Laporan Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN DI UNIT GAWAT DARURAT



Inisial pasien (usia)



: Ny. K (51 Tahun)



Diagnosa medis



: Fraktur Femur 1/3 Proximal Dextra (Tertutup)



Tanggal masuk



: 26 Agustus 2017



1. Diagnosa keperawatan (lengkap Data subjektif dan objektif) dan Dasar Pemikiran Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang (Herdman & Kamitsuru, 2015) DS : -



Klien mengatakan sakit pada kaki sebelah kanan



-



Klien mengatakan jatuh dari motor kebagian kanan tubuh



DO : -



Hasil rontgen terlihat adanya Fraktur Femur 1/3 Proximal Dextra



-



Klien terlihat meringis



-



Bagian paha atas dari kaki sebelah kanan klien terlihat bengkak



-



Nyeri gerak (+)



-



HR : 98x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 36,8OC, TD : 120/70 mmHg, GCS : 15



Dasar Pemikiran Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis. Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. (Fakhrurrizal, 2015) Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis.



Menurut Black dan Matasarin (1997), fraktur dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi. (Asrizal, 2014) Nn. K 51 tahun datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan dengan keluhan nyeri saat digerakkan pada kaki kanan pasca kecelakaan bermotor 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat itu pasien sedang membawa motor memakai helm dan tidak sedang dalam keadaan mabuk. Saat kejadian pasien langsung terjatuh ke posisi sebelah kanan, kaki sebelah kanan berbenturan langsung dengan jalan. Pada saat diangkat, Ny. K merasakan sakit pada saat menggerakkan kakinya. Pasien kemudian dibawa ke klinik urut dan diberikan perban agar tidak terjadi dislokasi, selanjutnya pasien dibawa ke UGD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 98x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,8OC, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan Look didapatkan pada didapatkan bengkak, deformitas, kulit utuh (tidak terdapat luka robek) pada femur 1/3 proximal dextra. Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba, sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, krepitasi tidak dilakukan. Pada pemeriksaan Neuro vascular distal (NVD) didapatkan A. Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, dan sensibilitas normal. Dari pemeriksaan foto rontgen didapatkan fraktur komplit pada femur dekstra 1/3 proximal dengan aligment dan aposisi buruk. Kemudian pasien diberikan terapi Infus RL 20 tpm, Injeksi Ranitidin, Injeksi Ketorolac. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Ny. K segera dilakukan tindakan pemasangan bidai untuk mempertahakan posisi tulang yang mengalami fraktur tidak menjadi lebih parah. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Pembidaian adalah



suatu



cara



pertolongan



pertama pada



cedera/trauma sistem



muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat. Pembidaian ini bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri, mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan



kerusakan jaringan lunak sekitarnya. Pembidaian dapat menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki, sehingga menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya dan dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fachrurizal yang berjudul Pembidaian Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah A.M Parikesit Tenggarong Terdapat pengaruh bermakna antara pembidaian dengan penurunan rasa nyeri pada pasien fraktur tertutuup p value = 0,001 < α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan p-value (0,001) yang lebih kecil dari alfa (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak artinya terdapat pengaruh antara pembidaian dengan penurunan rasa nyeri pada pasien fraktur tertutup. (Fachrurizal, 2015)



2. Tindakan keperawatan yang dilakukan Pemasangan bidai pada Ny. K dilakukan untuk mencegah pergerakan tulang yang patah, mencegah



bertambahnya



perlukaan



pada



patah



tulang,



mengurangi



rasa



sakit,



mengistirahatkan daerah patah tulang.



3. Prinsip-prinsip tindakan dan prosedur tindakan



Ada 5 alasan dalam melakukan pembidaian pada cedera musculoskeletal yaitu: a. Untuk mencegah gerakan (imobilisasi) fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi. b. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah (mengurangi/mencegah cedera pada pembuluh darah, jaringan saraf perifer dan pada jaringan patah tulang tersebut). c. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul. d. Untuk mencegah terjadinya syok. e. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan. Prinsip dasar pembidaian ini harus selalu diingat sebelum kita melakukan pembidaian (Saleh, 2006). a. Harus melakukan proteksi diri sebelum pembidaian



b. Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera sampai kita benarbenar melakukan pembidaian c. Jangan mereposisi atau menekan fragmen tulang yang keluar kembali ketempat semula d. Buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang bidai e. Lakukan balut tekan untuk menghentikan perdarahan pada fraktur terbuka sebelum memasang bidai f. Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang patah g. Bila persendian yang mengalami cedera, lakukan juga imobilisasi pada tulang proksimal dan distal dari sendi tersebut h. Berikan bantalan atau padding untuk mencegah penekanan pada bagian tulang yang menonjol dibawah kulit i. Sebelum dan sesudah memasang bidai lakukan penilaian terhadap nadi, gerakan dan rasa /sensasi pada bagian distal dari tempat yang fraktur atau cedera j. Berikan dukungan dan tenangkan penderita menghadapi cedera ini. Prosedur 4. Analisa tindakan keperawatan Dalam kasus ini tidak terdapat luka di lokasi fraktur (fraktur tertutup), penanganan yang diberikan di IGD dilakukan dengan mempertahankan prinsip bersih dimulai dengan memposisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi, meluruskan pasien dan anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Prosedur pembidaian dilakukan sesuai dengan teori, karena fraktur terjadi pada Femur maka pembidaian dilakukan dari pergelangan kaki hingga panggul. Tidak diberikan bantalan pada anggota tubuh yang dibidai atau pada sela-sela yang kosong, sehingga bidai akan lebih kokoh dan lurus. Pembidaian tidak dilakukan terlalu ketat atau longgar sehingga tidak mengganggu sirkulasi ekstremitas yang dibidai namun telah mampu mencegah pergerakan atau pergeseran tulang.



5. Bahaya yang dapat terjadi



Komplikasi pembidaian biasanya timbul bila kita tidak melakukan pembidaian secara benar, misalnya; a. Bisa menekan jaringan saraf, pembuluh darah atau jaringan dibawah bidai yang bisa memperparah cedera yang sudah ada, bila dipasang terlalu ketat b. Bila bidai terlalu longgar bisa menimbulkan kerusakan pada saraf perifer, pembuluh darah, atau jaringan sekitarnya akibat pergerakan ujung – ujung fragmen patah tulang c. Menghambat aliran darah bila terlalu ketat bisa menyebabkan iskemi jaringan. Komplikasi pembidaian yang lain yaitu: a. Kerusakan kulit Penekanan pada kulit dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada kulit sehingga sebelum dilakukan pembidaian kulit harus benar – benar dalam keadaan bersih. Pasir dan kotoran dapat menjadi titik tekanan pada kulit. b. Compartment syndrome Compartment syndrome merupakan komplikasi serius dari pembidaian. Peningkatan nyeri, pembengkakan, perubahan warna dan peningkatan temperatur merupakan gejala penting yang harus diperhatikan. c. Infeksi Kerusakan kulit dalam pembidaian dapat menjadi tempat masuknya bakteri dan infeksi jamur. d. Kerusakan saraf Trauma dapat menyebabkan pembengkakan yang dapat menimbulkan penekanan sirkulasi dan kerusakan saraf.



6. Hasil yang didapat dan maknanya (SOAP) S: -



Pasien mengatakan kaki terasa nyeri jika digerakkan



-



Pasien mengatakan lebih nyaman setelah dibidai



O: -



Kaki kanan pasien terpasang bidai



A : Masalah teratasi sebagian. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang P : Lanjutkan Intervensi -



Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring



-



Kaji kemmampuan melakukan ambulasi



-



Evaluasi keluhan nyeri dan karakteristik nyeri termasuk intervensi (skala 0-10)



-



Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage)



7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif) a. Pantau respon nyeri pasien b. Pantau timbulnya dislokasi pada tulang c. Pantau keadaan umum pasien d. Pantau TTV pasien e. Kolaborasi pemberian analgesik (Bulechek G, 2013)



8. Evaluasi diri Tindakan pembidaian telah dilakukan sesuai dengan prinsip dan prosedur. Pembidaian ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin untuk meminimalkan komplikasi dari fraktur untuk harus masih membutuhkan keterampilan lebih lagi dan berhati-hati dalam menangani pasien dengan fraktur.



9. Kepustakaan



Asrizal, AR. Fraktur Tertutup 1/3 Tengah Femur Dextra. Jur.Kedokteran. (2014) ; 2(3) : 94100. Fakhrurrizal, A. Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Igd Rumah Sakit Umum Daerah A.M Parikesit Tenggarong. Jur.Ilmu KesehatanMasyarakat. (2015) ; 3(2) : 2-8.



Triono, P., Murinto. Aplikasi Pengolahan Citra Untuk Mendeteksi Fraktur Tulang Dengan Metode Deteksi Tepi Canny. (2015) ; 9 (2) : 1115-1122. Herdman & Kamitsuru. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, edisi 10. 2015. Jakarta : EGC Bulechek G, dkk.2013.Nursing Interventions Clarification (NIC). Sixth Edition. Mosby : Lowa city. Moorhead S, dkk.2013.Nursing Outcames Clasification (NOC).Fifth Edition. Mosby : Lowa city.



Nama dan tanda tangan mahasiswa



(Utami Dwi Yusli)