Laporan Akrilik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL RESIN AKRILIK



KELOMPOK TUTORIAL 13 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Raquel Ananda Hasa Astrid Ganadya N.I Pintan Qorina D. Rizky Kurniawan Paramadiva Zefina P. Ajeng N.A Aisya Nurrachma



(161610101100) (161610101101) (161610101102) (161610101103) (161610101104) (161610101105) (161610101106)



DOSEN TUTOR drg. Agustin Wulan Suci D., MDSc.



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER TAHUN AJARAN 2018/ 2019



BAB 1 SKENARIO



RESIN AKRILIK



Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang malakukan skill lab manipulasi resin akrilik. Pelaksanaan skill lab kali ini terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok I membuat basis gigi tiruan menggunakan bahan heat curing resin acrylic, dan kelompok II mereparasi basis gigi tiruan resin akrilik yang patah menggunakan self curing resin acrylic. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, maka proses manipulasi harus dilakukan dengan benar mulai dari pencampuran bubuk dan cairan, proses dan tahap polimerisasi, packing, sampai pada pemolesan.



BAB 2 CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS



1. Self-curring resin akrilik Proses polimerisasi tanpa pemanasan, biasanya dengan penambahan bahan kimia. Amino tertiernya menyebabkan terpisahnya benzoil --> radikal bebas --> Terjadi polimerisasi. Pada saat manipulasi, bisa dilakukan di suhu ruang. Chemical activated / Autopolimerisasi, karena tanpa pemanasan 2. Packing Manipulasi akrilik, saat pencampuran dalam dough stage akan dimasukkan dalam mould space. 3. Resin Akrilik Senyawa asam acrolain/gliseril aldehid yang biasa digunakan di kedokteran gigi yaitu monomer metakrilat. Acrolain - latin - bau yang tajam, selain digunakan di kedokteran gigi juga digunakan sebagai bahan kerajinan tangan 4. Heat-curring resin akrilik Setelah penacmpuran polimer dan monomer, menggunakan teknik kompresif mould dengan memberikan tekanan sehingga dapat mengisi kuvet. Proses polimerisasi setelah energi termal  dekomposisi peroksida  radikal bebas  polimerisasi. 5. Polimerisasi Pembentukan rantai panjang polimer dari monomer-monomer, bisa terjadi jika ada panas, cahaya, zat kimia, dsb. 6. Basis Base, dasar. Basis gigi tiruan - Tempat melekatnya gigi tiruan. Bahan yang sering dipakai adalah akrilik.



BAB 3 PROBLEM DEFINITION



1.



Klasifikasi resin akrilik apa saja?



2.



Apa perbedaan Heat-curring dan Self-curring resin akrilik?



3.



Bagaimanakah proses manipulasi dari resin akrilik?



4.



Apa saja sifat fisik dari resin akrilik?



5.



Dari bahan resin akrilik, mana bahan yang baik dan efektif?



6.



Apakah resin akrilik itu spesifik penggunaannya?



BAB 4 BRAINSTORMING 1.



Heat-curring resin akrilik - Pemanasan/perebusan 100,3 derajat celsius. Warna lebih bagus.Powder benzoil peroksida, liquid metil metakuilat dan hidrokuinon. Self-curring resin akrilik - Tanpa pemanasan, dengan bahan kimia. bisa di suhu ruangan. Light-curring resin akrilik - dengan cahaya, sinar UV. Akrilik dengan gelombang mikro/ microwave. Resin akrilik swa-polimerisasi - dengan pemanasan dan gelombang mikro.



2.



Perbedaan stabilitas warna, heat-curring lebih stabil, pada self-curring penambahan bahan kimia aktivator anima tertiar dapat menyebabkan oksidasi dan merubah warna dari akrilik. Aktivasinya, Pemanasan dan penambahan bahan kimia. Komposisi, Powder - benzoil peroksida, liquid metil metakuilat dan hidrokuinon, liquid - monomer, inhibitor - mencegah lepasnya monomer, cross-linking agent. pada self-curring ditambahkan aktivator.



3.



- Pencampuran, campuran powder dan liquid, perbandingannya liquid dengan powder 3:1 menurut volume, akan ada stage dari campuran. Sandy stage - pasir basah, Sticky stage - lengket, dough stage - dilakukan kompresi pada mould space, rubber hard stage - mulai setting - Polimerisasi, induksi - monomer bergerak untuk berikatan, propagasi pembentukan rantai polimer, transfer rantai - penggabungan rantai , terminasi terbentuknya molekul yang stabil



4.



- Warna, memiliki warna yang harmonis dan dapat diwarnai - Abrasi, tahan abrasi, karena digunakan di rongga mulut dan tahan mastikasi - Stabilitas dimensional, sifat stabil dan tidak berubah karena terjadi perubahan saat proses manipulasi - Creep/Tekanan, tidak boleh memiliki sifat yang mudah fraktur - Porositas, terbentuknya gelembung2 udara yang memiliki sifat negatif. Pada polimerisasi, monomer sisa akan menimbulkan porositas apabila tidak menempel saat pengadukan. Gas dan granular, Gas - titik didih berlebihan saat pemanasan, terjadi saat press dimana tekanan kurang, granular - tidak berikatan dengan baik monomernya, terjadi saat pencampuran kemungkinan karena rasio powder:liquid kurang seimbang.



- Crazing, mudah mengalami goresan dan retakan secara mikro, menimbulkan estetik berkurang 5.



Efektif berdasarkan tujuan penggunaannya. self-curring memiliki molekul yang lebih ringan, jadi meninggalkan residu, dsb.



6. Basis - heat-curring, reparasi - self-curring. Lebih efektif dengan bahan-bahan spesifik



BAB 5 MAPPING RESIN AKRILIK



KLASIFIKASI 1. 2. 3. 4.



HEAT SELF LIGHT MICROWAVE



SIFAT



MANIPULASI 1. INJEKSI 2. POLIMERISASI GELOMBANG MIKRO 3. FLUID RESIN 4. LIGHT ACTIVATED 5. REPAIR



BAB 6 LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan tiap jenis resin akrilik 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan water/powder ratio pada tiap jenis dan pengaruh terhadap waktu 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan manipulasi akrilik 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manipulasi reparasi resin akrilik



BAB 7 REPORTING/ GENERALISATION 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan tiap jenis resin akrilik 1. Self curred Resin Acrylic Kelebihan: Membutuhkan alat yang lebih sederhana. Long term storage stability Dimensi lebih akurat Setting time dapat disesuaikan Kekurangan: Saat pencampuran tidak bisa menghindari terjebaknya oksigen pada campuran yang menyebabkan struktur resin akrilik menjadi lebih lemah Adanya aromatik amina yang akan berubah warna menjadi kekuningan seiring dengan berjalannya waktu menyebabkan color instability Polimerisasi tidak berjalan sempurna yang menyebabkan adanya sisa monomer yang bisa menyebabkan iritasi bila sudah masuk kedalam rongga mulut karena polimerisasi terus berjalan dalam rongga mulut. Monomer sisa berperan sebagai plasticizer yang menyebabkan berkurangnya kekuatan transversal bahan.



2. Heat curred Resin Acrylic Kelebihan: Lebih kuat karena monomer yang tersisa lebih sedikit dibandingkan dengan self curred Resin Acrylic. Warna lebih stabil Kekurangan: Lebih radiolusen Jika suhu yang diberikan saat water bath terlalu panas maka akan terjadi porus. 3. Light-curred Resin Acrylic Kelebihan: Working time bisa dikontrol oleh clinican Tidak porus, less staining, lebih kuat Kekurangan: Karena sensitif terhadap cahaya, maka saat penyimpanan bisa timbul kerak karena bahan menyerap cahaya tampak dari ruangan.



-



Harus ada spesial tools yaitu alat pencahayaan Cahaya yang digunakan bisa membahayakan operator



4. Microwave energy curred resin acrylic Kelebihan: Proses polimerisasi lebih cepat Kekurangan: Jika terjadi overheat maka akan ketebalan akan menjadi tidak merata Adanya monomer yang tersisa membuat resin akrilik menjadi porus. 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan water/powder ratio pada tiap jenis dan pengaruh terhadap waktu Ada beberapa jenis resin akrilik yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi, diantaranya adalah Heat-cured acrylic, Self-cured acrylic, Light-cured acrylic, dan Microwave-cured acrylic. Secara komposisi, Heat cured acrylic dan Selfcured acrylic memiliki komposisi yang sama hanya pada aktivatornya berbeda, yaitu pada Self-cured menggunakan bahan kima amina tertiary untuk mengaktifkan aktivitas polimerisasi, sedangkan untuk Heat-cured polimerisasinya diaktivasi menggunakan panas. Resin akrilik aktivasi kimia dapat disebut self-cured, cold-cured atau autopolymerising material. Resin akrilik aktivasi kimia (cold cured) biasanya digunakan untuk mahkota dan jembatan sementara, untuk pembuatan special trays, untuk perbaikan gigi tiruan, relining, dan rebasing, untuk membuat removable orthodontic appliances, untuk menambahkan post-dam ke gigi tiruan, untuk membuat basis gigi tiruan sementara dan permanen, untuk membuat inlay dan post core patterns (Manappalil, 2010). Resin cold cured memiliki komposisi yang sama dengan heat cured hanya pada monomernya terkandung dimethyl-p-toluidine pada monomernya yang berperan sebagai aktivator. Cold cure (aktivasi kimia) dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia berlangsung karena tambahan tertiary amine seperti dimethylpara-toluidine. Pada pencampuran polimer dan monomer, tertiary amine menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida sehingga terbentuk radikal bebas dan memulai proses polimerisasi. Proses polimerisasi selanjutnya sama dengan heat cure. (Anusavice, 2012) Resin akrilik aktivasi kimia (cold cured) tersusun atas beberapa bahan, antara lain: (Manappalil, 2010) a. Bubuk (Polimer) 1. Poli metil metakrilat dan co-polimer lain (5%) 2. Initiator: benzoil peroksida 3. Plasticizer : dibutil phthalate 4. Opacifiers : zinc / Titanium oksida 5. Pigment : Mercuric sulfide, cadmium sulfide 6. Esthetics : Organic or inorganic fillers seperti glass fibers atau beads



b. Cairan (Monomer) 1. Plasticizer : dibutyl phtalate atau methyl methacrylate 2. Activator: Dimethyl-p-toluidine 3. Inhibitor: 0,006 % hidroquinon untuk menghambat proses polimerisasi. 4. Glikol dimetakrilat (1-2 %) : memacu ikatan silang (cross-linking agent) Cold cure resin akrilik memiliki working time yang cukup singkat serta memiliki sifat mekanis yang rendah dan monomer sisa yang tinggi sehingga penggunaannya terbatas, seperti repairing dan relining of denture. Beberapa cold cure resin akrilik yang dikenal sebagai pourable resins kadang digunakan sebagai basis konstruksi denture (McCabe and Walls 2008 ). Pada cold cure resin akrilik, derajat polimerisasi tidak sesempurna heat cure sehingga terdapat sejumlah besar monomer yang tidak bereaksi. Monomer ini dapat berperan menjadi plasticizer yang mengurangi kekuatan denture resin dan membahayakan biokompatibilitas denture resin dengan jaringan mulut. Selain itu, stabilitas warna cold cure resin akrilik lebih rendah daripada heat cure dikarenakan adanya tertiary amine yang teroksidasi sehingga terjadi perubahan warna. Perubahan warna ini dapat dikurangi dengan penambahan stabilizing agent. Meskipun demikian, cold cure resin akrilik memberikan shrinkage yang lebih kecil daripada heat cure sehingga memiliki akurasi dimensi yang tinggi (Anusavice et al. 2012 ). Perbandingan bubuk (polimer) dengan liquid tiap jenis W/P ratio yang dianjurkan untuk membuat denture base satu rahang penuh dengan menggunakan packing technique adalah 20,5 g polimer dan 10 ml monomer, sedangkan waktu untuk adonan mencapai fase dough adalah 3-4 menit dari awal pencampuran. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa material cold cured mencapai fase dough lebih cepat dan memiliki working time (waktu yang dibutuhkan ketika meletakkan mould) lebih pendek (McCabe and Walls 2008). Sedangkan untuk Visible-cured acrylic dan Microwave-cured acrylic memiliki komposisi yang berbeda dengan Heat-cured dan Self-cured acrylic. Visiblecured acrylic memiliki komposisi berupa matriks dari bahan urethane dimetachrlate yang mengandung silica koloidal untuk mengontrol rheologynya. Bahan pengisinya mengandung acrylic beads. Visible-cured acrylic digunakan untuk denture hard reline material. Perbandingan powder dan liquid nya untuk semua jenis acrylic adalah sama , yaitu 3:1 menurut berat dan 2:1 menurut volume. 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan manipulasi akrilik  Teknik Pemasangan Injeksi (Injection Molding Technique) Teknik ini merupakan jenis lain dari manipulasi resin akrilik selain teknik pres yang biasa digunakan untuk heat curing resin akrilik. Teknik ini menggunakan kuvet yang dirancang khusus. Satu sisi dari kuvet diisi dengan dental stone yang baru dicampur, dan model cast gigi tiruan dilekatkan ke dalam campuran ini. Setelah itu, sprue dipasang pada bagian basis wax gigi tiruan untuk



jalan masuk dari resin. Kemudian sisi kuvet yang lain ditutupkan. Sebelum dimasukkan bahan resin, wax terlebih dahulu dihilangkan, setelah bahan resin akrilik dimasukkan melalui sprue, kuvet direbus dalam water bath untuk proses polimerisasi. Data dan informasi klinis yang tersedia menunjukkan basis gigi tiruan yang dibuat dengan injection molding dapat meningkatkan sedikit akurasi klinis. Namun, keuntungan dari pencetakan injeksi ini secara tidak langsung. Sebagai contoh, meskipun gerakan gigi dapat diminimalkan, viskositas resin harus jauh lebih rendah daripada yang digunakan dalam pencetakan kompresi untuk memudahkan injeksi. Injeksi ini memerlukan rasio polimer-monomer yang jauh lebih kecil, dan akibatnya terjadi peningkatan curing shrinkage. Oleh karena itu, fit palatal menjadi terganggu







Polimerisasi dengan Energi Gelombang Mikro (Polymerization Via Microwave Energy) Polimetil metakrilat dari resin dapat dipolimerisasi menggunakan energi



gelombang mikro karena molekul metil metakrilat ynang tidak simetris. Teknik ini menggunakan resin yang diformulasikan khusus dan flask atau kuvet



nonmetalik. Oven microwave konvensional digunakan untuk memasok energi panas yang dibutuhkan untuk polimerisasi. Keuntungan dari teknik ini adalah polimerisasi dapat dicapai dengan kecepatan yang tinggi, namun pemanasan berlebih dapat terjadi pada bagianyang tebal sehingga menyebabkan monomer mendidih dan menghasilkan porositas. Informasi yang ada menunjukkan sifat fisik resin yang diproses dengan gelombang mikro sebanding dengan resin konvensional.







Teknik Resin Fluida (Fluid Resin Technique) Teknik ini menggunakan self curring resin yang dapat dituangkan, untuk



pembuatan basis gigi tiruan. Materialnya ada dalam bentuk bubuk dan komponen cair. Bila dicampur dalam proporsi yang tepat, komponen ini menghasilkan resin dengan viskositas rendah. Resin ini dituangkan ke dalam rongga cetakan, meningkatkan tekanan atmosfir dan diijinkan untuk dipolimerisasi pada suhu kamar.







Light Activated Denture Base Resins Bahan-bahan ini terdiri dari komposit berbasis resin yang memiliki



matriks uretan dimetetakrilat ,silika microfne, dan monomer resin akrilik dengan berat molekul tinggi. Manik-manik resin akrilik dimasukkan sebagai fller organik. Cahaya yang tampak berperan sebagai aktivator, sementara agen fotosensitisasi seperti camphorquinone berfungsi sebagai inisiator untuk polimerisasi.



4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manipulasi reparasi resin akrilik



Repairing Dentur mungkin mengalami fraktur selama digunakan atau mungkin jatuh pada permukaan yang keras. Perbaikannya adalah dengan reassembling yang akurat dan alignment bagian-bagian yang rusak pada posisi semula.



Midline Fracture Procedure - Bagian yang rusak diassemble dan dipasang dengan sticky wax pada permukaan yang dipoles. - Bagian yang tersusun dapat diperkuat dengan bur atau stik plastik. - Setiap undercut pada permukaan fitting diblokir dengan wax atau tanah liat. - Stone plaster dituangkan ke permukaan fitting. Setelah stone setting, dentur dikeluarkan dari cast dan dibersihkan dari sisa-sisa sticky wax. - Tepi yang retak dikurangi, melebar (8-10mm) sepanjang garis fraktur dan miring ke permukaan yang dipoles untuk meningkatkan luas permukaan ikatan.



- Potongan dove tail bisa dilakukan untuk memperkuat sendi perbaikan. - Cast dioles dengan media pemisah dan gigi tiruannya diamankan pada cast dengan rubber band. - Self cure diterapkan pada area fraktur yang dimodifikasi sampai area tersebut terisi penuh. - Relief dari median palate raphea. - Reline jika dibutuhkan - Remake dalam beberapa kasus.



Any Part Fracture Types – Fracture with no missing part (repaired as mentioned) – Fracture with missing or lost part. Procedure - Impression dibuat dengan denture diletakkan di mulut pasien. - Setelah menuangkan cast; Baik self-cure diterapkan untuk mengganti bagian yang hilang, atau wax ditambahkan dan diukir menyerupai bagian gigi tiruan yang rusak diikuti dengan flashing, packing, curing, finishing dan polishing.



Fracture with broken or missing teeth Procedure



- Gigi fraktur dipotong dengan burs. - Di sisi lingual; cukup akrilik yang dilepas. - Gigi dengan bentuk yang sama; Ukuran dan bayangan diposisikan dalam keselarasan yang tepat dan dilapisi dengan baseplate wax. - Sebuah indeks plester (kunci) dibuat untuk merekam dan mengamankan posisi gigi wax. - Gigi yang harus diperbaiki dilepas bersamaan dengan semua wax di sekitar mereka. - Gigi kemudian dimasukkan kembali persis di posisi semula dibantu oleh kunci plester. - Self cure resin akrilik ditambahkan dari sisi lingual sampai daerah perbaikan lebih dari buit. Kemudian ditutup dengan tin foil. - Setelah curing; indeks dihapus dan gigi tiruannya selesai dan dipoles.



BAB 8 DAFTAR PUSTAKA



Anusavice, Kenneth J., Shen, Chiayi., and Rawls, H. Ralph. 2012. Philips Science of Dental Materials ed 12ͭ ͪ. China : Elsevier. Geckili O. (2016) Maintenance. In: Şakar O. (eds) Removable Partial Dentures. Springer, Cham Paulino MR, Alves LR, Gurgel BCV, et al: Simplified versus traditional techniques for complete denture fabrication: A systematic review. J Prosthet Dent 113:12-16, 2015 Manappalil, JJ. 2010. Basic Dental Materials 2nd ed. Jaypee Brothers Medical Pub. Ltd., India. McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Blackwell Publishing L.td., Australia.