Laporan Analisis Gula Pasir  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN DAN PRODUK INDUSTRI KIMIA Nama NIM Kelas Kelompok Hari, Tanggal



Fina Nahdiana 1818122 2B 4 Rabu, 08 Juli 2020 PERCOBAAN 1 ANALISIS GULA PASIR



I. JUDUL Percobaan 1: Uji Bahan Asing Percobaan 2: Pengukuran pH Percobaan 3: Penetapan Kadar Air Percobaan 4: Penetapan Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) II. TUJUAN Percobaan 1: Mengetahui kandungan bahan asing dalam gula pasir Percobaan 2: Mengetahui nilai pH pada larutan gula Percobaan 3: Menetapkan kandungan air dalam gula pasir Percobaan 4: Menetapkan kadar kalsium karbonat (CaCO3) pada gula pasir III. PRINSIP 



Percobaan 1 Sampel gula pasir dilarutkan dengan air suling, kemudian disaring. Residu



yang tertahan atau menempel pada kertas saring dipanaskan untuk menguapkan cairan yang terserap dalam kertas saring. Kertas saring tersebut dipanaskan menggunakan oven pada suhu 105̊ C selama 1 jam. Kadar bahan asing yang menempel pada kertas saring dapat diketahui dari selisih bobot residu sebelum dan sesudah pemanasan dalam oven. 



Percobaan 2:



Besarnya nilai pH pada analisis gula pasir dapat diukur dengan alat pH meter yang telah terkalibrasi menggunakan larutan buffer pH 4 dan 7. pH dapat diketahui nilainya karena adanya interaksi antara elektron dalam larutan dengan larutan elektrolit lemah pada batang pH meter. Ion H+ yang terdapat dalam larutan sampel akan terdeteksi oleh pH meter dan diubah menjadi sinyal listrik, sehingga dihasilkan output berupa nilai pH larutan sampel. 



Percobaan 3: Penetapan kadar air pada sampel gula pasir dapat dilakukan dengan



pengeringan sampel gula pasir di oven pada suhu 105̊ C selama 2 jam, sehingga kadar air dalam sampel dapat teruapkan. Selisih bobot setelah dan sebelum pengeringan dianggap sebagai bobot air yang hilang, kemudian dibandingkan dengan bobot sampel sehingga kadar air dapat ditetapkan. 



Percobaan 4: Penetapan kadar kalsium karbonat (CaCO3) dilakukan secara titrasi



kompleksiometri menggunakan EDTA dan indikator EBT. Kadar CaCO 3 dapat diketahui dari volume EDTA yang digunakan untuk menitar sehingga konsentrasi EDTA sebanding dengan konsentrasi CaCO3 dengan titik akhir titrasi dari merah keunguan menjadi biru. IV.



REAKSI  Penetapan kadar kalsium karbonat (CaCO3) pada gula pasir 1.



Sebelum titrasi : Ca2+(aq) + HIN2 -(aq)



Mg2+(aq) + HIn2-(aq) 2.



MgIn-(aq) (merah lebih kuat) + H+(aq)



Selama titrasi : Ca2+(aq) + H2Y2-(aq)



3.



CaIn-(aq) (merah) + H+(aq)



Cay2-(aq) +2H+-(aq)



Titik akhir titrasi: MgIn-(aq) + H2Y2-(aq)



V. DASAR TEORI



MgY2-(aq) + Hin2-(aq) (biru)



Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun. Di Indonesia gula kristal yang dikonsumsi sehari – hari didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses fotosintesa. 6CO2 + 6 H2O ---> C6H12O6 + 6 O2 Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di gilingan. Pada proses ini tebu dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder . Tebu diperah menghasilkan “nira” dan “ampas”. Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu : 1.



Pemurnian Cara Defekasi Dalam proses defekasi pemurnian nira dilakukan dengan penambahan susu



kapur sebagai reagen. Reaktor untuk proses defekasi ini dinamakan defekator dan didalamnya terdapat pengaduk sehingga larutan yang bereaksi dalam defekator menjadi homogen. 2.



Pemurnian Cara Sulfitasi Pemurnian cara sulfitasi hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara



defekasi, karena telah dapat dihasilkan gula yang berwarna putih. Pemurnian ini menggunakan kapur dan SO2 sebagai bahan pembantu pemurnian. Pemberian kapur pada cara ini dilakukan secaraberlebih, kemudian



kelebihan kapur ini akan dinetralkan oleh gas SO2 sehingga terbentuk ikatan garam kapur yang mudah mengendap. Reaksi Pemurnian Cara Sulfitasi: SO2(g) + H2O(l) ----> H2SO3(aq) Ca(OH)2(aq) + H2SO3(aq) ----> CaSO3(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) + SO2(g) -----> CaSO3(s) + H2O(l) Endapan CaSO3 yang terbentuk dapat mengabsorbsi partikel koloid yang berada di sekitarnya, sehingga kotoran yang terbawa oleh endapan semakin banyak. Gas SO2 juga mempunyai sifat dapat memucatkan warna. 3.



Pemurnian Cara Karbonatasi Proses ini dilakukan dengan menggunakan susu kapur dan CO2 sebagai



bahan pembantu. Susu kapur yang ditambahkan pada cara inilebih banyak dibandingkan cara sulfitasi, sehingga menghasilkan endapan yang lebih banyak. Kelebihan susu kapur yang terdapat pada niradinetralkan dengan menggunakan gas CO2. Reaksi yang terjadi adalah: Ca(OH)2(aq) + CO2(g) ----> CaCO3(s) + H2O(l) Dari proses tersebut menyebabkan banyak parameter yang harus diperhatikan dalam produk gula pasir. Seperti benda asing, pH, CaCO3 ,dll.parameter tersebut telah diatur didalam SNI 01-3140-2001 yang merupakan standar acuan untuk produk gula pasir. Analisa parameter tersebut dapat dilakukan dengan metode konvensional seperti gravimetric dan titrimetri. pH merupakan potensi hidrogen atau bisa dikatakan sebagai tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin banyak kandungan hidrogen suatu senyawa, maka akan semakin asam senyawa tersebut. Sementara pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau juga kebasaan yang terkandung dalam suatu zat. pH meter digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam larutan. Skala pH yang diukur oleh alat ukur pH meter dimulai dari 0 hingga 14.



Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui dengan melakukan pemanasan terhadap bahan pangan yang ingin diketahui kandungan airnya. Pengeringan merupakan proses mengurangi



kadar



air



bahan



sampai



batas



dimana



perkembangan



mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada (Ihma 2010). Menurut Sudarmadji tahun 2007, prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu kurang lebih 100oC dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberizat



penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat



menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau barium oksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarnamerah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru Menurut Haryanto tahun 1992 kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena



air dapat mempengaruhi



penampakan, tekstur, serta ikut menentukan



kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadiperubahan pada bahan pangan. Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsungdalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984). Kompleksometri merupakan titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamin tetra asetat (EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk komplels dengan pembanding 1:1. Titrasi kompleksometri



dikenal



juga



dengan



reaksi



yang



meliputi



reaksi



pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan berdasarkan terbentuknya kompleks dari kelarutan. Dalam



penetapan



kadar



CaCO3



ini



dilakukan



secara



titrasi



kompleksometri dengan menggunakan indikator biru hidroksi naftol dan pentiter EDTA. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit asam dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks, logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut. VI.



CARA KERJA



 Percobaan 1 : Uji Bahan Asing







Pembuatan larutan gula 50% (b/v)



Ditimbang 50 g sampel gula pasir kedalam piala gelas







Ditambahkan aquadest 100mL, dipanaskan dan diaduk hingga homogen



Uji bahan asing



Kertas saring ditimbang sebagai bobot A



Larutan gula 50% (b/v) disaring menggunakan kertas saring tersebut.



Kertas saring ditimbang sebagai bobot B



Dikeluarkan kertas saring dari oven dan didinginkan di desikator



Residu dalam kertas saring dicuci



Diambil kertas saring, dan dioven selama 1 jam pada suhu 105oC



NOTE : Pemanasan dan penimbangan dilakukan pengulangan untuk mendapatkan bobot tetap



 Percobaan 2 : Pengukuran pH 



Kalibrasi pH meter



pH meter dihidupkan dengan menghubungkan kabel ke stop kontak



Menunggu internal kalibrasi



Menyiapkan Larutan buffer pH 4,7, dan 10



Mengalibrasi pH meter dengan larutan buffer pH 4,7 dan 10







Pengukuran pH



Larutan gula 50% (b/v) yang telah disaring



Diukur pH nya dengan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan buffer Ph 4,7 dan 10



 Percobaan 3 : Penetapaan Kadar Air



Ditimbang cawan porselen hingga diperoleh bobot tetap sebagai bobot B



Ditimbang 5 g sampel gula pasir sebagai bobot A



Ditimbang kembali hingga diperoleh bobot tetap sebagai bobot C



Dimasukkan kedalam oven selama 2 jam pada suhu 105 oC



Dikeluarkan dari oven dan didinginkan di desikator



NOTE : Pemanasan dan penimbangan dilakukan pengulangan untuk mendapatkan bobot tetap



 Percobaan 3 : Penetapan Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) 



Standarisasi EDTA 0.01 M



Ditimbang CaCO3 sebanyak 0,01 g



Ditambahkan HCl 4N dan dilarutkan dalam labu takar 100mL, ditera dan



Dipindahkan kedalam Erlenmeyer. Dan ditambahkan EBT seujung sendok serta Versenate











Dilakukan secara Duplo



Sampel



Dititrasi dengan EDTA 0.01 M hingga mencapai titik akhir titrasi (Perubahan yang terjadi dari warna merah anggur menjadi warna biru seulas)



Penetapan sampel



Dipipet larutan gula 50% sebanyak 10 mL, kedalam erlenmeyer



Ditambahkan 50 mL aquadest, 2 mL versenate buffer dan beberapa tetes indicator EBT



Dititar dengan EDTA 0,01 M yang telah terstandarisasi



Dihentikan proses penitaran sampai titik akhir titrasi berwarna biru







Penetapan Blanko



 Disiapkan erlenmeyer kosong



Ditambahkan 50 mL aquadest, 2 mL versenate buffer dan beberapa tetes indicator EBT



Dititar dengan EDTA 0,01 M yang telah terstandarisasi



Dihentikan proses penitaran sampai titik akhir titrasi berwarna biru



VII. DATA PENGAMATAN 



Percobaan 1



: Bahan Asing



Uraian



Bobot (gram)



Bobot sample gula (c) Bobot kertas saring +



1 50,0135 50,9833



2 50,0119 50,9262



51,0358



50,9773



alas awal (a) Bobot kertas saring + alas akhir (b) Bobot bahan asing Kadar (%) Rataan (%) RPD (%)







0,0525 0,10 0,10 2,70



Percobaan 2



: Pengukuran pH



Larutan Contoh 1 2 Rataan RPD (%)







Percobaan 3



0,0511 0,10



pH 6,35 6,25 6,30 1,59



: Penetapan Kadar Air



Uraian Bobot sample (a) Bobot sample + cawan



Bobot (gram) Awal



Akhir



5,0009



5,0013



61,8747



58,7688



sebelum pengeringan (b) Bobot contoh + cawan setelah pengeringan (c)



61,8693



58,7639



Bobot air yang







teruapkan



0,0054



0,0049



Kadar (%)



0,11



0,10



Rataan (%)



0,10



RPD (%)



9,72



Percobaan 4



: Penetapan Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3)



a) Data Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M Sampl



Bobot CaCO3



Volume EDTA



Mr CaCO3



Konsetrasi EDTA



e



(gram)



(mL)



(g/mol)



(M)



1



0,0098



10,25



100



0,0096



2



0,0100



10,37



100



0,0096



b) Data Titrasi Larutan Gula Volum e



Konse



Volume



Blank



trasi



massa



Kadar Ca dalam



Sampl



EDTA



o



Ar Ca



EDTA



Sample



sample (mg/100



e



(mL)



(mL)



(g/mol)



(M)



(g)



gram)



1



1,205



0,585



100 0,0096



50,0135



1,1901



2



1,235



0,585



100 0,0096



50,0119



1,2477



VIII. PERHITUNGAN 



Percobaan 1 : Uji Bahan Asing



Kadar bahan asing=



zat pengotor(g) × 100 % bobot contoh(g)



=



b(g)– a(g) x 100% c (g)



Keterangan: b



= Bobot wadah + kertas saring + sampel (setelah



pengeringan) (g) a



= Bobot wadah + kertas saring (sebelum pengeringan) (g)



c



= Bobot sampel (gula pasir) (g) o Sampel 1 51, 0358 g – 50,9833 g ×100 % 50,0135 g



%Bahan Asing



=



%Bahan Asing



= 0,1049716577 % = 0,10 %



o Sampel 2 50,9773 g – 50,9262 g × 100 % 50,0119 g



%Bahan Asing



=



%Bahan Asing



= 0,1021756822% = 0,10 %



%RPD =



Se lisih x 100% Rata−rata



%RPD =



Selisih × 100 % Rata−rata



%RPD =



0,1049716577 %−0,1021756822% × 100 % 0,10357367 %



%RPD = 2,699504131 % = 2,70 %







Percobaan 2 : Pengukuran ph



%RPD



=



selisih x 100% Rata−rata



%RPD



=



6,35−6,2 5 ×100 % 6,30



%RPD



= 1,587301 % = 1,59 %







Percobaan 3 : Penetapan Kadar Air % Kadar



Kadar Air=



=



bobot air yang hilang ×100 % bobot sampel



(boboot awal−bobot akhir) ×100 % bobot sampel o Sampel 1 61,8747−61,8693 ×100 % 5,0009



% Kadar



=



% Kadar



= 0,1079805635 % = 0,11 %



o Sampel 2 58,7688−58,7639 × 100 % 5,0013



% Kadar



=



% Kadar



= 0,09797452662 % = 0,10 %



%RPD =



selisih x 100% Rata−rata



0,10 79805635%−0,09797452662 % x 100% 0,1029775451 %



%RPD



=



%RPD



= 9,716717242 % = 9,72 %







Percobaan 4 : Penetapan Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3)



1. Standarisasi EDTA -



Bobot yang harus ditimbang



mg CaCO3=MEDTA



mg ×V EDTA ( mL ) × BM CaCO 3 ( ( mmol ) mL mmol )



= 0,01 mmol/mL × 10 mL × 100 mg/mmol = 10 mg = 0,0100 g -



Molaritas EDTA



M EDTA=



mgCaCO 3 V EDTA × BM CaCO 3



o Sampel 1



MEDTA



mg g = mmol 10 ,25 mL x 100 mL



MEDTA



= 0,0096 M



0,0098 g x 1000



o Sampel 2



MEDTA



mg g = mmol 10 ,37 mL x 100 mL



MEDTA



= 0,0096 M



0,0100 g x 1000



Rata-rata molaritas EDTA = =



M EDTA 1+ M EDTA 2 2



0,0096 M + 0,0096 M 2



= 0,0096 M %RPD



=



selisih x 100% Rata−rata



=



0,0096−0,0096 x 100% 0,0096



= 0,0 %



2. Penetapan kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) M EDTA Kadar CaCO 3 mg/100 gram=



mg × Bm CaCO 3 ( × EDTA ( mL ) × 100 % ( mmol ) mL mmol ) bobot sampel (g)



o Sampel 1 0,0096 Kadar CaCO 3 mg/100 gram=



mg × 100 ( ×(1,205−0,585) ( mL ) × 100 ( mmol ) mL mmol ) 50,0135( g)



=1,190078679 = 1,1901 mg/100 gram o Sampel 2 0,0096 Kadar CaCO 3 mg/100 gram=



mg × 100 ( ×(1,235−0,585) ( mL ) × 100 ( mmol ) mL mmol ) 50,0119 ( g)



= 1,2477030 = 1,2477 mg/100 gram



%RPD 1,2477



%RPD



=



%RPD



= 4,72 %



=



selisih x 100% Rata−rata



mg gram−1 , 19 01mg/100 gram 100 x 100% 1,2189mg /100 gram



IX. PEMBAHASAN Gula pasir merupakan bahan baku masakan yang terbuat dari sari tebu dan dikristalkan membentuk serbuk-serbuk seperti pasir. Sebagai bahan pangan, gula pasir memiliki standar mutu pangan sehingga aman dikonsumsi. Adapun pengujian mutu pangan seperti gula pasir, dapat dilakukan dengan beberapa parameter yang mengacu pada SNI 01-2006 dan SNI 3140-1-1992( Gula pasir). Sebagaimana yang dilakukan pada



praktikum kali ini, antara lain ; pengujian bahan asing, pengukuran pH, penentuan kadar air dan kadar kalsium karbonat. Dengan persyaratan yang terdapat pada standar tersebut, yaitu kadar bahan asing maksimal 0,2%b/b; nilai pH minimal 5,5; kadar air maksimal 0,1%b/b; kadar CaCO 3 maksimal 30 mg/100g Pengujian bahan asing dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bahan asing yakni benda-benda selain sampel yang berada ikut bersama sampel yang dapat dipisahkan atau disingkirkan karena dikhawatirkan dapat membahayakan bagi konsumen dan mengurangi kualitas bahan pangan (gula) tersebut. Bahan asing dapat berupa partikel-partikel besar ataupun kecil yang dapat dipisahkan dari sampel gula yang telah dilarutkan dengan penyaringan menggunakan kertas saring. Sehingga bahan asing yang partikelnya lebih besar dari pori-pori kertas saring dapat tertahan. Adapun kadar bahan asing dalam sampel gula pasir 1 maupun 2 pada percobaan ini sebesar 0,10 %, sehingga memenuhi syarat nilai mutu uji bahan asing yaitu maksimal 0,2 % (b/b). Pada pengujian nilai pH, sampel yang telah dilarutkan tadi, memiliki nilai pH masing-masing pada sampel 1 dan 2 sebesar 6,35 dan 6,25, sehingga memenuhi syarat mutu nilai pH yaitu minimal 5,5. Pengukuran nilai pH dapat menentukan kualitas gula pasir, karena jika nilai pH di bawah standar mutu maka akan bersifat terlalu asam sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Penetapan kadar air sebagai uji mutu bahan pangan dapat menentukan kualitas bahan pangan. Kadar air dalam suatu bahan pangan dapat menentukan keawetan bahan. Semakin tinggi kadar air maka semakin mudah/cepat rusak atau membusuk, karena banyaknya kadar air meningkatkan kelembaban bahan pangan sehingga rentan terhadap serangan mikroba. Adapun pada bahan pangan gula pasir, nilai syarat mutu kadar air dalam bahan adalah maksimal 0,1 %. Sementara pada percobaan ini diperoleh kadar air masing-masing dalam sampel 1 dan 2 sebesar 0,11 % dan 0,10 %, sehingga pada sampel 1 tidak memenuhi persyarata, sedangkan sampel 2 memenuhi persyaratan.



Pada penetan kadar CaCO3, dimana standar mutu gula pasir sebesar maksimum 30 mg /100 g, dipeoleh kadar CaCO3 masing-masing dalam sampel 1 dan 2 sebesar 1,1901 mg/100g dan 1,2477 mg/100g . Berdasarkan hasil percobaan dengan ukuran parameter bahan asing, nilai pH, kadar air, dan kadar CaCO3 dapat disimpulkan bahwa sampel gula pasir memenuhi syarat pada pengujian bahan asing begitu juga dengan pengukuran nilai pH dan kadar CaCO3. Sedangkan pada penetapan kadar air, terdapat sampel yang tidak memenuhi persyaratan yaitu sampel 1, serta tidak memenuhi persyaratan %RPD 5% (Memenuhi SNI yaitu maksimal 0,2% (b/b))







Pengukuran pH Gula 1 = 6,35 Gula 2 = 6,25 %RPD = 1,59% < 5% (Memenuhi SNI yaitu minimal 5,5)







Kadar Air Gula 1 = 0,11% Gula 2 = 0,10% %RPD = 9,72% > 5% (Tidak memenuhi SNI yaitu maksimal 0,1%)







Penetapan Kadar CaCO3 Gula 1 = 1,1901 mg/100g Gula 2 = 1,2477 mg/100g %RPD = 4,72 % < 5% (Memenuhi SNI yaitu maksimal 30 mg/100mg)



XI.



DAFTAR PUSTAKA 1) SNI 01-6993-2004. Tentang Bahan Tambahan Pangan Buatan – Persyaratan



Penggunaannya



dalam



Produk



Pangan.



Jakarta:Badan Standarisasi Nasional - BSN 2) Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 3) Andarwulan, Nuri, Feri Kusnanadar, Dian Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat, Jakarta 4) Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 2010. Prosedur Analisa



untuk



Bahan



Makanan



dan



Pertanian.



Yogyakarta XII.



LAMPIRAN



Foto sedang mengerjakan laporan praktikum online



Liberty,