Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sungai serayu merupakan sungai yang memiliki suatu ekosistem yang dapat dikatakan stabil. Keanekaragaman spesies dapat kita jumpai dan kita lihat disekitar sungai serta yang terdapat di dalam sungi tersebut. Spesies yang terdapat di sana sangat bermacam – macam mulai dari paghotroph berupa herbivora yang besar, karnivora, serta ada pula organisme makro seperti gastropoda, crustacea, pisces, annelida. Namun, mengikuti perkembangan jaman yang ada, penggunaan akan sungai serayu sangat beraneka ragam, seperti digunakan untuk mandi, cuci, tempat buang air besar, irigasi, serta digunakan pula sebagai pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah dari pabrik sekitar. Permasalahan itulah yang membuat mahasiswa perikanan dan kelautan melakukan praktikum di wilayah tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keseimbangan ekosistem khususnya pada bentos, yang mana merupakan organisme makro yang hidup diperairan sebagai pemakan plankton, dan pencerna reruntuk atau substrat.



Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi jika dibandingkan dengan habitat laut dan darat. Berdasarkan siklus hidrologi, diketahui jumlah air tawar yang ada di bumi mencapai 1.384.120.000 km, tetapi yang tersedia untuk kehidupan biota air tawar hanya 0,14% atau 193 juta km³ dimana 50% dari jumlah tersebut berada di danau dan 2,75 juta km berada



di



sungai.



Dalam



sungai



banyak



faktor



yang



mempengaruhi kehidupan organisme baik itu faktor biotik atau faktor abiotik. Faktor tersebut merupakan faktor pembatas yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui keragaman organisme dan kelimpahannya. Faktor abiotik terdiri dari faktor fisika dan kimia, dalam hal ini sangat berperan terhadap kehidupan organisme yang ada di perairan. Dalam ekositem terdapat pendekatan fungsional yaitu aliran energi dan siklus materi. Dalam aliran energi terdapat rantai makanan dan jaring –jaring makanan. Satu tingkatan tropik tersusun atas organisme yang mendapat energi dari cara dan waktu serta sumber daya yang sama. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 5-6 November 2008 di sepanjang Daerah Aliran Sungai Serayu. DAS Serayu yang diteliti terdiri dari daerah Pegalongan, Somagede, Kembangan, Mandiraja, garung, kejajar.



1.2. TUJUAN 1. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi atau spesies dari bentik yang ada di suatu perairan daerah aliran sungai serayu. 2. Memberikan pengetahuan kepada praktikan mengenai pengaruh bentik terhadap suatu perairan



II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai merupakan suatu ekosistem dan habitat bagian organisme aquatik yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi (Ilyas, 1990). Organisme yang hidup didalamnya dapat berupa benthos, nekton, maupun plankton. Sungai alami di bentuk oleh aliran air tanah. Sungai terus mengalami perubahan karena masukan bahan-bahan dari daerah sekitarnya yang dapat diakibatkan oleh adanya erosi dan dekomposisi tanah. Perubahan fisiko kimia air akan diikuti oleh perubahan komposisi fauna (Brotowijoyo, 1995). Menurut Soemarwoto (1980), bahwa sungai dibagi menjadi tiga bagian antara lain : 1. Hulu sungai, yaitu bagian sungai yang letaknya didataran tinggi, air mengalir melalui bagian yang curam dan berbatu dengan goncangan dan arus yang kuat. 2. Hilir sungai, yaitu bagian sungai yang terletak didataran rendah dengan arus tidak begitu kuat, kecepatan fotosintesis lebih tinggi dan mengandung banyak bahan organik. 3. Muara sungai, yaitu bagian sungai yang berada hampir mencapai laut, arusnya yang sangat lambat, banyak mengandung bahan terlarut dan lumpur dari hilir sehingga membentuk delta yang airnya sangat keruh. Ekosistem sungai merupakan suatu kesatuan integral dikomponen abiotik seperti fisiko-kimia dan komponen biotik seperti organisme hidup yang berhubungan satu sama lain, dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur fungsional. Komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada satu komponen akan



mengakibatkan perubahan pada komponen lain. Perubahan ini dapat mempengaruhi struktur fungsional ekosistem perairan (Bengen et al, 1994). Strutur komunitas memiliki lima karakteristik yaitu keragaman, dominasi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur tropik (Krebs, 1978). Keragaman menunjukkan keberadaan suatu spesies dalam suatu ekosistem. Keragaman yang tinggi menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang, dan memberikan timbal balik atau peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap perubahan ekosistem. Rendahnya keragaman menunjukkan suatu ekosistem kurang stabil (Clarck, 1974). Benthos merupakan jasad nabati maupun hewani yang hidup dipermukaan dasar perairan. Menurut Barnes dan Mann (1978) Benthos merupakan salah satu hewan invertebrata yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu, yaitu : a) Makrobenthos, yaitu invertebrata yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari 1,0 mm (misalnya, Crustacea, Annelida dan Mollusca). b) Mikrobenthos, yaitu hewan invertebrata yang mempunyai ukuran yang lebih kecil dari 0,1 mm. c) Mesobenthos, yaitu hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1-1,0 mm. Makroinvertebrata benthik merupakan hewan benthik yang berukuran lebih dari 1,0 mm dan biasanya terdiri dari Crustacea, Annelida, Insekta dan Mollusca. Organisme tersebut sebagian atau seluruh masa hidupnya berada didasar perairan baik yang menggali lubang ataupun yang merayap didasar perairan. Berdasarkan cara hidup makrobenthos dibagi menjadi dua (Odum,1971), yaitu : a)



Infauna



Infauna yaitu Hewan yang dalam hidupnya membenamkan diri didalam sedimen atau menggali lubang atau saluran dasar perairan seperti pada larva Cironomidae.



b)



Epifauna



Epifauna yaitu Hewan benthos yang hidup dipermukaan dasar perairan dengan cara melekat, merangkak atau merayap didasar perairan, seperti udang, kepiting dan Gastropoda. Pergerakan bentik ada yang bersifat pasif dan ada yang bersifat aktif. Perilaku merapung makro invertebrata yang bersifat aktif dilakukan untuk mencari sumber makan dan substrat yang cocok, menghindar dari predator, menghindari kondisi perairan yang kurang baik akibat adanya cemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya, seperti menetaskan telur, pupasi dan fase dewasa (Otto, 1986). Sedangkan beberapa individu merapung pasif yaitu secara tidak sengaja berpindah tempat karena terbawa arus. Habitat Bentik Jenis organisme yang membentuk komunitas bentik sangat banyak dari filum invertebrata, sebagian diwakili oleh sejumlah kecil genus saja, sedangkan yang lain jumlahnya melimpah baik dalam jumlah individu maupun genus. Filum invertebrata yang biasanya bertubuh



kecil dengan ukuran sejak permulaan



beradaptasi untuk dapat hidup di ruangan yang kecil antara butiran pasir dan lumpur, dan diwakili oleh banyak individu dan genus. Pada komunitas alami, genus yang berukuran kecil (