20 0 107 KB
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS
Nama Ruangan
: Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Tanggal pelaksanaan
: 9 Desember 2012
Topik DRK
: Asuhan Keperawatan Vulnus
Masalah /isu yang muncul
:
1.
2.
Adanya instruksi dari tenaga medis untuk langsung dilakukan pemeriksaan penunjang (radiologi) tanpa mengidentifikasi area luka Persepsi paramedis terhadap manajemen penatalaksanaan penanganan luka
Rencana tindak lanjut
:
1. Perlu adanya kesamaan penatalaksanaan luka
persepsi
dalam
manajemen
2. Perlu pelatihan dan penigkatan skill dalam mengelola dan memanajemen penatalaksanaan luka Hambatan Kurangnya
: koordinasi
antar
medis
dan
paramedis
terhadap
penerapan standar pelayanan medis/standar asuhan keperawatan dan
standar
operasional
pelayanan
dalam
penatalaksanaan
manajemen luka Kesimpulan
:
Diperlukan adanya kesamaan persepsi antar medis dan paramedis serta
peningkatan
skill
dalam
penerapan
dan
manajemen luka Saran
:
Adanya pelatihan manajemen penatalaksanaan luka
pengelolaan
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M DENGAN LUKA TUSUK (VULNUS ICTUM)
I.
Konsep Dasar A. Definsi Luka Luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal. Tidak selamanya terjadi diskontinuitas (terputusnya) jaringan kulit pada suatu luka, walaupum jaringan dibawah kulit terganggu. Contohnya pada luka memar B. Etiologi Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu : 1. Trauma
mekanis
yang
disebabkan
karena
tergesek,
terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, dan terjepit 2. Trauma elektris, dengan penyebab cedera karena listrik, dan petir 3. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin 4. Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa, serta zat iritatif dan korosif lainnya C. Pathofisiologi Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh
yang
bisa
disebabkan
oleh
traumatis/mekanis,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius. Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.
D. Manifestasi Klinis. Manifestasi klinis vulnus adalah: 1. Luka tidak teratur 2. Jaringan
rusak
(akar
rambut
tampak
hancur
atau
tercabut bila di daerah rambut) 3. Echumosis dari perdarahan subculaneous 4. Tampak lecet atau memer di setiap luka 5. Deformitas:
Daya
terik
kekuatan
otot
menyebabkan
fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan
dan
contur
terjadi
seperti:
rotasi
pemendekan tulang, penekanan tulang. 6. Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 7. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 8. Tenderness/keempukan 9. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 10. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 11. Pergerakan abnormal
E.
Pemeriksaan Penunjang 1.
Pemeriksaan diagnosa untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2.
Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan
kehilangan sel pada
lesi luka dan respon
terhadap proses infeksi. 3.
Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4.
Laju
endap
darah (LED) menunjukkan
karakteristik
infeksi. 5.
Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
F.
Penatalaksanaan Luka 1.
Pembersihan luka dan sekitarnya Tutup luka dengan kassa steril. Cukur bulu/rambut disekitar luka, dan cuci sekitar luka dengan antiseptic. Kemudian lakukan debridemen, buang jaringan nekrotik dan benda asing. Usahakan agar tepi luka menjadi rata dan tajam. Bila belum, ratakan dengan gunting atau pisau dan
perdarahannya
diatasi.
Semprot
luka
dengan
perhidrol, sehingga semua kotoran keluar. Bila perlu luka digosok dengan kassa sambil disiram perhidrol. Kemudian bilas luka dengan aquadest atau NaCl 0,9%. Sekarang diperoleh luka bedah yang bersih 2.
Menutup luka Menutup luka tidak identic dengan menjahit luka. Lalu sekeliling luka diberi pembalut steril. Pada luka bersih dapat dilakukan : a.
Penjahitan
primer.
Sebaiknya
jangan
terjadi
penegangan kulit yang dapat menyebabkan nekrosis. Dengan cara ini penyembuhan berlangsung cepat terjadi b.
Rotation flap. Menurut prinsip bedah plastic, dan dilakukan pada daerah dengan cacat yang bessar dan luas, tetapi jaringan sekitarnya cukup memenuhi syarat untuk pengambilan flap-nya
c.
Dibiarkan terbuka. Diberi obat perangsang granulasi. Bila granulasi baik dan tak ada infeksi, maka dapat dilakukan penjahitan sekunder, skin graft (tandur
kulit, transplantasi kulit) menurut prosedur bedah plastic Luka yang lebih dari 6-8 jam dianggap luka kotor dan pada luka ini dapat dilakukan : 1) Jahitan
sementara/situasi
dan
drain,
jahitan
sewaktu-waktu dapat dibuka terutama bila terjadi pernanahan untuk memberi jalan secret keluar dan bila secret tak terbentuk lagi, maka drain dicabut. Bila masih ada secret, drain diganti setiap 2-3 hari sekali 2) Dibiarkan terbuka, dan ditutup dengan kassa steril serta diberi obat perangsang granulasi 3) Kompres dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9%) Pada luka kotor berikan antibiotika berspektrum luas dalam dosis tinggi. Pada luka bersih atau dianggap bersih berikan antibiotika profilaksis (pencegahan). Pada luka kotor, bila granulasi baik dan infeksi mereda dapat dilakukan penjahitan sekunder dan atau transplantasi (tandur) kulit 3.
Teknik hemostatis luka a.
Menekan
luka
kassa/kapas.
Bila
sebentar/sementara perdarahan
berhenti,
dengan dianggap
tidak perlu melakukan tindakan selanjutnya b.
Bila perdarahan terus berlangsung, tetapi kecil dan bukan berasal dari arteri, dapat dilakukan pembalutan tekan dan pemberian obat hemostatic (transamin dll)
c.
Bila perdarahan besar dan berasal dari arteri, maka ia dapat
diklem
dan
dilakukan
pengikatan
sumber
perdarahan. d.
Bila perdarahan besar, tetapi fasilitas tak mencukupi, maka dapat dilakukan :
1) Pemasangan tourniquet dilakukan pada bagian proximal luka, tiap 5-10 menit dilonggarkan/ dibuka untuk mencegah nekrosis 2) Menekan bagian proximal arteri yang luka 3) Melipat
bagian
tubuh
yang
bersangkutan
( terutama pada luka-luka yang terdapat ditangan atau kaki) 4.
Penanganan hari pertama. a.
Pembedahan dengan Anastasi local/umum
b.
Bilasan luka
c.
Sterilisasi luka
d.
Luka dikelilingi dengan kain steril
e.
Pembersihatn luka (debridement)
f.
Kotoran benda asing, eksisi jaringan mati, eksisi pinggir kulit
g.
Hemostasis baik
h.
Jahitan primer jika diharapkan penyembuhan primer
i.
Pemasangan pengalir (drainage)
j.
Pembalutan
k. l.
Immobilisasi Imunisasi tetanus (ATS 1500 UI/IM, skin test)
m. Terapi antibiotic ,anti pyretic, anti inflamasi 5.
Amati luka pada hari pertama, kedua, ketiga, dan ke empat untuk a.
mempertimbangkan
Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika ternyata tidak ada
infeksi dan ternyata timbul
jaringan granulasisehat didasar luka untuk mencapai pertubuhan primer b.
Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan granulasi yang tidak kelihatan baik
c.
Selanjutnya tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir
G.
Klasifikasi Penyembuhan 1. Penyembuhan Primer Adalah
penyembuhan
yang terjadi bila
luka
segera
diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Jaringan parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan di jahit dengan baik 2. Penyembuhan Skunder Adalah penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar,
yang berjalan secara alami. Luka akan terisi
jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Cara
ini
biasanya
makan
waktu
yang
lama
dan
meninggalkan jaringan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar. 3. Penyembuhan
Primer
Tertunda
atau
Penyembuhan
Dengan Jaringan Tertunda Adalah penyembuhan yang terjadi apabila luka tidak bisa langsung dijahit. Dilakukan pada luka terkontaminasi berat / tidak berbatas tegas. Luka yang demikian harus dibersihkan dan dieksisi (debrideman) terlebih dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4 – 7 hari, baru selanjutnya dijahit H.
Komplikasi 1.
Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas
yang
disebabkan
oleh
tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2.
Kompartement merupakan
Syndrom:
komplikasi
Kompartement
serius
yang
Syndrom
terjadi
karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. 3.
Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4.
Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas
kapiler
yang
bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. II. Asuhan Keperawatan A.
Pengkajian Nama
: Tn. M
Sex
: Laki-laki
Umur
: 37 Th
Alamat
: Pelaihari
TGL MRS : 7 Desember 2012 jam 12.00 wita Keluhan Pasien mengatakan ± 1jam yang lalu, luka robek pada punggung belakang bagian kiri setelah terkena pisau sawit ± 5cmx3cmx3cm. Dengan perdarahan yang masih mengalir. Primary survey 1.
Air way Jalan napas tidak terdapat snoring, Gurgling, Growing, Stridor. tidaknya cyanosis pada sekitar mulut dan kuku.
2.
Breathing Saturasi oksigen >95% , frekuensi 24 kali/menit regular
3.
Circulation/Sirkulasi
Adanya luka pada punggung belakang bagian kiri dengan perdarahan aktif. TD 110/80mmHg, Nadi 78x/menit 4.
Disability Kesadaran Composmentis GCS 456 =15
Secundary Survey Tidak ada riwayat alergi, obat-obatan dan makanan B.
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri
berhubungan
dengan
diskontuinitas jaringan dan fase inflamasi 2.
Resti
Infeksi
luka kotor, adanya fort de entre
berhubungan
dengan
C. Perencanaan NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Nyeri berhubungan Tujuan : dengan diskontuinitas Nyeri berkurang/hilang jaringan dan fase dalam waktu 15 menit inflamasi Kriteria hasil: 1. Nyeri berkurang/hilang (skala nyeri 1-3) 2. TTV dbn TD:100/70140/90 mmHg,RR 1624x/’,N: 60-100x/’, Temp:36-37’C 3. Pasien tampak tenang
1. Kaji tingkat nyeri
Resti Infeksi berhubungan dengan luka kotor, adanya fort de entre
1. Kolaborasi penatalaksanaan penanganan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik
Tujuan: Meminimalisasi infeksi Kriteria hasil: 1. Diharapkan penyembuhan primer 2. Diharapkan penyembuhan alami
terjadinya
secara secara
2. Kolaborasi penanganan luka
Evaluasi
1. 2. 3.
Nyeri berkurang Klien tampak tenang Skala nyeri 3-4
3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi seperti latihan nafas dalam/mengalihkan perhatian 4. kolaborasi untuk pemberian analgetik
2. Ajarkan keluarga untuk meningkatkan personal hygiene 3. anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein 4. kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi
1. Luka sudah di lakukan hecting 2. Luka tampak bersih 3. Luka tebalut dengan kasa steril