Laporan Baca Liturgika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Chrisolitiara Nada Santoso NIM : 2017.02.0014 Laporan Baca Liturgi Nama Buku : Pengantat Sejarah Liturgi Penulis



: Rasid Rachman



Penerbit



: Bintang Fajar 1999



Hal



: 133 Lembar



PENDAHULUAN Liturgi adalah ibadah, baik berbentuk seremonial maupun praktis Ibadah yang sejati tidak terbatas pada perayaan di Gereja melalui selebrasi, melainkan terwujud di dalam sikap hidup orang percaya di dunia sehari-hari melalui aksi yaitu pelayanan, tindakan, tingkah laku, hidup keagamaan, spiritualitas, praksis hidup, cara berpikir, pola pikir, menanggapi, dan sebagainya. Menurut Paulus inti ibadah Kristen adalah mempersembahkan hidup kepada Tuhan (Rm. 12:1). 



Istilah-istilah dan pemahaman etimologis liturgi 1. Worship berasal dari weorthscipe : hal yang layak dilakukan. Digunakan untuk Sunday Worship atau Ibadah Minggu. 2. Service berasal dari servitium, artinya pelayanan yaitu sesuatu pekerjaan yang dilakukan untuk orang lain. Misalnya Morning Service untuk ibadah pagi. 3. Office berasal dari officum (kesediaan melayani, kewajiban) digunakan untuk Daily Office atau Divine Office yakni ibadah harian. 4. Cult (kultus) dari kata colere yaitu relasi ketergantungan antara pemberi dan penerima. Misalnya, seorang petani mendapat akibat buruk jika tidak menyirami tanamannya. Karena itu pemerintah kehilangan wibawanya jika bertindak tidak adil kepada rakyatnya. 5. Liturgi berasal dari bahasa Yunani leitourgia pelayanan atau kerja (ergon) bangsa, publik, masyarakat, umat (laos). Saat kehidupan Yunani kuno liturgi sebagai bukti bakti warga negara kepada bangsa dan negara berarti membayar pajak dan bentuk pengabdian lain. Menurut Paulus liturgi adalah sikap beriman sehari-hari. Misalnya Liturgy of Word untuk pemberitaan Firman.



6. Kebaktian, bakti ialah perbuatan yang menyatakan setia dan hormat, memperhambakan diri, perbuatan baik. Ditujukan untuk seseorang, negara, maupun untuk Tuhan misalnya Kebaktian Natal. 7. Ibadah (misalnya Ibadah Minggu) berasal dari bahasa Arab ebdu (hamba) dan bahasa Ibrani abodah (ebed = hamba). Yaitu perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan. 



Aksi dan selebrasi Unsur-unsur liturgi memberikan tempat untuk pengajaran dan pemberitaan firman melalui pembacaan Alkitab, nyanyian, homili, atau khotbah. Fleksibilitas hubungan antara aksi liturgi dan selebrasi liturgi merupakan disiplin wajib para calon teolog di seminari pula. Liturgi bukan urusan Gereja yang terpisah dari perkembangan teologi dan refleksi teologis. Ritus-ritus dan musik yang diungkapkan dalam selebrasi berangkat dari realita dunia dan ditafsirkan kembali dalam uraian teologis. Oleh karena itu wajib dipelajari para calon pendeta, calon pastor, dan calon teolog di seminari teologi.







Sejarah penyelamatan Sejarah penyelamatan yang Allah lakukan dimulai sejak penciptaan hingga akhir zaman sebagaimana dipersaksikan oleh Alkitab dalam menghayati keberadaan dan peran gereja pada zamannya. Dalam disiplin liturgi ada 2 tahap yang harus dilakukan untuk komisi Gereja atau pimpinan Gereja yaitu: 1. Mengadakan penelitian historis dan teologis tentang liturgi dan elemenelemennya. 2. Menilai dan memperhatikan relevansinya bagi tata liturgi yang sedang disiapkan.



LITURGI GEREJA EMPAT ABAD PERTAMA Yesus tidak pernah memberikan tata ibadah yang harus dilakukan oleh gereja. Informasi awal mengenai bentuk liturgi gereja awal berdasarkan Kis. 2:4-42. Pengaruh terkuat dalam liturgi awal datang dari ibadah Yahudi .Kemudian budaya Yunani Helenistik memberikan warna di balik ritus-ritus tertentu. Pelaksanaan liturgi yang berkembang kemudian, umat mengambil unsur-unsur dari ibadah dan budaya yang mereka kenal, terutama ibadah Yahudi. Budaya Yunani mempengaruhi sebab banyak orang Yahudi hidup tersebar (diaspora) dalam budaya Yunani. Liturgi awal itu sudah ada sejak kebaktian umat Perjanjian Baru sebagaimana tertera di dalam Kisah Para Rasul.







Latar belakang Yahudi dalam liturgi awal Pengaruh Yahudi cukup dominan karena jemaat-jemaat di Yerusalem dan sekitarnya. Sebagian umat adalah Yahudi Kristen, tersebar ke arah Timur. Ritus Syria Timur menggambarkan asal usul ibadah Yahudi yang dibidani oleh jemaat-jemaat Yahudi Kristen. Warisan yang masih tersimpan dalam khazanah liturgi gereja hingga kini ialah liturgi sinaksis (synaxis) ialah perkumpulan umat untuk membaca Kitab Suci, menyanyikan Mazmur (psalmodi), dan berdoa di sinagoge (synagoge). Salah satu urutan liturgi menurut Justinus Martir (tahun 150) dalam Apologia I adalah: Tata liturgi sinaksis  Pembacaan Alkitab: Taurat, Nabi-nabi, Surat Rasuli, Injil  Menyanyikan Mazmur-mazmur dan pujian  Pembacaan Injil  Homilia, yaitu pengajaran dan penjelasan Kitab Suci  Berdoa (termasuk doa syafaat) Tata liturgi ekaristi  Cium salam atau cium damai  Anafora, yaitu pengumpulan persembahan dalam bentuk makanan dan minuman hasil bumi, dan membawa masuk roti dan anggur yang tercampur air.  Uskup menaikkan doa syukur atas ciptaan dan pemeliharaan (providensia) Allah di dalam nama Putera dan Roh Kudus.  Pemecahan roti, lalu uskup memanggil Diaken untuk membagikannya kepada umat  Komuni. 1. Pembacaan Alkitab terdiri dari 4 bagian yaitu: Taurat, Nabi-nabi, Surat Rasuli, Injil. Kemudian dilanjutkan dengan homilia berupa pengajaran dan penjelasan Kitab Suci. Setelah abad ke-4, pembacaan cenderung dilakukan hanya 2 bagian, yaitu: Surat Rasuli dan Injil. 2. Mazmur (psalmodi) dan pujian berdasarkan pilihan Mazmur mengikuti jadwal sinagoge Yahudi. 3. Berdoa dilakukan setelah pembacaan Alkitab dan homilia. 4. Khotbah berupa homilia sebagai rangkuman ibadah.



Setelah khotbah, liturgi dilanjutkan dengan perjamuan kudus yang dilayankan setiap hari Minggu pagi. 1. Selesai berdoa, kami memberi salam seorang kepada yang lain dengan suatu cium. Kemudian roti dibawa kepada ketua, juga anggur bercampur air. Ia menerima, mempersembahkan pujian kepada Bapa dari semua orang dalam nama Anak dan Roh Kudus, dan mengucapkan doa syukur (eucharistia) dengan panjang lebar kepada Allah, karena Ia melayakkan kami menerima semua itu. 2. Selesai berdoa umat menjawab dengan suara nyaring: Amin (dalam bahasa Ibrani berarti: benar!). Diaken memberi roti dan anggur campur air itu kepada umat, dan menghantarkannya kepada anggota-anggotanya yang tidak hadir. Makanan ini dinamakan ekaristi. Ia hanya boleh dimakan oleh orang percaya yang telah menerima pembasuh keampunan serta kelahiran kembali, dan yang hidup sesuai dengan ajaran Kristen. 3. Karena bagi kami itu bukan roti dan anggur biasa. Yesus Kristus telah menjadi daging dan darah dengan maksud untuk menyelamatkan kita. Dan kepada kami diajarkan bahwa makanan ini, setelah diberkati dengan doa-doa yang terdiri dari kata-kata yang pernah Ia ucapkan (1 Kor. 11:23-25) yang adalah daging dan darah Yesus, telah menjelma menjadi roti dan anggur. 



Ibadah harian Doa (sekaligus pengakuan iman) mereka: Iesous Krestos Kyrios (Yesus Kristus



adalah Tuhan). Ia adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus (1 Kor. 12:3). Sebelumnya, doadoa terformat dalam kehidupan manusia. Yudaisme mengenal 2 atau 3 waktu doa. Ketiga waktu doa ini dilakukan secara personal dan di luar ibadah komunal. Markus 1:35; 6:4647 menginformasikan praktek doa pagi dan doa malam (Yahudi) yang dilakukan oleh Yesus. Selain ibadah individual, sinagoge memelihara tradisi ibadah harian komunal, yang kemudian dipraktekkan oleh gereja. Yaitu doa matahari terbit (tefilat syarar kemudian dinamakan ad matutinum) dan doa matahari terbenam (tefilat ha’erev kemudian dinamakan ad vesperas). 



Hari raya liturgi Bagi gereja, ada pula hari raya penting selain sabat. Hari minggu sebagai hari kebangkitan Kristus. Minggu (hari ke-1) dirayakan oleh orang Yahudi-Kristen selain



dari Sabat (hari ke-7) sebagai hari kebangkitan. Semula, hari Minggu sendiri merupakan hari kerja biasa sehingga liturgi dilayankan di luar waktu kerja:pagi sekali, fajar, atau petang. Warna keyahudian masih ada, yaitu ibadah mingguan. Paulus telah menyinggung peralihan dari hari ke-7 menjadi hari ke-1 sekalipun belum menyebut nama hari ke-1 itu. 



Latar belakang Helenistik dalam liturgi Awal Gereja melayankan ritus inisiatif baptisan dengan tambahan eksorsisme dan



pengurapan. Baptisan dilayankan pada kebaktian malam Paska, yaitu kebaktian semalam suntuk sebagaimana pula dilakukan oleh Paska Yahudi. Formula-formula liturgi yang semula cukup dilakukan berdasarkan ingatan atau pedoman tidak mengikat kini dibuat tertulis dengan kalimat buku Kiblat doa dalam Yu-daisme adalah ke Bait Allah Yerusalem, kini berubah ke arah Timur tempat matahari terbit. 



Akar-akar Sakramen-sakramen Sacramentum adalah ikrar yang diucapkan dalam sebuah upacara. Dal bahasa



Yunani disebut mysterion: hal yang kudus yaitu hal-hal atau benda berkhasiat dan pembuatan tanda-tanda yang diberikan manusia kepada Allah. Sakramen sebagai tanda dalam pemahaman sekarang lebih wujud pada pelayanan liturgi yang pertama sakramen sebagai



perbuatan tidak



dikategorikan



sebagai sakramen, melainkan



tindakan



sakramental.  Tindakan-tindakan sakramental antara lain:  Membagikan makanan dan minuman dalam perjamuan Tuhan (1Kor. 11:2327)  Cawan syukur dan pemecahan roti adalah persekutuan dengan tubuh Kristus dan melambangkan satu tubuh (1Kor. 10:16-17)  Persekutuan jemaat mula-mula (Kis. 4:32-37)  Kata-kata sakramental antara lain:  Yesus adalah Mesias (Kis. 22:22-36)  Baptisan sebagai tanda pertobatan dan pengampunan dosa (Kis. 2:37-41,8:3439)  Baptisan sebagai tanda percaya (Kis. 4:32-37). Rekonsiliasi Tobat



Ketaatan dan kesetiaan sebagai pengikut Kristus menjadi dasar pembentukan tata tertib rekonsibiliasi tpbat. Orang Kristen mesti menjaga hati dan tubuhnya agar tetap tahir. Tubuh dan hati disiapkan dan digunakan untuk melayani Tuhan sebagaimana kehendakNya dan panggilanNya. Tujuan dari menguduskan hati dan tubuh adalah hidup kekal. Hal ini antara lain ditulis dalam surat kedua Pseudo Clemens (130-150). Namun tuntunan hidup kudus ini diperhadapkan dengan kelemahan manusiawi. Beberapa kali manusia jatuh ke dalam dosa oleh sebab itu dibukalah peluang bagi manusia untuk menyesali perbuatannya. Penahbisan dan Jabatan Para Rasul mengangkat 7 orang berhikmat untuk `melayankan meja. Pengangkatan ini menyatakan bahwa harus ada yang memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin. Hal ini dilakukan sebagai kerjasama dan pembagian tugas di dalam Jemaat. Pembagian tugas di antara pelayan berlangsung secara demokratis dan kolektif tidak ada konotasi “yang terhormat” dalam jabatan gerejawi. Semula tidak ada konotasi seorang episkopos (Yun) atau episcopus (Lat) yang kemudian disingkat biscop (Anglo-Saxon) melainkan dewan. Pada abad ke-2 atau abad ke-3 ada proses penetapan bagi pemangku jabatan gereja. Orang dipilih dan dipanggil, lalu ditahbiskan atau ditumpangkan tangan. Sebelumnya, mereka dipilih berdasarkan tujuan pelayanan, yaitu membagi-bagi dan meneruskan pekerjaan para Rasul (Kis. 6).



LITURGI MENJELANG ABAD PERTENGAHAN Keberhasilan Kaisar Konstantin Agung (274-337; Kaisar sejak 312) bersama Lycinius Augustus dalam Edik Milan (313) menghasilkan hubungan baik antara Gereja dan negara. Keadaan ini menjadikan agama Kristen sebagai agama negara Roma sebagai agama yang bebas dan terbuka dalam penampilannya. Sejumlah fasilitas sosial dinikmati oleh gereja dan pemimpinnya. Ibadah Agama Lama Gereja melihat ibadah agama lama sebagai “gudang bahan” untuk ke dalam liturgi. Dampak lain bagi liturgi dan perkembangannya pada satu pihak liturgi dirayakan dengan



lebih megah, lebih terbuka, lebih semarak, dan lebih menarik perhatian. Salah satu contoh kreativitas yang mengkristenkan unsur ritual agama lama antara lain: refrigerium, yaitu upacara perjamuan di makam. Sebagian makanan dimakan oleh pelayat, sebagian lain disisihkan untuk orang yang telah meninggal.Lambat laun kebiasaan ini menjadi minumminum yang berlebihan. Budaya Imperial Hal ini berhubungan dengan pengaruh (dalam arti: campur tangan) budaya kekaisaran yang masuk kedalam liturgi. Tata busana liturgis (jubah agung Imam, penutup kepala bak mahkota), tata gerak liturgis (gerak anggun prosesi, cium tangan Uskup, berlutut), arsitektur yang besar, menunjukkan keagungan dan kemegahan imperial.