Laporan Asesmen Komunitas Forum Anak SDH Ada Daftar Isi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • intan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INTERVENSI PSIKOEDUKASI DAN SOSIODRAMA UNTUK MENGURANGI KEPEMIMPINAN POWER OVER DI KOMUNITAS “FORUM ANAK KUAS” TEORI & TEKNIK INTERVENSI KOMUNITAS



KELAS



: PSIKOLOGI B



KELOMPOK



:8



NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. Ahmad Zainur R.



201510230311115



2. Ansi Idhar A.



201510230311125



3. Yulisa Mirda



201510230311126



4. Intan Walidah



201510230311128



5. Agustina



201510230311129



Dosen Pengampuh : Susanti Prasetyaningrum, M. Psi Asisten



: Trialovena Firizbrilian P.



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Rancangan Intervensi Komunitas Forum Anak KUAS. Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Rancangan Intervensi Komunitas Forum Anak KUAS. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.



Malang, 29 Desember 2017



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................................. 5 1.



Metode Asesmen .......................................................................................... 5



2.



Deskripsi Data .............................................................................................. 6



ANALISA DATA ASESMEN ............................................................................. 10 1.



Landasan Teori ........................................................................................... 10



2.



Pembahasan Masalah ................................................................................. 16



RANCANGAN INTERVENSI............................................................................. 18 1.



Rencana Kegiatan....................................................................................... 18



2.



Tujuan Kegiatan ......................................................................................... 22



3.



Kerangka Berfikir....................................................................................... 25



4.



Peserta atau Sasaran ................................................................................... 26



5.



Pihak yang Terlibat Dalam Intervensi ....................................................... 26



6.



Rincian Pelaksanaan Intervensi.................................................................. 27



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 1



ii



Komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat setempat”, suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, dimana kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya. Didalam Komunitas Forum Anak KUAS (Kumpulan Anak Sumberejo) terdiri dari Pembina, fasilitator, pengurus dan anggota. Dalam membangun komunitas yang mampu mempertahankan eksistensinya, tidak hanya diperlukan adanya peran dari Pembina dalam komunitas itu sendiri. Pembina disini dimaksudkan adalah seorang pemimpin dalam suatu komunitas yang berfungsi sebagai penjembatan antara komunitas itu sendiri dengan pihak yang lebih tinggi (dalam komunitas forum anak KUAS yang dimaksudkan adalah Kepala Desa). Jadi komunitas itu dikatakan mampu mempertahankan eksistensinya tidak hanya dari fasilitator, pengurus dan anggotanya saja, namun kepemimpinan dari seorang Pembina juga berpengaruh terhadap kemampuan mempertahankan eksistensi dalam komunitas. Kepemimpinan merupakan hal yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Karena pada hakikatnya setiap organisasi, kelompok maupun komunitas pasti memiliki sistem kepemimpinan. Baik yang secara formal tertulis berikut dengan struktur organisasi maupun kepemimpinan yang sifatnya tidak formal. Setap organisasi, kelompok maupun komunitas membutuhkan seorang pemimpin (leader) sebagai panutan kehidupan mereka sekaligus sebagai penengah (problem solver) dari setiap masalah yang ada, juga sebagai pengambil keputusan. Pemimpin yang baik yaitu pemimpin yang mau mendengar masukan dan pendapat dari anggota. Anggota akan merasa puas bekerja jika pemimpin dapat memberikan kesempatan kepada anggota untuk ikut ambil bagian dalam pelaksanaan mencapai tujuan bersama dalam komunitas itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Blakely (2003) dan Pinder (2004) yang menyatakan adanya pengaruh tidak signifikan antara kekuasaan pemimpin dan kepuasan kerja. Salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja adalah pemimpin yang tidak mau mendengar keluhan dan pandangan dari anggota, keputusan semata-mata dari pemimpin dan anggota tidak diperkenankan untuk



3



membantu jika ada masalah dalam menyelesaikan pekerjaannya. Studi lain, (King et al., 2002), menunjukkan bahwa anggota akan lebih puas dengan hasil pekerjaannya sendiri dibandingkan dengan pekerjaan yang dibeban tugaskan dari pemimpin, tetapi pemimpin yang terlalu ketat tidak memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan keluhan sehingga hal tersebut berdampak pada rendahnya tingkat kepuasan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa proses kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik memberikan dampak langsung terhadap ketidakpuasan kerja anggota. Suatu komunitas membutuhkan pemimpin yang efektif yang dapat mempengaruhi perilaku anggota untuk menuruti pengarahan yang diberikan seorang pemimpin kearah pencapaian tujuan bersama. Setiap komunitas pasti memiliki suatu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam penentuan berhasil tidaknya suatu komunitas. Kepemimpinan dapat dikatakan sukses apabila pengelolaan yang ada pada komunitas tersebut dilaksanakan dengan sukses pula serta ketersediaan anggota untuk dipimpin dan tidak ada rasa terpaksa sehingga akan tercapailah tujuan bersama. Dari hasil asesmen yang dilakukan, ditemukan bahwa Pembina Forum Anak KUAS belum termasuk pemimpin yang baik (good leader). Hal ini tercermin dari tidak berkembangnya program kerja yang dilakukan Forum Anak KUAS karena terkendalanya masalah biaya (dana tidak tersalur dengan baik). Selain itu, permasalahan lain juga yaitu tidak adanya regenerasi kepengurusan dikarenakan sulitnya mencari anggota yang memenuhi syarat dan mampu dalam melaksanakan tugasnya karena motivasi anggota terhadap komunitas menurun, hal ini disebabkan karena program kerja yang anggota inginkan dan harapkan akan terlaksana tidak bisa berjalan karena terkendala masalah biaya dan tidak adanya persetujuan dari pihak Pembina. Hal ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang diterapkan Pembina belum efektif karena belum bisa memberikan kepercayaan kepada anggota dan pengurus Forum Anak untuk mengembangkan program kerja. Sehingga berdampak pada motivasi anggota terhadap komunitas, tidak berkembangnya kreativitas atau potensi yang dimiliki anggota kecuali hanya pada saat lomba besar seperti Jambore, dan minimnya



4



pengetahuan warga khususnya kota batu terhadap keberadaan Forum Anak KUAS yang berada di Desa Sumberejo. Alasan dilakukannya asesmen, menurut Kendall (dalam Amin, 2014) adalah untuk penyaringan dan diagnosis, evaluasi atas intervensi, dan riset (penelitian). Asesmen adalah cara untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi yan akurat dan lengkap, sehingga dari informasi yang diperoleh dapat dibuat kesimpulan yang benar dalam menegakkan diagnosis. Tujuan dari asesmen dalam intervensi adalah untuk mengumpulkan informasi terkait permasalahan yang dialami sehingga mampu membuat rancangan intervensi yang tepat sasaran dan sesuai dengan permasalahan yang dialami. Intervensi dilakukan berdasarkan hasil asesmen karena intervensi tanpa didasarkan hasil asesmen, tidak ada gunanya.



IDENTIFIKASI MASALAH 1. Metode Asesmen Metode asesmen yang digunakan antara lain : a. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan informasi dari responden dengan cara menanyakan sejumlah pertanyaan kepada responden (Anwar, 2010). Wawancara juga merupakan salah satu metode asesmen yang dilakukan dengan cara adanya interaksi tanya jawab antara penanya dengan responden yang memiliki tujuan tertentu. Jenis wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara tak terstruktur yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2008). Peneliti memilih teknik wawancara ini agar peneliti bisa mendapatkan data-data yang maksimal dari narasumber yang mana adalah anak-anak yang menjadi anggota dari komunitas Forum Anak KUAS dan pengurus dari komunitas Forum Anak KUAS itu sendiri. Hasil wawancara



tak



terstruktur



ini,



digunakan



peneliti



untuk



5



mendeskripsikan tentang kendala dan permasalahan yang terdapat dalam komunitas. b. FGD (Focus Group Discussion) FGD didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Alasan peneliti memilih metode asesmen FGD dikarenakan peneliti membutuhkan informasi berupa data kualitatif yang lebih kompleks terkait persoalan anggota dan kepengurusan Forum Anak KUAS dengan pembina komunitas sehingga masalah yang ditimbulkan dapat diminimalisir dan tidak berimplikasi luas.



2. Deskripsi Data Subjek 1 ( Kepala Desa Sumberejo) Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Kepala Desa Sumberejo menunjukan bahwa permasalahan yang terdapat dalam salah satu komunitas di desa sumberejo yaitu permasalahan dalamkomunitas Forum Anak KUAS itu sendiri. Permasalahan yang terdapat dalam Forum Anak KUAS pada setiap tahunnya terakait kurangnya pendanaan dari pemerintah pusat. Dana yang diberikan pemerintah sedikit tidak sebanding dengan banyaknya kegiatan yang diadakan Forum Anak itu sendiri. “Banyak kegiatan yang harus kami ikuti tetapi dari dana yang ada sendiri kurang mencukupi untuk kami mengikuti kegiatan tersebut. Kami pihak desa sendiri telah mengajukan permohonan dana lebih kepada pemerintah pusat dan untuk tahun ini kami telah mendapatkan dana lebih dibandingkan tahun lalu. Kemudian dana tersebut langsung kami serahkan kepada pembina mereka dan pembina merekalah yang mengurus segala macam pengeluaraan pada setiap kegiatan yang akan mereka ikuti terlepas dari tangan pihak desa”, jelas Kepala Desa.



6



Subjek 2 (Fasilitator, Pengurus dan Anggota Forum Anak) Forum Anak KUAS adalah sebuah komunitas berkumpulnya anakanak Desa Sumberejo. Misi komunitas ini adalah sebagai wadah penampung kreatifitas anak dan partisipasi anak, dimana anak



ingin



mengungkapkan dan berkontribusi untuk desa. Disini ada 4 hak dasar anak yaitu hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Hak hidup dan tumbuh kembang sudah dari orangtua, kemudian untuk perlindungan dari negara, semua orang wajib melindungi anak, dari partisipasinya ini maka dibentuklah forum anak tersebut untuk wadah berkumpulnya anak-anak. Forum Anak KUAS terbentuk sekitar tahun 2001 di tingkat kota dan belum ada sosialisasi di tingkat desa. Kemudian di tahun 2012/2013 baru mulai digalakan Forum Anak tingkat desa. Perwakilan dari desa dikumpulkan dan diikut sertakan dalam program LDKA (Latihan Dasar Kepemimpinan Anak), kemudian tindak lanjutnya untuk pengurus forum anak kota, jadi di LDKA sifatanya have fun, bermain, diberikan materimateri tentang forum anak seperti kewajiban Anak, materi tentang kekerasan-kekerasan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan anak. Di tahun 2014 seluruh kota Batu telah terbentuk forum anak, dimana ada satu forum anak yang mewadahi seluruh Forum Anak kota Batu yaitu Forum Anak Mahasatu. Forum Anak Mahasatu memiliki beberapa proker yang dibawahi oleh DP3AP2KT yang menjadi wadah untuk memberikan fasilitas keuangan. Forum Anak KUAS dibawah naungan dinas, kemudian mulai tahun 2014 komunitas ini mulai mengikuti kegiatan jambore setiap tahun yang bertujuan untuk menyalurkan kreativitas anak. Kegiatan yang rutin dilakukan Forum Anak KUAS yaitu rapat sebulan sekali, kemudian rapat pengurus inti 3 bulan sekali. Dalam rapat pembahasannya terkait sharing kepada anggota yang lain bilamana ada yang pernah mengikti pelatihan di Forum Anak Kota, di sharing pengalamannya



sehingga



Forum



Anak



Desa



juga



mengetahui



perkembangan yang ada di kota. Forum Anak KUAS tidak berdiri sendiri melainkan tergabung dengan remaja masjid. Setiap minggunya teman-



7



teman dari Forum Anak KUAS laki-laki bersama pengurus masjid yang lain melakukan kegitan “Banjari”, yaitu kegiatan Shalawatan di hari senin dan selasa. Kemudian untuk yang putri melakukan kegiatan istighosah. Selain itu kegiatan yang pernah dilakukan Forum Anak KUAS yaitu mengadakan acara Sumberejo Art Festifal, Reka Ramadhan, menjadi panitia di hari jadi Desa Sumberejo, mengadakan lomba yel-yel dan fashion show anak. Forum Anak KUAS memiliki kepengurusan inti mulai dari ketua 1 ketua 2, sekretaris 1 dan 2, bendahara 1 dan 2 serta beberapa divisi mulai dari pendidikan, lingkungan, hubungan masyarakat dan kesehatan. Terkait anggota yang tergabung didalamnya rata-ata yang aktif dari dusun Sumberjo sendiri. Rata-rata usia anggota sekitar 0-18 tahun. Sebetulnya desa Sumberojo memiliki 3 dusun yaitu Sumberejo, sumbersari dan Santrean. Namun kendalanya Forum Anank KUAS hanya mampu menghandle anak-anak yang ada di dusun Sumberejo, hal ini dikarenakan rata-rata pengurus inti komunitas ini berasal dari dusun Sumberejo. Selain itu terkait fasilitas yang kebanyakan ada di Dusun Sumberejo, sehingga teman-teman di dusun Sumbersari dan Santrean tidak ada yang mengkoordinir. Kendala lainnya terkait pengumpulan data anak, proker kerja dan masalah biaya. Kendala yang dihadapi Forum Anak KUAS yaitu terkait masalah kepengurusan yang belum melakukan regenerasi kurang lebih hampir 2 tahun. Seharusnya di awal tahun 2017 sudah dilakukan regenerasi pengurus, berhubung masih ada kendala akhirnya Forum Anak KUAS hanya membuat PLT pelaksana tugas pengurus inti semuanya. Tujuan dibuatnaya PLT sendiri untuk melatih dan mempersiapkan anggota untuk dijadikan ketua dan struktur pengurus inti di tahun 2018.Namun hal tersebut kembali terhalang dana, setiap Forum Anak mau mengadakan acara, pihak desa selalu mengungkit-ungkit masalah dana. Forum Anak mendapatkan ADT (Anggaran Dana Tahunan) hanya difokuskan untuk kegiatan jambore, sedangkan untuk kegiatan regenerasi pengurus dan BOP



8



(biaya operasional) tidak disediakan. Selain itu kita juga terkendala dengan kurangnya pemerataan kepengurusan di setiap dusunnya. Kepengurusan Forum Anak sumberejo juga mengalami kendala terkait program/proker kerja tahunan. Pihak pengurus tidak diperbolehan untuk membuat program kerja sendiri, semua program kerja dibuat oleh pembina. Pengurus sama sekali tidak mengetahui proker kerja yang harus mereka lakukan untuk tahun berikutnya, ketika ada kegiatan besar seperti jambore mau diadakan pengurus baru diinformasikan dari pihak pembina, sehingga dana baru bisa dicairkan hanya untuk kegiatan jambore karena hanya kegiatan tersebut yang rutin dilakukan. Pengurus merasakan ketidakpuasan atas pekerjaan yang mereka lakukan. Pihak pengurus merasakan proker yang mereka kerjakan hanyalah keinginan dari pihak pembina. Disini mereka tidak diberikan keleluasaan untuk menggali kreativitas dan masukan dari anggota keinginan untuk kegiatan tahun depan seperti apa, karena semua program kerja ada di tangan pembina. Pembina yang membuat proker kerja kemudian ketika ada kegiatan besar baru di berikan proker kerjanya hari ini. Lantas hal demikian yang membuat pengurus merasa kebingungan, mereka tidak mempunyai gagasan apa yang harus mereka lakukan untuk proker kerja tahun depan karena semuanya berada dibawa wewenang pembina. Harapan Forum Anak KUAS tahun depan bisa lebih baik dari tahun tahun sebelumnya, dimudahkan untuk sosialisasi ke RT/RW dan mampu membuat program kerja sendiri yang lebih baik. Subjek 3 (Pembina Forum Anak) Dari hasil wawancara yang kami peroleh, pembina tidak menyebutkan adanya kendala atau permasalahan yang terjadi pada forum anak. Pembina mengatakan bahwa Forum Anak KUAS berjalan aktif dibandingkan komunitas lainya yang berada di Desa Sumberejo. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang telah diperoleh Forum Anak setiap tahunnya. Forum diskusi pada komunitas Forum Anak KUAS sendiri dilakukan sebulan sekali, akan tetapi setiap minggu Forum Anak mempunyai kegiatan rutinsendiri yaitu berkumpul bersama dimasjid.



9



Pembina disini bertugas sebagai wadah mediasi atau fasilitator untuk menyampaikan aspirasi dan ide-ide kreatif dari setiap anggota Forum Anak KUAS kepada jajaran tinggi yang berada di Desa Sumberejo. Sebelum segala sesuatu disampaikan baik itu ide kreatif atau apapun kepada jajaran tinggi, tentunya pembina dan anggota Forum Anak lainya berdiskusi terlebih dahulu. Hal ini diterapkan pula ketika ada kegiatankegiatan atau perlombaan yang akan diikuti oleh anggota Forum Anak. Pembina forum anak dibawahi oleh sokja 1 dan untuk tahun depan pembina Forum Anak KUAS akan ditambah 2 orang.



ANALISA DATA ASESMEN 1. Landasan Teori Teori Kekuasaan (Power) Kekuasaaan merupakan konsep yang paling mendasar dalam ilmuilmu sosial dan didalamnya terdapat perbedaan titik penekanan yang dikemukakan. Menurut Russel (1988) terdapat batasan umum dari kekuasaan yaitu merupakan produk pengaruh yang diharapkan. Ketika seseorang ingin memperoleh tujuan yang diinginkannya dan juga diinginkan oleh orang banyak, maka orang tersebut harus memiliki kekuasan yang besar. Faktor pendorong yang menimbulkan keinginan berkuasa antara lain faktor eksplisit dan implisit yang berupa dorongan untuk memperoleh kekuasaan. Faktor eksplisit dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor implisit adalah faktor dari luar yang mempengaruhi seseorang untuk berkuasa. Menurut Max Weber (1947) kekuasaan (Power) itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Weber (1947) menyatakan bahwa didalam kekuasaan terdapat kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain, walaupun orang tersebut melakukan kehendaknya



penolakan. pada



Adanya



orang



lain



kesempatan dalam



untuk



bentuk



merealisasikan



pemaksaan



tanpa



10



memperdulikan apapun yang menjadi dasar. Dengan kata lain, kekuasaan menurut Weber adalah kesempatan untuk menguasai orang lain. Kemudian, Weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang dalam kehidupan manusia yang menyangkut dengan kekuasaan. Menurut Weber, wewenang adalah kemampuan untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh anggota – anggota masyarakat. Sedangkan kekuasaan dikonsepsikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki



seseorang



untuk



mempengaruhi



orang



lain



tanpa



menghubungkannya dengan penerimaan sosialnya yang formal. Dengan kata lain, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau menentukan sikap orang lain sesuai dengan keinginan si pemilik kekuasaan. Cronon (1996) mengemukan bahwa kekuasaan adalah sebagai sesuatu yang dimiliki oleh individu atau kelompok untuk mengontrol yang lain, abai terhadap fungsi kekuasaan yang nyata pada masyarakat modern. Kekuasaan dalam hal ini dipandang dalam konteks yuridis, yakni yang menghubungkan kekuasaan dengan kedaulatan (sovereignity) dan hukum. Dalam konsepsi ini, kekuasaan itu tertanam atau dimiliki oleh seorang individu tertentu dalam struktur hirarki relasi kekuasaan.



Macam-Macam Bentuk Power a. Power over, to,dan from 1. Power Over Power Over adalah kemampuan untuk memaksa atau mendominasi



orang



lain,



seringkali



melalui



kontrol



atas



penghargaan atau hukuman yang berharga. Power over dapat memaksakan kepatuhan perilaku pada sasaran, namun juga mengundang penolakan secara tertutup maupun terbuka. Ini bisa digunakan dengan cara yang terlihat lembut namun membawa implikasi yang jelas bahwa jika orang lain tidak mematuhi, berarti kemauan yang lebih kuat untuk mengikuti. Hal ini sering berakar pada struktur sosial. Sebagai contoh, satu bentuk power dalam



11



organisasi menerapkan



adalah



kemampuan



perintah



mengenai



untuk



mengeluarkan



penggunaan



sumber



dan daya.



Kemampuan ini diciptakan oleh struktur organisasi, terlepas dari individu-individu yang terlibat. Begitu juga dalam sistem tekanan, kelompok dominan memiliki power over. Power over memiliki kemiripan dengan konsep sosiologis klasik tentang power karena penggunaan power over melibatkan hubungan hierarkis, tidak setara dan dapat menyebabkan ketidakadilan. 2. Power to Power to lebih memperhatikan kemampuan individu atau kelompok



untuk



mengejar



tujuan



mereka



sendiri



dan



mengembangkan kapasitas (kemampuan) seseorang. Tidak seperti power over, power to bisa melibatkan penentuan nasib sendiri untuk setiap orang. Misalnya, kerangka kemampuan yang telah diadopsi oleh sejumlah organisasi pembangunan internasional dan hak asasi manusia, menekankan power dan kebebasan individu untuk terlibat dalam kegiatan dan peran sosial yang berharga. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari praktik pemberdayaan, yaitu untuk meningkatkan peluang bagi orang, organisasi dan komunitas untuk lebih mengenal kehidupan mereka sendiri sepenuhnya. 3. Power from Power from adalah kemampuan untuk menolak power atau tuntutan yang tidak diinginkan dari orang lain. Hal ini bisa digunakan untuk menolak bos atau teman yang dominan atau untuk menolak bentuk tekanan sosial yang lebih luas. Beberapa kritik dari feminis tentang patriarki (yang melibatkan power over) berfokus pada bagaimana wanita sering menggunakan power to dan power from untuk menolak hal yang mendominasi.



12



b. Tiga Instrumen Kekuatan Sosial Gaventa



menggunakan



konsep



sains



politik



untuk



menggambarkan tiga instrumen kekuatan sosial atau tiga cara kekuatan yang beroperasi di masyarakat dan kehidupan sosial. 1. Pandai bernegosiasi untuk mengendalikan masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah di kehendaki. 2. Kekuatan sosial yaitu dapat berpengaruh dalam pertisipasi dan keputusan di dalam masyarakat. 3. Pandai menganalisa isu-isu sosial. Sehingga dapat membuat



prespektif yang tepat, tampak alami, normal, penting, rasional, atau tidak



masuk



akal.



Kemampuan



tersebut



digunakan



untuk



mempengaruhi dan membujuk orang.



Strategi Kepemimpinan Power Over Strategi pengendalian sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara antar lain : 1. Cara Persuasif Cara persuasif dilaksanaan dengan membujuk dan mengajak secara halus seseorang atau sekelompok orang untuk mematuhi nilainilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Dalam kelompok primeratau komunitas yang relatif akrab dimana satu sama lain saling kenal secara personal, mekanisme kontrol umumnya dilakukan dengan cara langsung oleh anggota komunitas itu sendiri secara keseluruhan. Tentang bentuknya bisa berupa mekanisme persuasif. Dalam konteks permasalahan yang dialami komunitas Forum Anak, cara mengatasi permasalahan antara pengurus dengan pembina bisa menggunakan metode persuasif. Pengurus dapat membujuk pembina melakukan musyawarah, dimana dalam musyawarah terlebih dahulu ditentukan secara jelas apa yang menjadi persoalan. Kemudian kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan pembahasan untuk mendapatkan titik pertemuan. Pada waktu musyawarah dapat dikembangkan suatu konsesus bahwa setelah terjadi kesepakatan,



13



masing-masing pihak



baik



pengurus maupun pembina



harus



menjalankan kesepakatan tersebut. 2. Cara preventif atau prevensi Merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada keserasian antara kepastian dan keadilan. Usaha - usaha preventif misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi dan komunikasi. Sejalan dengan Soekanto, Horton dan Hunt (1996) menyatakan bahwa melalui sosialisasi seseorang menginternalisasikan (menghayati) norma- norma dan nilai dalam komunitas tersebut. Orang yang menginternalisasikan suatu nilai secara penuh akan menerapkan nilai tersebut. Selain itu usaha preventif melalui proses komunikasi, dapat diterapkan untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi antara kedua belah pihak yang mengalami konflik. Pengurus dan pembina dapat melakukan komunikasi dan menyampaikan kembali kesepakatan dan aturan yang ada di dalam komunitas itu sendiri. Pembina dan pengurus harus saling bekerja sama demi terwujudnya tujuan utama yang ingin dicapai komunitas itu sendiri. 3. Pengendalian Sosial Menggunakan Lembaga Kemasyarakatan Keberadaan Lembaga Kemasyarakatan seperti halnya Kepala Desa, RT dan RW sangat dibutuhkan dalam hal Pengendalian Sosial. Terkait permasalahan yang dialami komunitas Forum Anak, disini diperlukan pihak ketiga yaitu Kepala Desa selaku lembaga kontrol sosial paling bawah yang memegang dan mengedalikan Komunitas Forum Anak. Komunitas Forum Anak ini sendiri langsung dibawah nauangan desa, maka diharapkan dengan adanya lembaga kemasyarakatan yaitu kepala desa, mampu mengawasi dan menjadi pihak fasilitator menyampaikan kepada pembina terkait keinginan dari pengurus dan anggota yang mungkin belum tersampaikan.



14



Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu dengan judul “Pengaruh Susunan Tugas,



Kekuasaan



Pemimpin



Dan



Hubungan



Pemimpin-Anggota



Terhadap Kinerja”. Penelitian (Achmad Sunarto, 2015) ini meneliti tentang bagaimana pengaruh susunan tugas, kekuasaan pemimpin dan hubungan antara pemimpin dan anggota terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Sampel diambil dari satu populasi dengan menggunakan teknik Strata Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel posisi kekuasaan pemimpin mempunyai pengaruh kekuasaan memberikan instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Hal ini menguatkan hasil penelitian Surjani (1997), Gaya Kepemimpinan situasional terdiri dari gaya perilaku instruksi, konsultasi, partisipasi dan delegasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja anggota. Hasil analisis ini menguatkan pendapat Yukl (1998), Kekuasaan (Power) didefinisikan sebagai pengaruh potensi dari seseorang terhadap sikap dan perilaku yang ditetapkan dari satu orang atau lebih yang ditargetkan. Lebih lanjut Yukl juga menyatakan bahwa position power (Posisi Kekuasaan) adalah pengaruh potensi dari kewenangan yang sah (legitimate Authority), kontrol terhadap sumber-sumber daya dan imbalan-imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap organisasi mengenai lingkungan pekerjaan dan pekerjaan fisik. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Blakely (2003) dan Pinder (2004) yang menyatakan adanya pengaruh tidak signifikan antara kekuasaan pemimpin dan kepuasan kerja. Salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja adalah pemimpin yang tidak mau mendengar keluhan dan pandangan dari anggota, keputusan semata-mata dari pemimpin dan anggota tidak diperkenankan untuk membantu jika ada masalah dalam menyelesaikan pekerjaannya. Studi lain, (King et al., 2002), menunjukkan bahwa anggota akan lebih puas dengan hasil pekerjaannya sendiri dibandingkan dengan pekerjaan yang dibeban tugaskan dari pemimpin, tetapi pemimpin yang terlalu ketat tidak memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan keluhan



15



sehingga hal tersebut berdampak pada rendahnya tingkat kepuasan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa proses kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik memberikan dampak langsung terhadap ketidakpuasan kerja anggota. 2. Pembahasan Masalah Masalah yang menjadi poin utama dari komunitas Forum Anak KUAS adalah terkait Kepemimpinan Power Over. Menurut Max Weber (1947) kekuasaan (Power) itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.Weber (1947) menyatakan bahwa didalam kekuasaan terdapat kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain, walaupun orang tersebut melakukan penolakan. Adanya kesempatan untuk merealisasikan kehendaknya pada orang lain dalam bentuk pemaksaan tanpa memperdulikan apapun yang menjadi dasar. Dengan kata lain, kekuasaan menurut Weber adalah kesempatan untuk menguasai orang lain. Sesuai dengan keadaan real dilapangan, pembina Forum Anak Kuas masuk dalam kategeri kekuasaan “Power Over”, dimana kekuasaan “Power Over” adalah kemampuan seseorang untuk memaksa atau mendominasi orang lain, menolak adanya masukan dari orang lain terhadap dirinya karena merasa dialah yang memilki kekuasaan, seseorang yang hanya mampu mengeluarkan dan memberikan perintah, melibatkan hubungan hierarkis, tidak setara dan dapat menyebabkan ketidakadilan terhadap orang lain. Sesuai dengan kondisi real di lapangan, pembina yang nota bene adalah sebagai wadah mediasi atau fasilitator untuk menyampaikan aspirasi dan ideide kreatif dari anggota Forum Anak tidak difungsikan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini terkait masalah kepengurusan program kerja. Semua program kerja tahunan Forum Anak diatur oleh pembina. Pembina sebagai pihak yang memegang kekuasaan, melaksanakan keinginannya sendiri terkait pembuatan proker kerja. Pembina hanya mengeluarkan dan memberikan perintah dan pengurus hanya bertugas sebagai pelaksana atas



16



kepengurusan program kerja yang telah ditetapkan pembina. Pembina tidak memberikan kesempatan kepada pengurus Forum Anak untuk membuat program kerja sendiri buah dari kreativitas mereka sehingga skill dan kemampuan kreatif mereka dapat terasah. Karena merasa memiliki kekuasaan pendapat, masukan dan saran dari pengurus tidak diterima oleh pembina, pengurus merasa seperti dikendalikan dan tidak banyak berkontribusi di dalam komunitas terkait program kerja itu sendiri. Pengurus tidak mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan untuk tahun berikutnya, karena semua program kerja dibuat oleh pembina dan ketika ada event besar hal tersebut baru disampaikan kepada pengurus sehari sebelum kegiatan itu diadakan. Hal inilah yang menjadi dasar permasalahan dalam komunitas tersebut. Karena permasalahan pembina yang power over, mengakibatkan pengurus dan anggota Forum Anak KUAS belum bisa membuat kegiatankegiatan yang mereka inginkan sendiri sehinga kreatifitas mereka belum bisa diperdayakan. Seorang pembina yang baik, seharusnya dapat menerima masukan dan pendapat dari anggotanya, memberikan kesempatan kepada anggota dan pengurus untuk ikut ambil bagian dalam pelaksanaan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam komunitas. Pembina seharusnya menerapkan jenis kekuasaan “Power to”, dimana pembina memberikan keleluasaan pengurus untuk ikut ambil bagian dalam pembuatan proker kerja, sehingga pengurus dapat meningkatkan kinerjanya dari hasil program kerja yang dibuat sendiri. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Achmad Sunarto (2015), yang menunjukan bahwa Gaya Kepemimpinan situasional terdiri dari gaya perilaku instruksi, konsultasi, partisipasi dan delegasi mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap kinerja anggota. Kinerja anggota berdampak signifikan meningkat ketika diterapkan Gaya Kepemimpinansituasional. Pengurus menjelaskan bahwasannya mereka akan merasa bekerja lebih puas ketika menjalankan program kerja yang mereka lakukan sendiri dibandingkan hasil dari pembina. Kondisi tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh King et al (2002), yang menunjukkan bahwa



17



anggota akan lebih puas dengan hasil pekerjaannya sendiri dibandingkan dengan pekerjaan yang dibeban tugaskan dari pemimpin, tetapi pemimpin yang terlalu ketat tidak memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan keluhan sehingga hal tersebut berdampak pada rendahnya tingkat kepuasan kerja anggota dan pengurus.



RANCANGAN INTERVENSI 1. Rencana Kegiatan Berdasarkan hasil asesmen, diperoleh data bahwa masalah utama yang terjadi dalam komunitas Forum Anak terkait masalah Kepemimpinan Power Over. Pembina Forum Anak KUAS belum termasuk pemimpin yang baik (good leader) dan tergolong dalam kepemimpinan Power Over. Hal ini tercermin dari tidak berkembangnya program kerja yang dilakukan Forum Anak KUAS. Pembina sebagai pihak yang memegang kekuasaan, melaksanakan keinginannya sendiri terkait pembuatan program kerja. Pembina hanya mengeluarkan dan memberikan perintah dan pengurus hanya bertugas sebagai pelaksana atas kepengurusan program kerja yang telah ditetapkan pembina. Hal ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang diterapkan pembina belum efektif karena belum bisa memberikan kepercayaan



kepada



anggota



dan



pengurus



Forum



Anak



untuk



mengembangkan program kerja. Sehingga berdampak pada motivasi anggota terhadap komunitas, tidak berkembangnya kreativitas atau potensi yang dimiliki anggota dan minimnya pengetahuan warga khususnya Kota Batu terhadap keberadaan Forum Anak KUAS yang berada di Desa Sumberejo. Berdasarkan hasil asesmen, maka terdapat beberapa perilaku yang akan dikurangi dan ditingkatkan. Adapun perilaku yang akan dikurangi yaitu 1) perilaku pembina yang sewenangnya melaksanakan keinginannya sendiri terkait pembuatan program kerja, 2) perilaku memberi perintah kepada pengurus terkait pelaksanaan program kerja yang sudah dibuat, 3) rasa tidak percaya pembina kepada anggota dan pengurus terkait pembuatan program kerja. Sedangkan perilaku yang akan di tingkatkan yaitu 1) perilaku pembina yang bisa menerima masukan dan pendapat dari anggota, 2) memberikan



18



kesempatan kepada anggota dan pengurus untuk ikut ambil bagian dalam pelaksanaan dan merancang kegiatan dalam komunitas, 3) membangun rasa saling percaya antara pembina, anggota dan pengurus. Metode/teknik



yang



akan



digunakan



dalam



menyelesaikan



permasalahan ini adalah menggunakan metode psikoedukasi dan sosiodrama. Alasan digunakannya kedua metode ini dikarenakan inti dari permasalahan komunitas Forum Anak KUAS adalah terkait Kepemimpinan Power Over, maka diperlukan adanya peningkatan pemahaman mengenai Kepemimpinan yang Power Over serta mengetahui strategi atau solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, yang kemudian diperdalam dengan cara bermain peran. Psikoedukasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman atau keterampilan sebagai usaha pencegahan atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas, dan masyarakat. Psikoedukasi digunakan untuk memengaruhi perubahan perilaku,



contohnya



meningkatkan



kepatuhan



pengobatan,



yang



diasosiasikan dengan luaran yang lebih baik (Hanlon et al., 2014). Psikoedukasi juga mengadaptasi konsep-konsep dasar dari existensialhumanistik, behaviorist, dan teori kognitif. Pendekatan humanistik yang mendasari



psikoedukasi



adalah



existential-humanistic



theory



yang



menyatakan bahwa manusia mampu membuat keputusan pribadi yang didukung dengan potensi untuk berkembang dan penguasaan lingkungannya, sekaligus bertindak dengan bertanggung jawab. Jadi setelah diberikan psikoedikasi pembina, pengurus maupun anggota, mampu membuat keputusan bersama, menurunkan sikap power over pembina serta mengembangkan potensi dari setiap individu untuk ikut serta menjalankan program kerja dalam komunitas KUAS. Teori psikoedukasi behaviorist menekankan pada pengaruh dari manipulasi lingkungan. Setelah diberikan psikoedukasi terakait luaran behaviorist peserta dapat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk



mengatasi



permasalahan



Power



Over.



Luaran



psikoedukasi



behaviorist berupa perilaku dari pembina yang bisa menerima masukan dan



19



pendapat dari anggotanya, memberikan kesempatan kepada anggota dan pengurus untuk ikut ambil bagian dalam pelaksanaan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam komunitas agar perkembangan dari komunitas forum anak KUAS bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya psikoedukasi diharapkan dapat merubah perilaku peserta (khususnya pembina) agar dapat membangun kerja sama dan saling percaya dengan anggota dan pengurus terkait pembuatan program kerja. Teori kognitif fokus pada penguasaan terhadap keterampilan kognisi-emosi yang menjadi komponen dari proses psycho-training. Jadi psikoedukasi dalam teori kognitif digunakan untuk memberikan pemahaman kepada pembina, pengurus, dan anggota komunitas forum anak KUAS tentang Power Over, dimana dengan memberikan psikoedukasi diharapkan seluruh anggota yang tergabung dalam komunitas baik panitia, pengurus dan anggota dapat mengetahui kepemimpinan yang power over itu seperti apa. Terdapat penelitian terdahulu dengan judul “Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati) Sebagai Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat” oleh Yudi Kurniawan dan Indahria Sulistyarini tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan mental dapat ditingkatkan lewat pemberian psikoedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk terlibat sebagai kader sehat jiwa. Jadi dalam penelitian ini, semua kader sehat jiwa diberikan pemahaman tentang kesehatan mental melalui psikoedukasi untuk nantinya bisa meningkatkan kesehatan mental di masyarakat. Ketika kader memiliki mental yang sehat, diharapkan nantinya mereka dapat menyelesaikan masalah mental terutama di dalam komunitas sendiri terlebih dahulu, terkait kecemasan, rasa tidak percaya sesama anggota kader, keegoisan ingin menang sendiri dan tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam komunitas. Ketika semua problem dalam komunitas bisa teratasi dengan mental yang sehat maka diharapkan nantinya kader dapat meningkatkan kesehatan mental di masyarakat. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah anak melalui drama. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya menurut



20



Tohirin (dalam Hakim, 2016). Sosiodrama akan membantu permasalahan yang ada pada Forum Anak KUAS dengan cara penghayatan peran masingmasing. Dalam teknik sosiodrama juga ada istilah role reversal dimana nantinya pembina, pengurus dan anggota bisa bertukar peran. Sosiodrama digunakan agar komunitas Forum Anak KUAS tidak hanya mendapatkan pemahaman melalui psikoedukasi, tetapi juga dapat menghayati peran masing-masing. Harapannya melalui psikodrama ini bisa mendapatkan perilaku yang lebih baik terutama dari pembina untuk mengayomi pengurus dan anggota agar Forum Anak KUAS bisa mengembangkan kiprahnya ditingkat yang lebih tinggi. Terdapat penelitian terdahulu tentang “Penerapan Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Resolusi Konflik pada Komunitas Anak Jalanan Kendari” yang dilakukan oleh Ishlah Hakim tahun 2016. Hasil dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap tingkat kemampuan resolusi konflik anak jalanan setelah diberikan sosiodrama. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Djumhur & Surya (dalam Hakim, 2016) bahwa sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar individu mampu belajar menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang tersirat dalam drama yang diperankan. Nilai-nilai yang diinternalisasi kemudian menjadi bahan perenungan bagi individu yang terlibat dalam pelaksanaan sosiodrama. Hasil dari bahan perenungan tersebut kemudian akan dinilai oleh peserta sosiodrama yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai suatu nilai yang akan dipedomani di dalam kehidupan. Rencana kegiatan intervensi dimulai dari sesi Psikoedukasi dengan pemberian materi tentang Power Over. Di sesi awal ini diberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta terkait teori Power Over. Kemudian setelah diberikan teori, dilanjutkan dengan pemberian materi terkait strategi penanganan Kepemimpinan Power Over. Hal ini ini bertujuan agar peserta dapat mengetahui strategi apa yang nantinya akan digunakan dalam menangani masalah Kepemimpinan yang Power Over.



21



Proses intervensi dilanjutkan dengan metode sosiodrama (bermain peran). Disini ada 5 tahap yang harus dimainkan peserta dalam sosiodrama diantaranya warming up, action, sharing, integrasi, evaluasi dan terminasi. Dalam tahap warming up dimulai dengan persiapan dan briefing terkait perlakuan bermain peran yang akan dilakukan peserta. Setelah itu masuk pada tahap action, dimana pada tahap ini peserta mulai melakukan bermain peran. Pada tahap ini masing-masing peserta bertukar peran, pembina menjadi fasilitator, fasilitator menjadi pengurus, dan pengurus menjadi pembina. Tahap selanjutnya masuk pada tahap sharing, dimana setiap selesai sesi role play, peserta dan sutradara akan melakukan sharing terkait peran yang sudah dilakukan. Selanjutnya masuk pada tahap integrasi, dimana pada tahap ini peserta akan diberikan feed back dari sutradara. Peserta mengambil kesimpulan mengenai masalah yang di hadapi dari berbagai sudut pandang. Tahap yang terakhir yaitu tahap evaluasi dan terminasi, dimana peserta akan menyampaikan perasaan dan hasil dari apa yang sudah diperankan, pada tahap evaluasi ini menggunakan self-report, dimana masing-masing peserta mengisi jawaban atas pertanyaan yang diberikan berdasarkan apa yang didapatkan setelah kegiatan dilaksanakan baik itu dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemudian sutradara akan menutup dan mengakhiri kegiatan sosiodrama. 2. Tujuan Kegiatan Dalam menangani permasalahan komunitas Forum Anak “KUAS” terkait Kepemimpinan Power Over, kelompok memilih menggunakan metode intervensi Psikoedukasi dan Sosiodrama. a. Psikoedukasi Adapun tujuan menggunakan metode intervensi psikoedukasi dilihat dari sisi kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai berikut : 1) Kognitif 1. Memberikan



pengetahuan



kepada



peserta



terkait



teori



Kepemimpinan Power Over, sehingga harapannya setelah mengetahui Kepemimpinan Power over peserta dapat mengubah



22



pola pikir untuk tidak berperilaku dan menerapkan jenis kekuasaan tersebut dalam komunitas. 2. Memberikan pemahaman kepada peserta mulai dari anggota, pengurus, fasilitator, pembina dan kepala desa tentang makna Kepemimpinan Power Over yang merupakan sumber utama pemicu masalah dalam komunitas. 3. Memberikan strategi/cara penyelesaian masalah kepada peserta, agar nantinya dapat diterapkan dalam mengatasi masalah Kepemimpinan yang Power Over . 2) Afektif Diharapkan



setelah



diberikan



Psikoedukasi



terkait



Power



(kekuasaan), peserta dapat mengetahui poin utama masalah komunitas sehingga nantinya peserta satu sama lain dapat saling bekerja sama dan saling menyadari bahwa semua anggota memiliki keterikatan dalam komunitas sehingga bersama-sama bekerja mencapai tujuan. 3) Psikomotorik Setelah diberikan psikoedukasi, peserta dapat mengetahui tindakan apa yang



harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan Power



Over. Diharapkan dengan adanya psikoedukasi dapat merubah perilaku peserta (khususnya pembina) agar dapat membangun kerja sama dan saling percaya dengan anggota dan pengurus terkait pembuatan program kerja. b. Sosiodrama Adapun tujuan menggunakan metode intervensi Sosiodrama dilihat dari sisi kognitif, afektif dan psikomotirik sebagai berikut : 1) Kognitif Menstimulus peserta agar dapat memahami dan mengidentifikasi perannya masing-masing dalam sosiodrama.



23



2) Afektif Peserta lebih dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. Memberikan pemahaman dan penghayatan kepada peserta terkait peran masing-masing dalam sosiodrama. 3) Psikomotorik Setelah bermain peran (sosiodrama), peserta diharapkan dapat merubah sikap dan perlaku Power Over (terkhusus pembina).



24



3. Kerangka Berfikir



INPUT



Masalah yang terjadi dalam komunitas Forum Anak KUAS terkait Kepemimpinan Power Over, dimana



pembina sebagai pihak yang memegang kekuasaan, melaksanakan keinginannya sendiri terkait pembuatan program kerja. Pembina hanya mengeluarkan dan memberikan perintah dan pengurus hanya bertugas sebagai pelaksana atas kepengurusan program kerja yang telah ditetapkan pembina. Anggota dan pengurus tidak



PROSES



Metode intervensi yang digunakan adalah : 1. Psikoedukasi 2. Sosiodrama



OUTPUT Setelah diberikan intervensi menggunakan metode psikoedukasi dan sosiodrama diharapkan nantinya



pembina, anggota dan pengurus dapat saling memahami, bekerja sama dan saling menyadari bahwa semua memiliki keterikatan dalam komunitas sehingga bersama-sama bekerja mencapai tujuan.



diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan proker kerja tahunan.



25



4. Peserta atau Sasaran Peserta yang menjadi sasaran dalam intervensi adalah Kepala Desa, pembina, fasilitator dan seluruh anggota komunitas Forum Anak KUAS terdiri dari anggota dan pengurus. Kepala Desa merupakan pihak utama pendiri komunitas Forum Anak KUAS, memiliki peran penting dalam hal pendanaan untuk komunitas. Pembina berusia 35 tahun merupakan anggota PKK, berperan menyampaikan aspirasi dan ide kreatif dari anggota Forum Anak KUAS kepada Kepala Desa. Fasilitator merupakan alumni dari anggota komunitas Forum Anak KUAS berusia 21 tahun, berperan sebagai pendamping yang membantu anggota dan pengurus dalam menjalankan program kerja. Anggota dan pengurus berusia 5-18 tahun, dimana rentan usia ini merupakan kriteria yang sudah ditetapkan dalam komunitas sebagai syarat masuk menjadi anggota Forum Anak KUAS. Alasan pemilihan peserta dikarenakan semua peserta tersebut merupakan bagian dari komunitas Forum Anak “KUAS” dan memiliki permasalahan yang menyebabkan komunitas mengalami keterbatasan dalam hal mengembangkan program kerja. 5. Pihak yang Terlibat Dalam Intervensi Pihak yang terlibat dalam intervensi adalah narasumber (mahasiswa), Kepala Desa, pembina, fasilitator dan anggota Komunitas Forum Anak “KUAS” terdiri dari anggota dan pengurus. NO PESERTA / SASARAN 1. Kepala Desa 2. Pembina



3.



4.



5.



KETERANGAN Kepala Desa Sumberjo, Kota Batu Perempuan usia 35 tahun merupakan anggota PKK Desa Sumberjo, Kota Batu. Fasilitator Perempuan usia 21 tahun alumni anggota komunitas Forum Anak “KUAS” Anggota dan pengurus Laki-laki dan perempuan, usia 5 s/d komunitas Forum Anak 18 tahun, masyarakat Desa Sumberjo, “KUAS” Kota Batu. Narasumber Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2015, sedang menempuh mata kuliah Teori dan Teknik Intervensi Komuitas.



26



6. Rincian Pelaksanaan Intervensi Tabel. 1 Rincian Pelaksanaan Intervensi No.



Jenis Kegiatan



Tujuan



Pihak yang Dilibatkan



Lokasi



HARI PERTAMA (1) Narasumber Aula Balai (Mahasiswa), pengurus Desa dan anggota, Fasilitator Sumberjo, Forum Anak, Pembina Kota Batu Forum Anak, dan Kepala Desa.



1.



CheckIn/Presensi Pertama



Untuk mengetahui jumlah peserta yang mengikuti psikoedukasi



2.



Pembukaan dan Pengenalan



Membuka acara dan Narasumber : memperkenalkan Mahasiswa (Ansi Idhar anggota A.) interversionis



3.



Psikoedukasi Materi “Power Over”



Memberikan Narasumber: pengetahuan dan Mahasiswa (Agustina) pemahaman kepada peserta mengenai



Waktu Pelaksanaan



Target Sasaran



Pengurus dan anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak, Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. Aula Balai Minggu, 24 Pengurus dan Desa Desember anggota Forum Sumberjo, 2017 Anak, Fasilitator Kota Batu Jam : 07:15- Forum Anak, 08:00 WIB Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa.



Aula Balai Desa Sumberjo, Kota Batu



Minggu, 24 Desember 2017 Jam : 07:0007:15 WIB



Minggu, 24 Desember 2017 Jam : 08:00-



Pengurus dan anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak,



Tahapan Pelaksanaan Presensi



 Pembukaan  Perkenalan masing-masing tim interversionis  Penjelasan susunan acara  Pemberian pretest (Self Report)  Penyampaian materi oleh narasumber  Diskusi



27



Kepemimpinan yang Power Over terkait kemampuan seseorang untuk memaksa atau mendominasi orang lain, menolak adanya masukan dari orang lain karena merasa pembina yang memiliki kekuasaan, seseorang yang hanya mampu mengeluarkan dan memberikan perintah serta melibatkan hubungan hierarkis. 4.



ISHOMA



Memberikan waktu istirahat kepada peserta untuk sholat dan makan siang



5.



Psikoedukasi “Strategi



Memberikan pengetahuan



-



Narasumber: dan Mahasiswa



Aula Balai Desa Sumberjo, Kota Batu



Aula (Yulisa Desa



11:00 WIB



Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa.



 Tanya jawab  Feedback (Self Report kepemimpinan power over)



Minggu, 24 Desember 2017 Jam : 11:0013:00 WIB



Narasumber, Pengurus dan anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak, Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. Pengurus dan anggota Forum



-



Balai Minggu, 24 Desember



 Penyampaian materi oleh



28



Power Over”



pemahaman kepada Mirda) peserta terkait strategi dalam menghadapi Pemimpin yang Power Over yaitu dengan cara persuasif, cara preventif atau prevensi serta pengendalian sosial menggunakan lembaga kemasyarakatan.



Sumberjo, Kota Batu



2017 Anak, Fasilitator Jam : 13:00- Forum Anak, 15:00 WIB Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa.



6.



Penutup



Menutup Psikoedukasi



Aula Balai Desa Sumberjo, Kota Batu



Minggu, 24 Desember 2017 Jam : 15:0015:30 WIB



7.



CheckIn/Presensi Pertama



Untuk mengetahui jumlah peserta yang mengikuti sosiodrama



acara Narasumber : Mahasiswa (Ansi Idhar A.)



HARI KEDUA (2) Narasumber Aula Balai Desa (Mahasiswa), Sumberjo, Kota pengurus dan Batu anggota, Fasilitator Forum Anak,



Senin , 25 Desember 2017 Jam : 07:0007:15 WIB



narasumber  Diskusi  Tanya jawab  Feedback (Self Report Kepemimpinan power over)



Pengurus dan  Menutup acara anggota Forum  Penyampaian Anak, Fasilitator kesan dan pesan Forum Anak,  Post – test (Self Pembina Forum Report) Anak, dan Kepala Desa. Pengurus dan Presensi anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak,



29



Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. 8.



Pembukaan



Membuka acara di Narasumber : hari kedua Mahasiswa (Ansi Idhar A.)



Aula Balai Desa Sumberjo, Kota Batu



9.



Bermain Peran (Sosiodrama) Tahap Warming Up



Melakukan Narasumber: Aula Balai Desa persiapan dan Mahasiswa selaku Sumberjo, Kota briefing sebelum interversionis. Batu pengambilan take, sehingga peserta dapat mengetahui perannya masingmasing. Pembina menjadi fasilitator, fasilitator menjadi pengurus, dan pengurus menjadi pembina.



Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. Senin, 25 Pengurus dan Desember 2017 anggota Forum Jam : 07:15- Anak, 08:00 WIB Fasilitator Forum Anak, Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. Senin, 25 Pengurus dan Desember 2017 anggota Forum Jam : 08:00- Anak, 10:00 WIB Fasilitator Forum Anak, dan Pembina.



 Pembukaan  Penjelasan susunan acara  Pemberian pretest (kuisoner)



 Membuka sosiodrama dengan mengucapkan salam dan doa pembuka.  Sutradara memperkenalkan dirinya, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan auxiliary ego (peserta)  Sutradara menjelaskan permasalahan yang terjadi di dalam komunitas



30



10.



Bermain Peran (Sosiodrama) Tahap Action



Pada tahap ini Narasumber: Aula Balai Desa Senin, 25 masing-masing Mahasiswa selaku Sumberjo, Kota Desember peserta bertukar interversionis. Batu 2017 peran, pembina Jam : 10:00menjadi fasilitator, 12:00 WIB fasilitator menjadi pengurus, dan pengurus menjadi pembina.



Pengurus dan anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak, dan Pembina.



 Sutradara mempersilahkan peserta selaku auxiliary ego untuk memilih peran tokoh-tokoh dalam sosiodrama  Sutradara mempersilahkan auxiliary ego membayangkan peran dari masingmasing tokoh yang akan disosiodramakan  Sutradara menjelaskan aturan dalam memainkan peran sosiodrama.  Auxiliary ego mulai memerankan tokoh dalam sosiodrama  Sutradara dan audiens mengamati proses sosiodrama  Sutradara berfungsi mengatur jalannya sosiodrama yang 31



11.



ISHOMA



Memberikan waktu istirahat kepada peserta untuk sholat dan makan siang



12.



Bermain Peran (Sosiodrama) Tahap Sharing



Melakukan tukar pikiran dan apa yang dirasakan setelah melakukan sosiodrama. Disini pengurus, pembina dan anggota mulai



-



Aula Balai Desa Senin, 25 Sumberjo, Kota Desember Batu 2017 Jam : 12:0013:00 WIB



sedang dilakukan  Audiens sekali-kali dapat masuk ke dalam peran sosiodrama atas izin sutradara  Auxilary ego, audiens menggunakan beberapa teknik dalam sosiodrama, yaitu doubling dan role reversal -



Narasumber, Pengurus dan anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak, Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa. Narasumber: Aula Balai Desa Senin, 25 Pengurus dan  Sutradara Mahasiswa selaku Sumberjo, Kota Desember anggota Forum menanyakan interversionis. Batu 2017 Anak, Fasilitator perasaan Auxilary Jam : 13:00- Forum Anak, dan Ego setelah 15:00 WIB Pembina. melakukan sosiodrama  Auxilary Ego dapat



32



13.



14.



memberikan pendapat dan saling sharing apa yang dirasakan setelah bertukar peran. Bermain Peserta dapat Peran mengambil (Sosiodrama) kesimpulan akhir Tahap dari sosiodrama, Integrasi sehingga diharapkan dapat merubah perilaku pembina yang menolak masukan dari pengurus karena merasa yang memiliki kekuasaan terkait pembuatan program kerja yang menjadi pemicu masalah komunitas. Bermain Peserta dapat Peran mengambil pelajaran (Sosiodrama) setelah bermain Tahap peran, menyadari Evaluasi dan akan perilaku buruk Terminasi yang dilakukan yaitu ketidakpercayaan



memberikan pendapat kepada sesama peserta terkait masalah yang di alami Narasumber: Aula Balai Desa Senin, 25 Pengurus dan  Sutradara Mahasiswa selaku Sumberjo, Kota Desember anggota Forum memberikan feed interversionis. Batu 2017 Anak, Fasilitator back dan masukan Jam : 13:00- Forum Anak, dan untuk peserta. 15:00 WIB Pembina.  Peserta mengambil kesimpulan mengenai masalah yang terjadi di komunitas dari berbagai sudut pandang baik audiens dan sutradara.



Narasumber: Aula Balai Desa Senin, 25 Mahasiswa selaku Sumberjo, Kota Desember interversionis. Batu 2017 Jam : 13:0015:00 WIB



Pengurus dan  anggota Forum Anak, Fasilitator Forum Anak, dan Pembina. 



Peserta menyampaikan perasaan setelah melakukan sosiodrama Peserta dapat menyadari



33



15.



Penutup



pembina terhadap pengurus dan anggota terkait pembuatan program kerja, sehingga dapat menemukan solusi serta dapat menyelesaikan sendiri jika permasalahan tersebut timbul kembali Menutup acara Narasumber : sosiodrama Mahasiswa (Ansi Idhar A.)



 



Aula Balai Desa Senin, 25 Sumberjo, Kota Desember Batu 2017 Jam : 15:0015:30 WIB



Pengurus dan  anggota Forum  Anak, Fasilitator Forum Anak,  Pembina Forum Anak, dan Kepala Desa.



problem yang terjadi di dalam komunitas dan menemukan solusi pencegahannya. Sutradara mengakhiri sosiodrama Membaca doa penutup dan mengucapkan salam. Menutup acara Penyampaian kesan dan pesan Post – test (Self Report)



34



DAFTAR PUSTAKA Amin, Abdul Muis. 2014. Implementasi Asesmen dan Intervensi Bagi Anak Berperilaku Temper Tantrum (suatu kajian teori dan studi kasus). Jurnal Psikologi Universitas Tadulako Vol. 17 No. 1 Anwar.



2010.



Wawancara,



Observasi



dan



Focus



Group



sebagai



Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Atmasasmita, Romli. 1992. Teori dan Kapita Selekta Komunitas. Bandung: PT Eresco. Bagong, Suyanto dan Narwoko Dwi. 2010. Psikologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana. Cronin, Ciaran. 1996. “Bourdieu and Foucault on Power and Modernity”. Philosophy Social Criticism,Vol. 22: 55-85. Dalton, dkk. 2012. Community Psychology: Linking Individuals and Communites, third edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. Hakim, Ishlah. (2016). Penerapan Sosiodrama untuk Meningkatkan Kemampuan Resolusi Konflik pada Komunitas Anak Jalanan Kendari. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling Vol. 2 No. 1. Hanlon, C., Fekadu, A., & Patel, V. (2014). Global mental health: Principles and practice. New York: Oxford University Press. Horton, B Paul dan Chester L Hunt. 1996. Psikologi. Edisi Keenam. Penerjermah Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Erlangga. Russel, Bertrand. 1988. “Kekuasaan: Sebuah Analisis Sosial Baru”. Yayasan OborIndonesia, Jakarta. Weber, Max, 1947. The Theory of Social and Community. Penerjemah A.M. Henderson dan T. Parsons. Chicago: Free Press. Daff, Richard L. 2010. Era Baru Komunitas. Jakarta : Penerbit Salemba. Davis, Keith. Newstrom, John W. 1995. Human Behavior at Work : Community Behavior (7thEd.). Terj. Oleh Agus Darma. Jakarta : Erlangga Handoko, T.H. 2001. Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia. Hidayat, Rachmad. 2013. “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Komunikasi, Kepuasan dan Komitmen Dalam Komunitas”. Jurnal Psikologi, 17 (1), 1932. 1



Irwanto.



2006.



Memahami



Fokus



Group



Discussion



(FGD).



(http://www.marketrends.asia/2013/02/focus-group-discussion research.html). Diakses tanggal 4 November 2017. Sugiyono.



2009.



Metode



Penelitian



Kuantitatif



Kualitatif



Dan



R&D.



Bandung: Alfabeta. Sunarto, Achmad. 2015. Pengaruh Susunan Tugas, Kekuasaan Pemimpin Dan Hubungan Pemimpin-Anggota Terhadap Kinerja. Jurnal Psikologi, Vol. 12 No. 3



2