Laporan EMS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. Kompetensi : Menjelaskan dan memperbaiki kerja penyensoran kecepatan dan putaran pada engine management sistem. II. Sub Kompetensi : 1. Mengidentifikasi lokasi dan terminal – terminal pada sensor posisi/sudut engkol dan sensor putaran engine yang berhubungan dengan PCM 2.



Menjelaskan prinsip kerja sensor posisi/sudut engkol dan sensor



putaran engine pada jenis optik maupun induktif 3. Melakukan pemeriksaan sistem penyensoran sensor posisi/sudut engkol dan sensor putaran engine dilihat dari kerja contol unit, rangkaian, dan komponen sensornya. III. Alat dan Bahan : 1. Engine stand TiMOR S515i dan toyota VIOS 2. Osiloskop 3. Multimeter 4. Konektor dan kabel IV. Keselamatan Kerja : 1. Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi personil, obyek, peralatan, dan lingkungan kerja. 2. Gunakan skala yang sesuai untuk melakukan pengukuran 3. Perhatikan pada saat memasang socket CRO, hindari terjadinya konsleting 4. Sesuaikan selector multimeter sesuai dengan kegunaannya V. Dasar : Sistem manajemen engine pada motor bensin maupun motor diesel di alat berat berperan dalam mengatur sistem engine supaya dapat bekerja dengan optimal indikasinya diperoleh tenaga engine yang optimum, konsumsi bahan bakar yang ekonomis, emisi gas buang yang rendah, serta pengoprasian yang mudah dan nyaman. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai masukan/input untuk mengetahui kondisi engine, lingkungan, maupun, kondisi pengendaraan. masukan dapat berasal dari sensor, switch atau signal input lainnya. Salah satu masukan yang esensial adalah variabel putaran/ kecepatan dan posisi kerja engine/posisi engkol. Variabel ini di sensor oleh sensor posisi engkol dan



sensor putaran yang secara langsung dapat mendeteksi nilai putaran engine dan posisi engkol. Masukan ini selanjutnya menjadi salah satu acuan utama dalam menentukan pewaktuan penginjeksian bahan bakar maupun timing pengapian pada motor bensin. Metode untuk pengukuran putaran dan posisi engkol berbeda – beda. Beberapa jenis, sensor dipasang langsung pada area poros engkol dan poros nok. Metode lainnya dipasang pada area distributor. Jenis sensor yang dipasangkan juga bermacam – macam, baik sensor aktif yang bekerja dengan sumber daya, ataupun sensor pasif yang dapat bekerja tanpa sumber daya dengan berbagai macam metode, seperti metode optik, hall, atau jenis induktif. Oleh sebab itu, perlu diketahui jenis, karakteristik, rangkaian, dan teknik pemeriksaan serta pengujian terhadap sistem penyensoran posisi dan putaran pada EMS. VI. Langkah kerja : 1. Persiapan alat dan bahan 2. Identifikasi konstruksi dan posisi lokasi/tempat pemasangan sensor kecepatan dan sensor posisi/sudut engkol untuk sinyal Ne dan G signal pada distributor 3. Identifikasi nama terminal, fungsi tiap – tiap terminal dan warna kabel tiap terminal pada sensor kecepatan untuk Ne dan G signal dan hubungkannya dengan PCM maupun terminal yang berperan sebagai sumber dayanya 4. Lakukan pemeriksaan sistem kelistrikan sensor putaran dan posisi engkol untuk Ne dan G signal serta hubungannya dengan PCM A. Pemeriksaan rangkaian terbuka pada distributor 1) Lepaskan socket terminal pada distributor 2) Putar kunci kontak pada posisi ON ( mesin dalam keadaan mati) 3)



Periksa suplay daya listrik (12volt) pada terminal sensor.



Jumper ( + ) voltmeter pada terminal C dan jumper ( - ) pada terminal D. 4) Periksa tegangan pada terminal B (tegangan Ne signal) Jumper ( + ) voltmeter pada terminal B jumper ( - ) pada terminal D. 5)



Periksa tegangan pada terminal A ( tegangan G signal )



Jumper ( + ) voltmeter pada terminal A dan jumper ( - ) pada terminal D bila tegangan pada terminal B dan terminal A menunjukkan



antara 4,2 – 5 volt, maka kondisi rangkaian



kelistrikan dan power train control module (PCM) baik. Bila tegangan menunjukkan kurang dari 4,2 volt, maka kerusakan bisa terjadi pada rangkaian kelistrikan atau pada PCM-nya. B. Pemeriksaan rangkaian terbuka pada power train control module (PCM) (Langkah ini diperlukan jika hasil langkah B kurang baik) 1) Putar kunci kontak pada poisi ON ( mesin dalam keadaan mati) 2) Lepaskan socket terminal pada distributor. 3) Periksa tegangan pada terminal 33 pada PCM Jumper ( + ) voltmeter pada terminal 33 dan jumper ( - ) pada massa body. 4) Periksa tegangan pada terminal 42 pada PCM Jumper ( + ) voltmeter pada terminal 42 dan jumper ( - ) pada massa body bila tegangan menunjukkan antara 4,2 – 5 volt, maka kondisi PCM baik. Bila tegangan menunjukkan kurang 4,2 V, maka kerusakan terjadi pada PCM atau sumber daya PCM C. Pemeriksaan rangkaian kelistrikan 1) Putar kunci kontak pada posisi OFF 2) Lepaskan socket terminal pada distributor 3) Lepaskan socket terminal pada PCM 4) Periksa hubungan terminal kabel D pada distributor dan terminal no.30 pada PCM dan hubungannya dengan massa 5) Periksa hubungan antara terminal B pada socket terminal distributor dan terminal 33 pada socket terminal PCM (rangkaian Ne signal) 6) Periksa hubungan antara terminal A pada socket terminal MAP sensor dan terminal 42 pada socket terminal PCM (rangkaian G signal) 7) Periksa kondisi rangkaian kelistrikan terhadap hubungan singkat, rangkaian putus, atau kondisi kabel sudah mempunyai nilai hambatan yang tinggi 8) Pasang kembali socket kabel pada distributor dan PCM



5.



Pemeriksaan sinyal pada crankshaft position sensor dan camshaft



position sensor. a) Hubungan output Ne?G signal distributor dengan kabel b) Hidupkan engine c) Hidupkan CRO dan kalibrasi frekuensinya maupun tegangannya d) Hubungan probe CRO pada output Ne maupun G signal distributor e) Amati dan baca frekuensi pada CRO untuk putaran engine yang berbeda – beda f) Gambar dan catat frekuensi yang tercatat pada CRO pada langkah di atas 6. Bersihkan alat dan training objek yang digunakan 7. Laporkan pada instruktur atau teknisi pemeriksaan kondisi tarining objek VII. Pembahasan 1. Identifikasi terminal CKP dan CMP dan hubungannya dengan PCM NO 1



Warna kabel Warna kabel biru (CKP)



Hubungan/fungsi Berhubungan dengan PCM dan berfungsi sebagai pengirim signal



2



Warna



3



4



kabel



dari sensor CKP pink Berhubungan dengan PCM dan



(CKP)



berfungsi sebagai penyuplai arus



Warna



pada sensor CKP putih Berhubungan dengan PCM dan



kabel



(CMP)



berfungsi sebagai pengirim signal



Warna



dari sensor CMP hitam Berhubungan dengan PCM dan



(CMP)



kabel



berfungsi sebagai penyuplai arus pada sensor CMP



2. Pemeriksaan kerja sensor CKP Yang dilakukan: a. Jamper socket terminal sensor dengan kabel yang sudah di sediakan



b.



Hubungan kabel berwarna pink dengan osililoskop yang sudah di



siapkan c. Kemudian hubungkan kabel biru dengan massa d. Langkah ini dilakukan untuk menentukan frekuensi kerja dari poros engkol dilihat dari penyensoran dari sensor CKP e. Berikut data yang di peroleh dari hasil pengamatan: Gambar gelombang sensor CKP pada saat posisi ideal



Gambar gelombang sensor CKP pada saat RPM 2000 Dilihat dari kedua gelombang diatas dari kondisi putaran engine keduanya berbeda apabila RPM engine lebih tinggi gelombang yang dihasilkan oleh sensor akan lebih cepat sehingga gelombang yang dihasilkan dapat menentukan posisi dari setiap silindernya dan menentukan kapan di percikkannya bunga api agar terjadi pembakaran Berikut penghitungan frekuensi saat RPM 2000 Gelombang = 9 Selektor yang dipilih =0.5ms t = 9 / 0.5 ms = 18 frekuensi : 1/18 = 0.0556 = 0.0556 X 1000= 55.6 Hz VIII. Kesimpulan Dari hasil praktik diatas dapat disimpulkan bahwa signal sensor CKP adalah berbentuk analog yang dikirimkan ke PCM. Kemudian signal tersebut dapat menentukan posisi dari setiap silindernya dan mengetahui RPM dari engine tersebut dan apabila dikolaborasikan dengan sensor CMP. dapat menentukan sudut pengapian yang tepat dilihat dari kedua sensor tersebut.