Laporan Praktikum Resin Akrilik Kelompok 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM RESIN AKRILIK



ANGGOTA : 1. Cecilya Nella Yuppy A. (J520200107) 2. Tazkia Amalia (J50200109) 3. Mutiara Farah Fadhila (J520200110) 4. Nisrina Laili (J520200112) 5. Maulita Misi Nurilyana (J520200113) 6. Nabilah Fitri Annisa (J520200114) 7. Rista Aulia Ardhita (J520200115) 8. Nurul Salsabila (J520200116) 9. Irfan Maulana Aji S. (J520200117) 10. Huarifah Umardani (J520200118)



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 2021/2022



Kelompok Praktikum : Kelompok 9 Tanggal Praktikum : Jum’at, 17 Desember 2021 Pembimbing : drg. Reisca PRAKTIKUM RESIN AKRILIK A. PENDAHULUAN Resin akrilik ini dipakai untuk basis gigi tiruan karena mempunyai kualitas dan estetika yang dibutuhkan, murah dan mudah dikerjakan walaupun tidak ideal dalam semua aspek. Resin akrilik dibuat dengan proses polimerisasi adisi radikal bebas, melalui tahap aktivasi, inisasi, propagasi dan terminasi. Resin akrilik berdasarkan cara manipulasinya daapt dibagi menjadi resin akrilik polimerisasi panas (penggodokan), polimerisasi kimiawi, polimerisasi gelombang mikro, dan polimerisasi sinar tampak. 1. Resin akrilik polimerisasi panas Material resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari serbuk dan cairan. Komposisi serbuk terdiri dari Polimetil metakrilat, Inisiator Benzoil peroksida, Pigmen, Opacifiers titanium, Plasticizer dibutil ptalat, dan serat sintesis nilon/akrilik. Cairannya terdiri dari Metil metakrilat, Inhibitor hidrokuinon, dan agen pertautan silang etilena glikol dimetakrilat. Prosessing dikerjakan dengan teknik dough. Ukuran partikel serbuk bervariasi, semakin kecil biasanya semakin mudah dilarutkan dalam monomer membentuk dough. Pigmen warna biasanya ditambahkan dalam serbuk. Perbandingan serbuk dengan cairan sesuai dengan instruksi pabrik (2,0:1 wt% ; 1,6:1,0 vol%). Pada umumnya resin akrilik biokompatibel tapi kadang timbul reaksi alergi. Sifat mekanikal resin akrilik ini bagus, patah biasanya terjadi karena insiden traumatik seperti jatuh. Resin akrilik ini rentan terhadap distorsi, konduktivitas termal rendah, dan bersifat radiolusen. 2. Resin akrilik polimerisasi kimiawi Resin akrilik polimerisasi kimiawi secara kimiawi identik dengan resin akrilik kuring panas, kecuali bahan inisiasinya dengan amina tersier (contoh : dimetil p-toluidin atau asam sulfonat). Metode kuring resin ini tidak seefisien seperti kuring panas, yang akan berpengaruh pada sifat kekuatan bahan. Stabilitas warna resin ini juga tidak sebagus resin kuring panas. Berat molekul yang rendah akan menurunkan suhu transisi kaca, hal ini akan membuat material sering berubah bentuk, karena tidak ada sumber panas eksternal yang digunakan untuk kuring resin, dimana regangan internal yang terbentuk lebih kecil. Resin ini biasanya digunakan untuk perawatan ortodontik space maintainer dan reparasi gigi tiruan serta sendok individual. 3. Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro Resin akrilik polimerisasi gelombang mikro mempunyai cairan monomer mikro yang merupakan modifikasi dari resin akrilik konvensional. Monomer mengandung bahan sambung silang yang dibuat khusus untuk proses aktivasi gelombang mikro untuk mengaktifkan polimerisasinya. Dibutuhkan kuvet dari polikarbonat (non logam), karena gelombang mikro tidak dapat dipantulkan kembali oleh permukaan logam. Resin akrilik jenis ini mempunyai sifat fisik yang sebanding dengan cara penggodogan. Keuntungan resin akrilik ini adalah mempunyai keakuratan dimensi lebih baik, porositas lebih rendah, dan kekerasan yang memuaskan. Proses pembuatan juga lebih bersih dan polimerisasinya lebih singkat. B. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa dapat memanipulasi dengan tepat, mengetahui perbedaan cara manipulasi dari masing-masing jenis resin akrilik dan menguji perlekatan Candida albicans pada permukaan resin akrilik.



C. 1. MANIPULASI RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS Bahan: 1. Serbuk polimer dan cairan monomer 2. Cairan CMS Alat: 1. Stellon pot 2. Pipet ukur 3. Stopwatch 4. Kuas kecil 5. Kuvet logam dengan cetakan gips plaster 6. Timbangan analitik 7. Termometer air 8. Crownmess 9. Press kuvet 10.Plastic cellophane 11.Spatula kecil.crownmess



Cara kerja: 1. Cetakan gips dalam kuvet diolesi selapis CMS menggunakan kuas kecil dan dibiarkan hingga kering 2. Cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 2,5 ml (atau sesuai dengan petunjuk pabrik dari merk resin akrilik yang digunakan) kemudian dituangkan ke dalam stellon pot 3. Serbuk polimer ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi oleh monomer 4. Hitung awal waktu pengadukan dengan stopwatch, kemudian aduk campuran dengan spatula kecil sampai homogen. Selanjutnya stellon pot ditutup dan diketuk-ketuk. Diamati fase sandy, sticky, dough dengan cara membuka tutup stellon pot, dan catat waktu tercapainya fase dough. Apabila belum mencapai fase dough, stellonpot ditutup lagi 5. Setelah adonan mencapai fase dough dimasukkan ke cetakan dalam kuvet hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastic cellophane yang telah dibasahi air. Setelah itu kuvet ditutup dan dilakukan pengepresan awal (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat, kurang lebih berjarak 2 mm)



6. Kuvet dibuka dan cellophane diambil. Kelebihan resin akrilik dari cetakan diambil dengan crownmess secara cepat (kurang dari 30 detik). Kuvet ditutup lagi dan dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas dan bawah rapat) serta kuvet tetap dibiarkan pada pressnya. 7. Ditunggu minimal 1 jam. C.2. MANIPULASI RESIN AKRILIK POLIMERISASI KIMIAWI Bahan: 1. Serbuk polimer dan cairan monomer 2. Cairan CMS Alat: 1. Stellon pot 2. Pipet ukur 3. Stopwatch 4. Kuas kecil 5. Kuvet logam dengan cetakan gips plaster 6. Timbangan analitik 7. Termometer air 8. Crownmess 9. Press kuvet 10. Plastic cellophane 11. Spatula kecil.crownmess Cara kerja: 1. Cetakan gips dalam kuvet diolesi selapis CMS menggunakan kuas kecil dan dibiarkan hingga kering 2. Cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 2,5 ml (atau sesuai dengan petunjuk pabrik dari merk resin akrilik yang digunakan) kemudian dituangkan ke dalam stellon pot 3. Serbuk polimer ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi oleh monomer 4. Hitung awal waktu pengadukan dengan stopwatch, kemudian aduk campuran dengan spatula kecil sampai homogen. Selanjutnya stellon pot ditutup dan diketuk-ketuk. Diamati fase sandy, sticky, dough dengan cara membuka tutup stellon pot, dan catat waktu tercapainya fase dough. Apabila belum mencapai fase dough, stellonpot ditutup lagi 5. Setelah adonan mencapai fase dough dimasukkan ke cetakan dalam kuvet hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastic cellophane yang telah dibasahi air. Setelah itu kuvet ditutup dan dilakukan pengepresan awal (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat, kurang lebih berjarak 2 mm) 6. Kuvet dibuka dan cellophane diambil. Kelebihan resin akrilik dari cetakan diambil dengan crownmess secara cepat (kurang dari 30 detik). Kuvet ditutup lagi dan dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas dan bawah rapat) serta kuvet tetap dibiarkan pada pressnya. 7. Setelah minimal 1 jam, kuvet bersama pressnya dimasukkan ke dalam panci yang berisi air (suhu ruang). Kemudian air dipanaskan pada suhu 70°C (diukur dengan termometer air) selama 90 menit dan diteruskan pada suhu 100°C selama 30 menit. Kemudian air dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang dan kuvet bisa dibuka



D. HASIL  Hasil polimerisasi panas (Head cured) : Untuk membuatnya mengeras, perlu dilakukan pemanasan/ penggodokan dengan suhu 70°C selama 90 menit dan 100°C selama 30 menit. Namun sebelum dilakukan penggodokan telah didiamkan terlebih dahulu selama kurang lebih 1 jam  Hasil polimerisasi kimiawi (Self cured) : Akan mengeras setelah 1 jam didiamkan dan tidak perlu dilakukan penggodokan.



Hasil Polimerisasi Kimiawi (Self cured)



Hasil Polimerisasi Panas (Head cured)



E. PEMBAHASAN Resin akrilik merupakan bahan kedokteran gigi yang sering digunakan baik dalam pembuatan basis gigi tiruan lepasan maupun alat orthodontik lepasan. Resin akrilik terdiri dari polimetil metakrilat sebagai polimernya dan monomer metil metakrilat. Keunggulan resin akrilik yaitu harga murah, estetik yang baik, kekuatan tinggi, menyerap air rendah, mudah dilakukan reparasi, proses manipulasi mudah karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Karena hal tersebutlah resin akrilik menjadi bahan kedokteran gigi yang cukup populer dan sering menjadi pilihan dokter gigi. Salah satu yang menjadi kekurangan resin akrilik yaitu sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mokroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak. Permukaan yang kasar pada basis gigi tiruan memudahakan terjadinya penumpukan plak dan sisa makanan sehingga meningkatkan koloni candida albicans yang dapat menyebabkan denture stomatitis. Bahan resin akrilik mempunyai salah satu sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu dengan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai hukum difusi. Terjadinya penyerapan zat cairan dalam resin akrilik merupakan salah satu penyebab terjadinya kekasaran pada permukaan basis resin akrilik. Resin akrilik heat cured, memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan resin akrilik self cured, yaitu karena curing yang diaktivasi oleh panas, working time menjadi lebih panjang, dan manipulasi tidak terburu - buru. Namun waktu curing yang panjang juga menyebabkan material ini tidak dapat digunakan dalam keadaan genting, juga tidak dapat digunakan sebagai bahan reparasi. Sedangkan untuk resin akrilik self cured, waktu pengerjaan jauh lebih singkat, serta curing yang berlangsung secara sendirinya mempersingkat waktu antara sandy stage hingga stiff stage. Secara



perlengkapan yang digunakan, resin akrilik self cured ini lebih praktis karena tidak membutuhkan proses perendaman dalam air mendidih. Resin Akrilik Teraktivasi Dengan Panas (Head cured) Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven (microwave). Karena prevalensi dari resin ini, sistem teraktivasi dengan panas lebih ditekankan. Untuk kompoisi, kebanyakan sistem resin poli (metil metakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil metakrilat) pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida. Resin merupakan konduktor panas yang amat buruk, panas yang dihasilkan dalam segmen yang tebal tidak dapat dikeluarkan. Sebagai hasilnya puncak temperatur resin ini meningkat melebihi titik didih monomer. Sebaliknya, ini menyebabkan mendidihnya monomer yang tidak bereaksi serta menghasilkan porus di dalam basis resin akrilik yang diproses Pabrik yang membuat sistem resin yang diaktivasi dengan panas umumnya menganjurkan batas temperatur dan waktu tertentu untuk penyimpanan. Komponen-komponen dapat mengalami perubahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sifat kerja resin-resin ini, serta sifat kimia dan fisik dari basis resin akrilik protesa yang telah diproses. Adapun Waktu pembentukan adonan menurut spesifikasi ADA NO.12 untuk resin basis akrilik protesa menyebutkan bahwa konsistensi ini diperoleh kurang dari 40 menit sejak mulai proses pengadukan. Waktu kerja dapat didefinisikan waktu bahan basis akrilik protesa tetap berada dalam tahap menyerupai adonan. Spesifikasi ADA No. 12 mempersyaratkan adonan tetap dapat dibentuk sedikitnya selama 5 menit. Adapun tahap-tahap polimerisasi polimer-monomer, yaitu : 1. Tahap I : Adonan seperti pasir (sandy stage) 2. Tahap II : Adonan seperti lumpur basah (mushy stage) 3. Tahap III : Adonan apabila ditarik membentuk serat (strangy stage) 4. Tahap IV : Adonan bersifat plastis (dough stage) 5. Tahap V : Adonan kenyal seperti karet (rubbery stage) 6. Tahap VI : Adonan kaku dan keras (rigid stage) Resin akrilik teraktivasi secara kimia (Self cured) Resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut resin cold-curing, self curing, atau otopolimerisasi. Pada kebanyakan keadaan, aktivasi kimia dicapai melalui penambahan amin tersier, seperti dimetil-para-toluidin, terhadap cairan basis protesa yaitu monomer. Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan menggunakan resin yang teraktivasi kimia tidaklah sesempurna seperti yang dicapai resin yang teraktivasi panas. Ini menunjukkan ada monomer dalam jumlah yang lebih besar yang tidak bereaksi dalam basis protesa yang dibuat melalui proses aktivasi kimia. Kekuatan resin akrilik dipengaruhi oleh derajat polimerisasinya. polimerisasi dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulur, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan. Karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pengecekan untuk hasil dari manipulasi resin



akrilik aktivasi kimiawi sebagai denture base dengan memperhatikan ke-porous-an, kekerasan, adanya defek seperti bintil atau sayap, dan juga warna. Pada hasil akhir denture, dapat dilihat adanya sayap di sekitar denture. Hal ini dikarenakan pada tahap pressing, pembuangan material yang melebihi mould kurang bersih sehingga masih meninggalkan sisa. Sayap akan menjadikan dimensi vertikal menjadi tebal. Sehingga pasien sulit bahkan tidak bisa menutup mulut.



F. KESIMPULAN Dari percobaan yang kami lakukan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu yang paling tepat untuk mencetak resin akrilik adalah saat adonan dalam fase dough karena pada fase ini adonan memiliki flow yang paling baik sehingga mudah dimanipulasi dan menghasilkan hasil cetakan akrilik yang memiliki permukaan halus, keras, dan tidak berporus. G. DAFTAR PUSTAKA -



-



Anusavice, K. J., Phillips, R. W., Shen, C., & Rawls, H. R. (2013). Phillips' science of dental materials. St. Louis, Mo: Elsevier/Saunders. McCabe JF dan Walls AWG. (2008). Applied Dental Materials 9th Edition. Oxford: Blackwell Publishing. pp 114-116.