebut seminimum mungkin. c. Memperlancar Aliran Kerja Material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi atau gangguan skedul kerja. d. Kepuasan dan Keselamatan Kerja Suatu layout yang baik apabila pada akhirnya mampu memberikan keselamatan dan keamanan dari orang yang bekerja di dalamnya. e. Fleksibilitas Suatu layout yang baik dapat juga mengantisipasi perubahan-perubahan dalam bidang teknologi, komunikasi maupun kebutuhan konsumen. Produsen yang cepat tanggap akan perubahan tersebut menuntut tata letak fasilitas pabrik diatur dengan memperhatikan prinsip fleksibilitas.



3. Kapasitas Produksi Menurut Blackstone (1989), kapasitas merupakan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam suatu selang waktu tertentu. Kapasitas merupakan suatu tingkat keluaran dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode itu. Kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadual induk produksi (Master Production Schedule / MPS). Perencanaan kapasitas merupakan keputusan jangka panjang yang merupakan permulaan dari perusahaan. Ini memperpanjang waktu kerja lebih panjang untuk mendapatkan sumber daya. Efek dari pengambilan keputusan untuk kapasitas akan berpengaruh kepada waktu produksi, respon dari customer, biaya operasi, dan kemampuan perusahaan untuk berkompetisi. Ketidakmampuan



6



perencanaan kapasitas dapat membuat perusahaan kehilangan pelanggan dan kesempatan bisnis. Yang menjadi keputusan terpenting adalah kapan kapasitas tersebut harus meningkat dan seberapa banyak peningkatannya.



4. Pembagian Tugas Dalam upaya pembagian tugas, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yang menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008) antara lain : 1. Tiap-tiap satuan organisasi hendaknya memiliki rincian aktivitas yang kemuadian jelas termuat dalam sebuah deskripsi pekerjaan (Job Description). 2. Tiap-tiap pejabat dari pucuk pimpinan sampai dengan pejabat yang berkedudukan rendah harus memiliki deskripsi pekerjaan. 3. Jumlah tugas yang dibebankan kepada setiap pegawai sebaiknya berkisar 4-12 jenis. Sebab bila pegawai hanya menjalankan satu tugas saja, suatu saat akan merasa jemu. 4. Variasi tugas diupayakan agar tetap saling berkaitan satu sama lain. Sebab bila pegawai melaksanakan tugas yang jauh berbeda dari fungsinya maka tugas tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik. 5. Beban aktivitas bagi tiap-tiap satuan organisasi atau beban tugas pegawai hendaknya merata sehingga dapat dihindarkan adanya ketidakseimbangan dalam menjalankan aktivitas kerjanya. 6. Penempatan pegawai hendaknya dilakukan dengan tepat. Tidak hanya pengetahuan dan keterampilan semata yang dijadikan acuan, akan tetapi jenis kelamin, kekuatan, umur, kesehatan, kejujuran yang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. 7. Penambahan atau pengurangan pegawai hendaknya berdasarkan volume pekerjaan. Apabila jumlah tugas dalam suatu kelompok kerja banyak, maka diperlukan penambahan pegawai dalam kelompok tersbeut, dan begitupun sebaliknya. 8. Menghindari “Pengkotakan Pejabat” dalam upaya pembagian kerja para pegawai dalam suatu organisasi.



7



2.3 Pengoperasian sistem produksi 1. Karakteristik tipe proses produksi Dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002): a. Proses produksi terus-menerus Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar. b. Proses produksi terputus-putus Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terusmenerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses. c. Proses produksi campuran Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terusmenerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh. 2. Pemeliharaan mesin dan peralatan Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian Pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang. Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi



8



BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG



3.1 Rencana Kerja 3.1.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kegiatan magang mahasiswa dilaksanakan di PG Madukismo yang beralamat di Tromol Pos 49 Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 25 April 2017 sampai dengan tanggal 6 Juli 2017 yang berlangsung selama 60 hari kalender.



3.1.2. Metode Pelaksanaan Magang Dalam pelaksanaannya peserta magang melakukan praktik kerja di PG. Madukismo sesuai dengan rencana kegiatan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dibedakan menjadi dua secara langsung dan tidak langsung. Untuk pengumpulan data secara langsung menggunakan teknik wawancara dan observasi, sedangkan pengumpulan data secara tidak langsung menggunakan teknik pencatatan. Wawancara dilakukan dengan pihak – pihak dari PG. Madukismo untuk mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan proses produksi gula di pabrik ini. Observasi dilakukan dengan cara melaksanakan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan kegiatan pengadaan bahan baku yang dilaksanakan di PG. Madukismo, sedangkan untuk pencatatan dilakukan dengan cara mencatat baik data maupun hasil – hasil yang didapat pada pelaksanaan magang.



3.1.3. Keterampilan Kegiatan Magang Keterampilan yang dipelajari meliputi bagaimana merencanakan produksi dan terampil dalam hal rantai produksi yang mencakup pengadaan baku, pengolahan dan packaging produk.



9



3.2 Realisasi Kegiatan Magang 3.2.1. Pelaksanaan Magang Pelaksanaan magang dilakukan mulai dari tanggal 25 April 2017 sampai 23 Juli. Tabel 1. Realisasi Kegiatan Magang



Waktu Hari Minggu ke 1



2



3 I 4 5 6 7 8 9 10 II 11 12 13 14 15 III



16 17



Realisasi Kegiatan Magang Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Observasi dan dokumentasi gedung dan tata letak Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Pengamatan kegiatan persiapan produksi (perbaikan alat) Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Dokumentasi kegiatan pembersihan Pendalaman teori dan lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Pendalaman teori lewat laporan – laporan yang ada di PG. Madukismo. Keliling pabrik dan pemetaan lokasi Meminjam buku organisasi PG. Madubaru dan membuat struktur organisasi beserta fungsi dan tugasnya Tanya jawab dengan petugas timbangan bruto Observasi dan pencatatan tentang administrasi pengadaan bahan baku. Tanya jawab dengan petugas penimbangan bruto Observasi dan pencatatan tentang administrasi pengadaan bahan baku. Dokumentasi proses timbangan bruto Tidak ada kegiatan Tanya jawab dengan bagian bongkar muat tebu. Dokumentasi proses bongkar muat tebu. Tanya jawab dengan bagian penimbangan netto/tara. Pengamatan proses penimbangan neto/tara Pengamatan proses penimbangan neto/tara. Pengamatan dan dokumentasi pengangkutan tebu dengan lokomotif Pengamatan kegiatan pembersihan rel Berkeliling emplacement



10



18 19 20 21 22 IV



23 24 25 26 27 28



29 V 30 31 32 33 34 35 VI



36 37 38 39 40



VII



VIII



41 42 43 44 45 46 47 48 49



Tanya jawab di stasiun KA Pengamatan Gudang Pusat Tidak ada kegiatan Pengamatan Stasiun gilingan Tanya jawab di stasiun gilingan Pengamatan proses gilingan Dokumentasi alat dan proses gilingan Tanya jawab di stasiun Ketel Mengamati proses penataan bahan bakar Dokumentasi alat di stasiun Ketel Tanya jawab di stasiun pemurnian Mengamati proses pemurnian Dokumentasi alat dan proses Tidak ada kegiatan Tanya jawab di stasiun pemurnian Mengamati proses pemurnian Dokumentasi alat dan proses Tanya jawab di stasiun penguapan Mengamati proses penguapan Dokumentasi alat dan proses Tanya jawab di stasiun penguapan Mengamati proses penguapan Dokumentasi alat dan proses Tidak ada kegiatan Tanya jawab di stasiun masakan/kristalisasi Tanya jawab di stasiun masakan/kristalisasi Pengamatan kristal gula pada masakan A, C, dan D Dokumentasi alat dan proses Tidak ada kegiatan Tanya jawab di stasiun masakan/kristalisasi Pengamatan kristal gula pada masakan A, C, dan D Dokumentasi alat dan proses Tanya jawab di stasiun putaran Tanya jawab di stasiun putaran Dokumentasi putaran Mengamati proses pengolahan raw sugar Mengamati proses pengolahan raw sugar Dokumentasi Tidak ada kegiatan Pengamatan proses pengeringan dan sortir kristal gula Pengamatan proses pengeringan dan sortir kristal gula Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg)



11



50 51 52 53 54 55 56 IX



57 58 59 60



Praktik packing dan penataan di gudang A (gula 50 kg) Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Praktik packing gula polos 1 kg di Gudang gula produk Praktik bongkar muat gula Melengkapi data pemasaran Melengkapi data tentang manajemen kualitas pada setiap proses. Bimbingan Penutupan magang



3.2.2. Dampak kegiatan magang terhadap perusahaan yang dimagangi. Dengan adanya kegiatan magang ini PG. Madukismo lebih terbantu dalam menjalankan proses produksinya khususnya pada bagian gudang dan pemasaran. PG. Madukismo juga terbantu dengan publikasi ilmiah dari mahasiswa magang sehingga nantinya banyak penelitian yang dilakukan ditempat ini guna meningkatkan produksinya.



12



BAB IV PEMBAHASAN



4.1 Profil Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PG dan PS. Madukismo adalah satu – satunya Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus yang terletak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir/ kristal putih. Pembangunan PG. Madukismo dimulai pada tahun 1955 dengan kontraktornya yang bernama Machine Fabriek Sangerhausen dari Jerman Timur. Masa konstruksi dilakukan selama 3 tahun dengan kapasitas rancangan 1.500 ton tebu perhari. Pembangunan pabrik gula tersebut selesai pada tanggal 31 Maret 1958 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958. Pabrik gula Madukismo mulai melakukan proses produksi pada tahun 1958, sedangkan PS. Madukismo pada tahun 1959. Pada tahun 1962 pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan yang ada di Indonesia



baik



milik



asing



maupun



swasta



secara



resmi.



Setelah



pengambilalihan tersebut, PG. Madukismo merubah status menjadi PN (Perusahaan Negara) dan dikelola dalam bentuk perseroan, atau sekarang disebut dengan PT. Madu Baru. Dalam memimpin pabrik, pemerintah membentuk suatu Badan Pimpinan Umum Persatuan Perkebunan Negara (BPUPPN) yang pada akhirnya dibubarkan pada tahun 1966. Dikarenakan pembubaran tersebut, PG. Madukismo memilih menjadi Perseroan Terbatas (PT), sehingga bentuk dari perusahaan yang membawahi PG. Dan PS. Madukismo diberi nama PT. Madu Baru. Pada tanggal 4 Maret 1985 PT. Madu Baru dikelola kembali oleh Departemen Pertanian, Departemen Keuangan, dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola berdasarkan konstituen manajemen yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia dan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai pemegang saham terbesar pada tanggal 14 Maret 1989. Sebagai pengelola, PT. Rajawali Nusantara Indonesia menjadi patokan produk gula PT. Madu Baru,



13



PG. Dan PS. Madukismo. Mulai tanggal 24 Februari 2014 hingga sekarang, PT. Madu Baru merupakan perusahaan mandiri yang dikelola secara mandiri. Kepemilikan saham PT. Madubaru pada mulanya yaitu 75% dimiliki Sri Sultan Hamengku Bowono IX dan sisanya 25% oleh pemerintah Republik Indonesia. Saat ini kepemilikan saham telah berubah menjadi 65% dimiliki Sri Sultan Hamengku Bowono IX dan 35% oleh pemerintah Republik Indonesia.



4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan Visi dari PT. Madu Baru PG Madukismo adalah menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati. 2. Misi Perusahaan Misi dari PT. Madu Baru PG Madukismo adalah 1. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia. 2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani. 3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti. 4. Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holders values. 4.1.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi pada PG. Madukismo yang diatur dalam buku organisasi perusahaan dam menjabarkan secara rinci tugas – tugas berdasarkan jabatan yang ada di PG.Madukismo sebgai berikut:



14



DIREKTUR



KABAG TANAMAN



KABAG PABRIKASI



STAF KHUSUS TLD



KABAG PEMASARA



KABAG INSTALASI



KEPALA SPI



KEPALA PABRIK SPIRITUS



KABAG AKUNTANSI DAN KEUANGAN



KABAG SDM DAN UMUM



Gambar 1. Struktur Organisasi PG-PS Madukismo



Fungsi masing – masing bagian yaitu : 1. Direktur Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan rapat umum pemegang saham. 2. Kepala SPI (Satuan Pengawas Intern) Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang pengawasan terhadap pengendalian intern perusahaan 3. Kepala Bagian Tanaman Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang penanaman dan penyediaan bibit tebu, pemasukkan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), penyuluhan teknis penanaman tebu, rencana tebang dan angkutan tebu, dan kegiatan lain yangmenyangkut persediaan supply tebu sebagai bahan baku pabrik gula serta memimpin seksi – seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 4. Kepala Bagian Instalasi Fungsi :



Membantu



bagian



pabrikasi



Gula



dan



Spiritus



dalam



melaksanakan kebijakan direksi dalam pengoperasian, pemeliharaan dan reparasi mesin – mesin pabrik, lori dan loko, kendaraan, traktor, pompa, pemeliharaan dan reparasi bangunan, penediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi – seksi dibawahnya. 5. Kepala Bagian Pabrikasi



15



Fungsi: Melaksanakan kebijakan direksi dalam pengolahan gula dan memimpin seksi – seksi dibawahnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 6. Kepala Bagian Spiritus Fungsi dan tugas : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 7. Kepala Bagian akuntansi dan keuangan Fungsi: Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang keuangan, anggaran dan memimpin bagian akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. 8. Kepala SDM dan Umum Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam pencarian karyawan baru sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Melaksanakan ketentuan – ketentuan mengenai pendidikan latihan dan pengembangan karyawan. Melaksanakan kebijakan mengenai upah dan gaji karyawan, pelayanan kesehatan



dan



keselamatan



kerja



karyawan.



Mencatat



dan



menginformasikan hak cuti karyawan. 9. Kepala Bagian Pemasaran Fungsi: Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang pemasaran, serta memimpin seksi – seksinya dalam mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. 10. Staf Khusus TLD (tebu luar daerah)



4.1.4. Ketenagakerjaan 1. Karyawan Penggolongan Karyawa dibagi menjadi 2 yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap terdiri dari karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Sedangkan karyawan tidak tetap terdiri dari karyawan musiman dan karyawan borongan. Karyawan musiman hanya bekerja pada saat produksi gula sudah dimulai dan karyawan borongan hanya bekerja jika terdapat pekerjaan borongan.



16



2. Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja (K3) Untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan para karyawan yang ada, maka PT. Madubaru, PG. dan PS. Madukismo memberikan jaminan sosial antara lain: 1. Semua karyawan diikutkan program Jamsostek. 2. Jaminan hari tua 3. Program Taskhat (Tabungan Asuransi Kesejahteraan Hari Tua) untuk karyawan kampanye. 4. Koperasi karyawan dan pensiunan. 5. Perumahan dinas 6. Poliklinik dan klinik KB perusahaan. 7. Taman Kanak-kanak. 8. Sarana olahraga. 9. Pakaian dinas. 10. Biaya pengobatan dan rekreasi karyawan dan keluarga.



3. Waktu Kerja Waktu kerja untuk setiap karyawan PG. Madukismo berbeda – beda. Pembagian waktu kerja dibedakan menjadi dua, yaitu karyawan pabrikasi dan karyawan administrasi. 1. Bagian Pabrikasi Karyawan bagian pabrikasi memiliki pergantian shift kerja/plug sebanyak tiga kali dalam sehari. Setiap pergantian shift ditandai dengan sirine perusahaan yang dibunyikan. Adapun shift kerja bagian pabrikasi adalah sebagai berikut. Shift I



: 06.00-14.00



Shift II



: 14.00-22.00



Shift III



: 22.00-06.00



2. Bagian Administrasi Untuk karyawan bagian administrasi memiliki jam kerja yaitu sebagai berikut : Senin- Kamis pukul 06.30 – 15.00 WIB



17



Jumat- Sabtu pukul 06.30- 11.30 WIB 3. Waktu yang dilakukan mahasiswa selama kegiatan praktik kerja yaitu setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.



4.1.5. Lokasi dan layout perusahaan 1. Lokasi Berdasarkan pengamatan, lokasi perusahaan PG-PS Madukismo sangat strategis yaitu dekat jalan raya ±100 meter dari ringroad Bantul Yogyakarta. Keadaan jalan yang baik juga membuat kemudaahan dalam hal transportasi keluar masuk perusahaan. Selain itu lahan disekitar PG. Madukismo banyak ditanami tebu. Lahan – lahan yang ditanami tebu umumnya merupakan jenis lahan sawah dan memiliki irigasi yang baik. Selain lahan yang sesuai, petani di sekitar pabrik juga sudah berpengalaman dalam budidaya tebu sehingga memudahkan bagian tanaman perusahaan untuk mengontrol penanaman tebu yang baik. Pabrik dekat dengan sumber air yaitu sungai Winongo. Berdasarkan pengamatan, posisi sungai ini yaitu berada dibagian belakang pabrik. Air dalam perusahaan ini digunakan untuk berbagai macam keperluan baik keperluan produksi maupun non produksi. Keperluan produksi yaitu sebagai penyuplai air imbibisi dan pengisi ketel uap pada awal produksi. Sedangkan untuk keperluan



non produksi yaitu sebagai fasilitas kebersihan untuk



karyawan, mesin, gedung dan lingkungan pabrik. Selain pemanfaatan air sungai untuk keperluan perusahaan, PG. Maduksimo juga berperan dalam menjaga agar limbah yang dibuang pada sungai tidak mencemari lingkungan sehingga terdapat unit pengelolaan air limbah.



2. Layout PG. Madukismo menerapkan layout produk karena prosesnya digolongkan pada stasiun – stasiun yang berada pada satu jalur atau garis walaupun tidak harus berbentuk garis lurus. Layout ini dibuat dengan cara berkeliling pabrik disertai pengamatan dan membuat sketsa kasar yang kemudian disesuaikan dengan bantuan citra satelit di google map. Informasi



18



tentang layout ini juga terdapat pada kantor pabrikasi namun dalam bentuk sketsa yang berbeda yang fokus pada proses produksi tanpa ada layout bangunan secara lengkap. Secara umum tebu yang datang akan masuk melalui stasiun timbangan lalu menuju emplacement, stasiun gilingan, pabrik tengah dan berakhir di gudang gula untuk kemudan didistribusikan.



Gambar 2. Layout Perusahaan



4.1.6. Kapasitas Produksi PG. Madukismo per tahun dapat menghasilkan rata – rata 35.000 ton yang berassal dari bahan baku tebu 400.000 – 500.000 ton per tahun. Untuk menampung produksi tebu tersebut PG. Madukismo memiliki dua gudang utama yaitu gudang gula A untuk produk gula 50 kg dan gudang gula produk untuk gula 1kg dan ½ kg. Gudang A memiliki kapasitas 130.000 Ku dan gula retail memiliki kapasitas 10.000 Ku. Setiap hari terjadi aktifitas distribusi gula sehingga gula tidak terus menerus tertumpuk di gudang. 4.1.7. Desain Produk Produk jadi dari hasil produksi dibedakan menjadi dua ukuran kemasan yaitu kemasan 1 kg dan kemasan 50 kg. Kemasan 1 kg menggunakan kemasan



19



plastik berbahan PP dan kemasan 50 kg menggunakan karung yang didalamnya terdapat plastik (polipropilene). Packing gula 1 kg dan ½ kg dengan menggunakan sealer secara manual dan sealer otomatis sedangkan untuk gula 50 kg dipacking dengan cara dijahit dengan mesin jahit karung. Gambar berikut ddapat dari dokumentasi pribadi saat melakukan praktik kerja di gudang Gula A dan packing di gudang gula produk.



Gambar 3. Gula Kemasan 1 kg



Gambar 4. Gula Kemasan 50 kg



4.2. Manajemen Perencanaan Perusahaan Dalam kegiatan perencanaan, peserta magang tidak terlibat langsung dalam praktik langsung namun informasi didapat dari wawancara dan referensi laporan yang sebelumnya diberikan pembimbing untuk dipelajari pada minggu awal ketika pabrik belum beroperasi. 1. Persiapan mesin dan peralatan perusahaan Pada saat awal mulai praktik kerja,



aktifitas pabrik belum berjalan



karena tebu – tebu yang akan di olah belum siap untuk dipanen sehingga kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati kegiatan pabrik ketika belum produksi. Salah satu yang paling terlihat yaitu penyiapan mesin ketel uap dan perbaikan pada alat – alat yang rusak. Salah satu stasiun yang harus dipersiapkan dengan baik yaitu stasiun ketel. Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara Pak Selamet Parjiono selaku kepala mandor stasiun ketel, stasiun ketel merupakan stasiun yang menghasilkan tenaga untuk mengoperasikan sebagian besar kegiatan produksi. Beberapa fungsi stasiun ketel yaitu :



20



(1) sebagai pusat tenaga penggerak pabrik (2) Sebagai turbin generator yang akan menghasilkan listrik (3) Sebagai turbin unigator di stasiun gilingan. (4) sebagai tenaga dalam proses masakan.



Gambar 5. Mesin Uap di Stasiun Ketel



Mengingat peran stasiun ketel sebagai sumber tenaga utama maka ketika akan memasuki giling dilakukan maintenance selama 4 bulan untuk pengecekan, penggantian alat dan pembersihan alat – alat. Pengecekan menggunakan tenaga ahli khusus bahkan melibatkan departemen tenaga kerja yang bertugas untuk mengawasi permasalahan – permasalahn ketenagakerjaan. Setelah semua di cek maka dilakukanlah uji coba ketel. Uji coba ini berfungsi untuk mengetahui apakah tenaga yang dihasilkan sudah sesuai standar atau belum. Ketika belum sesuai standar maka tenaga yang dihasilkan tersebut tidak mampu mengakomodasi kebutuhan pabrik bahkan akan menghambat proses produksi. Pada awal kegiatan praktik, jadwal giling tebu sedikit mundur diakibatkan ketel uap yang belum siap. Untuk menanggulangi masalah tersebut produksi dihentikan terlebih dahulu dan uji coba ketel terus dilakukan supaya mesin dapat beroperasi seperti yang diharapkan. 2. Perencanaan bahan baku utama Mahasiswa praktik kerja tidak terjun langsung dalam hal perencanaan bahan baku tebu yang digunakan PG. Madukismo namun berdasarkan tanya jawab di bagian tanaman, tebu yang digunakan memiliki kriteria yaitu tebu yang bersih, manis dan sehat (BMS). Beberapa jenis tebu yang digunakan untuk bahan baku diantaranya varietas: PSJT 941, PS 881, PS 862, BZ 148, BZ



21



132. Salah satu varietas tebu yaitu tebu varietas BZ 132 berada disekitar pabrik sehingga dapat terdokumentasikan.



Gambar 6. Tebu Varietas BZ 132



Tebu – tebu yang sudah siap panen juga dikelola dan dijadwalkan kapan mulai tebang dan mengirimkan ke PG. Madukismo. Penjadwalan dilakukan oleh bagian tanaman yang tersebar pada tiap – tiap rayon. Sedangkan untuk tebu yang berada pada luar daerah maka penjadwalan dilakukan oleh staf TLD (tebu luar daerah). Penjadwalan ini bertujuan untuk mendapatkan tebu pada waktu yang tepat tanpa terjadi penimbunan atau kekurangan tebu di pabrik. Penimbunan akan berakibat rusaknya tebu dan menurunnya rendemen/ kadar gula karena pengaruh lingkungan sekitar. Sedangkan kekurangan tebu akan berdampak pada mesin – mesin yang menganggur dalam artian tidak ada yang diolah sehingga menimbulkan pemborosan biaya. Semua tebu yang masuk ke pabrik harus memiliki administrasi khusus berupa form yang dibedakan menjadi 3 yaitu form merah muda, putih dan kuning. Masing masing form memiliki fungsi masing – masing yaitu untuk membedakan asal tebu dan sitem bagi hasil. Berdasarkan kepemilikan lahan, form merah muda menandakan bahwa tebu berasal dari petani, form putih menandakan tebu berasal dari kebun milik PG. Madukismo dan form kuning menandakan bahwa tebu berasal dari luar daerah. Berdasarkan tanya jawab dengan bapak Hono dan pak Junaidi di stasiun timbangan, tebu yang didatangkan selain didapat dari dalam daerah yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta juga diperoleh dari luar daerah seperti Sragen, Klaten, Wonogiri, Boyolali dan Purbalingga. Tebu yang masuk ke pabrik biasanya sudah dipersiapkan supaya khusus satu daerah dahulu sampai selesai atau habis tebunya baru selanjutnya beralih ke daerah lain.



22



3. Perencanaan bahan baku tambahan dan Raw Sugar Dalam merencanakan bahan baku tambahan, peserta magang juga tidak melakukan praktik dikarenakan membutuhkan ijin khusus sehingga informasi didapat dari wawancara. Beberapa bahan tambahan yang diperlukan perusahaan yaitu batu kapur, belerang, flokulan dan H3PO4. Dalam merencanakan bahan baku tambahan tersebut dilakukan oleh bagian gudang pembelian yang berkoordinasi dengan dengan staf pabrikasi. Kordinasi dilakukan supaya bahan – bahan tambahan yang diperlukan bisa didatangkan tepat waktu dan



kuantitasnya cukup untuk kebutuhan perusahaan. Selain



bahan – bahan tambahan, bagian gudang pembelian juga merencanakan bahan bakar yang digunakan oleh mesin – mesin perusahaan. Raw Sugar merupakan bahan baku setengah jadi yang digunakan untuk mengatasi kekurangan bahan baku tebu di PG. Madukismo. Raw Sugar biasanya dihasilkan oleh pabrik – pabrik gula yang tidak memiliki unit pemutihan. Penurunan luas tanam dan iklim adalah faktor – faktor yang membuat bahan baku tebu berkurang. Raw sugar didapat dari impor dari negara Brasil, Australia, dan Thailand dan untuk mendatangkannya direncanakan oleh bagian pembelian.



4.3 Manajemen Pengoperasian Proses pengoperasian dibedakan menjadi dua yaitu proses produksi gula dari bahan baku tebu dan proses produksi gula dari raw sugar. 4.3.1. Proses Produksi Gula dari Tebu 1. Stasiun timbangan Pada stasiun ini peserta magang mendapatkan informasi dari pengamatan dan tanya jawab langsung dengan petugas timbangan KA dan timbangan tebu karena tidak diperkenankan untuk membantu. Stasiun timbangan terdiri dari dua jenis yaitu timbangan KA dan timbangan tebu. Timbangan



pertama yaitu



timbangan KA yang memiliki satu pos namun fungsinya merangkap yaitu untuk menimbang berat bruto dan tara/netto. Timbangan KA fokus pada semua barang yang masuk ke perusahaan kecuali tebu. Barang – barang yang ditimbang diantaranya kayu, bibit, pupuk, bahan baku tambahan, raw sugar dan lain – lain.



23



Proses penimbangan masih menggunakan alat manual. Alat ini mirip dengan timbangan tradisional yang memiliki pemberat namun mampu mengukur berat hingga ber ton – ton. Menurut petugas timbangan, timbangan manual memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dari pada timbangan otomatis. Walaupun tingkat akurasinya tinggi namun tetap harus dilakukan perawatan. Perawatan alat ini yaitu dengan melakukan tera minimal satu tahun sekali.



Gambar 7. Pos Timbangan KA



Selain timbangan KA terdapat juga timbangan tebu. Pada timbangan tebu terdapat empat aktifitas yaitu penimbangan bruto, pembongkaran tebu dan penimbangan tarra (netto) dan masuk ke emplacement. a) Penimbangan Bruto Informasi penimbangan bruto didapat dari tanya jawab dengan bapak Hono dan bapak Junaidi selaku petugas timbangan bruto. Tahap pertama yaitu truk yang membawa tebu akan diperiksa secara administratif dan ditimbang beratnya. Persyaratan administratif yaitu kertas khusus yang berisi data – data truk, supir, asal dan nama petani data tersebut tertuang pada form yang memiliki warna merah muda, putih dan kuning sesuai dengan perencanaan bahan baku. Jika sudah terpenuhi maka truk dan supir akan di timbang dengan timbangan elektronik. Timbangan elektronik ini sangat mempermudah proses penimbangan karena waktu timbang bisa berlangsung singkat. Hasil timbangan dan input data yang sudah selesai akan di print dan dikembalikan kepada supir truk untuk selanjutnya ke tahap berikutnya. Dalam penimbangan bruto, karyawan yang bertugas dibagi kedalam tiga shift dan tiap shift terdiri dari dua karyawan. Pembagian shift tersebut dikarenakan kegiatan produksi di PG. Madukismo ini nonstop



24



sehingga bahan baku bisa kapan saja datang. Untuk menunjang kinerja karyawan pada pos penimbangan bruto ini juga disediakan beberapa fasilitas seperti AC, ruang makan, dan televisi. Fasilitas ini akan membuat karyawan tidak merasa bosan dan fokus untuk menjalankan tugasnya.



Gambar 8. Pos Timbangan Bruto



b) Pembongkaran Tahap kedua yaitu pembongkaran dimana tebu yang sudah di timbang berat brutonya akan di angkat tebunya menggunakan alat derek. Cara pengikatan dan pengangkatan tebu menggunakan derek semuanya sama dalam artian truk – truk yang datang sudah mengetahui teknik menali dan mengkaitkan tebu yang diangkut sehingga pada saat pengangkatan alat derek tinggal dikaitkan pada kait yang ada. Tebu yang terangkat kemudian di letakkan pada lori yang sudah dipersiapkan. Setelah tebu berada pada lori maka kait dari truk akan di kaitkan pada lori sehingga ketika truk berjalan menuju pos timbangan neto lori tertarik dan berada pada antrean lori sebelumnya. Cara ini berguna untuk mengurangi beban pekerja supaya bisa fokus pada pengangkatan lori dan tenaga tidak terkuras untuk mendorong lori. Berdasarkan wawancara dengan bapak Heru selaku mandor pembongkaran tebu, pada pos ini terdapat 8 orang tenaga kerja yang terbagi dalam tugas yang berbeda – beda diantaranya 1 orang sebagai mandor, 1 orang sebagai operator yang mengoperasikan derek, dan 6 orang tenaga yang bertugas mengaitkan tali derek ke truk. Dalam menjaga keamanan pekerja disediakan alat – alat keamanan yaitu mantol, masker helm dan sepatu.



25



Gambar 9. Proses pemindahan tebu dari truk ke lori



c) Penimbangan tara/netto Proses penimbangan netto sama seperti penimbangan bruto yaitu truk kosong akan ditimbang kembali menggunakan timbangan elektronik. Fungsi dari timbangan tara/netto yaitu untuk mengetahui berat tebu yang diangkut dengan mengurangi dengan berat truk dan supir. Persyaratan administratif yang diminta di timbangan bruto akan diminta kembali di timbangan tara/netto ini. Ketika angka yang menunjukkan berat kosong truk sudah diketahui maka akan kertas yang sudah diserahkan tersebut di print dan dikembalikan kepada supir untuk ditindaklanjuti ke bagian keuangan.



Gambar 10. Pos Timbangan Netto



d. Emplacement Informasi tentang emplacement didapat dari pengamatan langsung dan referensi laporan. Emplacement adalah tempat dimana tebu yang diangkut



26



lori – lori menunggu untuk di giling. Tempat yang digunakan untuk tebu antre dikondisikan sebaik mungkin untuk mengatasi kerusakan tebu. Pada Emplacement terdapat pepohonan yang menaungi dari lori awal sampai lori dekat stasiun gilingan. Naungan tersebut dapat melindungi tebu dari kerusakan akibat sinar matahari. Waktu tunggu di emplacement juga sebaiknya sesingkat mungkin atau perusahaan mematok waktu yang dibutuhkan tidak melebihi 36 jam. Dalam proses antre tentu terdapat tebu – tebu yang berjatuhan. Untuk mengatasi hal tersebut terdapat tenaga kerja yang bertugas mengambil tebu tercecer untuk dikembalikan pada lori tebu. Selain itu pekerja juga membersihkan jalur rel dari rerumputan dan kotoran lain sehingga lingkungan emplacement menjadi bersih serta rel tidak menghambat roli yang akan lewat.



Gambar 11. Emplacement



2. Stasiun gilingan Pada stasiun ini informasi didapat dari tanya jawab mandor gilingan yaitu pak Ardi. Stasiun gilingan memiliki fungsi utama yaitu menggiling dan memeras tebu untuk mendapatkan nira dengan maksimal. Untuk mendapatkan nira yang maksimal diawali dengan pengangkutan tebu dari emlacement. Tebu yang diangkut menggunakan metode FIFO (First in First Out). Metode tersebut digunakan untuk mengatasi penurunan rendemen pada tebu karena semakin lama tebu antre maka kandungan gulanya juga semakin berkurang. Proses pertama yaitu tebu dari emplacement diangkat dengan 3 mesin pengangkat yang berbeda beda daya angkatnya yaitu 5, 10 dan 20 ton. Pengangkatan dibantu pekerja di bawah yang bertugas mengaitkan rantai pada mesin pengangkat ke tebu yang ada di lori. Karena pada stasiun ini memiliki aktifitas berat dan bahaya yang sewaktu – waktu bisa mengancam oleh sebab itu



27



pekerja diwajibkan memakai peralatan keamanan dari perusahaan. Setelah tebu terangkat maka tebu akan di letakkan di meja tebu. Kapasitas meja tebu yaitu 5 ton. Pada meja tebu terdapat penahan yang berfungsi untuk memberi jeda tebu masuk ke Unigator sehingga meringankan kerja unigator.



Gambar 12. Pengangkatan ke meja tebu



Tebu yang sudah berada di meja tebu kemudian di cacah dengan menggunakan alat unigator. Pencacahan ini berguna untuk mempermudah pemerahan nira. Semakin tebu tersayat – sayat sampai menjadi kecil makan nira yang keluar juga dapat maksimal.



Gambar 13. Unigator



Tebu halus kemudian digiling atau diperah niranya hingga 5 tahapan. Tahap gilingan I akan menghasilkan nira paling banyak yang biasa disebut nira murni. Selanjutnya tebu halus masuk ke gilingan II dan gilingan III. Pada gilingan III ada tambahan air imbibisi. Air imbibisi merupakan air dengan suhu 70 ̊C yang berfungsi membantu nira yang masih terdapat pada tebu halus untuk keluar. Pada gilingan IV juga ada penambahan air imbibisi lagi supaya pemerahan benar – benar maksimal. Pada gilingan V tebu halus memiliki nira paling rendah sehingga tidak ada penambahan air imbibisi lagi hanya gilingan biasa seperti pada gilingan I dan II. Semua nira dari gilingan I sampai V akan didorong ke stasiun berikutnya yaitu stasiun pemurnian. Sedangkan ampas dari tebu masuk ke stasiun ketel yang akan digunakan sebagai bahan bakar pemanas mesin uap. Dalam satu shift di



28



stasiun gilingan membutuhkan 40 orang. Dalam stasiun ini juga dwajibkan memakai perlengkapan keamanan.



Gambar 14. Alur Stasiun Gilingan



3. Stasiun pemurnian Pada stasiun ini informasi didapat dari tanya jawab mandor pemurnian dan dijelaskan proses – prosesnya dengan melihat secara langsung. Stasiun pemurnian ini merupakan tahapan setelah nira terkumpul dari stasiun gilingan dan memiliki fungsi utama untuk memisahkan semua kotoran dari nira dan air dari stasiun gilingan. Proses pertama yaitu penyaringan pada bak pasir. Penggunaan bak pasir ini guna memisahkan nira dari kotoran – kotoran kasar baik dari ampas tebu maupun benda – benda lain. Pasir juga diganti secara berkala agar kotoran yang sudah tersaring tidak tertumpuk. Selanjutnya nira ditimbang dengan kapasitas 5 ton setelah itu diberi asam phospat. Asam phospat diberikan sebesar ± 4 jirigen(30 liter) per shift, atau dalam satu hari penuh (24jam) ± menggunakan 360 liter asam phospat. Setelah itu nira dipanaskan pada pemanas 1 dengan meningkatkan suhu menjadi 75 ̊. Setelah suhu meningkat maka akan masuk ke flashtank. Setelah itu masuk kedalam tahap defekasi dan sulfitasi. Defekasi merupakan salah satu proses pemurnian dalam pabrik gula dengan penambahan susu kapur. Susu kapur berfungsi untuk meningkatkan pH. Hal ini dilakukan supaya keadaan



29



nira tidak terlalu asam sehingga merusak nira itu sendiri. Alat dalam proses defekasi yaitu defekator 1 dan defekator 2. Selanjutnya akan melalui proses sulfitasi atau penambahan belerang supaya terjadi proses pemucatan. Setelah itu masuk kedalam bak GES dan nira akan dipanaskan di pemanas 2 untuk meningkatkan suhu menjadi 100 ̊. Selanjutnya masuk kedalam door pengendapan. Dalam door ini akan terjadi proses pemisahan nira dan kotoran yang masih tersisa. Selanjutnya yaitu dilakukan pemisahan antara endapan dan nira dengan menggunakan alat rotary facum filter. Hasil dari pemisahan yaitu kotoran yang disebut blotong dan nira jernih. Blotong akan dimanfaatkan sebagai pupuk dan di masukkan kedalam truk – truk. Nira yang sudah murni masuk ke bak dunsaft dan dipanaskan kembali sampai suhu 105 ̊C dan dialirkan ke stasiun evaporasi untuk tahap penguapan.



Gambar 15. Pengangkutan Blotong



4. Stasiun penguapan Pada stasiun ini informasi didapat dari tanya jawab mandor stasiun penguapan. Stasiun penguapan ini memiliki fungsi utama yaitu menguapkan air yang masih terkandung di nira akibat penambahan air imbibisi di stasiun gilingan. Proses evaporasi menggunakan 5 pan. Prosesnya yaitu nira dan air dari pemanas 3 akan mengalir ke evaporator I sampai V secara berurutan sehingga dalam setiap tahap air mengalir maka air akan menguap dan pada evaporator terakhir nira sudah tidak mengandung air. Uap air yang didapat dari evaporator ini akan menjadi air kondensat. Air kondensat merupakan air murni yang tidak memiliki kandungan gula samasekali yang akan digunakan untuk mengisi ketel uap. Kondisi air kondensat harus senantiasa dicek karena jika terdapat sedikit saja kandungan gula maka air tersebut tidak bisa digunakan untuk mengisi ketel uap karena bisa menimbulkan ledakan. Olehsebab itu maka ada bagian laboratorium



30



yang mengecek air kondensat dan jika sudah lolos uji maka air baru dapat digunakan untuk mengisi ketel uap.



Gambar 16. Evaporator



5. Stasiun Masakan/Kristalisasi Informasi di stasiun ini didapat dari mandor stasiun masakan dengan ditunjukkan prosesnya secara langsung. Stasiun ini merupakan stasiun yang fungsi utamanya untuk mengkristalkan nira sapai pada tingkat kristal yang diharapkan. Masakkan di PG. Madukismo terdiri dari 3 masakan yaitu masakan A, C, dan D. Skema stasiun masakan dapat dilihat dari bagan berikut:



Pembibitan



Masakan D



Masakan C



Masakan A



Pan 8



Pan 9, 10, 11, 12



Pan 6, 7



Pan 3, 4, 5



Gambar 17. Skema klare gula



Nira kental yang sudah diuapkan di stasiun evaporasi akan masuk ke pembibitan dimana proses awal stasiun masakan berlangsung. Pada pan pembibitan akan diberikan fondan untuk mempercepat pengkristalan. Proses kristalisasi dilakukan secara bertahap dimana masakan D memiliki kristal terkecil dan akan semakin membesar pada masakan C dan A sesuai dengan besar kristal yang diinginkan. Waktu yang dibutuhkan juga berbeda – beda yaitu pan 8 membutuhkan waktu ± 8 sampai 10 jam, masakan D ± 7 jam, masakan C ± 4 jam dan masakan A ± 2 sampai 3 jam. Cepat lambatnya proses juga dipengaruhi dari 31



kualitas nira dan uap yang bagus dalam proses masakan/kristalisasi. Dalam proses masakan/ kristalisasi akan menghasilkan dua bahan yang disebut klare dan stroop. Klare merupakan nira yang sudah mengental dan membentuk kristal sesuai yang di tentukan pada masing - masing masakan sedangkan stroop merupakan nira yang belum mengkristal atau sudah mengkristal namun belum masuk kedalam kriteria yang ditentukan. Klare akan dipisahkan dari stroop pada stasiun putaran yang nanti akan kembali dimasak pada stasiun masakan hingga menjadi klare A.



6. Stasiun Putaran Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan mandor putaran. Stasiun putaran merupakan salah satu bagian penting dari stasiun masakan karena pada putaran terjadi pemisahan stroop dan klare yang sudah di masak di stasiun masakan. Prinsinp pemisahan menggunakan gaya sentrifugal seperti gambar berikut:



Gambar 18. Gambaran alat pemisah stroop dan klare Sumber: http://ecochemical.blogspot.co.id/2011/09/proses-produksi-gula.html



Klare hasil pemisahan akan bergerak seperti alur pada masakan yaitu dari pembibitan, masakan D, masakan C, sampai masakan A. Selanjutnya klare dari masakan A akan diputar lagi dengan putaran SHS. Sedangkan untuk alur stroop sebaliknya yaitu stroop dari putaran SHS akan digunakan untuk bahan masakan A, stroop dari masakan A akan digunakan untuk bahan masakan C, stroop C akan menjadi bahan masakan D2. Sedangkan untuk stroop yang tidak dapat dikristalkan lagi akan dipisahkan oleh puteran D1 dan akan menghasilkan tetes tebu /molasse. Semakin sedikit tetes tebu yang dihasilkan maka semakin baik karena itu menandakan nira banyak mengandung gula. Tetes tebu tersebut tidak dibuang



32



begitu saja namun dimanfaatkan untuk bahan pembuatan spritus pada PS.Madukismo.



7. Stasiun Penyelesaian Stasiun penyelesaian terdiri dari banyak proses yaitu penggetaran, pengeringan, packing dan penataan gudang serta distribusi. Proses pengeringan dan penggetaran berada pada satu tempat. Gula yang sudah mengalami putaran SHS akan langsung ke mesin pengeringan supaya air yang masih melekat pada butiran gula hilang dan mencegah gumpalan gula. Gula yang sudah melalui mesin pengering langsung masuk ke encek – encek getar. Encek – encek getar ini berfungsi sebagai sortasi gula karena pada encek – encek getar ini gula akan mengalami pendinginan dan penggetaran. Penggetaran ini juga berguna untuk memisahkan gumpalan gula dan gula yang kristalnya terlalu kecil. Gula yang sudah sesuai standar akan langsung turun ke bagian gudang A. Gudang A merupakan tempat penyimpanan gula 50kg. Gula dari encek – encek getar dan gudang tersambung sehingga packing akan lebih mudah. Proses selanjutnya yaitu packing gula dan penataan di gudang A. Pada proses ini mahasiswa diperkenankan untuk praktik packing, pengangkutan dan penataan gula 50kg. Prosesnya yaitu gula yang sudah lolos sortasi dan sudah kering akan berada pada penampung gula. Selanjutnya yaitu proses pengisian gula kedalam karung menggunakan alat. Alat ini terhubung dengan bak penampungan gula dan jika ditekan akan keluar gula sebesar ±50kg. Walaupun sudah dengan menggunakan alat tentu berat tidak terlalu akurat sehingga akan dilakukan penimbangan secara manual. Pada penimbangan manual gula yang kurang akan ditambah dan yang berlebihan dikurangi. Ketika berat sudah pas 50kg maka dilakukan



pelipatan



karung dan



penjahitan.



Pelipatan



berfungsi



untuk



mempermudah proses penjahitan. Sebelum dilipat udara yang ada dikarung juga dikeluarkan supaya karung tidak mengembung. Proses tersebut berada pada satu jalur dengan mesin yang bergerak terus menerus sehingga kecepatan dibutuhkan pada proses ini walaupun suatu saat juga bisa dihentikan jika ada bagian lain yang bermasalah. Sebagai contoh mesin jahit karung macet, otomatis proses dihentikan sementara supaya gula juga tidak menumpuk.



33



Gambar 19. Penimbangan manual



Selanjutnya yaitu proses pengangkutan dan penyusunan gula sementara. Alat yang digunakan masih manual. Satu orang akan mendapatkan beban 200kg dan harus ditata rapi. Penataan dimaksudkan untuk mempermudah pengangkatan oleh mesin. Ketika satu orang sedang mengangkat maka orang lain yang sudah selesai menata langsung antre sehingga proses pengangkutan terus berjalan tanpa terputus – putus.



Gambar 20. Pengankutan gula Gambar 21. Gula yang sudah tertata



Selain gudang gula A, PG. Madukismo juga memiliki gudang gula produk. Pada gudang gula produk mahasiswa praktik juga diperkenankan membantu. Sebelum membantu harus meminta ijin ke bagian pemasaran. Setelah mendapatkan ijin, mandor yang ada di gudang gula produk memberikan arahan – arahan bagaimana cara packing gula 1 kg. Gula produk ini berasal dari gula 50kg yang dibongkar dan di kemas dengan kemasan yang lebih kecil. Proses packingnya memiliki dua jalur yang berbeda yaitu menggunakan mesin otomatis dan manual. Jika menggunakan mesin otomatis, gula yang sudah dituangkan ke bak gula akan dituangkan dengan ember ke alat angkut khusus. Alat ini seperti eskalator yang selain memiliki fungsi untuk mengangkut tetapi juga sortasi karena



34



gula yang menggumpal akan jatuh akibat kemiringannya. Kemudian gula dipacking dengan mesin.



Gambar 22. Eskalator gula



Gambar 23. Mesin packing otomatis



Gula yang sudah jadi diberi tanggal expired dan dimasukkan ke karung 25kg. Cara penumpukan yaitu 3 baris dan 8 tumpuk ditambah 1 bungkus. Jika sudah selesai maka karung dijahit menggunakan mesin jahit dan ditumpuk pada pallet. Pallet adalah alas dari kayu yang memiliki rongga dibawahnya untuk memudahkan dalam memindahkan tumpukan. Tenaga kerja pada penimbangan otomatis yaitu 2 orang bagian menuang gula 50kg ke bak gula dan juga menuangkan gula ke eskalator, 2 orang bertugas memberikan label expired dan dua orang bertugas menata sekaligus menjahit gula ke karung. Karung yang dipakai memiliki label khusus dan terdapat informasi didalam karung tersebut kemasan apa yang digunakan. Jika hasil packing otomatis diberikan centang pada kotak MK mesin 1 kg otomatis 25 pack atau jika menggunakan packing manual dicentang pada kotak MK manual 1 kg 25 pack. Selain menggunakan mesin kemas, pada gudang produk ini juga melakukan packing secara manual. Packing manual tidak melibatkan mesin otomatis tetapi menggunakan tangan dan mesin – mesin sederhana. Sebelumnya gula 50kg dibongkar dan dimasukkan ke bak gula. Selanjutnya pekerja dan mahasiswa magang akan melakukan tugas yang berbeda yaitu orang pertama memasukkan gula dari bak gula ke plastik dengan perkiraan berat 1 kg, lalu orang kedua menimbang dengan timbangan otomatis dan mengurang atau menambah gula sampai pas 1kg, orang ketiga bertugas mengepres dengan menggunakan alat pres, dan sekaligus memasukkan ke karung 25kg dan menjahitnya. Tata cara



35



penumpukan sama seperti pada mesin otomatis yaitu 3 baris dan 8 tumpuk ditambah satu bungkus.



Kelemahan dengan menimbang secara manual yaitu



kecepatan packing tidak konstan karena penimbangan dan pembungkusan dilakukan dengan tenaga manusia yang sewaktu – waktu juga merasa capek. Walaupun demikian tetap ada target per hari karena terkadang terdapat permintaan yang tidak menentu yang tidak bisa diakomodasi produk gula hasil packing otomatis.



Gambar 24. Packing manual



Gambar 25. Penumpukan pada karung 25 kg



Petugas penimbangan manual ini juga merangkap fungsi sebagai pengangkut gula ke mobil box. Ketika ada permintaan gula dalam jumlah banyak maka mobil box akan disiapkan mendekati gerbang gudang gula. Peserta magang dan tenaga packing manual meninggalkan pekerjaannya dan menyiapkan gula – gula yang akan diangkut. Prosesnya yaitu alat pengangkut disiapkan. Alat ini memiliki dasar pallet dan punya tuas untuk menaikkan muatan dan terdapat pegangan sebagai penarik. Alat pengangkut tersebut didorong mendekati tumpukan gula yang ada diatas pallet. Selanjutnya karung gula 25 kg diangkut dengan tenaga manual. Penumpukkan karung dengan cara menumpuk dengan rapi 6 baris dan 6 tumpuk dengan tambahan 4 karung sehingga dalam sekali angkut mampu membawa 40 karung 25 kg. Beratnya beban kerja di gudang ini mengakibatkan semua tenaga dilakukan oleh laki – laki. Setelah alat pengangkut penuh maka didorong mendekati mobil box dan dilakukan pemindahan gula. Pemindahan ini prosesnya yaitu dua orang naik ke mobil yang fungsinya untuk menyusun muatan dan dua orang didekat alat pengangkut untuk menaikkan gula ke mobil. Penyusunan di dalam mobil



36



tergantung oleh jumlah yang diinginkan. Jika permintaan sampai 3 ton penyusunan bisa sampai 5 tumpuk dan 6x5 atau 30 baris. Pada gudang gula A dan gula produk ini memiliki konstruksi bangunan yang baik yaitu lantai yang dibuat tahan gores untuk mencegah gesekan gesekan yang terjadi oleh benda – benda keras. Terutama di gudang A pada pengangkutan manual, alat angkutnya selalu mengenai lantai ketika menyusun gula sehingga dibutuhkan konstruksi lantai yang baik. Pada kedua gudang gula ini juga tertutup sehingga polusi dari luar pabrik dan perubahan cuaca tidak mengakibatkan penurunan kualitas gula didalamnya. Khusus untuk gula produk tidak diperbolehkan untuk memakai alas kaki dari luar dan harus diganti dengan alas kaki khusus untuk didalam gudang. Hal ini untuk mencegahan kontaminasi kotoran dari luar pabrik. Selain itu fasilitas kebersihan juga diperhatikan dengan tersedianya wc dan wastafel. Pada gudang gula produk juga terdapat SOP yang ditempelkan sebagai informasi yang harus selalu dijalankan pekerja disitu.



4.3.2. Proses Produksi Gula dari Raw Sugar Raw sugar yang sudah datang ditempatkan pada tempat khusus yang memiliki naungan. Proses selanjutnya yaitu raw sugar akan dimasukkan ke pabrik tengah lewat alat khusus namun untuk memasukkan raw sugar perlu tenaga manusia. Biasanya tenaga kerja yang bekerja di bagian ini merupakan karyawan borongan. Raw sugar akan langsung memotong proses ke putaran gula A. Namun sebelum dilakukan putaran gula A, raw sugar akan diberi air panas terlebih dahulu yang berfungsi untukmenghilangkan warna kecoklatan pada raw sugar. Hasil dari puteran raw sugar ini akan menghasilkan klare A untuk kemudian masuk ke putaran SHS. Stroop A yang dihasilkan akan masuk ke pan masakan A untuk kembali dikristalkan.



Gambar 26. Penyimpanan Raw Sugar



37



4.3.3. Manajemen SDM pada proses produksi Semua tenaga kerja ketika proses produksi berlangsung sangat diperhatikan perusahaan. Terlihat dari peraturan – peraturan yang dibuat demi keselamatan para pekerja. Peraturan tersebut seperti pekerja diwajibkan memakai atribut keselamatan yang disediakan seperti sepatu boot dan helm dan masker. Selain itu pekerja juga diharapkan mematuhi waktu kerja karena ada sistem absen. Setiap pekerja memiliki shift kerja yang terbagi menjadi tiga shift. Perusahaan memiliki kebijakan yaitu setiap 5 hari sekali terdapat pergantian shift. Peraturan ini tentunya menguntungkan karena itu bisa mengatasi kejenuhan bekerja pada waktu yang sama. Dalam proses produksi selain tenaga kerja wajib mematuhi peraturan, tenaga kerja juga diharapkan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Tugas tersebut bermacam – macam sesuai dengan bidang yang ditugaskan. Hal tersebut disebabkan karena kinerja semua pekerja nantinya akan diawasi. Pengawasan dilakukan bisa secara struktural maupun pengawasan oleh SPI. Pengawasan struktural berarti pekerja yang memiliki jabatan lebih tinggi mengawasi bawahan yang dipimpinnya. Contohnya staf ahli mengawasi mandor, mandor mengawasi bawahannya. Selain itu bisa juga diawasi oleh SPI atau satuan pengawas intern yang merupakan badan khusus untuk mengawasi semua aktifitas perusahaan.



Gambar 27. Peraturan menggunakan perlengkapan keselamatan



38



4.3.4. Manajemen kualitas pada proses produksi Standar - standar perusahaan tertempel pada beberapa proses yang penting seperti pada bagian pabrikasi. Bagian pabrikasi hampir sebagian besar bekerja dengan alat dan mesin yang besar sehingga sedikit kesalahan akan berpengaruh pada kualitas hasil. Oleh sebab itu standar – standar tersebut biasanya sudah ada tinggal pekerja menyesuaikan. Contoh standar perusahaan yaitu %brix, %polarisasi, HK(harkat kemurnian), pH dan analisis – analisis lain yang melibatkan laboratorium. Selain penggunaan laboratorium, beberapa pengecekan kualitas juga dilakukan secara manual yaitu melihat seberapa besar kristal masakan dengan cara mengambil sampel dan menerawang lewat kaca dan lampu. Penerawangan tersebut dilakukan oleh pekerja di stasiun masakan dengan pengambil keputusan adalah mandor. Mandor akan menentukan berapa lama lagi masakan berlangsung untuk kemudian masakan diputar di staiun putaran.



Gambar 28. Pengecekan Kristal Gula



4.3.5. Manajemen perawatan alat dan mesin Perawatan alat dan mesin selain dilakukan pada saat maintenance perusahaan sebelum mulai produksi tetapi juga saat produksi berlangsung. Beberapa alat yang rusak jika dibiarkan juga akan mengganggu. Beberapa contoh yaitu filter pada facum filter terkadang ada yang rusak dan penanganannya bisa langsung diganti karena filter yang rusak biasanya hanya sebagian kecil saja. Jika kerusakan terdapat pada mesin – mesin yang besar cara perawatannya yaitu dengan monitoring. PG.Madukismo juga terdapat unit instalasi yang khusus memonitor alat yang bermasalah dan langsung menanganinya. Selain alat dan



39



mesin kendaraan – kendaraan berat yang digunakan perusahaan pasti suatu saat juga bisa mengalami gangguan. Untuk kendaraan terdapat bengkel perusahaan yang khusus menangani kendaraan yang bermasalah.



40



BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PENCEGAHAN



Permasalahan: 1. Permasalahan belum siapnya ketel uap. Ketel uap yang merupakan alat yang menghasillkan tenaga bagi sebagian mesin perusahaan dan pada saat awal produksi ketel belum menghasilkan tenaga yang cukup. 2. Beberapa tenaga kerja ada yang sudah tua dan sudah tidak layak bekerja sehingga terkadang tidak dapat memenuhi kontrak kerja yang disepakati. 3. Terdapat beberapa kerusakan alat yang menghambat kinerja contohnya alat angkut dan sealer di bagian pemasaran gula produk.



Upaya pencegahan: 1. Dilakukan uji ketel berulang kali. 2. Segera melakukan perekrutan tenaga kerja yang masih muda dan masih memiliki fisik yang kuat. 2. Menggunakan alat pengganti sementara.



41



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



1. Perencanaan produksi PG. Madukismo yang pertama yaitu perencanaan tanam dan panen tebu yang dilakukan oleh bagian tanaman. Bagian tanaman akan terbagi pada tiap – tiap rayon dan fokus pada tebu di rayon masing – masing. Sedangkan untuk tebu dari luar kota direncanakan oleh staf TLD. Perencanaan bahan baku tambahan dan raw sugar dilakukan oleh gudang pembelian bekerjasama dengan bagian pabrikasi sehingga pembelian dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Perencanaan selanjutnya yaitu perencanaan mesin dan peralatan dilakukan oleh bagian instalasi namun melibatkan semua stasiun. Stasiun ketel merupakan salahsatu prioritas karena berfungsi sebagai penghasil tenaga pada sebagian besar mesin perusahaan. 2. Pengoperasian produksi di PG. Madukismo yang pertama yaitu proses produksi gula dari tebu meliputi stasiun timbangan, stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan/kristalisasi, stasiun putaran, dan stasiun penyelesaian.



Sedangkan proses produksi dari raw sugar memotong proses



langsung ke stasiun putaran. Pengoperasian selanjutnya yaitu manajemen SDM yang melputi adanya standar keselamatan kerja, pergantian shift dan pengawasan karyawan. Manajemen kualitas pada proses produksi dilakukan dengan cara memberikan standar – standar yang sudah terpasang pada tiap – tiap proses, melibatkan laboratorium dan juga secara visual. Manajemen perawatan mesin yang dilakukan saat proses produksi yaitu dengan cara memonitor alat yang bermasalah dan langsung memperbaiki yang dilakukan oleh bagian instalasi. 3. Peserta magang mendapatkan keterampilan dalam packing di gudang gula A (50kg), penataan di gudang gula A, packing manual di gudang gula produk dan bongkar muat gula untuk didistribusikan. Saran 1. Sebaiknya memberi batasan umur minimal dan maksimal terhadap tenaga kerja dan beban kerja juga disesuaikan dengan kondisi fisik sehingga di perjalanan tidak ada yang memutuskan kontrak kerja. Tenaga kerja juga perlu diberi pelatihan supaya dalam bekerja memiliki keterampilan yang dibutuhkan perusahaan.



42



2. Mesin – mesin yang berdampak pada menurunnya produksi sebaiknya diberi prioritas untuk perbaikan atau penggantian.



43



DAFTAR PUSTAKA Blackstone, John H. 1989. Capacity Management, (chicago, south western publishing co,. Ohio. Corder, Antony. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga Handoko, T. Hani. 1984. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta. Weber, Alfred. 1929. (translated by Carl J. Friedrich from Weber's 1909 book). Theory of the Location of Industries. Chicago: The University of Chicago Press Yamit, Z. 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII. Zainal, Nining Haslinda. 2008. Tugas dan Fungsi Pegawai. Jakarta: PT Rajawali



44