Laporan 6 RL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEOREMA THEVENIN 6 PUGUH NUGROHO 3110171005 D4 TEKNIK MEKATRONIKA A ENDAH SURYAWATI YASIN SETIO BUDI,A.Md NINGRUM,ST,MT 30 November 2017



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



PERCOBAAN VI PENGUKURAN VEKTOR LOCUS A.



Tujuan Percobaan : Setelah melakukan percobaan, mahasiswa dapat menggambarkan tempat kedudukan vektor arus dan tegangan melalui pengeplotan data hasil pengukuran tegangan pada rangkaian R-L seri dan R-C paralel.



B.



Dasar Teori Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005). Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.



Program Studi M ekatronika



halaman 13



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau eventevent yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control. Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu yang mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Locus Of Control adalah sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan. Rotter (1975) menyatakan bahwa internal dan eksternal mewakili dua ujung kontinum, bukan bukan secara terpisah. Internal cenderung menyatakan bahwa sebuah peristiwa berada pada control mereka sendiri, sementara eksternal lebih cenderung menyalahkan factor luar yang mempengaruhi suatu kejadian yang menimpa mereka.



Program Studi M ekatronika



halaman 14



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



Contoh sederhananya adalah seorang karyawan dalam memandang karirnya di sebuah perusahaan. Jika ia memiliki internal locus of control maka dia akan menyatakan kegagalannya meraih suatu jabatan lebih dikarenakan dirinya sendiri, sementara karyawan yang memiliki eksternal locus of control akan menyalahkan keadaan seperti kurang beruntung, bos yang kurang adil, dst. Implikasi yang jelas untuk perbedaan antara internal dan eksternal dalam hal motivasi berprestasi mereka. Lokus internal berkaitan dengan tingkat lebih tinggi dari N-ach. Karena kendali mereka mencari di luar dirinya, eksternal cenderung merasa bahwa mereka kurang memiliki kontrol atas nasib mereka. Orang dengan lokus kontrol eksternal cenderung lebih stres dan rentan terhadap depresi klinis (Benassi, Sweeney & Dufour, 1988; dikutip dalam Maltby, Hari & MacAskill, 2007).



Rangkaian R-L seri, sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya pembagian tegangan secara vektoris. Arus (i) yang mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i) tertinggal 90 derajad terhadap tegangan induktor (vL). Tidak terjadi perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor (vR) dan arus (i). Gambar berikut memperlihatkan rangkaian seri R-L dan hubungan arus (i), tegangan resistor (vR) dan tegangan induktor (vL) secara vektoris. Rangkaian R-L Seri Melalui reaktansi induktif (XL) dan resistansi (R) arus yang sama i = im.sin ω t. Tegangan efektif (v) = i.R berada sefasa dengan arus (i). Tegangan reaktansi induktif (vL) = i.XLmendahului 900 terhadap arus (i). Tegangan gabungan vektor (v) adalah jumlah nilai sesaat dari tegangan resistor (vR) dan tegangan induktif (vL), dimana tegangan ini juga mendahului sebesar φ terhadap arus (i). Dalam diagram fasor aliran arus (i), yaitu arus yang mengalir melalui resistor (R) dan reaktansi induktif (XL) diletakan pada garis t = 0. Fasor (vektor fasa) tegangan jatuh pada resistor (vR) berada sefasa dengan arus (i), fasor tegangan jatuh pada induktor (vL) mendahului sejauh 900. Tegangan gabungan (v) adalah diagonal dalam persegi panjang dari tegangan jatuh pada reaktansi induktif (vL) dan tegangan jatuh pada resistif (vR). Sudut antara tegangan vektor (v) dan arus (i) merupakan sudut fasa (φ)



Program Studi M ekatronika



halaman 15



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



Karena tegangan jatuh pada resistor dan induktor terjadi perbedaan fasa, untuk itu hubungan tegangan (v) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut;



Hubungan tegangan sumber bolak-balik dan arus yang mengalir pada rangkaian menentukan besarnya impedansi secara keseluruhan dari rangkaian



Besarnya sudut (φ) antara resistor (R) terhadap impedansi (Z) adalah



Besarnya sudut (φ) antara reaktansi induktif (XL) terhadap impedansi (Z) adalah



Besarnya sudut (φ) antara reaktansi induktif (XL) terhadap resistansi (R)



atau



Bila nilai (XL) dan Resistansi (R) diketahui, maka besarnya impedansi dapat ditentukan



Program Studi M ekatronika



halaman 16



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



Analisa Rangkaian R-C Paralel



Rangkaian R-C paralel, sifat dari rangkaian paralel adalah terjadi percabangan arus dari sumber (i) menjadi dua, yaitu arus yang menuju kapasitor (iC) dan arus yang menuju resistor (iR). Sedangkan tegangan jatuh pada kapasitor (vC) dan resistor (vR) sama besar dengan sumber tegangan (v). Gambar dibawah memperlihatkan hubungan arus secara vektoris pada rangkaian R-C parallel Rangkaian R-C Paralel Hubungan paralel dua resistor yang terdiri dari resistor murni (R) dan reaktansi kapasitif (XC), dimana pada kedua ujung resistor terdapat tegangan yang sama besar, yaitu v = vm sin ω t. Arus efektif yang melalui resistor (R) adalah (i.R) = v/R berada sefasa dengan tegangan (v). Arus yang mengalir pada reaktansi kapasitif (i C) = v/XC mendahului tegangan sejauh 900. Sedangkan arus gabungan (i) diperoleh dari jumlah nilai sesaat arus (iR) dan (IC). Arus tersebut mendahului tegangan (v) sebesar sudut (φ). Dalam diagram fasor, tegangan (v) sebagai besaran bersama untuk kedua resistansi diletakkan pada garis ωt = 0. Fasor arus efektif (iR) berada sefasa dengan tegangan (v), sedangkan fasor dari arus reaktansi kapasitif (iC) mendahului sejauh 900. Arus gabungan (i) merupakan jumlah geometris dari arus efektif (iR) dan arus reaktansi kapasitif (iC), atau diagonal dalam persegi panjang (iR) dan (iC). Sudut antara tegangan (v) dan arus (i) adalah sudut beda fasa φ . Berbeda dengan rangkaian seri, oleh karena arus yang mengalir melalui resistor dan kapasitor terjadi perbedaan fasa, untuk itu hubungan arus (i) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan kuadrat berikut;



Sehingga



Oleh karena itu, besarnya arus percabangan yang mengalir menuju resistor dan kapasitor menentukan besarnya impedansi (Z) secara keseluruhan dari rangkaian



Program Studi M ekatronika



halaman 17



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



atau



dimana



Bila pada hubungan paralel antara nilai resistansi resistor (R) dan kapasitansi dari kapasitor (C) diketahui, maka arus (i), tegangan (v), sudut fasa (φ) dan reaktansi kapasitif (XC). Langkah pertama dengan menetapkan daya hantar semu (Y) dari rangkaian paralel.



Selanjutnya dari persamaan Z diatas diperoleh daya hantar tunggal efektif (G) dari resistor (R) dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:



Oleh karena resistansi efektif (R) dinyatakan seperti persamaan R diatas maka daya hantar (G) dapat dituliskan kedalam persamaan berikut:



Daya hantar dari reaktansi kapasitif (BC) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:



sehingga daya hantar dari reaktansi kapasitif (BC) adalah



Besarnya perbedaan sudut (φ) antara reaktansi kapasitif (XC) terhadap resistansi (R) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan,



atau



Program Studi M ekatronika



halaman 18



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



C.



Rangkaian Percobaan : Rangkaian R-L Seri KVL : E R=lOO Q



I=IVRI RI



IXI=IVLI I



III



da



(deg) tg _, I:I n



L=22 mH Cl. Tabel Data : E = 1Volt (konstan) No. f(KHz) (diatur 1 0,1) 2 0,2 3 0,4 4 0,6 5 0,8 6 1 7 2 8 4 6 9 10 8 11 10 12 20 40 13 14 60



VR(mV) (diukur)



Program Studi M ekatronika



VL(mV) I(mA) XL(Q) (diukur) (dihitung) (dihitung)



cjl(deg) (dihitung )



halaman 19



[Percobaan VI Pengukuran Vector Locus]



Gambar Vektor Tegangan VR, V1dan E



' ,: '' I ''



'



0



E



2. Rangkaian R-C Paralel R1=1000



E



G



1



KCL :



IR _t VR R1=lKO C=O,lµF



1=



2



C 1



2 -1



R



Program Studi M ekatronika



halaman 20



Percobaan VI Pengukuran] Vektor LOCUS



Praktikum Rangkaian Listrik 1



C2. Tabel Data : VR = 1Volt (konstan) No.



f(KHz) (diatur)



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



0,1 0,2 0,4 0,6 0,8 1 2 4 6 8 10 20 40 60



V0(mV) (diukur)



E(mV) (diukur)



Im(mA) lc(mA) IR(mA) (dihitung) (dihitung) (dihitung )



Ganbar Vektor Arus



I



Program Studi Mekatronika



halaman 21



Percobaan VI Pengukuran] Vektor LOCUS D.



Praktikum Rangkaian Listrik 1



Tugas : 1. Hitung secara teoritis VR dan VL (dengan voltage devider),



kemudian bandingkan dengan hasil pengukuran pada percabaan rangkaian seri. 2. Hitung secara teoritis I, IR dan le , kemudian bandingkan dengan hasil pengukuran pada percobaan rangkaian paralel. 3. Hitung juga prosentase kesalahan hasil pengukuran dan hasil perhitungan secara teoritis.



Program Studi Mekatronika



halaman 22